Anda di halaman 1dari 20

MAKA

MAKALAH ILMU TASAWUF

“Makna Tasawuf”

Di susun oleh :

Akmal
Akmaliyah Adha Harahap 12019003
1012019003
Indah Mustika 1012019014
Unit/Semester : 1/5
Dosen Pengampu : Dr. Sulaiman Ismail, M.Ag

FAKULTAS TARBIYAH DAN LMU KEGURUAN


SLAM
PENDIDIKAN AGAMA IISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) LANGSA
TAHUN AJARAN 2021
Kata Pengantar
Assalamu`alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang. Penulis
mengucapkan puji syukur atas kehadirat Allah SWT. Yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayahnya. Sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Ilmu Tasawuf. Makalah ini
penulis tulis bertujuan untuk membahas tentang Makna Tasawuf, Penulis tulis dengan maksimal
dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan.

Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu
penulis dalam pembuatan makalah ini. Penulis berharap semoga makalah ini bisa memberikan
suatu manfaat bagi pembaca serta dapat dijadikan referensi untuk penyusunan makalah diwaktu
yang akan datang. Jika makalah ini terdapat kekurangan, penulis menerima kritik dan saran dari
pembaca. Akhir kata penulis berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat.

Wassalamu`allaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Langsa, 5 November 2021

Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dewasa ini, kajian tentang tasawuf semakin banyak diminati orangsebagai buktinya
adalah misalnya, semakin banyaknya buku yang membahastasawuf disejumlah
perpustakaan, dinegara-negara yang berpendudukmuslim, juga Negara
Negara barat sekalipun yang mayoritas masyarakatnyanon muslim, ini dapat
menjadi salah satu alasan betapa tingginyaketertarikannya mereka terhadap
tasawuf.Hanya saja, tingkat ketertarikan mereka tidak dapat diklaim sebagaisebuah
penerimaan bulat-bulat terhadap tasawuf, jika diteliti lebihmendalam, ketertarikan mereka
terhadap tasawuf dapat dilihat pada duakecenderungan terhadap kebutuhan fitrah atau
naluriah dan kedua karenakecenderungan pada persoalan akademis.Kecenderungan
pertama mengisyaratkan bahwa manusiasesungguhnya membutuhkan sentuhan-sentuhan
spiritual atau rohani,kesejukan dan kedamaian hati merupakan salah satu kebutuhan yang
inginmereka penuhi melalui sentuhan spiritual ini. Hal ini sebagaimanadiungkapkan oleh
Barmawie Umarie bahwa setiap rohani manusia senantiasarindu untuk kembali ketempat
asal, selalu rindu kepada kekasihnya yangtunggal.Adapun kecenderungan yang kedua
mengisyaratkan bahwa tasawufmemang menarik untuk dikaji secara akademis-keilmuan.
Boleh jadi, dengankecenderungan yang kedua ini, kajian tasawuf hanya berfungsi sebagai
pengayaan keilmuan ditengah keilmuan-keilmuan lain yang berkembang di dunia
Dalam kehidupan yang penuh dengan teknologi berkembang saat ini, manusia
semakin mengetahui sesuatu hal yang belum diketahui oleh para pendahulunya melalui
teknologi yang diciptakannya. Jika kita pikirkan sejenak, terlintas di benak kita
kekuasaan serta keagungan Tuhan yang Maha Esa dan begitu kecil dan terbatasnya
pengetahuan kita tentang ciptaan-Nya.
Atas dasar tersebut, kita sebagai makhluk ciptaan-Nya harus mencintai dan
mengabdikan diri kepada Allah swt. Dengan kedua hal tersebut kita dapat selalu berada
didekatNya.Tasawuf merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari cara bagaimana
orang dapat berada sedekat mungkin dengan Tuhannya. Selain itu, tasawuf dapat
menjadikan agama lebih dihayati serta dijadikan sebagai suatu kebutuhan bahkan suatu
kenikmatan.Pada perkembangannya, tasawuf yang berorientasi ke arah pertama sering
disebut sebagai tasawuf akhlaqi. Ada yang menyebutnya sebagai tasawuf yang banyak
dikembangkan oleh kaum salaf. Adapun tasawuf yang berorientasi ke arah kedua disebut
sebagai tasawuf falsafi. Tasawuf ini banya dikembangkan para sufi yang berlatar
belakang sebagai filosof di samping sebagai sufi.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah Pengertian Tasawuf?
2. Apakah Dalil-dalil Al-Qur`an?
3. Apakah Hadis Tasawuf?
4. Apakah Karakteristik Ajaran Tasawuf?
5. Apakah Prinsip-prinsip Ajaran Tasawuf?

C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui Pengertian Tasawuf
2. Mengetahui Dalil-dalil Tasawuf
3. Mengetahui Hadis Tasawuf
4. Mengetahui Karakteristik Tasawuf
5. Mengetahui Prinsip- prinsip Tasawuf
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian dan Makna Tasawuf

Tasawuf secara etimologis berasal dari kata bahasa arab, yaitu tashawwafa,
Yatashawwafu, selain dari kata tersebut ada yang menjelaskan bahwa tasawuf berasal
dari kata Shuf yang artinya bulu domba, maksudnya adalah bahwa penganut tasawuf ini
hidupnya sederhana, tetapi berhati mulia serta menjauhi pakaian sutra dan memaki kain
dari buku domba yang berbulu kasar atau yang disebut dengan kain wol kasar. Yang
mana pada waktu itu memakai kain wol kasar adalah symbol kesederhanaan.1 Kata shuf
tesebut tersebut juga diartikan dengan selembar bulu yang maksudnya para Sufi
dihadapan Allah merasa dirinya hanya bagaikan selembar bulu yang terpisah dari
kesatuannya yang tidak memiliki arti apa-apa.2

Kata tasawuf juga berasal dari kata Shaff yang berarti barisan, makna kata shaff ini
diartikan kepada para jamaah yang selalu berada pada barisan terdepan ketika shalat,
sebagaimana shalat yang berada pada barisan terdepan maka akan mendapat kemuliaan
dan pahala. Maka dari itu, orang yang ketika shalat berada di barisan terdepan akan
mendapatkan kemuliaan serta pahala dari Allah SWT.3

Tasawuf juga berasal dari kata shafa yangberarti jernih, bersih, atau suci, makna
tersebut sebagai nama dari mereka yang memiliki hati yang bersih atau suci, maksudnya
adalah bahwa mereka menyucikan dirinya dihadapan Allah SWT melalui latihan
kerohanian yang amat dalam yaitu dengan melatih dirinya untuk menjauhi segala sifat
yang kotor sehingga mencapai kebersihan dan kesucian pada hatinya.4

Adapun yang mengatakan bahwa tasawuf berasal dari kata Shuffah yaitu serambi
masjid nabawi yang ditempati sebagian sahabat Rasulullah. Maknanya tersebut
dilatarbelakangi oleh sekelompok sahabat yang hidup zuhud dan konsentrasi beribadah
hanya kepada Allah SWT serta menimba ilmu bersama Rasulullah yang menghuni masjid

1
Samsul Munir Amin, Ilmu Tasawuf,..., 3.
2
Samsul Munir Amin. Ilmu Tasawuf, (Jakarta: Amzah, 2012), 4.
3
Cecep Alba, Tasawuf dan Tarekat, Dimensin Esoteris Ajaran Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), 9.
4
Samsul Munir Amin, Ilmu Tasawuf,...3.
Nabawi. Sekelompok sahabat tersebut adalah mereka yang ikut berpindah bersama
Rasulullah dari Mekah ke Madinah dengan keadaan mereka kehilangan harta dan dalam
keadaan miskin.5

Sedangkan pengertian tasawuf secara terminologi terdapat banyak beberapa


pendapat berbeda yang telah dinyatakan oleh beberapa ahli, namun penulis akan
mengambil beberapa pendapat dari pendapat pendapat para ahli tasawuf yang ada, yaitu
sebagai berikut:

1) Syekh Abdul Qadir al-Jailani berpendapat tasawuf adalah mensucikan hati dan
melepaskan nafsu dari pangkalnya denngan khalawt, riya-dloh, taubah dan ikhlas.

2) Al-Junaidi berpendapat bahwa tasawuf adalah kegiatan membersihkan hati dari yang
mengganggu perasaan manusia , memadamkan kelemahan, menjauhi keinginan hawa
nafsu, mendekati hal hal yang di ridhai Allah, bergantung pada ilmu-ilmu hakikat,
memberikan nasihat kepada semua orang, memegang dengan erat janji dengan Allah
dalam hal hakikat serta mengikuti contoh Rasulullah dalam hal syari'at.

3) Syaikh Ibnu Ajibah menjelaskan tasawuf sebagai ilmu yang membawa seseorang agar
bisa dekat bersama dengan Tuhan Yang Maha Esa melalui penyucian rohani dan
mempermanisnya dengan amal-amal shaleh dan jalan tasawuf yang pertama dengan
ilmu, yang kedua amal dan yang terakhirnya adalah karunia Ilahi.

4) H. M. Amin Syukur berpendapat bahwa tasawuf adalah latihan dengan kesungguhan


(riya-dloh, mujahadah) untuk membersihkan hati , mempertinggi iman dan
memeperdalam aspek kerohanian dalam rangka mendekatkan diri manusia kepada
Allah sehingga segala perhatiannya hanya tertuju kepada Allah.6

Banyaknya pendapat tentang definisi tasawuf yang telah dirumuskan oleh para
ahli menyebabkan sulitnya mendefinisikan tasawuf secara lengkap. Maka untuk
mengetahui apakah seseorang tersebut sufi atau sedang bertasawuf dapat di lihat dari
beberapa ciri-ciri umum yang dikatakan oleh salah seorang peneliti tasawuf yaitu Abu

5
Samsul Munir Amin,..., 3.
6
Cecep Alba, Tasawuf dan Tarekat, Dimensi Esoterus Ajaran Islam, ...,11.
Al-Wafa' Alganimi At-Taftazani dalam bukunya yang berjudul Madkhal Ila at
Tasawwuf al-Islam yang menyebutkan lima ciri-ciri umum tasawuf, yaitu
sebagaimana yang dikutip oleh Permadi dalam buku pengantar ilmu tasawuf:
a. Memiliki nilai-nilai moral
b. Pemenuhan fana (sirna) dalam realisasi mutlak
c. Pengetahuan intuitif langsung
d. Timbulnya rasa bahagia sebagai karunia Allah SWT dalam diri sufi karena sudah
tercapainya maqamat atau yang iasa disebut maqam-aqam atau tingkatan, dan
e. Penggunaan simbolpengungkapan yang biasanya mengandung
pengertian harfiah dan tersirat.7
Terlepas dari banyaknya pengertian tasawuf yang telah dinyatakan oleh para ahli
tersebut, dalam beberapa pandangan secara umum tasawuf dapat diartikan sebagai salah
satu upaya yang dilakukan oleh seseorang untuk mensucikan diri dengan cara menjauhi
pengaruh kehidupan yang bersifat kesenangan duniawi dan akan memusatkan seluruh
perhatiannya kepada Allah.8 Tasawuf juga dapat diartikan sebuah upaya yang dilakukan
manusia untuk memperindah diri dengan akhlak yang bersumber pada agama dengan
tujuan mendekatkan diri kepada Allah. Selain itu tasawuf merupakan rasa kepercayaan
terhadap Allah yang dapat mengarahkan jiwa manusia agar selalu tertuju pada semua
kegiatan yang dapat menghubungkan dan mendekatkan manusia dengan Allah.

Tasawuf adalah sebuah ilmu Islam yang memfokuskan pada aspek spiritual dari
Islam. Dilihat dari keterkaitannya dengan kemanusiaan, tasawuf lebih menekankan
pada aspek kerohanian dari pada aspek jasmani, dalam kaitannya dengan kehidupan
manusia tasawuf lebih mengutamakan kehidupan akhirat daripada kehidupan dunia
namun tidak menghilangkan salah satunya, dan apabila di lihat kaitannya dengan
pemahaman keagamaan tasawuf lebih menekankan pada aspek esoterik dibandingklan
aspek eksoterik. Tasawuf dijelaskan lebih menekankan kebutuhan rohani dalam
berbagai aspek, karena para tokoh tasawuf lebih memepercayai keutamaan rohani
dibandingkan dengan keutamaan jasad, para toko tasawuf lebih mempercayai dunia
spiritual dibandingkan dunia material. Para tokoh mempercayai bahwa dunia spiritual
lebih lebih nyata dibandingkan dengan dunia jasmani, hingga segala yang menjadi

7
Pemadi, Pengantar Ilmu Tasawuf, (Jakarta: Rineka Cipta, cet 2, 2004), 34.
8
Pemadi, Pengatar Ilmu Tasawuf,...,34
tujuan akhir atau yang kita sebut Allah juga bersifat spiritual. Sehingga para kaum sufi
mengatakan bahwa Allah adalah satu-satunya yang sejati, dan hanya pada Allah
mereka mengorientasikan seluruh jiwa mereka, karena hanya Allah buah kerinduan
mereka dan hanya kepada Allah mereka akan kembali untuk selamanya.

B. Istilah Istilah dalam Ilmu Tasawuf

Dari beberapa teori tentang pengertian tasawuf tersebut, adapun yang menjelaskan
tasawuf itu dibagi dalam tiga bagian, diantaranya tasawuf akhlaki, tasawuf amali dan
tasawuf falsafi. Namun terlebih dahulu harus dipahami, bahwa pembagian tasawuf ini
hanya dalam bentuk kajian akademik, karena dari ketiga bentuk tasawuf ini tidak dapat
dipisahkan antara ketiganya sebab praktik dari ketiga tasawuf saling berkaitan. 9 Yang
akan dibahas lebih jauh disini adalah Tasawuf akhlaki, Tasawuf akhlaki adalah ajaran
tasawuf yang membahas tentang kesempurnaan dan kesucian jiwa manusia.

a. Zuhud
Zuhud menurut bahasa adalah berawal dari kata bahasa arab yaitu zahada yang
artinya benci dan meninggalkan sesuatu. dan menurut istilah bahwa zuhud adalah
mengarahkan seluruh keinginan manusia hanya kepada Allah SWT serta memiliki
keinginan hanya kepada Nya dan hanya sibuk dengan Nya dibandingkan dengan
kesibukan duniawi. Sebagaimana Al-Junayd berpendapat, zuhud adalah
mengosongkan tangan dari harta dan mengosongkan hati dari keterikatan dengan
harta. Maksudnya bahwa seorang yang mengamalkan tasawuf tidak memiliki sesuatu
yang sangat berharga melainkan hanya Tuhan yang dirasakan dekat dengan dirinya.10

b. Sabar

Sabar dalam teremenologi tasawuf berarti keadaan yang kokoh, stabil dan
konsekuen dalam pendirian. Jiwanya tidak tergoyahkan, pendiriannya tidak berubah
seberat apapun rintangan dan tantangan hidup yang dihadapi. Dalam ilmu tasawuf
sabar adalah kewajiban yang harus dimiliki oleh seorang sufi. Menurut Dzun Nuun,
sabar adalah menjauhi pelanggaran dan tetap bersikap rela, sementara merasakan

9
Mulyadi Kartanegara, Menyelami Lubuk Tasawuf,( Jakarta: Erlangga, 2006), 2.
10
Samsul Munir Amin, Ilmu Tasawuf,...,174
sakitnya penderitaan, dan sabar juga menampakan kekayaan meskipun dalam
kemiskinan dalam kehidupan.11

c. Ridha

Ridha kepada Tuhan dapat dikatakan sebagai pohon dari segala pelajaran yang
diterima dalam kehidupan. Menurut ahli pendidikan, ridha bermula dari perasaan
yang sangat halus. Ridha dalam menerima segala ketentuan Allah, seperti menerima
kekayaan, kemiskinan, umur yang panjang maupun pendek, bada yang sehat maupun
yang sakit, semua dapat dirasakan tanpa adanya keluhan, karena dia telah ridha.12

Menurut Dzun An-Nun, tanda-tanda orang telah ridha adalah:

1. Mempercayakan hasil usaha sebelum terjadi ketentuan.

2. Lenyapnya resah gelisah sesudah terjadinya ketentuan.

3. Cinta yang bergelora dikala turunnya malapetaka.

d. Tawakkal
Tawakkal yaitu menyerahkan segala perkara dan ikhtiar kepada Allah SWT serta
berserah diri sepenuhnya kepadaNya hanya untuk mendapatkan manfaat, dalam ilmu
tasawuf dapat diartikan sebagai sikap bersandar dan memperacayakan diri kepada
Allah SWT.13 Adapun tawakkal menurut Al-Ghazali, tawakkal terbagi dalam tiga
tingkatan yaitu:

1. Tawakkal atau menyerahkan diri kepada Allah, ibarat terdakwa menyerahkan


semua perkara kepada pengacara yang dipercayainya.

2. Tawakkal atau menyerahkan diri kepada Allah, ibarat bayi yang menyerahkan diri
kepada ibunya.

11
Imam Al Qusyairiy An-Nisabury, Induk Tasawuf, ( Surabaya: Risalah Gusti,1996), 210.
12
Samsul Munir Amin, Ilmu Tasawuf,..., 174
13
Samsul Munir Amin, Ilmu Tasawuf,..., 176
3. Dan yang tertinggi adalah ibarat jenazah yang menyerahkan diri kepada petugas
yang memandikan dan menguburkannya.14

e. Qanaah
Qanaah adalah merasa cukup, menerima segala ketetapan yang diberikan oleh
Allah, memuhon kepada Tuhan tambahan yang pantas dan berusaha, bersabar dan
bertawakal kepada Allah. Dan itulah qanaah yaitu tidak tertarik oleh kesenangan
duniawi karna menganggap semua itu hanyalah tipu daya dunia.

C. Dalil dan Hadis Mengenai Tasawuf

Dalam hal ini, tasawuf termaktub dalam Surat Al A’la ayat 14-15,

‫صلﱠ ٰى۝‬
َ َ‫قَ ْد أ َ ْفلَ َح َم ْن ت َزَ ﱠك ٰى ۝ َوذَ َك َر ا ْس َم َر ِّب ِه ف‬
Artinya: Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan diri (dengan
beriman), dan dia ingat nama Tuhannya, lalu dia shalat.

Merangkum perilaku manusia entah yang baik atau buruk, bergantung pada hati
yang ia pelihara. Sejatinya, hati yang bersih akan membawa manusia pada kedamaian dan
ketentraman yang i dan menyejukkan hati sesama ataupun lingkungannya. Sedangkan
hati yang kerap dengki dan iri akan menjadi hati yang kotor sehingga membawa pada
kehancuran, kekacauan, dan keresahan. Hal tersebut akan berdampak pada kehancuran
manusia dan lingkungannya.Sementara hati yang bening akan senantiasa terwujud pada
diri manusia itu sendiri ketika memperbaiki hubungannya dengan Sang Ilahi.
Sebagaimana Allah SWT berfirman dalam surat ar-Rad ayat 28 sebagai berikut:

ُ ُ‫ط َمئِ ﱡن ْالقُل‬


‫وب۝‬ ْ َ ‫ط َمئِ ﱡن قُلُوبُ ُه ْم ِب ِذ ْك ِر ﱠ ِ ۗ◌ أَ َﻻ ِب ِذ ْك ِر ﱠ ِ ت‬
ْ َ‫الﱠذِينَ آ َمنُوا َوت‬

Artinya: (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan
mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.

Selain itu dalam QS Al Anfal ayat 17

14
Samsul Munir Amin, Ilmu Tasawuf,...,176.
ٰ َ ‫ْت إ ْذ رمي‬ ٰ
َ ‫ْت َولَ ِك ﱠن ﱠ َ َر َم ٰى ۚ َو ِليُ ْب ِل‬
‫ي‬ َ َ ِ َ ‫فَلَ ْم تَ ْقتُلُو ُه ْم َولَ ِك ﱠن ﱠ َ قَتَلَ ُه ْم ۚ َو َما َر َمي‬
‫ع ِلي ٌم۝‬ َ َ ‫ْال ُمؤْ ِمنِينَ ِم ْنهُ بَ َﻼ ًء َح َسنًا ۚ إِ ﱠن ﱠ‬
َ ‫س ِمي ٌع‬
Artinya: Maka (yang sebenarnya) bukan kamu yang membunuh mereka, akan tetapi
Allahlah yang membunuh mereka, dan bukan kamu yang melempar ketika kamu
melempar, tetapi Allah-lah yang melempar. (Allah berbuat demikian untuk
membinasakan mereka) dan untuk memberi kemenangan kepada orang-orang mukmin,
dengan kemenangan yang baik. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui.

Selain itu tasawuf dipahami sebagai manusia yang dekat dengan Tuhannya yang
merupakan ajaran dasar lewat firman Allah SWT sebagai berikut:

‫ان ۖ فَ ْليَ ْست َ ِجيبُوا ِلي‬


ِ ‫ع‬ ُ ‫يب ۖ أ ُ ِج‬
َ َ‫يب دَ ْع َوةَ الدﱠاعِ إِذَا د‬ َ ‫َوإِذَا َسأَلَ َك ِعبَادِي‬
ٌ ‫عنِّي فَإِنِّي قَ ِر‬
ُ ‫َو ْليُؤْ ِمنُوا ِبي لَعَلﱠ ُه ْم يَ ْر‬
‫شدُونَ ۝‬
Artinya: Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka
(jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang
berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala
perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada
dalam kebenaran.

Surat Ash-Shaad, 47 : Maksudnya :"Sesungguhnya Kami telah mensucikan mereka


dengan (menganugerahkan kepada mereka) akhlak yang tinggi yaitu selalu mengingatkan
(manusia) kepada negeri akhirat." (QS Shaad: 46) "Dan sesungguhnya mereka pada sisi
Kami benar-benar termasuk orang-orang pilihan yang paling baik."

Hadist tentang tasawuf

Jika kita melihat dengan seksama akan sejarah kehidupan Rasulullah Muhammad
Saw beserta para sahabat beliau yang telah mendapatkan keridhaan Allah, maka akan
ditemukan sikap kezuhudan dan ketawadhu’an yang terpadu dengan ibadah-ibadah baik
wajib maupun sunnah bahkan secara individu Rasulullah Saw tidak pernah meninggalkan
shalat lail hingga lutut beliau memar akibat kebanyakan berdiri, ruku’ dan sujud di setiap
malam dan beliau Saw tidak pernah meninggalkan amalan tersebut hingga akhir hayat
beliau Saw, hal ini dilakukan oleh beliau Saw karena kecintaan beliau kepada sang
penggenggam jiwa dan alam semesta yang mencintainya Dia-lah Allah yang cinta-Nya
tidak pernah terputus kepada orang-orang yang mencintai-Nya. Uraian tentang hadis
fi’liyah di atas merupakan salah satu bentuk kesufian yang dijadikan landasan oleh kaum
sufi dalam menjalankan pahamnya. Selain itu terdapat pula hadis-hadis qauliyah yang
menjadi bagian dari dasar-dasar ajaran tasawuf dalam Islam, diantara hadis-hadis tersebut
adalah:

Artinya: Dari sahabat Sahal bin Saad as-Sa’idy beliau berkata: datang seseorang
kepada Rasulullah Saw dan berkata: ‘Wahai Rasulullah ! tunjukkanlah kepadaku sutu
amalan, jika aku mengerjakannya maka Allah akan mencintaiku dan juga manusia’,
Rasulullah Saw bersabda: “berlaku zuhudalah kamu di dunia, maka Allah akan
mencintaimu, dan berlaku zuhudlah kamu atas segala apa yang dimiliki oleh manusia,
maka mereka (manusia) akan mencintaimu”.

D. Karakteristik Ajaran Tasawuf dan Bedanya dengan Kebatinan Sesat

Secara umum, tujuan terpenting dari sufi adalah berada sedekat mungkin dengan
Allah. Akan tetapi apabila diperhatikan karakteristik tasawuf secara umum, terlihat
adanya tiga sasaran dari tasawuf yaitu:

1. Tasawuf yang bertujuan untuk pembinaan aspek moral. Aspek ini meliputi
mewujudkan kestabilan jiwa yang berkesinambungan, penguasaan dan pengendalian
hawa nafsu sehingga manusia konsisten dan komitmen hanya kepada keluhuran moral.
Tasawuf seperti ini bersifat praktis.15

2. Tasawuf yang bertujuan untuk ma’rifatullah melalui peyingkapan langsung (kasyf al-
hijab). Tasawuf ini bersifat teoritis dengan seperangkat ketentuan khusus yang
diformulasikan secara sistematis analitis.
15
Syukur, amin. Muhayya, Abdul. Tasawuf dan Krisis. (Pustaka Pelajar Offset, 2001.) hal. 256
3. Tasawuf yang bertujuan membahas bagaimana system pengenalan dan pendekatan
diri kepada Allah secara mistis filosofis. Arti dekat dengan Tuhan terdapat tiga
simbolis, yaitu: dekat dalam arti melihat dan merasakan kehadiran Tuhan dalam hati,
dekat dalam arti berjumpa dengan Tuhan sehingga terjadi dialog antara manusia
dengan Tuhan, dekat dalam arti penyatuan manusia dengan Tuhan sehingga terjadi
adalah monolog antara manusia yang telah menyatu dengan idarat Tuhan.

Orang-orang sufi mempunyai jalan rohani untuk mencapai tujuannya yang


menjadi tempat mereka bejalan. Thariqat (jalan) ini berdasarkan pada asas dan petunjuk
serta berpatokan pada al-Qur’an dan Hadits. 16 Prinsip jalan sufi ini dinamakan al-
maqamat wa al-ahwal. Maqam merupakan tingkatan rohani yang dapat dilalui orang yang
berjalan menuju Allah dan akan berhenti pada saat tertentu. Orang yang menempuh jalan
kebenaran (salik) berjuang hingga Allah memudahkanya untuk menempuh jalan
menempuh tingkatan kedua. Hal ini misalnya dari tingkatan taubat menuju tingkatan
wara’, dari tingkatan wara’ menuju tingkatan zuhud. Demikian jalanya hinggaa
mencapai tingkatan mahabbah dan ridha. Imam Abu Nashr Al-Sarraj Al-Tusi
membicarakan maqam pada: taubat. Al-wara’, zuhud, al-faqr, al-shabr, al-ridha tawakal.

Aliran kebatianan merupakan aliran kepercayaan masyarakat jawa yang sudah


memiliki ajaran spesifik dan mempunyai guru atau kadang-kadang mempunyai organisasi.
Bahkan beberapa di antara ada yang sudah mempunyai kitab suci yang diyakini sebagai
wahyu dari Tuhan Yang Maha Esa dari guru yang membawanya. Berbagai corak dari
karya-karya budaya Jawa masa lalu yang menjadi sumber ajaran kebatinan terdapat
kesesuaian pendapat tentang ajaran kebatinan. Kebanyakan berpendapat bahwa kebatinan
merupakan gerakan mistik magis, yaitu suatu gerakan yang bertujuan menciptakan
hubungan yang sedekat mungkin antara manusia dan Tuhan. Bahkan adanya manusia dan
Tuhan bisa bersatu serta berusaha mengemban kekuatan daya linuwih. Dimana
kekuatan linuwih merupakan kemampuan-kemampuan di luar kemampuan manusia biasa
dalam ilmu gaib.

16
Abdul Qasim, Abdul Karim. Ar-Risalatul Qusyairiyah fi` Ilmit Tashawwuf (Jakarta: Pustaka Amani, 2007). Hal.
147
Dalam bahasa Indonesia, istilah kebatinan dapat dipakai untuk aspek ruhaniah.
Kebatinan mengutamakan aspek yang batini dari ajaran agama. Dalam ilmu keislaman,
aspek ini dikenal dengan nama aspek tasawuf dari ajaran Islam. Sedangkan kalau aspek
ini adalah aspek ruhaniah dan rasa, maka tidak dibatasi dengan bentuk bersatu dengan
Tuhan. Pengalaman ruhaniah melewati dari pengalaman lahiriah. Pengalaman lahiriah
bisa di amati dan berlangsung menurut hukum-hukum alam. Akan tetapi pengalaman
batin atau ryhaniah hanya dapat dirasakan oleh orang-orang yang mengalaminya. Namun
indikator orang yang kaya akan pengalaman ruhaniah dapat disaksikan dalam perilaku
seperti tidak mau disuap, tidak dholim pada orang lain, dan kemampuan mereka
memprediksi banyak hal yang akan terjadi melalui ilham (ilmu ladunni) yang mereka
dapatkan. Sehingga aliran kebatinan (kepercayaan) bisa mengantarkan seseorang untuk
bisa mendapatkan pengalaman ruhaniah.

Menurut Prof. Kamil Kartapraja, bahwa kebatinan (ngelmu kebatinan) dalah suatu
ilmu yang bersangkutan dengan ajaran-ajaran mistik dan tasawuf. Selain itu, kebatinan
juga di anggap sebagai ngelmu hakikat dan ngelmu sejati. Dimana ngelmu hakikat dan
ngelmu sejati merupakan ilmu yang berusaha mencari hakikat hidup, hakikat manusia,
hakikat Tuhan dan segala yang bersangkutan dengan metafisika (alam gaib).

Sedangkan menurut Prof. M. Djajadigoena, SH, bahwa kebatinan adalah usaha


manusia untuk mencapai kesempurnaan dirinya. Tujuan terakhir dalam bahasa jawa
disebut manunggaling kawulo gusti (bersatunya makhluk dengan khaliq) dan
dilambangkan dengan “curiga manjing rangka lan rangka maning ing curiga” (bersatuny
keris dengan rangka dan bersatunya rangka dengan keris). Dimana dalam bahasa latin
disebut “Unio Mystica” dan orang beragama Budha menyebutnya “Nirwana”. Kemudian
jalan yang digunakan untuk mencapai itu disebut samadhi atau meditasi.

Menurut Prof. Djojodiguno, S.H., berdasarkan hasil penelitian di Indonesia, aliran


kebatinan dapat dibedakan menjadi:

1. Golongan yang hendak menggunakan kekuatan gaib untuk melayani berbagai


keperluan manusia (ilmu gaib).
2. Golongan yang berusaha untuk mempersatukan jiwa manusia dengan Tuhan selama
manusia itu masih hidup agar manusia dapat merasakan dan mengetahui hidup di
alam baka sebelum mengalami kematian.17

3. Golongan yang berniat mengenal Tuhan (selama manusia itu masih hidup) dan
menebus dalam rahasia ketuhanan sebagai tempat asal dan kembalinya manusia.

4. Golongan yang berhasrat untuk menempuh budi luhur di dunia serta berusaha
menciptakan masyarakat yang sling menghargai dan mencintai dengan senantiasa
mengindahkan perintah-perintah Tuhan.

Oleh karena itu, kesempuranaan hidup diri manusia di ungkapkan dengan istilah
manunggaling kawulo gusti. Dikarenakan hal tersebut merupakan puncak kebahagiaan
hidup. Sebab apabila seseorang telah mencapai tingkat tersebut, seseorang itu berarti
telah mencicipi kehidupan surgawi atau nirwana dikala masih hidup di dunia. Selain itu,
banyak sekali istilah-istilah yang digunakan untuk mengungkapkan keadaan seperti itu
antara lain adalah jumbuhing kawulo gusti, makripating makripat, tan ono, loro-loro ning
atunggal dan lain sebagainya. Beberapa aliran kebatinan mengajarkan bahwa jika
manusia tidak bisa manunggal kembali dengan Tuhan setelah matinya maka ia
akan reinkarnasi hidup kembali ke dunia dalam bentuk lain. 18
Dalam kebatinan,
istilah reinkarnasi disebut hanyokro manggilingan, tumimba lahir atau panitisan.

Proses reinkarnasi ini ditentukan oleh karma yaitu amal perbuatan atau prestasi
manusia dalam hidup yang akan menentukan kehidupannya di masa yang akan datang.

Kemudian hasil dari manunggaling kawulo gusti akan menjadikan manusia


memperoleh pula kekuatan gaib, daya linuwih diluar batas-batas kemampuan manusia
biasa. Hal itu sesuai dengan pendapat Rahmat Subaya tentang definisi kebatinan sebagai
berikut:

a. Kebatinan merupakn suatu gerakan

17
Simuh, tasawuf dan perkembangannya dalam Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1996), cet.I, hlm.9
18
Nata, abudin. Metodologi Studi Islam. (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1999). Cet.3, hlm.245
b. Kebatinan berisi latihan-latihan agar diri manusia beralih dari kedudukan semula
kepada tingkat yang lebih sempurna

c. Kebatinan menyebabkan partisipasi manusia dalam daya luar biasa yang mampu
mengatasi kemampuan orang biasa. Kemudian yang termasuk kemampuan luar biasa
antara lain:

1. Hadir dalam dua tempat dalam waktu yang sama

2. Menyembuhkan penyakit oleh daya budi

3. Bisa berhubungan dengan roh-roh halus di alam gaib

4. Mengetahui niat yang terkandung dalam diri orang lain

5. Bisa meramal nasib seseorang atau apa yang akan terjadi pada masa yang akan
dating

6. Memindahkan benda tanpa di sentuh tangan atau di angkat

7. Memiliki pendengaran, penglihatan, dan penciuman gaib

E. Prinsip-prinsip Ajaran Tasawuf

Untuk bisa naik ke tingkat yang lebih tinggi dalam hidup, lakukan dengan cara
menghentikan kegiatan yang sedang dilakukan.19 Selain itu juga perlu memiliki keinginan
dan niat mengaplikasikan prinsip-prinsip penyembuhan dalam hidup sehari-hari. Ahli sufi,
Profesor Angha dalam The Hidden Angels of Life mengemukakan delapan prinsip
tasawuf untuk penyembuhan dalam hidup. Penyembuhan tidak terjadi begitu saja, hal ini
membutuhkan ketekunan, dedikasi dan disiplin.

Delapan prinsip tasawuf adalah kunci maju menuju tingkat yang lebih baik dan
lebih halus. Prinsip-prinsip tersebut yaitu:

1. Zikr (Mengingat)

19
Mustafa Zahri, Kunci Memahami Ilmu Tasawuf, Surbaya; PT. Bina Ilmu, 1984 hal.155
Ingat pada Tuhan. Orang-orang yang melakukan zikir bertujuan mendekatkan diri
pada Tuhan melalui doa dan melantunkan lafaz zikir.Zikir adalah proses pemurnian
hati, pembersihan dan pelepasan. Sedangkan zikir orang-orang terpilih lebih bertujuan
meleburkan saksi (syahid) kepada yang disaksikan (masyhud), menjadi solusi
seseorang untuk yang dicintai.

2. Fikr (Meditasi)

Saat pikiran bingung atau bertanya-tanya, pusatkan perhatian ke dalam diri


dengan berkonsesntrasi di satu titik. Meditasi yaitu perjalanan kegiatan mental dari
dunia eksternal menuju esensi diri.

3. Sahr (Bangkit)

Membangkitkan jiwa dan tubuh sebagai proses mengembangkan kesadaran mata


dan telinga. Selain itu juga sebagai proses mendengarkan hati, dan proses meraih akses
menuju potensi diri yang tersembunyi. Bila seseorang bangkit maka bentul-betul
menyadari misinya dalam hidup ini dan takdir serta kemampuan memberikan
kontribusi pada proses evolusi.

4. Ju'i (Merasa Lapar)

Merasakan lapar hati dan pikiran untuk bertahan mencari dan mendapatkan suatu
kebenaran. Proses ini melibatkan hasrat dan keinginan yang mendalam untuk tetap
tabah dan sabar mencari jati diri.

5. Shumt (Menikmati Keheningan)

Berhenti berpikir dan mengatakan hal yang tidak perlu. Kedua ini merupakan
proses menenangkan lidah dan otak serta mengalihkan dari godaan eksternal menuju
Tuhan.

6. Shawm (Puasa)

Tidak hanya tubuh yang berpuasa melainkan pikiran juga. Proses ini termasuk
puasa fisik, bermanfaat untuk melepaskan diri dari hasrat dan keinginan otak serta
pandangan atau persepsi indera eskternal. Pembersihan dan regenerasi pada semua
tingkat yang dihasilkan dari proses ini.

7. Khalwat (Bersunyi Sendiri)

Berdoa dalam kesunyian, baik secara eksternal maupun internal dan melepaskan
diri. Bersunyi sendiri tetap bisa juga dekat dengan orang lain atau di tengah orang
banyak.

8. Khidmat ( Melayani)

Menyatu dengan kebenaran Tuhan. Seseorang menemukan jalan jiwa untuk


pelayanan dan pertumbuhan diri.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pengertian tasawuf secara lughawi adalah Ahlu Suffah yang berarti sekelompok orang
dimasa Rasulullah yang hidupnya hanya berdiam diserambi-serambi masjid, dan mereka
mengabdikan hidupnya untuk beribadah kepada Allah. Sedangkan pengertian tasawuf
berdasarkan istilah adalah ilmu yang mempelajari usaha membersihkan diri, berjuang
memerangi hawa nafsu, mencari jalan kesucian dengan ma’rifat menuju keabadian, saling
mengingatkan antara manusia, serta berpegang teguh pada janji Allah dan mengikuti syari’at
Rasulullah dalam mendekatkan diri dan mencapai keridaan-Nya. Fungsi tasawuf dalam
kehidupan manusia adalah menjadikan manusia berada sedekat mungkin dengan Allah dan
menjauhkan diri dari kehidupan duniawi. Perkembangan tasawuf mengalami kejayaan yaitu
pada abad ke-3 hijriah dengan munculnya tokoh monumental Al-Ghazali, tetapi ketika
memasuki abad ke-8 tasawuf mengalami kemunduran karena tidak ada lagi konsep-konsep
tasawuf yang baru

Tasawuf berazaskan kezuhudan sebagaimana yang diperaktekkan oleh Nabi Saw, dan
sebahagian besar dari kalangan sahabat dan tabi’in. Kezuhudan ini merupakan implementasi
dari nash-nash al-Qur’an dan Hadis-hadis Nabi Saw yang berorientasi akhirat dan berusaha
untuk menjauhkan diri dari kesenangan duniawi yang berlebihan yang bertujuan untuk
mensucikan diri, bertawakkal kepada Allah Swt, takut terhadap ancaman-Nya, mengharap
rahmat dan ampunan dari-Nya

B. Saran

Dengan dibahasnya makalah ini, penulis menyarankan kepada pembaca untuk


memperlajari pembahasan dari makalah ini dengan baik. Karena dalam segala aspek dari
mempelejari sumber daya alam ini sangat penting dalam suatu menjaga dan melestarikan
lingkungan. Sehingga mahasiswa/i bisa mengetahui cara merawat bumi dengan baik dengan
baik. Dan bisa memahami apa itu sumber daya alam dalam fiqh pendidikan dengan baik
sebagai pembahasan dari makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Qasim, Abdul Karim. Ar-Risalatul Qusyairiyah fi` Ilmit Tashawwuf (Jakarta: Pustaka
Amani, 2007). Hal. 147
Cecep Alba, Tasawuf dan Tarekat, Dimensin Esoteris Ajaran Islam, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2012), 9.

Mustafa Zahri, Kunci Memahami Ilmu Tasawuf, Surbaya; PT. Bina Ilmu, 1984 hal.155
Nata, abudin. Metodologi Studi Islam. (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1999). Cet.3,
hlm.245
Samsul Munir Amin. Ilmu Tasawuf, (Jakarta: Amzah, 2012), 4.
Syukur, amin. Muhayya, Abdul. Tasawuf dan Krisis. (Pustaka Pelajar Offset, 2001.) hal. 256
Simuh, tasawuf dan perkembangannya dalam Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1996),
cet.I, hlm.9

Anda mungkin juga menyukai