TENTANG
Di Susun
Oleh:
NIM:
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
Makalah ini telah di susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
Penulis
I
DAFTAR ISI
Daftar Isi..............................................................................................................II
II
TASAWUF
AKHLAK IBADAH
III
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Jadi, tasawuf adalah bagian dari syari‟at Islam, atau dengan kata lain
bahwa Syari‟at Islam juga memuat ajaran tentang tasawuf. Dengan dasar
pemikiran ini, maka menganaktirikan tasawuf atau kajian atasnya merupakan hal
yang kurang benar, sebab mereka dalam syari‟at Islam menduduki porsi dan
mendalam atasnya. Mereka lebih suka dan nyaman mengkaji fiqih (Islam) dan
Memahami dunia tidak hanya sebatas isi dan memandang siklus kehidupan
B. Rumusan Masalah
1
2
C. Tujuan Pembahasan
PEMBAHASAN
A. Pengertian Tasawuf
Istilah tasawuf tidak dikenal pada masa kehidupan Nabi dan Khulafaur
Rasyidin. Istilah itu baru muncul ketika Abu Hasyim alKufy (w. 250 H)
Nicholson, sebagaimana yang dikutip oleh Amin Syukur, sebelum Abu Hasyim
al-Kufy telah ada ahli yang mendahuluinya dalam zuhud, tawakkal, dan dalam
Jadi tetap Abu Hasyim orang yang pertama memunculkan istilah itu.1
Secara etimologi, para ahli berbeda pendapat tentang akar kata tasawuf.
(1) kata suffah yang berarti emperan masjid Nabawi yang didiami oleh
sebagian sahabat Anshar. Hal ini karena amaliah ahli tasawuf hampir sama
dengan apa yang diamalkan oleh para sahabat tersebut, yakni mendekatkan diri
(2) kata Shaf yang berarti barisan. Istilah ini dianggap oleh sebagian ahli
sebagai akar kata tasawuf karena ahli tasawuf ialah seorang atau sekelompok
1
HM. Amin Syukur, Menggugat Tasawuf: Sufisme dan Tanggung Jawab Sosial Abad 21,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002), hlm 7-8.
2
Julian Baldick, Islam Mistik: Mengantar Anda ke Dunia Tasawuf, trej. Satrio Wahono,
(Jakarta: Serambi, 2002.) , hlm. 42.
3
4
orang yang membersihkan hati, sehingga mereka diharapkan berada pada barisan
(3) kata shafa yang berarti bersih, karena ahli tasawuf berusaha untuk
(4) kata shufanah, nama sebuah kayu yang bertahan tumbuh di padang
pasir. Hal ini karena ajaran tasawuf mampu bertahan dalam situasi yang penuh
pergolakan ketika itu, ketika umat muslim terbuai oleh materialisme dan
(5) Kata Teoshofi, bahasa Yunani yang berarti ilmu ketuhanan, karena
(6) kata shuf yang berarti bulu domba, karena para ahli tasawuf pada masa
awal memakai pakaian sederhana yang terbuat dari kulit atau bulu domba (wol).3
sudut pandang yang dipakai. Bagi penulis, perbedaan tersebut tidak menjadi
problem, sebab ciri-ciri yang dijadikan landasan pengkaitan akar kata tasawuf di
atas semuanya terdapat pada tasawuf itu sendiri. Meski demikian, penulis lebih
setuju dengan pendapat yang ke-enam, yakni tasawuf berakar dari kata shuf (wol).
Hal ini karena kata tersebut lebih tepat baik dilihat dari konteks kebahasaan, sikap
3
Syukur, Menggugat Tasawuf, h. 8-10 dan Baldick, Islam Mistik, h. 44-46
5
dimunculkan oleh para praktisi tasawuf. Ke sebelas definisi ini termuat dalam
Tasawwuf is. And nothing more. What is Tasawwuf? Love and affection. It is the
cure for hatred and vengeance. And nothing more. What is Tasawwuf? The heart
attaining tranquality which is the root of religion. And nothing more. What is
upon him). And nothing more. What is Tasawwuf? Contemplation that travels to
the Divine throne. It is a far-seeing gaze. And nothing more. Tasawwuf ia keeping
And nothing more. Surrendering one‟s soul to the care of the inviplability of
religion; this is tasawwuf. And nothing more. Tasawwuf is the path of faith and
Tasawwuf is the smooth and illuminated path. It is the way to the most exalted
paradise. And nothing more. I have heard that the ecstasy of the wearers of wool
comes from finding the taste of religion. And nothing more Tasawwuf is nothing
tasawuf adalah:
4
---------, “What is Tasawwuf?”, An Anonymous Persian Poem, trans. A.A. Godlas,
6
[penyatuan];
(9) jalan yang halus dan diterangi untuk menuju surga yang paling mulia;
(10) jalan untuk menemukan rasa agama [penghayatan mendalam, pen]; dan
(11) syari‟at. Dari semua definisi di atas, bisa disimpulkan bahwa pengertian
tasawuf adalah bagian dari syari‟at islam yang memuat suatu metode untuk
mencapai kedekatan atau penyatuan antara hamba dan Tuhan dan juga untuk
mencapai kebenaran atau pengetahuan hakiki (mak‟rifat) dan atau inti rasa agama.
pilar Syari‟at Islam, yakni Islam (Fiqih), Iman (Tauhid), dan Ihsan (Tasawuf).
Dikatakan sebagai metode, karena tasawuf merupakan suatu cara, baik dengan
cara memperbaiki akhlak (lahir dan batin), mujahadah, kontemplasi, ishq dan
penyucian jiwa (riyadhoh, tirakat, jw), maupun dengan cara lain sesuai dengan
terdapat dalam tasawuf akan penulis jelaskan pada sub bab tersendiri nanti.
7
Esensi agama Islam adalah akhlak, yaitu akhlak antara seorang hamba
dengan Tuhannya, antara seorang dengan dirinya sendiri, antara dia dengan orang
dalam hubungan antar hamba dengan Tuhan menegasikan berbagai akhlak yang
buruk, seperti tamak, rakus, gila harta, menindas, mengabdikan diri kepada selain
seseorang, karena seorang mukmin yang sempurna adalah mereka yang paling
sempurna akhlaknya. Dalam agama Islam hal tersebut bisa dicapai, setelah
seseorang beriman-percaya pada rukun Iman dan juga menjalankan syariat Islam
sebagaimana dalam rukun Islam. Jadi tiga komponen utama dari ajaran Islam,
yakni Iman, Islam dan Ihsan harus seiring dan sejalan dalam kehidupan seorang
muslim.
dirinya, seperti menjaga kesehatan jiwa dan raga, menjaga fitrah dan memenuhi
akan terjadi padanya. Selanjutnya akhlak yang terjalin pada hubungan antara
disebabkan oleh pola hidup global yang serba dilayani perangkat teknologi yang
8
serba otomat. Kondisi seperti ini kemudian menimbulkan berbagai kritik dan
kegersangan hidup. Dari kondisi ini, kemudian timbul gejala pencarian makna
hidup dan pemenuhan diri yang sarat dengan spiritualitas. Upaya ini diharapkan
Tak ada lagi keunikan; yang ada hanyalah kekakuan yang seragam sehingga
kegelapan ruang spiritual. Waktu yang berjalan telah dianggap terlampau cepat
direncanakan.
menjadi masalah utama dama hidup modern. Manusia telah kehilangan orientasi,
9
tidak tahu ke mana arah hidup tertuju. Di sinilah manusia telah kehilangan segala-
galanya.5
nilai dan benturan budaya yang tidak dapat dielakkan karena memang budaya
santai dari masyarakat agraris yang bertenaga hewani berlainan dengan budaya
tepat waktu pada masyarakat industrial yang tenaganya serba mesin, dan nilai-
nilai bergeser pada saat wanita, yang semula sangat terikat dengan rumah dan
transportasi dan pesawat telpon sebagai alat komunikasi. Dengan keimanan dan
ketakwaan dapatlah dipilih nilai-nilai baru dan budaya baru yang sesuai dengan
ajaran agama.6
landasan akhlak. Dalam hal ini Hamka menyebutnya sebagai “tasawuf modern”,
yaitu “keluar dari budi pekerti yang tercela dan masuk kepada budi pekerti yang
“akhlak” ini dari awalnya, dalam beberapa aspek utama, bahkan mengatur untuk
5
Dadang Kahmad, Sosiologi Agama (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000), hlm. 198
6
Achmad Baiquni, Al-Qur’an; Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Yogyakarta: Dana
Bhakti Prima Yasa, 1995), h. 154
10
dan akhlakitas al-Qur‟an melakukan ini dengan sense of presence of God (rasa
melawan diri. Manusia dituntut bergulat dengan dirinya. Dimensi hubungan intra-
manusia, yang merupakan inti dari akhlak al-Qur‟an, secara praktis dihapus. Jika
ini tidak terjadi, tasawuf akan menjadi aset spiritual Islam yang sangat positif.8
Sebenarnya dalam wacana intelektual pun ada satu konsep paham tasawuf yang
tetap mempertahankan esensi awal dari tasawuf, yaitu akhlak. Itu sebabnya dapat
esensi awal dari tasawuf, karena arahnya adalah melaksanakan hidup “sederhana”
1. Pendidikan Akhlak–Spiritual
7
Hamka, Tasawuf Modern (Jakarta: Pustaka Panji Mas, 1996), hlm. 7.
8
Fazlur Rahman, Gelombang Perubahan dalam Islam: Studi Fundamentalis Islam, terj.
Aan Fahmia, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000), hlm. 154
11
meringkuk dalam penyakit jiwa. Penyakit akhlak yang penuh dengan dosa dan
kemarahan yang merupakan masyarakat celaka dan sengsara.10 Akan tetapi, pada
kegelisahan hidup. Lebih jauh, para ilmuwan menyebut era tercerabutnya nilai-
nilai humanis sebagai the age anxiety (abad kecemasan). Gejalanya antara lain,
munculnya krisis dalam setiap aspek kehidupan manusia. Mulai dari lingkungan
tradisi dan penghayatan agama sebagai efek sampaing teknologi dan industri-
(kehampaan hidup) yang diakibatkan oleh rasa hidup tak bermakna. Untuk
menanggulangi penyakit tersebut banyak upaya yang mereka lakukan, antara lain,
konsultasi dengan berbagai ahli; dokter, psikolog, psikiater dan sebagainya. Ada
9
Syafiq A. Mughni, Nilai-nilai Islam : Perumusan Ajaran dan Upaya Aktualisasi
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001), hlm. 258.
10
Kahar Masyhur, Membina Akhlak dan Akhlak (Jakarta: Rineka Cipta, 1994), hlm. 136.
12
Tetapi tak jarang pula, mereka kembali ke pangkuan agama, yang mereka
tasawuf.
Penjelasan tersebut, jelaslah bahwa tasawuf mempunyai arti penting bagi manusia
“radio dua band” yang mampu menangkap gelombang panjang dan gelombang
diri. Ia berusaha menampilkan visi religius otentik yang mengarahkan diri untuk
melampaui diri. Sebuah visi yang tepat dalam menafsirkan dunia yang melingkupi
seluruh realitas di dalamnya. Sebuah komitmen yang lebih besar dari sekedar
tujuan perkembangan pribadi dan spiritualitas–an sich. Sebuah obsesi yang lebih
tinggi dari sekedar pemahaman hidup di dunia dan materi. Tasawuf merupakan
13
tetapi ia juga untuk memahami eksistensi dari tingkat yang paling rendah hingga
keyakinan yang sangat kuat. Perasaan mistik mampu menjadi akhlak force
kecintaan. Allah bagi Sufi, bukanlah Dzat yang menakutkan, tetapi Dia
adalah Dzat yang Sempurna, Indah, Penyayang dan Pengasih, Kekal, al-
Haq, serta selalu hadir kapan pun dan dimana pun. Oleh karena itu, Dia
adalah Dzat yang paling patut dicintai dan diabdi. Hubungan yang mesra
ini akan mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu yang baik, lebih
11
Abdul Muhayya, “Peranan Tasawuf dalam Menanggulangi Krisis Spiritual”, dalam M.
Amin Syukur dan Abdul Muhayya‟, (eds.), Tasawuf dan Krisis, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2001), hlm. 26
14
berbagai perbuatan yang tercela. Melakukan akhlak yang tidak terpuji berarti
menodai dan mengkhianati makna mahabbah yang telah terjalin. Akhlak yang
menjadi inti dari ajaran tasawuf yang dapat mendorong manusia untuk
etika. Tanpa kesempurnaan etika manusia tidak bisa maju lebih jauh lagi. Salah
satu landasan tasawuf adalah kesempurnaan etika, dalam sejarah tasawuf bahwa
tujuan tasawuf ini pada dasarnya merupakan etika Islam. Akhlak yang luhur
merupakan dasar tasawuf dan akhlak dalam bentuknya yang paling tinggi adalah
buah tasawuf. Akhlak yang utama merupakan semboyan sufi, di antara dasar dan
buahnya.
Akhlak selalu menyertai seorang sufi. Bukan berarti bahwa akhlak tadi
manusia, melainkan hanya salah satu sumber akhlak yang berasal dari ajaran
Islam, khususnya bagi ahli tasawuf (sufi). Akhlak dalam aktivitas yang diajarkan
12
Abdul Halim Mahmud, Hal Ihwal Tasawuf: Analisa tentang Al-Munqidz Minadh
Dhalal (Penyelamat dari Kesesatan) oleh Imam al-Ghzali, terj. Abu Bakar Basymeleh, (Jakarta:
Daarul Ihya‟, 1986), hlm. 210.
15
oleh tasawuf untuk mengangkat manusia ke tingkatan shafa al-tauhid. Pada tahap
inilah manusia akan memiliki akhlak kepada Allah. Dan manakala seseorang
positif dan membawa manfaat, serta selaras dengan tuntutan Allah. Menurut al-
pengendara kuda, pergi berburu. Syahwat ibarat kuda, sedang marahnya seperti
anjing. Jika pengendali cerdik, kudanya terlatih dan anjingnya terdidik, pasti akan
yang dicarinya. Demikian juga, apabila jiwa seseorang bodoh, syahwatnya keras,
tidak bisa diarahkan dan nafsu amarahnya tak dapat dikuasai, niscaya akan
seperti sekarang ini sering menampilkan sifat-sifat yang tidak terpuji, terutama
dalam menghadapi materi yang gemerlap ini. Sifat-sifat yang tidak terpuji tersebut
adalah hirsh, yaitu keinginan yang berlebih-lebihan terhadapa materi. Dari sifat ini
tumbuh perilaku menyimpang seperti korupsi dan manipulasi. Sifat kedua ialah
al-hasud, yaitu menginginkan agar nikmat orang lain sirna danberalih kepada
13
M. Amin Syukur, Metodologi Studi Islam (Semarang: Bima Sakti, 2000), hlm. 122.
16
dirinya. Sifat riya‟, yaitu sifat suka memamerkan harta atau kebaikan diri dan
yang tepat. Karena kadangkadang sifat tercela itu muncul dalam keadaan yang
menguasainya. Agar posisi seseorang berbalik, yakni hawa nafsunya dikuasai oleh
akal yang telah mendapat bimbingan wahyu, dalam dunia tasawuf diajarkan
dalam melawan hawa nafsu tadi. Dengan jalan ini diharapkan seseorang
seharusnya dimiliki oleh seorang sufi. Seorang yang ada pada maqam taubat
dari kecenderungan jahat dan hanya melakukan yang baik dan bernilai. Seorang
yang ada pada maqam wara‟, secara tegas berupaya meninggalkan hal-hal yang
belum jelas guna dan manfaatnya dan hanya memilih sesuatu yang jelas
berdasarkan pada nilai kemanfaatannya, baik bagi dirinya maupun orang lain. Ia
tidak akan terpengaruh pada keindahan kulit luarnya atau kenikmatan yang
14
M. Amin Syukur, Menggugat Tasawuf……, h. 114 –115.
17
bersifat sementara, karena seorang zuhud lebih melihat sesuatu dari substansinya.
zuhud akan tampil sifat positif lainnya, seperti sifat qana‟ah (menerima apa yang
telah ada/dimiliki), tawakkal (pasrah diri kepada Allah swt.) dan syukur, yakni
menerima nikmat dengan lapang dan mempergunakan sesuai dengan fungsi dan
proporsinya.
3. Pendidikan Akhlak–Sosial
para sufi. Tujuan yang dapat dicapai tetap sama yaitu ketenangan, kedamaian dan
masyarakat di sekitarnya. Mereka tidak hanya memburu surga bagi dirinya sendiri
tasawuf terdapat dua model, yaitu: Pertama, tasawuf yang berorientasi pada
15
Hasyim Muhammad, Dialog antara Tasawuf dan Psikologi, Dialog antara Tasawuf
dan Psikologi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001), hlm. 120
18
berusaha untuk membenahi jiwa dan batin. Tasawuf merupakan gerakan dan
proses merubah dan menata hati, sehingga dalam diri dan perilaku individu
berubah dari berakhlak buruk (akhlak sayyiah) menjadi berakhlak baik (akhlak
pada aspek sosial. Mulai dari lingkungan terdekat, keluarga dan masyarakat
sekitarnya.
Gerakan tasawuf tidak hanya berkutat pada ritual yang bersifat vertikal,
namun maju pada garda depan sebagai ritual sosial. Tasawuf membawa visi dan
misi transformasi sosial, di mana tasawuf harus mampu menjadi solusi alternatif
pemecahan problem-problem sosial untuk menuju era sosial baru. Krisis yang
menerpa negeri ini, bukan saja sebatas pada krisis moneter, ekonomi, politik,
hukum, sosial dan seterusnya, tetapi berpangkal dan berujung pada krisis akhlak
dan spiritual. Jika dirunut krisis tersebut adalah buah dari krisis spiritual
keagamaan. Pentingnya esoterisme dalam Islam yakni tasawuf tak bisa dipungkiri.
Konsepsi al-Qur‟an bahwa dunia ini riil, bukan maya. Beberapa ayat menegaskan
agar manusia beriman kepada Allah, hari akhir dan amal shaleh. Ketiga term itu
Tuhan yang tidak menghendaki apapun kecuali kebaikan dan kebajikan bagi
makhluknya. Jika manusia dalam hatinya selalu dipenuhi dengan nafsu duniawi,
selalu menjadikan teknologi modern sebagai sesuatu yang paling berharga. Agar
dapat menerima cahaya Tuhan, manusia harus menghilangkan akhlak yang negatif
Yang diperlukan adalah sikap istiqamah pada setiap masa dan mungkin lebih-
perubahan. Istiqamah di sini bukan berarti statis, melainkan lebih dekat kepada
suatu mobil, semakin mampu dia melaju dengan cepat tanpa guncangan. Maka
disebut mobil itu memiliki stabilitas atau istiqamah. Mobil disebut stabil bukanlah
pada waktu dia berhenti, tapi justru ketika dia melaju dengan cepat.16
mencontoh tokoh sufi ideal dan terbesar dalam sejarah Islam, yakni Nabi
manusia, sebagaimana ditegaskan Allah swt. dalam firman-Nya dalam (Q.S. al-
Ahzab: 21)
16
Nurcholish Madjid, Pintu-pintu Menuju Tuhan (Jakarta: Paramadina, 1995), hlm. 175
20
Artinya : Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik
bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari
manusia ke tingkatan shafa al-tauhid. Pada tahap inilah manusia akan memiliki
akhlak kepada Allah. Dan manakala seseorang dapat berperilaku dengan perilaku
aktivitas kecuali aktivitas yang positif dan membawa manfaat, serta selaras
manusia dengan akalnya ibarat pengendara kuda, pergi berburu. Syahwat ibarat
kuda, sedang marahnya seperti anjing. Jika pengendali cerdik, kudanya terlatih
apabila ia tidak pandai, kudanya tidak patuh, pasti akan mendapatkan kebinasaan,
tidak mungkin memperoleh sesuatu yang dicarinya. Demikian juga, apabila jiwa
seseorang bodoh, syahwatnya keras, tidak bisa diarahkan dan nafsu amarahnya tak
17
M. Amin Syukur, Metodologi Studi Islam (Semarang: Bima Sakti, 2000), hlm. 122
21
Tasawuf akan berhasil mengubah jalan hidup manusia jika akhlaknya mengalami
Begitu juga dengan ibadah. Nilai ibadah yang paling utama adalah ketika
kita bisa merasakan Khuns ( intim) berdua dengan Tuhan. Setiap ibadah yang
dilakukan bernilai mutan yang berarti. Artinya setiap ibadah yang di lakukan
bukan lagi karena sebuah kewajiban melainkan menjadi sebuah rutinitas kebiasan
Tasawuf membuat manusia menjadi insan yang terbaik. Bukan hanya soal
akhlak, ibadah yang dibarengi dengan tasawuf merupakan ibadang yang baik
sehingga melahirkan penghambaan yang total pada Allah. Ibadah yang berkualitas
disebut dengan istilah ihsan, yang berarti beribadah kepada Allah tidak
melihat-Nya, karena Dia senantiasa melihat kamu”. Ihsan menurut bahasa berarti
atau manfaat kepada orang lain. Kedua, memperbaiki tingkah laku berdasarkan
18
Al-Raghib al-Isfahani, Mufradat Alfazh Al-Qur`an, h. 118
BAB III
PENUTUP
bagi para pendengar dalam menambah khasanah ilmu pengetahuan. Kami sangat
memerlukan kritik dan saran guna membangun makalah ini lebih baik. Akhir kata,
kami ucapkan kepada seluruh pihak yang membantu menyelesaikan makalah ini.
Syukur kepada Allah, shalawat kepada rasulullah Muhammad Saw. Semoga apa
yang kami persentasekan dapat menjadi amal jariyyah bagi kami. Kami
menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna dan masih memiliki
banyak kesalahan, maka dari itu kami meminta maaf atas kesalahan kami.
22
DAFTAR PUSTAKA
Baldick, Julian, Islam Mistik: Mengantar Anda ke Dunia Tasawuf, trej. Satrio
Mahmud, Abdul Halim, Hal Ihwal Tasawuf: Analisa tentang Al-Munqidz Minadh
Dhalal (Penyelamat dari Kesesatan) oleh Imam al-Ghzali, terj. Abu Bakar
Masyhur, Kahar, Membina Akhlak dan Akhlak (Jakarta: Rineka Cipta, 1994)
dalam M. Amin Syukur dan Abdul Muhayya‟, (eds.), Tasawuf dan Krisis,
Mughni, Syafiq A., Nilai-nilai Islam : Perumusan Ajaran dan Upaya Aktualisasi
Syukur, Amin, Menggugat Tasawuf: Sufisme dan Tanggung Jawab Sosial Abad
23