Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH AKHLAK TASAWAUF

“AJARAN TASAWAUF”

OLEH:

KELOMPOK I

JABAL THARIQ POLISIRI (19134002)

ISNAFIRA ARMAN (19134001)

SUNARTI SANGAJI (19134019)

PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI TERNATE

2021/2022
KATA PENGANTAR

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Puji syukur penulis panjatkan


kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Karena telah melimpahkan rahmat dan nikmat-Nya
berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah ini bisa selesai tepat pada waktunya.
Shalawat serta salam tak lupa pula kita haturkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad

Rasa terima kasih penulis sampaikan kepada Ibu nurmala selaku dosen pengampu,
yang mana telah memberikan bimbingan yang sangat membantu penulis dalam
menyelesaikan tugas makalah pada mata kuliah akhlak tasawuf ini.

Terima kasih juga penulis ucapkan kepada teman-teman yang telah berkontribusi
dengan memberikan ide dan referensi sehingga makalah ini dapat tersusun dengan baik dan
rapi. Penulis berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan bagi pembaca.
Namun, terlepas dari itu mengerti bahwa makalah ini jauh dari kata yang sempurna, sehingga
kritik kritik dan saran yang bersifat membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang
lebih baik lagi. Demikian yang dapat penulis sampaikan, atas segala kekurangan yang ada
penulis haturkan maaf. Sekian dan terima kasih. Wassalamu'alaikum Warahmatullahi
Wabarakatuh
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..............................................................................................................................3

BAB I.........................................................................................................................................4

1.1 Latar Belakang.............................................................................................................4

1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................4

BAB II........................................................................................................................................5

2.1 Pengertian Tasawuf.....................................................................................................5

2.2 Sejarah Munculnya Tasawuf.......................................................................................6

2.3 Dalil Mengenai Tasawuf.............................................................................................8

BAB III.....................................................................................................................................10

PENUTUP................................................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................11
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ajaran tasawuf dalam dunia Islam dipelajari sebagai ilmu, yang mana dipelajarinya ilmu
ini sebagai jalan untuk mendekatkan diri kepada Allah. Manusia pada kenyataan adalah suci,
maka kegiatan yang dilakukan oleh sebagian manusia untuk mensucikan diri merupakan
naluri manusia. Usaha yang mengarahkan seorang hamba kepada pensucian jiwa terhadapnya
diterapkan dalam kehidupan tasawuf.

Ajaran tasawuf ialah salah satu ilmu yang cukup populer didengar bahkan oleh para
orang awam sekalipun. Namun pada umumnya ajaran ajaran tasawuf ini kurang
diimplementasikan oleh kalangan orang-orang awam, sehingga tidak banyak yang
mengamalkan ajaran ini. Maka pada makalah ini, penulis akan memaparkan mulai dari
pengertian tasawuf, sejarah kemunculan tasawuf, serta dalil mengenai tasawuf. Yang mana
penulis mengharapkan membaca makalah ini maka pemahaman akan memahami serta
mampu mengamalkan ajaran tasawuf ini.

1.2 Rumusan Masalah

2. Apakah yang dimaksud dengan ajaran Tasawuf?


3. Bagaimana sejarah kemunculan serta periodesasi ajaran Tasawuf?
4. Bagaimana penjelasan dalil yang menunjukkan adanya ajaran Tasawuf dalam Islam?
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Tasawuf

Istilah tasawuf secara etimologi berasal dari bahasa Arab dari kata ”tashowwafa -
yatashowwafu - tashowwuf” mengandung makna berbulu yang banyak, yakni menjadi
seorang sufi atau menyerupainya dengan ciri khas pakaiannya terbuat dari bulu domba atau
wol, walaupun pada prakteknya tidak semua ahli sufi pakaiannya menggunakan wol .
Menurut pendapat menyatakan bahwa bahwa para sufi diberi nama sufi karena kesucian
(shafa) hati mereka dan kebersihan tindakan mereka. Di sisi lain yang menyebutkan bahwa
seseorang disebut sufi karena mereka berada dibaris terdepan (shaff) di hadapan Allah,
melalui pengangkatan mereka kepada-Nya. Bahkan ada juga yang mengambil dari istilah
ashhab al Shuffah,

Definisi, definisi tasawuf secara terminologi setidaknya terdapat 11 (sebelas) definisi


tasawuf yang dimunculkan selanjutnya oleh para pemilik tasawuf. Dari kesebelas definisi
tersebut dapat diambil pemahaman bahwa tasawuf adalah: (1) akhlak mulia dan muraqabah
kepada Tuhan (Ihsan); (2) cinta dan kasih sayang (Mahabbah) kepada Tuhan; (3) inti atau
akar agama guna mencapai kedamaian hati; (4) mengkonsentrasikan pikiran kepada Allah
atau penyatuan; (5) kontemplasi yang bertualang menuju tahta ketuhanan; (6) penjagaan
seseorang terhadap informasi dan perkiraan guna mendapatkan keyakinan atau kepastian; (7)
penyerahan jiwa kepada Tuhan; (8) jalan iman dan penegasan persatuan kepada Tuhan; (9)
jalan yang halus dan diterangi untuk menuju surga yang paling mulia; (10) jalan untuk
menemukan rasa agama; dan (11) syari'at.

Adapun pendapat Ibrahim Hilal bahwa tasawuf pada rentang kehidupan zuhud,
menghindari gemerlap kehidupan dunia, rela hidup dalam keprihatinan, melakukan berbagai
jenis amalan ibadah, melaparkan diri, melakukan shalat malam, dan melakukan berbagai jenis
wirid sampai fisik atau dimensi jasmani seseorang menjadi lemah dan dimensi jiwa atau
rohani menjadi kuat. Berdasarkan definisi di atas, dapat diambil kesedapan bahwa pengertian
tasawuf adalah suatu metode yang dilakukan untuk mencapai pendekatan atau penyatuan
antara seorang hamba dan Tuhannya, yaitu dengan menjauhkan diri dari pengaruh kehidupan
dunia yang melalaikan dan kemudian memperhatikannya hanya ditujuan kepada Allah SWT.
2.2 Sejarah Munculnya Tasawuf

Para tokoh sufi dan juga termasuk dari kalangan cendikian muslim memberikan pendapat
bahwa sumber ajaran tasawuf adalah bersumber dari Al-Qur'an dan Al-Hadits. Al-Qur'an
adalah kitab yang di dalam sejumlah ayat yang Berbicara tentang inti ajaran tasawuf. Ajaran-
ajaran tentang khauf, raja ', taubat, zuhud, tawakal, syukur, sabar, ridha, fana, cinta, rindu,
ikhlas, ketenangan dan sebagainya secara jelas diterangkan dalam Al-Qur'an. Antara lain
tentang mahabbah (cinta) terdapat dalam surat Al-Maidah ayat 54, tentang taubat terdapat
dalam surat At-Tahrim ayat 8, tentang tawakal terdapat dalam surat At-Thalaq ayat 3, tentang
syukur terdapat dalam surat Ibrahim ayat 7, tentang sabar terdapat Dalam surat Al-Mukmin
ayat 55, tentang ridha terdapat dalam surat Al-Maidah ayat 119, dll.

Sejalan dengan apa yang dikatakan dalam al-Qur'an, bahwa al-Hadits juga banyak
berbicara tentang kehidupan rohaniah yang ditekuni oleh kaum sufi setelah Rasulullah. Dua
hadits populer yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim: "Sembahlah Allah seolah-olah
Anda melihat-Nya, maka Anda tidak melihat-Nya, maka Ia pasti melihatmu" dan juga sebuah
hadits yang menyatakan: "Siapa yang kenal pada dirinya, niscaya kenal with Tuhan-Nya
”adalah menjadi landasan yang kuat bahwa ajaran-ajaran tasawuf tentang masalah rohaniah
bersumber dari ajaran Islam. Ayat-ayat dan hadits di atas hanya sebagian dari hal yang
berkaitan dengan ajaran tasawuf. Dalam hal ini Muhammad Abdullah Asy-Syarqowi
mengatakan: “Awal mula tasawuf ditemukan semangatnya di dalam Al-Qur'an dan juga
ditemukan di dalam sabda dan kehidupan Nabi SAW, baik sebelum sesudah sesudah diutus
menjadi Nabi. Begitu juga awal mula tasawuf juga dapat ditemukan pada masa sahabat Nabi
beserta para generasi sesudahnya ”.

Goldziher mengatakan, bahwa tasawuf sebagai salah satu warisan ajaran dari berbagai
agama dan kepercayaan yang mendahului dan bersentuhan dengan Islam. Bahkan
berpendapat bahwa beberapa ide Al-Qur'an juga merupakan hasil pengolahan ideologi agama
dan kepercayaan lain. Unsur agama dan kepercayaan selain Islam itu adalah pengaruh dari
agama Nasrani, Hindu-Budha, Yunani dan Persia. Pola kehidupan fakir yang dilakukan oleh
para sufi adalah merupakan salah satu ajaran yang terdapat dalam Injil. Dalam agama Nasrani
mengatur bahwa Isa adalah orang fakir. Di dalam Injil dikatakan bahwa Isa berkata:
“Beruntunglah orang-orang miskin, karena bagi kamulah kerajaan Allah. Beruntunglah kamu
orang-orang yang lapar, karena kamu akan kenyang ”. Di pengaruh samping dari ajaran
Nasrani, Goldziher juga membahasakan, bahwa ajaran tasawuf banyak dibangun oleh ajaran
Budha. Dia menyatakan bahwa ada hubungan persamaan antara tokoh Budha Sidharta
Gautama dengan tokoh sufi Ibrahim bin Adam yang mewah sebagai putra mahkota. Bahkan,
suara Goldziher para sufi belajar menggunakan tasbih yang digunakan oleh para pendeta
Budha.

Untuk selanjutnya ada juga teori yang mengatakan bahwa tasawuf juga inspiratif oleh
unsur Yunani. Menurut Abuddin Nata, ungkapan Neo Platonis: “Kenallah dirimu dengan
dirimu” telah diambil sebagai rujukan oleh kaum sufi Perluas makna hadits yang
mengatakan: “Siapa yang mengenal dirinya, niscaya dia mengenal Tuhannya”. Dari sinilah
kriteria teori Hulul, Wihdah Asy-Syuhud dan Wihdah al-Wujud. Filsafat Emansi Platonis
yang menyatakan bahwa wujud alam raya ini memancar dari zat Tuhan Yang Maha Esa. Roh
berasal dari Tuhan dan akan kembali kepada Tuhan. Tetapi dengan masuknya ke alam materi,
roh menjadi kotor, maka dari itu roh harus dibersihkan. Penyucian roh itu adalah dengan
meninggalkan dunia dan mengabadikan diri dengan Tuhan sedekat-teriak. Ajaran inilah yang
kemudian berpengaruh terhadap pengaruh kaum Zuhud dan sufi dalam Islam.

Berdasarkan teori di atas, dilihat dari berbagai aspek mengandung banyak kelemahan. Bila
mereka mengakui bahwa tasawuf tidak murni dari ajaran Islam, ini disebabkan titik fokus
mereka hanya mengkaji tasawuf dari ajaran-ajaran atau prilaku kehidupan para sufi. Harus
bahwa kebenaran memang ada pola kehidupan dan pemikiran para tokoh sufi dengan ajaran-
ajaran di luar Islam, tetapi adanya pengertian ini bukan berarti mereka mengambil ajaran di
luar Islam, sebab Al-Qur'an dan Al-Hadits adalah sumber utama yang sarat dengan ajaran-
ajaran tasawuf. Kelemahan lain dari mereka, bahwa mereka mengindentikkan ajaran Islam
ajaran ajaran non Islam yang dibangun dari hasil produk pemikiran. Mereka lupa bahwa
Islam adalah agama wahyu yang bukan pemikiran produk manusia

Adapun sejarah perkembangan ilmu tasawuf dikelompokkan kepada 5 periodesasi:

1. Masa Pembentukan

Pada masa awal Islam (Nabi SAW dan Khulafaur Rasyidin) istilah tasawuf belum
dikenal. Meski demikian, bukan berarti praktek seperti puasa, zuhud, dan senadanya
tidak ada. Hal ini dibuktikan dengan perilaku Abdullah bin Umar yang melakukan puasa
sepanjang hari dan shalat atau membaca al-Qur'an di malam harinya. Sahabat lain yang
terkenal dengan hal itu antara lain Abu al-Darda, Abu Dzar al-Ghiffari, Bahlul bin
Zaubaid, dan Kahmas al-Hilali. Adapun tokoh-tokoh sufi yaitu Hasan Bashri (642-728
M) dengan ajaran tentang Khauf (takut) dan Raja '(berharap), dan Rabi'ah Al-Adawiyah
(w.801 M / 185 H) ajaran cinta kepada Tuhan (Hubb al-Ilah).

2. Masa Pengembangan

Masa pengembangan ini terjadi pada kurun antara abad ke-III dan ke-IV Hijriyah.
Pada kurun ini muncul dua tokoh terkemuka, yakni Abu Yazid al-Bushthami (w.261 H)
ajaran Fana '(leburnya perasaan), Liqa' (bertemu dengan Allah SWT) dan Wahdat al-
Wujud (kesatuan wujud atau bersatunya hamba dengan Allah) Swt) dan Abu Mansur al-
Hallaj (w. 309 H) dengan ajaran Hulul (inkarnasi Tuhan), Nur Muhammad dan Wahdat
al-Adyan (kesatuan agama).

3. Masa Konsolidasi

Masa yang dimulai pada abad V Hijriyah ini merupakan konflik yang melibatkan dan
pertarungan antar tasawuf falsafi dan tasawuf sunni. Adapun tokoh-tokoh pada masa ini
antara lain Al-Qusyairi (376-465 H), Al-Harawi (w.396 H), dan Al-Ghazali (450-505 H).

4. Masa Falsafi

Masa falsafi Pada abad VI dan VII H ini muncul dua hal penting yakni; Pertama,
kebangkitan kembali tasawuf semi-falsafi yang setelah bersinggungan dengan filosofi
maka muncul menjadi tasawuf falsafi, dan kedua, tes orde-orde dalam tasawuf
(thariqah).Tokoh-tokoh utama tasawuf falsafi antara lain adalah Ibnu 'Arabi dengan
Wahdat al-Wujud, Shuhrawardi dengan teori Isyraqiyyah, Ibnu Sabi'in dengan teori
Ittihad, Ibnu Faridh dengan teori cinta, Fana' dan Wahdat al-Syuhud

5. Masa Pemurnian

Masa pemurnian Ibn 'Arabi, Ibn Faridh, dan ar-Rumi adalah masa keemasan gerakan
tasawuf baik secara teoritis maupun praktis. Pengaruh dan praktek-praktek tasawuf yang
terkenal luas melalui tarekat-tarekat. Bahkan para sultan dan pangeran tidak segan-segan
lagi mengeluarkan perlindungan dan kesetiaan pribadi kepada mereka. Meski demikian,
lama kelamaan timbul penyelewengan-penyelewengan dan skandal-skandal yang
berakhir pada penghancuran citra baik tasawuf itu sendiri. Dengan fenomena di atas,
muncullah Ibn Taimiyah yang dengan lantang ajaran ajaran-ajaran yang dia anggap
menyeleweng tersebut. dia ingin mengembalikan kembali tasawuf kepada sumber ajaran
Islam, Al-Qur'an dan Al-Hadits..

2.3 Dalil Mengenai Tasawuf

Pada hakikatnya, seorang ahli Tasawuf Islami itu akan tunduk pada agamanya,
melaksanakan ibadah-ibadah yang diperintahkan, iman itu diyakininya dalam hati, selalu
menghadap Allah, dan tanda-tanda kekuasaan Allah. Imam Sahal Tusturi seorang ahli
tasawuf telah mengemukakan tentang prinsip tasawuf ada enam macam:

1. Berpedoman kepada kitab Allah (Al-Qur'an).


2. Ikuti Sunnah Rasulullah (Hadits).
3. Makan makanan yang halal.
4. Tidak menyakiti manusia (termasuk binatang).
5. Menjauhkan diri dari dosa.
6. Melaksanakan ketetapan hukum (yaitu segala peraturan agama Islam).

Kaum sufi berusaha untuk senantiasa taqarrub (dekat) kepada Allah, hal ini
sebetulnya di dalam Al-Qur'an terdapat ayat-ayat yang menunjukan bahwa manusia dekat
sekali dengan Tuhan, antara lain:

“Dan menurut hamba-Ku bertanya kepadamu (Muhammad) tentang diri -Ku, maka
sebenarnya Aku dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa berdoa kepada-
Ku. Hendaklah mereka itu memenuhi (perintah) -Ku dan beriman kepada-Ku agar mereka
mewujudkan kebenaran. ”

Kaitannya dengan ayat di atas, Tuhan mengatakan bahwa Ia dekat pada manusia dan
mengabulkan permintaan orang yang meminta. Oleh kaum sufi do'a disini diartikan berseru,
yaitu Tuhan mengabulkan seruan orang yang ingin dekat pada-Nya.

Dan milik Allah timur dan barat, kemana pun kamu menghadap, di sanalah wajah Allah.
Sungguh, Allah Maha Luas, Maha Mengetahui. ” Berdasarkan ayat tersebut, kemana saja
manusia menghadap, manusia akan berjumpa dengan Tuhan. Demikianlah diketahui manusia
kepada Tuhan.
Ayat berikut dengan lebih tegas, bersemangat, dan bersemangat ketika manusia kepada
Tuhan. “Dan sungguh, Kami telah menciptakan manusia dan Kami melihat apa yang
dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat di dekat urat lehernya.” Ayat ini mengandung
arti bahwa Tuhan ada di dalam, bukan di luar diri manusia.

“Bukanlah kamu yang membunuh mereka, melainkan Allah-lah yang membunuh mereka,
dan bukan engkau yang melontar ketika engkau melontar, tetapi Allah-lah yang melontar.
(Allah undang demikian untuk membinasakan mereka) dan memberi penghargaan kepada
orang-orang mukmin, dengan kemenangan yang baik. Sungguh, Allah Maha Mendengar,
Maha Mengetahui ” Dapat diartikan berdasarkan dari ayat tersebut bahwa Tuhan dengan
manusia sebenarnya satu. Dapat diartikan bahwa perbuatan manusia itu merupakan perbuatan
Tuhan.

Adapun ajaran-ajaran dalam penerapan ilmu tasawuf termasuk khauf, raja ', taubat, zuhud,
tawakal, syukur, sabar, ridha, fana, cinta, rindu, ikhlas, ketenangan dan sebagainya secara
jelas diterangkan dalam Al-Qur'an. Antara lain tentang mahabbah (cinta) terdapat dalam surat
Al-Maidah ayat 54, tentang taubat terdapat dalam surat At-Tahrim ayat 8, tentang tawakal
terdapat dalam surat At-Thalaq ayat 3, tentang syukur terdapat dalam surat Ibrahim ayat 7,
tentang sabar terdapat Dalam surat Al-Mukmin ayat 55, tentang ridha terdapat dalam surat
Al-Maidah ayat 119, dll.

Bukan ayat-ayat Al-Qur'an saja tetapi juga terdapat Hadits yang mengabarkan tentang adanya
ajaran tasawuf dalam syari'at.

Diriwayatkan dari Umar bin Khattab RA pernyataan: Suatu ketika kami (para sahabat)
duduk di dekat Rasulullah SAW. Tiba-tiba muncul kepada kami seorang lelaki yang diberi
pakaian yang sangat putih dan rambutnya yang hitam. Tak terlihat padanya bekas-bekas
perjalanan, dan tak ada seorang pun di antara kami mengenalnya. Ia segera duduk di hadapan
Nabi, lalu lututnya disandarkan pada lutut Nabi dan diletakkan di atas kedua paha Nabi,
kemudian ia berkata: “Wahai Muhammad! Beritahukan kepadaku tentang Islam. ” Rasulullah
SAW menjawab “Islam adalah engkau bersaksi tiada yang berhak diibadahi dengan benar
melainkan Allah, dan sesungguhnya Muhammad adalah Rasul Allah; menegakkan shalat;
menunaikan zakat; berpuasa di bulan Ramadhan; dan engkau menunaikan haji ke Baitullah,
engkau telah mampu melakukan, "jika itu berkata," Engkau benar ", maka kami heran, ia
bertanya apakah ia juga yang membenarkannya. Kemudian ia bertanya lagi: “Beritahukan
kepadaku tentang Iman”. Nabi SAW menjawab, “Iman adalah, engkau beriman kepada
Allah; malaikat-Nya; para Rasul-Nya; hari akhir; dan beriman kepada takdir Allah yang baik
dan yang buruk ”, ia berkata,“ Engkau benar. ” Dia bertanya lagi: “Beritahukan kepadaku
tentang Ihsan.” Nabi SAW menjawab, “Hendaklah tepat pada Allah seakan-akan engkau
melihat-Nya. Meskipun kau tidak melihat-Nya, sebenarnya Dia melihatmu. ” Lelaki itu
berkata lagi: “Beritahukan kepadaku kapan terjadi Kiamat?” Nabi SAW menjawab,
“Pertanyaan yang menanyakan pertanyaan lebih lanjut yang bertanya.” Dia pun bertanya lagi:
“Beritahukan kepadaku tentang tanda-tandanya!” Nabi SAW menjawab, “Jika seorang budak
wanita telah melahirkan tuannya; jika Anda melihat orang yang bertelanjang kaki, tanpa
memakai baju serta pengembala kambing telah saling berlomba dalam menyiapkan bangunan
megah yang menjulang tinggi. ” Kemudian lelaki tersebut segera pergi. Aku pun terdiam,
sehingga Nabi bertanya kepadaku: “Wahai Umar! Tahukah engkau, siapa yang bertanya tadi?
” Aku menjawab, “Allah dan Rasul-Nya lebih tahu,” beliau bersabda, “Dia adalah Jibril yang
mengajarkan kalian tentang agama kalian.” (HR. Muslim, no.8) “Dia adalah Jibril yang
mengajarkan kalian tentang agama kalian.” (HR. Muslim, no.8) “Dia adalah Jibril yang
mengajarkan kalian tentang agama kalian.” (HR. Muslim, no.8)

Sebagaimana yang dinyatakan dalam Hadits diatas yang menerangkan tentang Islam, Iman,
dan Ihsan. Tasawuf merupakan perwujudan dari salah satu ketiga pilar syari'at tersebut, yakni
Ihsan. Jadi, tasawuf adalah bagian dari syari'at, atau dengan kata lain bahwa syari'at Islam
juga memuat ajaran tentang tasawuf. Dengan pemikiran dasar ini, maka tasawuf atau kajian
atasnya merupakan hal yang benar, sebab hal tersebut dalam syari'at posisi dan posisi yang
sama dengan kedua pilar Islam lainnya.
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Dari makalah di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa tasawuf adalah upaya atau jalan
untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT melalui proses dan cara tertentu agar
mendapatkan kebahagian batin sehingga menghiasi diri dengan akhlakul karimah. Adapun
orang yang bertasawuf disebut sufi. Mempelajari tasawuf memiliki banyak manfaat di
antaranya di zaman sekarang, teknologi mana yang serba canggih dan materi yang melimpah
ternyata justru membuat manusia mengalami penurunan spiritualisme dan lebih
mementingkan dunia. Tasawuf dapat menyejukan hati, menentramkan jiwa dan menemukan
makna hidup yang sebenarnya ditengah kehidupan sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA

Badrudin. 2015. Pengantar Ilmu Tasawuf. Serang: A-Empat.

Bakhtiar, Nurhasanah, dan Marwan. 2017. Metodologi Studi Islam, Pekanbaru: Cahaya
Firdaus.

Hafiun, Muhammad. 2012. “Teori Asal Usul Tasawuf”. Jurnal Dakwah, XIII (2).

Mashar, Aly. 2015. “TASAWUF: Sejarah, Madzhab, dan Inti iniAjarannya”. Jurnal
Pemikiran Islam dan Filsafat, XII (1).

Anda mungkin juga menyukai