Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

TASAWUF AHLUSSUNNAH WALJAMA”AH

Dosen pengampu:Wahyuni Syifatur Rohmah,M.S.I

Disusun oleh kelompok 5:

1.Siti Annisa(2211019)

2.Achmad Rizal Ramli(2211038)

3.Mukhlisotun Nikmah(2211035)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH


INSTITUT AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA KEBUMEN

Alamat : Jl. Tentara Pelajar No.55B, Panggel, Panjer, Kec. Kebumen, Kabupaten Kebumen,
Jawa Tengah 54312

1
KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan ridho-
Nya,sehingga kami bisa menyelesaikan makalah ini dengan baik dan selesai tepat waktu.

Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah ASWAJA. Selain itu, makalah ini
bertujuan untuk menambah wawasan tentang tasawuf Ahlussunnah Waljama’ah.

Tidak lupa kami ucapkan terimakasih kepada Ibu Wahyuni Syifatur Rahmah,M.S.I selaku
dosen pengampu Aswaja.Kami juga mengucapkan terimakasih kepada teman sekelompok
yang telah membantu dalam hal mengumpulkan data-data dalam pembuatan makalah ini.

Mungkin dalam pembuatan makalah ini terdapat kesalahan yang belum kami ketahui.Maka
dari itu kami mohon saran dan kritik dari teman-teman maupun dosen.Demi tercapainya
makalah yang sempurna.

2
DAFTAR ISI

BAB 1 Pendahuluan

1.Latar Belakang Masalah.............................................................................................4

2.Rumusan Masalah.......................................................................................................4

3.Tujuan.........................................................................................................................4

BAB II Pembahasan

1.Pengertian Tasawuf Ahlussunnah Waljama’ah..........................................................5

2.Tujuan Tasawuf Ahlussunnah Waljama’ah................................................................6

3.Sejarah Tasawuf Ahlussunnah Waljama’ah...............................................................7

4.Tokoh Tasawuf Ahlussunnah Waljama’ah.................................................................8

BAB III Penutup

1.Kesimpulan...............................................................................................................11

2.Saran.........................................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................12

3
BAB 1

PENDAHULUAN

1.Latar Belakang

Sebagai umat Islam,tasawuf adalah ilmu yang penting diketahui.Tasawuf adalah salah
satu ilmu yang mengajarkan tentang upaya untuk tetap hidup sederhana,jauh dari hal-hal
duniawi.Tasawuf bagi umat Islam bukan pekerjaan yang mudah dilakukan dari segi asal-
muasal kata saja, karena sering terjadi pro dan kontra. Belum lagi aplikasi praktisnya untuk
menjalani kehidupan ala tasawuf itu sendiri.Ilmu tasawuf bukan hanya teori, melainkan juga
praktik. Makalah ini mengajak pembaca untuk bersama-sama meyakinkan bahwa ajaran
tasawuf  itu murni dari ajaran Islam bukan pengaruh dari luar Islam. Pemikiran dan praktek
tasawufyang dihasilkan dari pemahaman terhadap al-Qur’an dan al-Hadits berbedadengan
pemikiran bebas yang tidak bersumber dari keduanya.Untuk lebih jelasnya,dalam makalah
ini kami akan mencoba memaparkan beberapa persoalan yang berhubungan dengan
Tasawuf Ahlussunnah Wal jama’ah,yaitu pengertian tasawuf Aswaja,sejarah perkembangan
tasawuf Aswaja dan tokoh-tokoh dalam tasawuf Aswaja.

2.Rumusan Masalah

Perumusan masalah dari makalah ini sebagai berikut:


1.Apa pengertian dari Tasawuf Aswaja ( Ahlussunnah Waljama’ah)?
2.Bagaimana Sejarah Tasawuf Aswaja ( Ahlussunnah Waljama’ah)?
3.Apa Tujuan dari Tasawuf Aswaja (Ahlussunnah Waljama’ah)?
4.Siapa saja Tokoh-tokoh Tasawuf Aswaja ( Ahlussunnah Waljama’ah)?

3.Tujuan Masalah

1.Untuk mengetahui Pengertian Tasawuf Aswaja ( Ahlussunnah Waljama’ah).

2.Untuk mengetahui Sejarah Tasawuf Aswaja ( Ahlussunnah Waljama’ah).

3.Untuk mengetahui Tujuan Tasawuf Aswaja (Ahlussunnah Waljama’ah)

4.Untuk mengetahui Tokoh-tokoh Tasawuf Aswaja ( Ahlussunnah Waljama’ah).

4
BAB II

PEMBAHASAN

1.Pengertian Tasawuf Ahlussunah Waljama’ah

a.Menurut Bahasa

Dalam buku Akhlak Tasawuf karya Abuddin Nata dijelaskan,makna tasawuf secara kata saja
memiliki banyak arti.Sejumlah ahli tasawuf menjelaskan bahwa makna tasawuf secara
bahasa berasal dari kata al-shuffah atau orang yang ikut pindah dengan Nabi dari makkah ke
madinah.Bisa dimaknai pula sebagai shaf(barisan),shuf(yang berarti bulu domba),hingga ke
bahasa Yunani sophos(hikmat).Kata al-shuffah,menggambarkan keadaan orang yang rela
mencurahkan jiwa-raga,harta-benda,dan lainya hanya untuk Allah SWT.Setia mengikuti
dakwah Rasulullah selagi susah.Dari sisi linguistik tasawuf dapat dipahami sebagai sikap
mental yang senantiasa memelihara kesucian diri,ibadah,menjalani kehidupan dengan
sederhana,hingga sikap rela berkorban untuk kebaikan dan selalu bijaksana.

b.Menurut Istilah

Tasawuf menurut istilah juga didefinisikan secara beragam, dan dari berbagai sudut pandang.
Hal ini dikarenakan berbeda cara memandang aktivitas para kaum sufi. Ma’ruf al Karkhi
mendefinisikan tasawuf adalah “mengambil hakikat dan meninggalkan yang ada di tangan
mahkluk”. Abu Bakar Al Kattani mengatakan tasawuf adalah “budi pekerti”.Amin Kurdi
mendefinisikan tasawuf adalah “Suatu yang dengannya diketahui hal ihwal kebaikan dan
keburukan jiwa, cara membersihkannya dari yang tercela dan mengisinya dengan sifat-sifat
terpuji, cara melaksanakan suluk dan perjalanan menuju keridhaan Allah dan
meninggalkan larangannya”. Dari kajian sudut bahasa maupun istilah sebagaimana dijelaskan
diatas, menurut Nicholson, bahwa masalah yang berkaitan dengan sufisme adalah sesuatu
yang tidak dapat didefinisikan secara jelas dan terang, bahkan semakin banyak
didefinisikan maka semakin jauh dari makna dan tujuan. Hal ini biasa terjadi karena hasil
pengalaman sufistik tergantung pada pengamalan masing-masing tokoh
sufi. Namun, menurut Abuddin Nata, bahwa walaupun setiap para tokoh sufi berbeda dalam
merumuskan arti tasawuf tapi pada intinya adalah sama, bahwa tasawuf adalah upaya melatih
jiwa dengan berbagai kegiatan yang dapat membebaskan dirinya dari pengaruh kehidupan

5
dunia,sehingga tercermin akhlak yang mulia dan dekat dengan Allah. Atau dengan kata lain
tasawuf adalah bidang kegiatan yang berhubungan dengan pembinaan mental rohaniah agar
selalu dekat dan bersama Allah.

2.Tujuan Tasawuf Ahlussunnah Waljama’ah


Tasawuf adalah ilmu yang membahas masalah pendekatan diri manusia kepada Tuhan
melalui pencucian ruhnya dengan melakukan berbagai amalan-amalan yang
istiqomah,sehingga tujuan akhir dari tasawuf adalah ma’rifat kepada Allah(ma’rifatullah)
dengan sebenar-benarnya sehingga dapat tersingkap tabir atau hijab seorang hamba kepada
Tuhannya.
Amin mengutip beberapa pendapat ahli terkait dengan tujuan tasawuf,antara lain:
a.A.Rievar Siregar,tujuan tasawuf adalah berada sedekat mungkin dengan Allah.mengetahui
makna dengan Tuhan,terdapat 3 simbol yaitu,dekat dalam arti melihat dan merasakan
kehadiran Tuhan dalam hati,dekat dalam arti berjumpa dengan Tuhan sehingga terjadi dialog
antara manusia dan sang kholiq,dekat dalam arti penyatuan manusia dengan Tuhan sehingga
yang terjadi adalah menolong antara manusia yang telah menyatu dalam iradat-Nya.
b.Syaikh Abdush Shamad Al-Falimbani seorang tokoh sufi dari palembang dalam bukunya
As-Sayr As Salikin ila Rabb Al-Alamin menyatakan bahwa tujuan akhir tasawuf adalah
memberikan kebahagiaan kepada manusia,baik didunia maupun di akhirat dengan puncaknya
menemui dan melihat Allah.
c.Mustafa Zahri,tujuan tasawuf adalah fana untuk mencapai ma’rifat.Arti fana adalah
meniadakan diri supaya ada.Definisi ini secara filosofis.Sementara secara tasawuf,fana adalah
leburnya pribadi pada kebaqaan Allah,dimana perasaan keinsanan lenyap diliputi rasa
ketuhanan dalam keadaan dimana semua rahasia yang menutup diri dengan Tuhannya
tersingkap kasyaf.Ketika itu pula antara diri dan Tuhannya terasa begitu dekat.

3.Sejarah Tasawuf Ahlussunnah Waljama’ah

Aswaja memiliki prinsip, bahwa hakikat tujuan hidup adalah tercapainya keseimbangan
kepentingan dunia-akherat dan selalu mendekatkan diri kepada Allah Swt. Untuk dapat

6
mendekatkan diri kepadaAllah, dicapai melalui perjalanan spiritual, yang bertujuan untuk
memperoleh hakikat dan kesempurnaan hidup manusia (insankamil). Namun hakikat yang
diperoleh  tersebut tidak boleh meniggalkan garis-garis syari’at yang ditetapkan oleh Allah
dalam Al Qur’an dan Sunah Rasulullah Saw.Syariat harus merupakan dasar untuk pencapaian
hakikat.Inilah prinsip yang dipegangi tasawuf Aswaja .Bagi penganut Aswaja,Al Qur’an dan
As-sunah Rasulullah merupakan rujukan tertinggi.Tasawuf yang benar adalah yang dituntut
oleh wahyu,Al Qur’an maupun As-sunah (Thariqah ar-RasulullahSaw).Dalam bidang
tasawuf,golongan Ahlussunah Waljama’ah (Aswaja) memegang teguh prinsip-prinsip dari
dua tokoh besar sufi,yaitu Imam Al Junaid Al Baghdadi dan Imam Ghazali.Para sufi harus
selalu memahami dan menghayati pengalaman-pengalaman yang pernah dilalui oleh Nabi
Muhammad Saw selama kehidupannya. Demikian juga pengalaman-pengalaman para sahabat
yang kemudian diteruskan oleh tabi’in-tabi’in sampai pada para ulama sufi hingga sekarang.
Memahami sejarah kehidupan (suluk) NabiMuhammad hingga para ulama Waliyullah itu,
dapat dilihat dari kehidupan pribadi dan sosialnya. Kehidupan individu artinya, ke-zuhud-an
(kesederhanaan duniawi), wara’ (men jauhkan diri dari perbuatan tercela)dan dzikir yang
dilakukan mereka. Demikian juga perilaku mereka dalam bermasyarakat, seperti sopan
santun, tawadlu’ (andab asor) dan sebagainya harus selalu diresapi dan diteladani dengan
penuh kesungguhan dankesabaran.Secara jama’ah, kaum Nahdliyin dapat memasuki
kehidupan sufi melalui cara-cara yang telah digunakan oleh seorang sufi tertentu
dalam bentuk thariqah (tarikat). Tidak semua tarikat yang ada dapat diterima.Kaum Aswaja
An-Nahdliyah menerima tarikat yang memilikisanad sampai dengan Nabi Muhammad, sebab
beliau pemimpin seluruh perilaku kehidupan umat Islam. Dari Nabi, seorang sufi harus
merujuk dan meneladani. Apabila ada tarikat yang sanadnya tidak sampai kepada Nabi
Muhammad, maka kaum Aswaja An-Nahdliyah tidak dapat menerima sebagai thoriqoh
mu’tabarah. Jalan sufi yang telah dicontohkan oleh Nabi Muhammad dan para perawisnya
adalah jalan yang tetap memegang teguh perintah-perintah syari’at. Karena itu, kaum Aswaja
An-Nahdliyah tidak dapat menerima jalan sufi yang melepaskan diri dari kewajiban
kewajiban syari’at, seperti yang terdapat dalam tasawuf Al-Hallaj (al-hulul) dengan
pernyataannya“ana al haqq” atau tasawuf Ibnu ‘Arabi (ittihad; manunggaling kawula
gusti). Karena itu, kaum Aswaja An-Nahdliyah hanya menerima ajaran-ajaran tasawuf yang
tidak meninggalkan syari’at dan akidah seperti yang terdapat dalam tasawuf Al-Ghazali dan
Junaid al-Baghdadi.Penerimaan tasawuf model tersebut, bertujuan memberikan jalantengah
(tawasuth) di antara dua kelompok yang berbeda. Yaitu kelompokyang menyatakan : Setelah
seseorang mencapai tingkat hakikat, tidak lagi diperlukan syari’at, dan kelompok yang

7
menyatakan : Tasawuf dapat menyebabkan kehancuran umat Islam. Oleh karenanya mereka
menolak kehidupan tasawuf secara keseluruhan. Ini seperti yang dituduhkan IbnuTaimiyah.
Dengan demikian, yang diikuti dan dikembangkan oleh kaum Aswaja An-Nahdliyah adalah
tasawuf yang moderat.
Pengadopsian tasawuf demikian, memungkinkan umat Islam secara individu memiliki
hubungan langsung dengan Tuhan, dan secara ber- jama’ah dapat melakukan gerakan
ke arah kebaikan umat. Dengan tasawuf seperti itu, kaum Aswaja An- Nahdliyah,dapat
menjadi umat yang memiliki kesalehan individu dan keshalehan sosial (jama’ah).
menjadi umat yang selalu dinamis dan dapa tmenyandingkan antara tawaran-tawaran
kenikmatan bertemu denganTuhan dan sekaligus dapat menyelesaikan persoalan-persoalan
yang dihadapi oleh umat.Ini pernah ditunjukkan oleh para penyebar Islam diIndonesia, Wali
Songo. Secara individu, para wali itu memiliki kedekatan hubungan dengan Allah dan pada
saat yang sama mereka selalu membenahi akhlaq masyarakat dengan penuh kebijaksanaan
Dan akhirnyaajaran Islam dapat diterima oleh seluruh lapisan masyarakat dengan penuh
keikhlasan dan ketertundukan.

 3.Tokoh-tokoh Tasawuf Ahlus Sunnah Waljama’ah


a.AL-JUNAIDI AL-BAGHDADI
 
Nama lengkapnya adalah abu Al-Qasim al-Junayd bin Muhammad binal-junaid al-Khazzaz
al-Qawariri al-nahawandi al-baghdadi, dia lahir dan wafat (297 H/910 M) dikota
baghdad.Dalam kesehariannya Imam Junaid bekerja sebagai pedagang kain sutera.Ia
mendapat kedalaman ilmu di bidang tasawuf dari gurunya,yaitu Sari bin al Mughallis al
Saqathi,seorang tokoh sufi terkemuka yang juga saudara kandung dari ibunya alias pamanya.
Sejak usia 20 tahun ia mampu mengeluarkan fatwa,dan bahkana jauh sebelum itu ketika
berusia tujuh tahun,ketika ditanya definisi syukur,secara tepat ia menjawab:”Jangan sampai
anda berbuat maksiat dengan nikmat yang diberikan Tuhan.”
Menurut sejarawan,terdapat empat faktor menngapa madzab sufi yang dibangun Imam al-
Junaid dijadikan sebagai acuan dan standar dalam konsep tasawuf ahlussunah waljama’ah
Pertama:konsistensi terrhadap Al Qur’an dan as Sunnah.Kecerdasanya di bidang studi ilmu
Al Qur’an,hadis,dan fikih memang tidak diragukan lagi.Ia membawa pengaruh positif
terhadap perkembangan ilmu keagamaan pada saat itu.Diantara perkataan al Junaid yang
terkenal dan dijadikan kaidah kalangan sufi adalah kalimatnya yang berbunyi.”Ilmu kami

8
ini(tasawuf) dibangun dengan pondasi al kitab dan sunnah.barangsiapa yang belum hafal Al
Qur’an,belum menulis hadis dan belum belajar ilmu agama secara mendalam,maka ia tidak
bisa dijadikan panutan dalam tasawuf.”
Kedua:Konsistensi terhadap syariat.Al Junaid membangun konsep tawasufnya diatas pondasi
konsistensi terdahap syari’at yang selalu dipegang teguh dalam kehidupan sehari-
hari.Menurutnya,tasawuf tidak bisa diikuti sebagian saja sementara sebagian yang lain
tidak.Tasawuf harus diikuti secara komprehensif.
Ketiga:Kebersihan akidah.Imam al junaid membangun madzab diatas pondasi akidah yang
bersih,yakni akidah Ahlussunnah Waljama’ah.Tidak sedikit orang pada masanya yang
terjerumus pada akidah menyimpang seperti akidah hululiyah(tuhan menempati makhluk-
Nya),akidah mubahiyyah(membolehkan semua larangan syari’at,yang luarnya islam namun
batinnya menyimpang dari pokok-pokok agama).
Keempat:Tawasufnya yang moderat.Tasawuf yang dibangunya adalah tasawuf
moderat,yang merupakan ciri khas ajaran Ahlussunnah Waljama’ah.Dalam hadis
dikatakan,”Sebaik-baiknya perkara adalah yang moderat(khair al umur auathuha).”Sayyidina
Ali bin Abi Thalib ra juga mengatakan:”Ikutilah kelompok yang bersikap moderat,yang dapat
diikuti orang-orang dibelakngnya dan menjadi rujukan orang-orang yang
berlebihan(ekstrim).”
Jadi pada intinya,tasawuf adalah usaha untuk menyucikan jiwa sesuci mungkin dalam usaha
mendekatkan diri kepada allah SWT,sehingga kehadiran Allah SWT.senantiaa dirasakan
secara sadar dalam kehidupan.Menurut ajaran tasawuf,apabila seorang muslimin
meningkatkan kualitas pendekatan dirinya kepada Allah SWT ,lebih dahulu ia harus
memahami syari’at sebaik-baiknya.Dalam hal ini harus mempelajari fiqh dalam segala
bidangnya secara baik meliputi bidang ibadah,muamalah,pernikahan,warisan dan sebagainya
sesuai dengan yang telah dirumuskan dalam madzab-madzab fiqh,yaitu madzab
hanafi,maliki,syafi’i,dan hambali.
Selain junaidi kami juga mengutip definisi menurut imam zakariya al-anshori:”Tasawuf
mengajarkan cara untuk menyucikan diri,meningkatkan akhlak dan membangun kehidupan
jasmani maupun rohani untuk mencapai kehidupan abadi”.Sesungguhnya islam secara utuh
adalah mengikuti apa yang disampaikan oleh Rasulullah SAW.serta mengimaninya.Dan
ajaran-ajarannya melalui para sahabat dan diteruskan oleh para tabi’in,selanjutnya para
ulama-ulama generasi berikutnya sampai pada masa kita.

9
b. IMAM AL-GHAZALI
Nama lengkapnya adalah Abu Hamid Muhammad bin Muhammad binMuhammad al-Ghazali
al Thusi. Dia lahirkan di kota Thus, pada tahun450 H/ 1058 M. Dalam ajaran tasawufnya, al-
ghazali memilih tasawuf sunni yag berdasarkan Alquran dan As-Shunnah Nabi ditambah
dengan doktrin Ahl-As-Sunnah wa Al Jama’ah.Dan tasawuf Al Ghazali bercorak psiko-moral
yang mengutamakan pendidikan moral. Selain belajar tasawuf kepada syaikh Yusuf al-
Nassaj (487 H/1094 M), beliau juga belajar tasawuf kepada Syaikh Abu Ali al-Fadhal bin
muhammad binAli al Farmadzi(477 H/108 M), dan beberapa guru beliau yang lain.Ada tiga
karangan Al-Ghazali yang menggambarkan corak intelektual dan sosok kepribadian Al-
Ghazali, yaitu:
1.Al-Munqidz min Al-Dhalal (penyelamat dari kesesatan)
2. Tahafut Al-Falasifah (runtuhnya para filosof)
3. Ihya’ Ulu Al-Din (menghidupkan ilmu-ilmu agama)
Menurut Al-Ghazali jalan menuju tasawuf dapat dicapai dengan cara mematahkan hambatan-
hambatan jiwa dan membersihkan diri dari moralyang tercela sehingga kalbu lepas dari
segala sesuatu selain allah danselalu mengingatnya. Dan ia berpendapat bahwa sosok yang
terbaik, jalan mereka adalah yang paling benar, dan moral mereka adalah yang paling bersih
sebab, gerak,dan diam mereka, baik lahir maupun batin, diambil dari cahaya kenabian.Dalam
tasawufnya Al-Ghazali menilai negatif terhadap syahahat. Iamenganggap syahahat
mempunyi dua kelemahan yaitu:a).Syahahat mengatakan bahwa Allah dapat disaksikan.
b).Syahahat merupakan hasil pemikiran yang kacau dan hasil imajinasi sendiri Al-Ghozali 
juga menolak paham hulul dan ittihad. Untuk mengantisipasi itu ia mengeluarkan paham baru
tentng ma’rifat, yaitu pendekatan diri kepada allah tanpa diikuti penyatuan dengan-Nya. Jalan
menuju ma’rifat adalah perpaduan ilmu dan amal,sedangkan buahnya adalah moral.Menurut
Al Ghazali ma’rifat adalah mengetahui rahasia Allah dan mengetahui peraturan-peraturan-
Nya tentang segala yang ada.
Dan begitu juga dalam memahami As-Sa’adah(kebahagian) dalam kitab kimiya’As-
Sa’adah,Al Ghazali juga menjelaskan bahwa kebahagian itu sesuai dengan watak sesuai
dengan ciptaannya.Nikmatnya mata terletak ketika melihat gambar yang bagus dan
indah.Nikmatnya telinga bisa mendengar suara yang bagus dan merdu.Demikian juga seluruh
anggota tubuh,mempunyai kenikmatan tersendiri.Kenikmatan kalbu sebagai alat untuk
memperoleh ma’rifat terletak ketika melihat Allah.Melihat-Nya merupakan kenikmatan yang
paling agung dan tiada taranya.

10
Ada dua hal pokok tentang tasawuf yang disepakati semua pihak,yaitu:
1.Kesucian jiwa untuk menghadapi Allah SWT yang maha suci.
2.Upaya pendekatan diri kepada Allah SWT.
 

BAB III
PENUTUP

A.Kesimpulan

Pengertian tasawuf Aswaja menurut:

a).Bahasa: Kata al-shuffah,menggambarkan keadaan orang yang rela mencurahkan jiwa-


raga,harta-benda,dan lainya hanya untuk Allah SWT

b).Istilah: tasawuf adalah upaya melatih jiwa dengan berbagai kegiatan yang dapat
membebaskan dirinya dari pengaruh kehidupan dunia,sehingga tercermin akhlak yang
mulia dan dekat dengan Allah.

Sejarah tasawuf Aswaja: ).Dalam bidang tasawuf,golongan Ahlussunah Waljama’ah


(Aswaja) memegang teguh prinsip-prinsip dari dua tokoh besar sufi,yaitu Imam Al Junaid Al
Baghdadi dan Imam Ghazali

Tujuan tasawuf Aswaja: tujuan akhir dari tasawuf adalah ma’rifat kepada
Allah(ma’rifatullah) dengan sebenar-benarnya sehingga dapat tersingkap tabir atau hijab
seorang hamba kepada Tuhannya.

Tokoh tasawuf Aswaja:

1.Al Junaid Al Baghdadi: Nama lengkapnya adalah abu Al-Qasim al-Junayd bin


Muhammad binal-junaid al-Khazzaz al-Qawariri al-nahawandi al-baghdadi, dia lahir dan
wafat (297 H/910 M) dikota baghdad.

11
2.Al Ghazali: Nama lengkapnya adalah Abu Hamid Muhammad bin Muhammad
binMuhammad al-Ghazali al Thusi. Dia lahirkan di kota Thus, pada tahun450 H/ 1058 M.

B.Saran

Kami berharap dengan adanya makalah ini dapat menambah wawasan kita untuk mengetahui
tentang tasawuf Ahlussunnah Waljama’ah An Nahdhiyah.Sebagai penulis kami menyadari
bahwa makalah kita masih banyak terdapat kekurangan,maka dari itu kritik dan saran sangat
kami harapkan dari teman-teman semua,supaya lebih baik untuk kedepannya.

DAFTAR PUSTAKA

https://muklason.files.wordpress.com 
https://manorarjunes.blogspot.com/2016/04/makalah-aswaja-pemikiran-tokoh-aswaja.html?
m=1
Anwar, Rosihon, Mukhtar Sholihin. 2000. Ilmu Tasawuf .Bandung: Pustaka Setia.
Syamsun Ni’am,Tasawuf Studies(Yogyakarta:Ar-Ruzz Media,2014),78-79

Amin.,Ilmu.,59-60

12

Anda mungkin juga menyukai