Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

TASAWUF AKHLAKI ATAU AMALI : DEFINISI, TEORI DAN TOKOH

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Akhlak Tasawuf

Dosen Pengampu : Nashrull Haqiqi Firmansyah, M.Pd.

Disusun oleh :

1. Silvi Luluk Chumaeroh (63030200017)


2. Ulin Nuha Khoirunnisa (63030200018)
3. Novita Romaningsih (63030200020)
4. A’isyah (63030200023)

KELAS B

JURUSAN AKUNTANSI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang sudah melimpahkan rahmat,
taufik, dan hidayah-Nya sehingga kami bisa menyusun tugas makalah yang berjudul
”Tasawuf Akhlaki dan Amali yang meliputi Definisi, Teori, dan Tokoh” ini dengan baik
serta tepat waktu.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
Akhlak Tasawuf dengan Dosen Pengampu Bapak Nashrul Haqiqi Firmansyah, M.Pd. Selain
itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang memahami hak dan
kewajiban warga negara bagi pembaca dan penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Nashrul Haqiqi Firmansyah, M.Pd.
selaku Dosen Pengampu Ahklak Tasawuf yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.

Salatiga,24 Oktober 2020

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................... 2

DAFTAR ISI............................................................................................................................. 3

BAB I........................................................................................................................................ 4

PENDAHULUAN..................................................................................................................... 4

A. Latar Belakang.............................................................................................................. 4

B. Rumusan Masalah......................................................................................................... 4

C. Tujuan............................................................................................................................ 4

BAB II....................................................................................................................................... 5

PEMBAHASAN....................................................................................................................... 5

A. Pengertian Tasawuf Akhlaki dan Amali................................................................. 5

B. Teori Tasawuf Akhlaki dan Tasawuf Amali........................................................... 7

C. Tokoh-tokoh dalam Tasawuf Akhlaki dan Amali................................................. 12

BAB III.................................................................................................................................... 15

PENUTUP............................................................................................................................... 15

A. Kesimpulan............................................................................................................ 15

B. Saran...................................................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................. 16

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Ilmu tasawuf merupakan salah satu daripada cabang ilmu agama Islam yang utama
yakni ilmu tauhid (Ushuluddin) dan ilmu fiqih. Jika dalam ilmu tauhid mempelajari
mengenail i’tiqad (kepercayaan) mengenai hal ketuhanan, kerasulan, hari akhir, ketentuan
qadla’ dan qadar Allah. Ilmu fiqih tentang hal-hal yang berkaitan dengan ibadah yang
bersifat lahir, maka ilmu tasawuf  ini membahas mengenai hal yang berkaitan dengan
akhlak, amalan ibadah, budi pekerti, taubat, sabar, dan lain-lainnya. Ilmu tasawuf dikenal
juga dengan sebutan ilmu sufisme. Singkatnya, ilmu tasawuf atau sufisme ini ialah ilmu
yang mempelajari atau mengetahu bagaimana cara untuk mensucikan jiwa, membangun
akhlaq yang baik dan benar secara lahir dan bathin, serta demi memperoleh kebahagian
yang kekal.

Pada awalnya, tasawuf merupakan gerakan zuhud, yakni mengabdikan diri hanya
untuk beribadah pada Tuhan dan menjauhi hal-hal yang berhubungan dengan duniawi.
Ilmu tasawuf bisa di kelompokkan menjadi tiga macam, yakni tasawuf akhlaki, tasawuf
amali, dan tasawuf falsafi.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Menjelaskan definisi tasawuf akhlaki&amali?

2. Menjelaskan teori tentang tasawuf akhlaki&amali?

3. Menjelaskan tokoh-tokoh dalam tasawuf akhlaki&amali?

C. TUJUAN

1. Memahami definisi tasawuf akhlaki&amali.

2. Memahami teori tentang tasawuf akhlaki&amali.

3. Memahami tokoh-tokoh dalam tasawuf akhlaki&amali.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Tasawuf Akhlaki dan Amali

Tasawuf akhlaki adalah tasawuf yang berorietasi pada perbaikan akhlak,


mencari hakikat kebenaran dan mewujudkan manusia yang dapat ma'rifat kepada
Allah Swt, dengan metode-metode tertentu yang telah dirumuskan.Tasawuf
akhlaki biasa juga disebut dengan istilah tasawuf sunni. Tasawuf akhlaki model
ini berusaha untuk mewujudkan akhlak mulia dalam diri para sufi, sekaligus
menghindarkan diri dari akhlak madzmumah (tercela).

Sedangkan tasawuf amali merupakan kelanjutan dari tasawuf akhlaki. Jika


tasawuf akhlaki berfokus pada pensucian jiwa, tasawuf amali lebih menekankan
terhadap cara-cara mendekatkan diri kepada Allah SWT, baik melalui amalan
lahiriah maupun batiniah. Di samping itu, ada juga yang berpendapat bahwa
tasawuf amali adalah ajaran yang dianut oleh pengikut tarekat (ashhâbut turuq),
yang meliputi menjauhi sifaf-sifat tercela, mengutamakan mujâhadah, menghadap
Allah dengan bersungguh-sungguh dan memutuskan hubungan dengan lainnya. 

Mengenai lahirnya tasawuf, banyak pendapat yang berbeda. Akan tetapi


tasawuf yang merupakan ilmu ajaran dalam Islam muncul sejak lahirnya Islam itu
sendiri. Yang mana benih-benih tasawuf sudah mulai muncul sejak abad ke-I
Hijriah yang banyak ditemui pada sifat dan prilaku Rasulullah yang kemudian
diikuti oleh para sahabatnya. Gambaran sufi yang dapat dilihat padadiri
Rasulullah adalah ketika beliau berkhalwat di Gua Hira. Ketika berada di Gua
Hira Rasulullah hanya menghabiskan waktunya untuk bertafakur, beribadah serta
menjalani hidupnya sebagai seorang zahid, dimana beliau menjauhi pola hidup
dari kemewahan dunia, terkadang beliau hanya memakai pakaian yang tambal-
tambalan serta di setiap malamnya selalu beribadah kepada Allah dengan
melakukan sholat malam dan memperbanyak membaca Al-Qur’an.

Dari situlah dapat dikatakan bahwa tasawuf bermula dari kehidupan zuhud.
Hasan Basri adalah seorang zahid pertama dan terrmasyhur dalam sejarah
tasawuf, yang mana Ia senantiasa meneladani sifat dan prilaku Rasulullah. Hasan
Basri pertama muncul dengan membawa ajaran khauf dan raja, mempertebal rasa
takut dan harap pada Tuhan. Kemudian setelah hasan Basri muncullah guru-guru
lain yang dinamakan qari’ kemudian mengadakan perkumpulan gerakan hidup
kerohanian di kalangan kaum Muslim yang tertarik dalam bidang tasawuf.

Para ahli sejarah sepakat bahwa munculnya tasawuf yaitu pada abad ke II

5
Hijriah. Dimana pada saat itu orang-orang sedang berusaha untuk meluruskan
jalannya menuju pada Allah SWT dan takut kepada Allah dan menjauhi
kemewahan hidup. Banyak cara yang dilakukan yaitu seperti dzikir, baik itu yang
dilakukan secara tersembunyi maupun terbuka, dan memperbanyak membaca Al-
Qur’an serta beberapa sarana yang dilakukan seperti zuhud. Adapun dari mereka
yang shari-harinya melakukan sholat seakan-akan waktunya habis dipergunakan
untuk terus beribadah, terutama sholat malam. Semenjak itu tasawuf mulai
dikenal serta berkembang dan kemudian tersebar dan diajarkan kepada
orangorang yang tertarik memepelajari tasawuf.

Tasawuf ini merupakan ilmu yang pada akhirnya bertujuan untuk mencapai
kedekatan antara seorang hamba dengan Allah dan ilmu tasawuf ini yang
kemudian melahirkan praktik-praktik ketasawufannya yaitu seperti tarekat.
Tarekat muncul sebagai sebuah implikasi dari tasawuf yang merupakan sebuah
jalan oleh para sufi untuk mendekatkan diri kepada Allah.

Tarekat secara harfiah berarti jalan sama dengan arti perkataan syariah, sabil,
shirat, dan manhaj. Dalam hal ini yang dimaksud ialah jalan menuju kepada Allah
guna mendapatkan Ridha-Nya. secara etimologi berarti jalan, sedangkan menurut
terminologi adalah jalan atau sistem yang ditempuh untuk menuju keridloan
Allah semata-mata.

Tarekat yang terdapat di Indonesia sangat banyak, salah satu diantaranya


adalah tarekat mu’tabarah, yaitu tarekat yang memiliki silsilah yang sambung
sampai kepada Nabi Muhammad SAW. Sambungnya silsilah tersebut merupakan
indikataor bahwa sebuah tarekat itu mu’tabarah. Satu-satunya tarekat mu’tabarah
yang didirikan oleh ulama asli Indonesia adalah tarekat Qadariyah wa
Naqsyabandiyah yang merupakan tarekat gabungan serupa dengan tarekat
Sammaniyah. Pendiri dari tarekat mu’tabarah ini adalah Ahmad Khatib Sambas
dari Kalimantan Barat.

Pada dasarnya ajaran tasawuf tersebut dapat dijadikan sebagai sumber gerak,
sumber kenormatifan, sumbermotivasi,dan sumbernilai sebagai acuan hidup (way
of life). Intisari ajaran tasawuf adalah makrifatullah, memahami bahwa perlunya
hubungan langsung dengan Tuhan ,sehingga seseorang merasa dengan dekat
hadirat-Nya. Usaha di antara lain dilakukan dengan muhasabah, melepaskan diri
dari tipu daya dunia yang senatiasa melalaikan akan memaknai hidup di dunia
yang tidak lama ini. Sifat dan pandangan tasawuf ini sangat diperlukan oleh
masyarakat di era millennial yang mengalami jiwa yang terpecah.

6
B. Teori Tentang Tasawuf Akhlaki dan Amali

A. Tasawuf akhlaki

Sufi berpendapat bahwa satu-satunya jalan yang dapat mengantarkan seseorang


ke hadirat Allah hanyalah dengan kesucian jiwa. Karena jiwa manusia merupakan
refleksi atau pancaran dari Dzat Allah Yang Suci. Segala sesuatu itu harus
sempurna dan suci, sekalipun tingkat kesempurnaan dan kesucian itu bervariasi
menurut dekat atau jauhnya dari sumber asli.

Untuk mencapai tingkat kesempurnaan dan kesucian jiwa, memerlukan


pendidikan dan pelatihan mental yang panjang. Oleh karena itu, pada tahap
pertama teori dan amalan tasawuf diformulasikan dalam bentuk pengaturan sikap
mental dan pendisiplinan peilaku. Dengan kata lain, untuk berada di hadirat Allah
dan sekaligus mencapai tingkat kebahagiaan yang optimum, manusia harus lebih
dulu mengidentifikasikan eksistensi dirinya dengan ciri-ciri ketuhanan melalui
penyucian jasmani dan rohani yang bermula dari pembentukan pribadi yang
bermoral paripurna.

Sejalan dengan tujuan hidup tasawuf, para sufi berkeyakinan bahwa


kebahagiaan yang paripurna dan langgeng bersifat spritual. Berangkat dari falsafah
hidup itu, sikap mental seseorang dinilai berdasarkan pandangannya terhadap
kehidupan duniawi. Kaum sufi sependapat bahwa kenikmatan hidup duniawi
bukanlah tujuan, tetapi hanya jembatan. Oleh karena itu, dalam rangka pendidikan
mental, yang pertama dilakukan adalah menguasai penyebab utamanya, yaitu hawa
nafsu.

Menurut Al-Ghazali, tidak terkontrolnya hawa nafsu yang ingin mengecap


kenikmatan hidup duniawi adalah sumber utama dari kerusakan akhlak. Kalau
bukan karena adanya kompetisi dalam atribut-atribut kebesaran duniawi, tentu
tidak akan ada tindakan-tindakan manipulasi, seperti korupsi, fitnah, riya’ sombong
dan takabur.

Metode yang ditempuh para sufi adalah menanamkan rasa benci kepada
kehidupan duniawi. Ini berarti melepaskan kesenangan duniawi untuk mencintai
Tuhan. Esensi cinta kepada Tuhan adalah melawan hawa nafsu. Bagi sufi,
keunggulan seseorang bukanlah diukur dari tumpukan harta, otoritas dan bentuk
tubuh; melainkan dari akhak pribadi yang diterapkannya.

Para sufi berpendapat bahwa untuk merehabilitasi sikap mental yang buruk
diperlukan terapi yang tidak hanya dari aspek lahiriyah. Itulah sebabnya pada
tahap-tahap awal memasuki kehidupan tasawuf, seseorang diharuskan melakukan
amalan dan latihan kerohaniyan yang cukup berat. Tujuannya adalah menguasai
hawa nafsu; menekan bahwa hawa nafsu sampai ke titik terendah; dan apabila
mungkin mematikan hawa nafsu sama sekali.

7
Pendekatan yang digunakan tasawuf akhlaki adalah pendekatan akhlak yang
terdiri dari:

1. Takhalli

Takhalli berarti membersihkan diri dari sifat-sifat tercela, dari maksiat lahir
dan maksiat batin. Takhalli juga berarti mengosongkan diri dari akhlak tercela.
Salah satu akhlak tercela yang paling banyak menyebabkan timbulnya akhlak
tercela lainnya adalah ketergantungan pada kenikmatan duniawi. Hal ini dapat
dicapai dengan jalan menjauhkan diri dari kemaksiatan dalam segala bentuk dan
berusaha melenyapkan dorongan hawa nafsu.

Menurut kaum sufi kemaksiatan pada dasarnya dapat di bagi menjadi dua
yaitu maksiat lahir dan maksiat batin. Maksiat lahir adalah segala sifat tercela yang
dikerjakan oleh anggota lahir, seperti tangan, mulut, dan mata. Maksiat batin
adalah segala sifat tercela yang diperbuat oleh anggota batin yaitu hati.

Membersihkan diri dari sifat-sifat tercela, oleh kaum sufi dipandang penting
karena sifat-sifat ini merupakan najis maknawi (najasah ma’nawiyyah). Adanya
najis-najis ini pada diri seseorang, menyebabkannya tidak dapat dekat dengan
tuhan. Hal ini sebagaimana mepunyai najis dzat (najasah dzatiyyah), yang
menyebabkan seseorang tidak dapat beribadah kepada tuhan.

Sikap mental yang tidak sehat sebenarnya diakibatkan oleh keterikatan pada
kehidupan duniawi. Keterikatan itu, menurut pandangan para sufi, memiliki bentuk
yang bermacam-macam. Bentuk yang dapat dipandang sangat berbahaya adalah
sikap mental riya’. Menurut Al-Ghazali, sifat ingin disanjung dan ingin di
agungkan, menghalangi seseorang menerima kebesaran orang lain, termasuk untuk
menerima keagungan Allah. Hasrat yang ingin disanjung itu sebenarnya tidak lepas
dari adanya perasaan paling unggul, rasa superioritas, dan merasa ingin menang
sendiri. Kesombongan dianggap sebagai dosa besar kepada Allah. Oleh karena itu,
Al-Ghazali menyatakan bahwa kesombongan sama dengan penyembahan diri,
bentuk lain dari politeisme.

2. Tahalli

Tahalli ialah upaya menghiasi diri dengan akhalak terpuji. Tahapan tahalli
dilakukan kaum sufi setelah mengosongkan jiwa dari akhlak-akhlak tercela. Tahalli
juga berarti menghiasi diri dengan jalan membiasakan diri dengan perbuatan baik.
Berusaha agar dalam setiap gerak perilaku selalu berjalan di atas ketentuan agama,
baik kewajiban yang bersifat “luar” maupun yang bersifat “dalam”. Kewajiban
yang bersifat “luar” adalah kewajiban yang bersifat formal, seperti sholat, puasa,
dan haji. Adapun kewajiban yang bersifat “dalam”, contohnya yaitu iman, ketaatan
dan kecintaan kepada Tuhan.

8
Tahalli merupakan tahap pengisian jiwa yang telah dikosongkan pada tahap
takhalli. Dengan kata lain, sesudah tahap pembersihan diri dari segala sikap mental
yang buruk dapat dilalui (takhalli), usaha itu harus berlanjut terus ketahap
berikutnya yang disebut tahalli. Sebab apabila suatu kebiasaan telah di lepaskan
tetapi tidak ada penggantinya, maka kekosongan itu dapat menimbulkan frustasi.
Oleh karena itu, ketika kebiasaan lama ditinggalkan, harus segera diisi dengan
kebiasaan baru yang baik.

Manusia yang mampu mengosongkan hatinya dari sifat-sifat yang tercela atau
(takhalli) dan mengisinya dengan sifat-sifat yang terpuji (tahalli), segala perbuatan
dan tindakannya sehari-hari selalu berdasarkan niat yang ikhlas. Ia akan ikhlas
kepada Allah, ikhlas mengabdi kepada masyarakat, ikhlas berbuat baik dan ikhlas
memberi bantuan kepada sesama. Ikhlas artinya dalam melakukan perbuatan tidak
mengharapkan suatu balasan. Seluruh hidupnya diikhlaskan untuk mencari
keridhaan Allah semata. Manusia yang seperti inilah yang dapat mendekatkan diri
kepada Tuhan.

Berikut contoh sikap atau perilaku dalam upaya menghiasi diri dengan akhlak
terpuji

a. Tobat, artinya memohon ampun kepada Allah atas segala kesalahan dan dosa-dosa
yang telah diperbuat dan berjanji tidak akan mengulangi lagi.

b. Wara’, artinya meninggalkan segala keragu-raguan antara yang halal dan yang
haram atau syubhat.

c. Zuhud, artinya pola hidup yang menghindari dan meninggalkan keduniawian


karena ibadah kepada Allah SWT. serta lebih mencintai kehidupan akhirat.

d. Fakir, artinya tidak meminta lebih dari apa yang telah diberikan Allah SWT. (selalu
merasa cukup)

e. Sabar dimaksudkan sabar dalam menjalankan perintah-perintah Allah SWT., sabar


dalam menahan hawa nafsu, dan sabar dalam menerima cobaan-cobaan dari Allah
SWT.

f. Tawakal, artinya bersandar atau memercayakan diri kepada Allah SWT. dalam
menghadapi setiap kepentingan.

g. Rida, artinya menerima segala apa yang telah ditakdirkan dan ditentukan Allah
SWT.

3. Tajalli

Tajalli merupakan terbukanya dinding penghalang (tabir) yang membatasi


manusia dengan Allah SWT. sehingga tercapai sinar ilahi. Hal ini dapat dilihat

9
setelah seseorang mampu menguasai dirinya serta dapat menanamkan sifat-sifat
terpuji dalam jiwanya maka hatinya akan menjadi jernih serta memancarkan
ketenangan dan ketentraman.

Setiap calon sufi perlu mengadakan latihan-latihan jiwa (riyadhah), berusaha


membersihkan dirinya dari sifat-sifat tercela, mengosongkan hati dari sifat-sifat
keji dan melepaskan segala sangkut paut dengan dunia. Setelah itumengisi dirinya
dengan sifat-sifat terpuji, segaa tindakannya selalu dalam rangka ibadah,
memperbanyak dzikir, dan menghindarkan diri dari segala yang dapat mengurangi
kesucian diri baik lahir maupun batin. Seluruh hati semata-mata diupayakan untuk
memperoleh tajalli dan menerima pancaran nur ilahi. Apabila tuhan telah
menembus hati hambanya dengan nurnya maka berlimpah ruahlah rahmat dan
karunianya. Pada tingkat ini seorang hamba akan memperoleh cahaya yang terang
benerang, dadanya lapang dan terangkatnya tabir rahasia dalam malakut. Pada saat
itu, jelaslah segala hakikat ketuhanan yang selama ini terhalangi oleh kotoran jiwa.

Para sufi sependapat bahwa satu-satunya cara untuk mencapai tingkat


kesempurnaan, kesucian jiwa yaitu dengan mencintai Allah dan memperdalam rasa
cinta tersebut. Dengan kesuciaan jiwa, jalan untuk mencapai tuhan akan terbuka.
Tanpa jalan ini tidak ada kemungkinan terlaksananya tujuan dan perbuatan yang
dilkakukanpun tidak dianggap sebagai perbuatan baik.

B. Tasawuf Amali

Tasawuf Amali

Merupakan tasawuf yang mengedepankan mujahadah, dengan menghapus


sifat-sifat yang tercela, melintasi semua hambatan itu, dan menghadap total dengan
seganap esensi diri hanya kepada Allah SWT.

Tasawuf ini berawal dari sifat zuhud, kemudian tasawuf dan akhlak (Sunni),
berakhir kepada sistem tarbiyah kolektif (thariqat jama’i). Inilah akar
perkembangan tariqah yaitu semenjak abad keenam dan ketujuh hijriyah. Maka
kita dapati thariqah ini adalah sebuah janji antara Shaykh dan muridnya untuk
bertaubat, istiqomah, masuk kepada jalan Allah dan senantiasa mengingat-Nya (al-
dhikr), serta beramal dengan etika dan dasar-dasar thariqah yang harus diikuti oleh
seorang murid di samping melaksanakan wirid-wirid (rutinitas ibadah), serta al-
hizb (gubahan do’a) Shaykh thariqah pada waktu-waktu yang telah ditentukan.
Tasawuf ini menjadi bentuk kolektif setelah sebelumnya berjalan secara individu-
individu yang terpisah dan tidak terorganisir. Akhirnya tasawuf ini mereka
namakan: “kumpulan individu-individu sufi yang berloyalitas kepada Shaykh
tertentu, dan patuh terhadap sistem tarbiyah ruhiyah, hidup secara kolektif di
zawiyah, rubbath, dan khanaqah, mengadakan perkumpulan rutin pada
kesempatan-kesempatan tertentu, serta mengadakan majlis-majlis ilmu dan dzikir

10
secara teratur. Kajian tasawuf ‘amali ini berkembang pada abad 3 dan 4 H.
Pada masa ini terdapat dua kecenderungan para tokoh.[5]

Tasawuf ‘amali ini identik dengan aliran thariqah sufiyyah yang didalamnya
ada berbagai unsur praktik ibadah untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT
dengan menekankan aspek amaliah. Artinya, dalam melaksanakan tasawuf tidak
hanya sekedar teori tetapi juga praktik, sehingga lebih bisa merasakan tujuan utama
daripada tasawuf yaitu dekatnya seorang makhluq kepada al-Khaliq

Di dalam tasawuf ‘amali Ada beberapa istilah yang perlu diketahui. Pertama
adalah murid yang terdiri atas:

1. Mubtadi’ yaitu orang yang baru memulai memepalajari shari’ah.

2. Mutawasith, yaitu seseorang yang sudah mempunyai pengetahuan yang cukup


tentang shariat Islam.

3. Muntahith, yaitu seseorang yang ilmu shari’ahnya telah matang. Dan telah
menjalani thariqah dan mendalami ilmu bathiniah sehingga jiwanya bersih dan
tidak melakukan maksiat.

Empat tingkatan kelompok ilmu yang harus dipelajari, yaitu :

1. Pertama, Shariah yaitu amalan lahir yang terkumpul pada rukun Islam yang lima.
Shariat ini bersumber dari al-Qur’an dan al-Sunnah.

2. Kedua, Thariqah yaitu tata cara yang telah digariskan dalam agama dan dilakukan
hanya karena penghambaan diri kepada Allah SWT.

3. Ketiga, Haqiqah yaitu diartikan sebagai aspek batiniah. Haqiqah merupakan rahasia
yang paling dalam dalam dari segala amal, inti dari shariah, dan akhir dari
perjalanan yang ditempuh seorang sufi.

4. Keempat, ma’rifah yaitu pengalaman, pemahaman dan penghayatan yang


mendalam tentang Tuhan melalui hati sanubari yang sedemikian luas dan lengkap,
sehingga jiwa seorang sufi merasa menyatu dengan Tuhan.

Istilah-istilah dalam tasawuf amali yang harus dilalui

Dalam tasawuf ‘amali dikenal beberapa istilah yang menunjukkan derajat seseorang
sufi melalui bimbingan seorang Shaykh yaitu:

1. al-Manazil, yaitu tempat-tempat perhatian yang dilalui oleh mubtadi’.

2. al-Mashahid, yaitu hal yang terlihat ditengah perjalanan yang sedang ditempuh oleh
mutawasith maupun muntahi.

11
3. al-Maqamah, yaitu derajat yang diperoleh oleh seorang sufi setelah mampu
berjuang melawan hawa nafsu.

4. al-Ahwal, yaitu derajat atau situasi kejiwaan seseorang yang diperoleh dari Allah
SWT, bukan dari hasil usahanya. Yang dapat digolongkan dalam al-ahwal adalah
al-muraqabah, al-qawf, al-raja’, al-shawq, al-uns.

C. Tokoh-Tokoh Dalam Tasawuf Akhlaki dan Amali

 Tokoh-Tokoh Tasawuf Akhlaki :

1.      Hasan Al-Bashri
Bernama lengkap Abu Sa’id Al-Hasan bin Yasar. Adalah seorang zahid yang amat
mashyur di kalangan tabi’in. Ia lahir di Madinah pada tahun 21 H (632 M) dan wafat pada
110 H (728 H).Ajaran-AjaranTasawufnya Hamka mengemukakan sebagian ajaran tasawuf
Hasan Al-Bashri sebagai berikut:
 Perasaan takut yang menyebabkan hatimu tenteram lebih baik daripada rasa tenteram
yang menimbulkan perasaan takut.
 Dunia adalah negeri tempat beramal. Barangsiapa bertemu dunia dengan perasaan benci
dan zuhud, ia akan berbahagia dan memperoleh faedah darinya. Barangsiapa bertemu
dunia dengan perasaan rindu dan hatinya tertambal dengan dunia, ia akan sengsara dan
akan berhadapan dengan penderitaan yang tidak dapat ditanggungnya.
  Tafakur membawa kita pada kebaikan dan berusaha mengerjakannya.
  Dunia ini adalah seorang janda tua yang telah bungkuk dan beberapa kali ditinggal mati
suaminya.
 Orang yang beriman akan senantiasa berdukacita pada pagi dan sore hari karena berada
diantara dua perasaan takut, yaitu takut mengenang dosa yang telah lampau dan takut
memikirkan ajal yang masih tinggal serta bahaya yang akan mengancam.
 Hendaklah setiap orang sadar akan kematian yang senantiasa mengancamnya, hari
kiamat yang akan menagih janjinya.
 Banyak dukacita di dunia memperteguh semangat amal saleh.
Berkaitan dengan ajaran tasawuf Hasan Al-Bashri, Muhammad Mustafa, guru besar
filsafat Islam menyatakan bahwa tasawuf Hasan Al-Bashri didasari oleh rasa takut
siksa Tuhan di dalam neraka. Setelah di teliti, ternyata bukan perasaan takut yang
mendasari tasawufnya tetapi kebesaran jiwanya akan kekurangan dan kelalaian
dirinya yang mendasari tasawufnya.

2.      Al-Muhasibi
Bernama lengkap Abu ‘Abdillah Al-Harits bin Asad Al-Bashri Al-Baghdadi Al-
Muhasibi. Beliau lahir di Bashrah, Irak, tahun 165 H (781 M) dan meninggal tahun 243 H
(857 M).

12
Ajaran-Ajaran Tasawufnya :
a.     Makrifat
Al-Muhasibi menjelaskan tahapan-tahapan makrifat sebagai berikut:
a)          Taat.
b)         Aktivitas anggota tubuh yang telah disinari oleh cahaya yang memenuhi hati.
c)          Khazanah-khazanah keilmuan dan keghaiban kepda setiap orang yang telah
menempuh kedua tahap di atas.
d)         Tahap keempat adalah apa yang dikatakan oleh sementara sufi dengan fana’
yang menyebabkan baqa’.
b.    Khauf dan Raja’
Dalam pandangan Al-Muhasibi, khauf (rasa takut) dan raja’ (pengharapan) menempati
posisi penting dalam perjalanan seseorang membersihkan jiwa. Kahuf dan raja’ dapat
dilakukan dengan sempurna hanya dengan berpegang teguh pada Al-Quran dan As-Sunnah.

3.      Al-Ghazali
Bernama lengkap Abu Hamid Muhammad bin Muhammad bin Ta’us Ath-Thusi Asy-
Syafi’i Al-Ghazali. Beliau dipanggil Al-Ghazali karena dilahirkan di kampung Ghazlah,
suatu kota di Khurasan, Iran tahun 450 H (1058 M).

Ajaran Tasawuf Al-Ghazali :


Dalam tasawufnya Al-Ghazali memilih tasawuf sunni yang berdasarkan Al-Quran dan
As-Sunnah Nabi Muhammad SAW ditambah dengan doktrin Ahlu As-Sunnah wa Al-
Jamaah.
Menurut Al-Ghazali jalan menuju tasawuf baru dapat dicapai dengan mematahkan hambatan-
hambatan jiwa serta membersihkan diri dari moral yang tercela sehingga kalbu dapat lepas
dari segala sesuatu yang selain Allah SWT dan berhias dengan selalu mengingat Allah SWT.
Al-Ghazali menolak paham hulul dan ittihad. Untuk itu, ia menyodorkan paham baru tentang
makrifat yaitu pendekatan diri kepada Allah SWT. Jalan menuju makrifat adalah perpaduan
ilmu dan amal, sementara buahnya adalah moralitas. Ringkasnya, makrifat menurut Al-
Ghazali adalah diawali dalam bentuk latihan jiwa lalu diteruskan dengan menempuh fase-fase
pencapaian rohani dalam tingkatan-tingkatan dan keadaan.
Al-Ghazali juga menjadikan tasawuf sebagai sarana untuk berolah rasa dan berolah jiwa,
sehingga sampai pada makrifat yang membantu menciptakan (sa’adah).

4.      Al-Qusyairi
Bernama lengkap ‘Abdu Karim bin Hawazin, lahir tahun 376 H di Istiwa, kawasan
Nishafur dan wafat tahun 465 H.

Ajaran-Ajaran Tasawufnya :
 Mengembalikan tasawuf ke landasan Ahlussunnah.
 Kesehatan batin.
 Penyimpangan para sufi.
13

 Tokoh-Tokoh Tasawuf Amali :

1)      Rabiah Al-Adawiah
Bernama lengkap Rabi’ah bin Ismail Al-Adawiah Al-Bashriyah Al-Qaisiyah. Lahir tahun 95
H (713 H) di suatu perkampungan dekat kota Bashrah (Irak) dan wafat tahun 185 H (801 M).
Rabiah Al-Adawiah dalam perkembangan mistisisme dalam Islam tercatat sebagai peletak
dasar tasawuf berasaskan cinta kepada Allah SWT.

2) Dzun-Nun Al-Mishri
Bernama lengkap Abu Al-Faidh Tsauban bin Ibrahim. Lahir di Ikhkim, daratan tinggi Mesir
tahun 180 H (796 M) dan wafat tahun 246 H (856 M).
Al-Mishri membedakan ma’rifat  menjadi dua yaitu ma’rifat sufiah adalah pendekatan
menggunakan pendekatan qalb dan ma’rifat aqliyah adalah pendekatan yang menggunakan
akal. Ma’rifat menurutnya sebenarnya adalah musyahadah qalbiyah (penyaksian hati), sebab
ma’rifat merupakan fitrah dalam hati manusia.

3)      Abu Yazid Al-Bustami


Bernama lengkap Abu Yazid Thaifur bin ‘Isa bin Syarusan Al-Bustami. Lahir di daerah
Bustam (Persia) tahun 874 M dan wafat tahun 947 M.
Ajaran tasawuf terpenting Abu Yazid adalah fana dan baqa. Dalam istilah tasawuf, fana
diartikan sebagai keadaan moral yang luhur. Dan fana berarti mendirikan sifat-sifat terpuji
kepada Allah.

4)      Abu Manshur Al-Hallaj


Bernama lengkap Abu Al-Mughist Al-Husain bin Mashur bin Muhammad Al-Baidhawi.
Lahir di Baida sebuah kota kecil di daerah Persia tahun 244 H (855 M)
Diantara ajaran tasawufnya yang paling terkenal adalah Al-Hulul dan Wahdat Asy-Syuhud
yang kemudian melahirkan paham wihdad al-wujud (kesatuan wujud) yang di kembangkan
Ibnu Arabi.
14
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Tasawuf Akhlaki merupakan kajian ilmu yang berkonsentrasi pada upaya-


upaya mendekatkan diri kepada Allah SWT. Tasawuf akhlaki adalah tasawuf yang
berorietasi pada perbaikan akhlak, mencari hakikat kebenaran dan mewujudkan
manusia yang dapat ma'rifat kepada Allah Swt, dengan metode-metode tertentu yang
telah dirumuskan.

Tasawuf amali merupakan kajian ilmu yang menekankan terhadap cara-cara


mendekatkan diri kepada Allah SWT, baik melalui amalan lahiriah maupun batiniah.
Di samping itu, ada juga yang berpendapat bahwa tasawuf amali adalah ajaran yang
dianut oleh pengikut tarekat (ashhâbut turuq), yang meliputi menjauhi sifaf-sifat
tercela, mengutamakan mujâhadah, menghadap Allah dengan bersungguh-sungguh
dan memutuskan hubungan dengan lainnya.

Teori dari Tasawuf Akhlaki yaitu dalam upaya mendekatkan diri kepada Allah
SWT. manusia harus melalui beberapa tahap yaitu: tahap pertama Takhalli (tahap
pembersihan dan pengosongan jiwa dar sifat-sifat tercela), tahap kedua Tahalli (tahap
penghiasan diri dengan sifat-sifat terpuji), tahap ketiga yaitu Tajalli (terbukanya
dinding penghalang atau tabir yang membatasi manusia dengan Allah SWT.

Teori dari Tasawuf Amali ada 4 aspek yang dipelajari yaitu : syari’at (hukum
segala ketentuan yang ditetapkan Allah Swt. Menururt para Sufi bahwa syari’at
berhubungan dengan amalan lahiriah yang mengatur segala urusan muamalat
mengenai hubungan antara manusia tanpa menyentuh aspek batin), thariqad (jalan
yang ditempuh para sufi untuk tujuan sedekat mungkin dengan Allah melalui
menerapkan metode pengarahan moral dan jiwa.), hakikat (ilmu yang digunakan
kebenaran sejati mengenai Tuhan.), ma’rifat (kumpulan ilmu pengetahuan,
pengalaman, dan amalan ibadah perpaduan dari syari’at, ma’rifat, dan hakikat.).

Tokoh-tokoh dalam Tasawuf Akhlaki yaitu Hasan Al-Bashri, Al-Muhasibi,


Al-Qusyairi dan Al-Ghazali. Tokoh-tokoh dalam Tasawuf Amaliah yaitu Rabiah Al-
Adawiah, Rabiah Al-Adawiah, Abu Yazid Al-Bustami, Abu Manshur Al-Hallaj.

B. Saran

Demikian tugas penyusunan makalah ini, kami berharap dengan adanya


makalah ini bisa menjadi lebih memahami tentang Tasawuf Akhlakli dan Tasawuf
Amali. Dengan adanya makalah ini pula diharapkan bermanfaat dan dapat dipahami
bagi para pembaca. Kritik dan saran sangat kami harapkan.

15

DAFTAR PUSTAKA

http://repository.radenintan.ac.id/10339/1/Buku_Tasawuf_A.Ghani.pdf

http://annisazuhra20.blogspot.com/2015/05/tasawuf-akhlaki-tasawuf-amali-dan.html

http://ekonomisyariahclasse.blogspot.com/2017/12/makalah-tasawuf-akhlaki.html?m=1
16

Anda mungkin juga menyukai