Kelompok 8 :
Kinanti Kesuma Dewi Hidayat (202201501925)
Azfadina Nur Akmalia (202201501931)
Yulia Apriyanti (202201501981)
Diva Nindias Sahrudin (202201501982)
Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi kita semua dan khususnya
bisa bermanfaat bagi penyusun dan dapat menambah wawasan kita dalam
mempelajari konsep tasawuf dalam islam.
i
DAFTAR ISI
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
BAB II ..................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN ..................................................................................................... 3
KESIMPULAN .................................................................................................... 17
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pesatnya perkembangan waktu kita memiliki efek positif dan negatif
pada kehidupan. Kerusakan moral dan spiritual merupakan salah satu dampak
negatif yang terjadi ketika manusia hidup tanpa tujuan. Menghasilkan tingkat
kriminalitas tinggi, kecanduan narkoba, kenakalan remaja dan sebagainya.
Masalah-masalah ini membuat orang menjadi penyebab sekaligus orang yang
bertanggung jawab untuk menyelesaikannya. Sedangkan secara konseptual,
persoalan tersebut berkaitan erat dengan persoalan kepribadian atau dalam
Islam disebut dengan akhlak.
Tasawuf adalah nama lain dari mistisisme dalam Islam. Di kalangan
orientalis barat dikenal dengan sebutan sufisme, yang merupakan istilah khusus
mistisime Islam. Sehingga kata sufisme tidak ada pada mistisisme agama-
agama lain. Tasawuf atau mistisisme dalam Islam ber-esensi pada hidup dan
berkembang mulai dari bentuk hidup kezuhudan, dalam bentuk tasawuf amali,
kemudian tasawuf falsafi (Rif’an, 2011).
Secara umum istilah tasawuf mengacu pada aspek spiritual dan
tazkiyatun nafs (moral) ajaran Islam. Karena fokus pada spiritualitas, berbicara
tentang tasawuf seperti berbicara tentang lautan yang tak terbatas, dan mustahil
kita memberikan gambaran yang utuh tentang tasawuf dalam ribuan buku
sekalipun. Karenanya tulisan ini dibatasi hanya pada aspek sejarah dan
perkembangannya dalam tradisi Islam, sebagaimana telah dicatat dalam
berbagai literatur yang penyusun temukan.
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Tasawuf?
2. Bagaimana sejarah terbentuk dan perkembangan Tasawuf?
3. Bagaimana jalan menuju Tasawuf?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Tasawuf
2. Untuk mengetahui sejarah terbentuknya Tasawuf serta perkembangan
ilmu Tasawuf
3. Untuk mengetahui jalan menuju Tasawuf
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Tasawuf
Tasawuf atau Sufisme berasal dari bahasa arab: و صتفyang berarti
ilmu untuk mengetahui bagaimana cara menyucikan jiwa, menjernihan akhlaq,
membangun dhahir dan batin, untuk memperoleh kebahagian yang abadi
(Ulum, 2020).
1. Kata Suffah yang berarti emperan masjid Nabawi yang didiami oleh
sebagian sahabat Anshar. Hal ini karena amaliah ahli tasawuf hampir sama
dengan apa yang diamalkan oleh para sahabat tersebut, yakni mendekatkan
diri kepada Allah Swt., dan hidup dalam kesederhanaan.
2. Kata Shaf yang berarti barisan. Istilah ini dianggap oleh sebagian ahli
sebagai akar kata tasawuf karena ahli tasawuf ialah seorang atau
sekelompok orang yang membersihkan hati, sehingga mereka diharapkan
berada pada barisan (shaf) pertama di sisi Allah Swt.
3. Kata Shafa yang berarti bersih, karena ahli tasawuf berusaha untuk
membersihkan jiwa mereka guna mendekatkan diri kepada Allah Swt.
4. Kata Shufanah, nama sebuah kayu yang bertahan tumbuh di padang pasir.
Hal ini karena ajaran tasawuf mampu bertahan dalam situasi yang penuh
pergolakan ketika itu, ketika umat muslim terbuai oleh materialisme dan
kekuasaan, sebagaimana kayu shufanah yang tahan hidup ditengah-tengah
padang pasir yang tandus.
5. Kata Teoshofi, bahasa Yunani yang berarti ilmu ketuhanan, karena tasawuf
banyak membahas tentang ketuhanan.
6. Kata Shuf yang berarti bulu domba, karena para ahli tasawuf pada masa
awal memakai pakaian sederhana yang terbuat dari kulit atau bulu domba
(wol).
3
Adapun pengertian tasawuf dari segi istilah menurut (Ulum, 2020),
bergantung dari sudut pandang yang digunakan. Ada tiga sudut pandang yang
biasa digunakan para ahli, yaitu :
4
peraturan sebagai pedoman dalam mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan
di akhirat.
Sedangkan zuhud menurut para ahli sejarah tasawuf adalah fase yang
mendahului tasawuf. Menurut Harun Nasution, station yang terpenting bagi
seorang calon sufi ialah zuhd yaitu keadaan meninggalkan dunia dan hidup
kematerian. Sebelum menjadi sufi, seorang calon harus terlebih dahulu
menjadi zahid. Sesudah menjadi zahid, barulah ia meningkat menjadi sufi.
Dengan demikian tiap sufi ialah zahid, tetapi sebaliknya tidak setiap zahid
merupakan sufi. Secara etimologis, zuhud berarti raghaba ‘ansyai’in wa
tarakahu, artinya tidak tertarik terhadap sesuatu dan meninggalkannya.
Zahada fi al-dunya, berarti mengosongkan diri dari kesenangan dunia untuk
ibadah.
5
menurut A. Mukti Ali, zuhud berarti menghindar dari berkehendak terhadap
hal – hal yang bersifat duniawi atau ma siwa Allah. Berkaitan dengan ini al-
Hakim Hasan menjelaskan bahwa zuhud adalah “berpaling dari dunia dan
menghadapkan diri untuk beribadah melatih dan mendidik jiwa, dan
memerangi kesenangannya dengan semedi (khalwat), berkelana, puasa,
mengurangi makan dan memperbanyak dzikir”.
Jadi zuhud merupakan hal yang tidak bisa terpisahkan dengan tasawuf
sebagai seorang zahid yang menjauhkan diri dari kelezatan dunia serta
mengingkarinya serta lebih mengutamakan kehidupan yang kekal dengan
mendekatkan diri untuk supaya tercapai keridhoan dan makrifat perjumpaan
dengan-Nya. Hal ini agar lebih mendekatkan diri sebagai makhluk dengan
Kholik sehingga dapat meraih keuntungan akhirat.
Kedua, zuhud sebagai moral (akhlak) Islam, dan gerakan protes yaitu
sikap hidup yang seharusnya dilakukan oleh seorang muslim dalam menatap
dunia fana ini. Dunia dipandang sebagai sarana ibadah dan untuk meraih
keridlaan Allah swt., bukan tujuan hidup, dan di sadari bahwa mencintai dunia
akan membawa sifat – sifat mazmumah (tercela). Keadaan seperti ini telah
dicontohkan oleh Nabi dan para sahabatnya.
Kalau ditilik dari segi historis tasawuf, menurut kalangan peneliti yang
menjadi faktor penyebab munculnya antara lain:
6
2. Ayat-ayat Alquran yang dijadikan landasan maqamat dan ahwal dalam
tasawuf.
3. Kehidupan dan sabda Rasulullah Saw
4. Kehidupan dan ucapan sahabat dan Tabi’in, serta
5. Dari gerakan zuhud menjadi tasawuf.
Benih ilmu tasawuf bermula pada masa khalifah ketiga, yakni ketika
terjadi peristiwa tragis dalam pembunuhan Utsman bin Affan ra. Hal ini
berimplikasi terjadinya kekacauan dan kerusakan terhadap sebagian kaum
muslimin, sehingga para sahabat dan pemuka agama Islam berfikir untuk
membangkitkan kembali ajaran Islam dengan berikhtiar kembali ke masjid
(I’tikaf) dan mendengarkan kisah mengenai targhib dan tarhib, mengenai
keindahan hidup zuhud.
1. Masa Pembentukan
Masa ini terjadi dalam abad I dan II hijriah, Hasan Basri dan
Rabiah Adawiyah muncul dengan ajaran khauf dan cinta, yakni
mempertebal takut atau taqwa kepada Tuhan, penyucian hubungan
manusia dengan tuhan, selain itu muncul gerakan pembaharuan hidup
kerohanian dikalangan kaum muslimin.
7
bercorak fiqh) yang menyebabkan sebagian orang tidak puas dengan
kehidupannya. Sehingga sebagian orang ada yang lari kepada istilah-
istilah yang pelik mengenai kebersihan jiwa (thaharatun nafs), kemurnian
hati (naqyu al-qalb), hidup ikhlas, menolak pemberian orang, bekerja
mandiri dan berdiam diri.
a. Menjauhkan diri dari dunia menuju ke akhirat yang berakar pada nas
agama yang dilatarbelakangi oleh sosiopolitik yang bertujuan
meningkatkan moral.
b. Bersifat praktis, para pendirinya tidak menaruh perhatian untuk
menyusun prinsip-prinsip teoritis atas kezuhudannya itu. Sedangkan
sarana praktisnya adalah hidup dalam ketenangan dan kesederhanaan
secara penuh, sedikit makan maupun minum, banyak beribadah dan
mengingat Allah SWT. dan berlebih-lebihan dalam merasa berdosa,
tunduk mutlak kepada kehendak-Nya, dan berserah diri kepada-Nya.
Tasawuf pada masa ini mengarah pada tujuan moral.
c. Motif zuhudnya ialah rasa takut, yaitu rasa yang muncul dari landasan
amal keagamaan secara sungguh-sungguh. Sementara pada akhir abad
II Hijriyah, di tangan Rabi’ah al-Adawiyah muncul motif rasa cinta,
yang bebas dari rasa takut terhadap adhab-Nya maupun harapan
terhadap pahala-Nya. Hal ini dicerminkan lewat penyucian diri, dan
abstraksi dalam hubungan antara manusia dengan Tuhan.
d. Menjelang akhir abad II Hijriyah, sebagian zahid, khususnya di
Khurasan, dan Rabi’ah al-Adawiyah ditandai kedalaman membuat
analisa, yang bisa dipandang sebagai fase pendahuluan tasawuf, atau
cikal bakal para pendiri tasawuf falsafi abad III dan IV Hijriyah.
2. Masa Pengembangan
8
sudah ramai membahas tentang lenyap dalam kecintaan (fana’fi al-
Mahbub), bersatu dengan kecintaan (ittihad bi al-Mahbub), kekal dengan
Tuhan (baqa’ bi al-Mahbub), menyaksikan Tuhan (musyahadah),
bertemu dengan-Nya (liqa’) dan menjadi satu dengan-Nya (‘ain al-jama’)
seperti yang diungkapkan oleh Abu Yazid al-Bushtham (261 H), seorang
sufi dari Persia yang pertama kali mempergunakan istilah fana’ (lebur
atau hancurnya perasaan) sehingga dia dianggap sebagai peletak batu
pertama dalam aliran ini.
9
Syuhud), kesatuan kejadian (wahdat al-Wujud) kesatuan agama-agama
(Wahdat al-Adyan), berhubungan dengan Tuhan (ittishal), keindahan dan
kesempurnaan Tuhan (Jamal dan Kamal), manusia sempurna (insan
kamil), yang kesemuanya itu tak mungkin dicapai oleh para sufi kecuali
dengan latihan yang teratur (riyadhah).
3. Masa Konsolidasi
10
menekankan bahwa kesehatan batin dengan berpegang teguh pada
keduanya lebih penting daripada pakaian lahiriah.
4. Masa Falsafi
11
Selanjutnya, pada abad VI dan VII hijriah, muncul cikal bakal
orde (tarekat) sufi kenamaan, seperti tarekat Qadariyah, Suhrawardiyah,
Rifa’iyah, Syadziliyah, Badawiyah dan tarekat Naqsyabandiyah.
5. Masa Pemurnian
12
Artinya : “Ingatlah, Sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada
kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.
(yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa.”
1. Tazkiyah al-Nafs
a. Tazkiyat an-nafs, yakni membersihkan diri dari dosa besar dan dosa
kecil, serta membersihkan diri dari berbagai penyakit hati dan sifat-sifat
tercela;
b. Taqarrub ila Allah, yakni memberikan perhatian serius kepada usaha-
usaha untuk mendekatkan diri kepada Allah dengan sedekat-dekatnya.
Seperti yang dijelaskan dalam firman Allah, dalam Qs. Qaf ayat 16 :
13
“Memang Allah itu dekat dengan hamba-hamba-Nya, bahkan lebih
dekat daripada urat nadi yang ada di leher”. Tapi persoalannya,
kedekatan Allah dengan manusia tidak selalu dapat dirasakan oleh
manusia itu sendiri.
c. Hudlur al-qalb ma'a Allah, yakni menfokuskan diri kepada usaha untuk
merasakan kehadiran Allah dan melihat-Nya dengan mata hati, bahkan
merasakan persatuan dengan Allah.
Salah satu hal yang harus ditempuh oleh seorang Sufi sebagai
upaya mendekatkan diri kepada Allah yaitu mujahadah dan riyadhah.
Mujahadah (berjuang melawan hawa nafsu) adalah menyapihnya,
membawanya keluar dari keinginan-keinginan yang tercela dan
mengharuskannya untuk melaksanakan syari’at Allah, baik perintah
maupun larangan. (Isa, 2010: 72). Menurut Al-Shadiqi, bahwa mujahadah
itu ialah kemampuan diri untuk menekan dorongan hawa nafsu yang
selalu ingin berbuat hal-hal yang tidak benar, lalu mampu memaksanya
untuk berbuat hal-hal yang baik (Majhudin, 2010, J. 2: 200).
14
"upaya spiritual melawan hawa nafsu dan berbagai kecenderungan jiwa
rendah". Mujahadah adalah perang terus menerus melawan hawa nafsu,
dan perang ini dianggap sebagai perang besar (al-jihad al-akbar), dan
perang ini menggunakan senjata samawi berupa dzikir kepada Allah.
15
juga proses riyadhah yang dilakukan oleh peserta tasawuf (almutasawwif)
ketika melakukan suluk (kegiatan dzikir dan tafakur) untuk memperoleh
kedudukan spiritual (al-maqamat) dan kondisi spiritual (al-ahwal) hingga
mencapai ma’rifah sebagai tujuan tasawuf.
16
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Tasawuf merupakan ilmu dalam ajaran islam yang membahas cara-
cara mendekatkan diri kepada Allah SWT. Tasawuf pada awalnya
merupakan gerakan zuhud (menjauhi hal duniawi) dalam islam dan seiring
berkembangnya zaman melahirkan tradisi mistisme dalam islam.
Jalan menuju tasawuf juga terbagi menjadi dua yaitu tazkiyah An-
Nafs dan Mujahadah Riyadhah. Dimana dalam tazkiyah an-nafs terbagi
menjadi tiga yaitu Tazkiyat an-nafs yakni membersihkan diri dari dosa besar
dan dosa kecil, Taqarrub ila Allah yakni memberikan perhatian serius
kepada usaha-usaha untuk mendekatkan diri kepada Allah dengan sedekat-
dekatnya, dan Hudlur al-qalb ma'a Allah yakni menfokuskan diri kepada
usaha untuk merasakan kehadiran Allah.
17
DAFTAR PUSTAKA
Mashar, A. (2015). Sejarah Tasawuf, Madzhab, dan Inti Ajarannya. Al-A’raf, Vol.
XII,(1), 98–117.
Ulum, M. (2020). Pendekatan Studi Islam: Sejarah Awal Perkenalan Islam dengan
Tasawuf. Al-Mada: Jurnal Agama, Sosial, Dan Budaya, 3(2), 203–217.
https://doi.org/10.31538/almada.v3i2.632
Fahrudin. (2016). Jurnal Pendidikan Agama Islam Ta'lim. Vol, 14 (1), 65-83.
18