Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PENGERTIAN DAN ASAL-USUL TASAWUF

Makalah ini Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Akhlak Tasawuf
Dosen Pengampu: Ainur Rofiq, S.Sos,I M.Sos

Oleh:
Alan Najmits Tsaqib NIM. 2019390100994
Anas Muhammad NIM. 2019390100999

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM IBRAHIMY
GENTENG BANYUWANGI
2020
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum. Wr. Wb.


Bismillahirrahmanirrahim.
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt, Tuhan semesta alam. Atas
izin dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah tepat waktu tanpa
kurang suatu apa pun. Tak lupa pula penulis haturkan shalawat serta salam kepada
junjungan Nabi Muhammad Saw. Semoga syafaatnya mengalir pada kita di hari
akhir kelak.

Penulisan makalah yang berjudul “Pengertian dan Asal-usul Tasawuf” yang


betujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Akhalak Tasawuf. Pada makalah
diuraikan tentang pengertian, asal-usul serta unsur-unsur pembangunnya dan
Tasawuf sebagai ilmu.

Akhirul kalam, penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna. Besar harapan penulis agar pembaca berkenan memberikan umpan
balik berupa kritik dan saran. Semoga makalah ini bisa memberikan manfaat bagi
berbagai pihak. Aamiin.
Wassalamualaikum. Wr. Wb.
Tegalsari, 20 Oktober 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR................................................................................ i
DAFTAR ISI .............................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................... 2
C. Tujuan Pembahasan ......................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN............................................................................ 3
A. Pengertian Tasawuf ......................................................................... 3
B. Asal-usul Serta Unsur-unsur Tasawuf ............................................. 4
C. Tasawuf Sebagai Ilmu...................................................................... 6
BAB III PENUTUP ................................................................................... 9
A. Simpulan.......................................................................................... 9
B. Saran................................................................................................ 9
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 10

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Agama Islam yang sebagaimana dijumpai dalam sejarah ternyata tidak
sesempit yang dipahami pada umumnya. Terlihat di dalam sejarah bahwa Islam
bersumber pada al-Qur’an dan al-Sunnah dapat berhubungan dengan pertumbuhan
masyarakat luas Dari Pertumbuhan tersebut lahirlah berbagai disiplin ilmu
keislaman, seperti ilmu kalam, filsafat, tasawuf. Fiqh, dan ilmu jiwa dalam
tasawuf. Antara satu ilmu dengan ilmu lainnya terdapat keterkaitan yang tidak
dapat dilepaskan.
Tasawuf sebagai sebauah disiplin ilmu keislaman dan tidak dapat lepas dari
keterkaitannya dengan ilmu keislaman lain tersebut. Tasawuf sebagai salah satu
ilmu esoterik islam memang selalu menarik untuk diperbincangkan. Terlebih pada
saat ini dimana masyarakat seakan mengalami banyak masalah sehingga tasawuf
dianggaap sebagai satu obat manjur untuk mengobati kehampaan tersebut.
Terlepas dari banyaknya pro dan kontra seputar asal mula munculnya tasawuf
harus kita akui bahwa nilai-nilai tasawuf memang sudah ada sejak zaman
Rasulullah SAW. Setidaknya tasawuf pada saat itu terlihat dari tingkah laku nabi
yang pada akhirnya kita namakan dengan nilai-nilai sufi. Hal tersebut sangatlah
wajar karena misi terpenting nabi adalah untuk memperbaiki dan sekaligus
meyempurnakan akhlak masyarakat arab dulu.
Salah satu ilmu yang dapat membantu terwujudnya manusia yang berkualitas
adalah ilmu Tasawuf. Ilmu tersebut satu mata rantai dengan ilmu-ilmu lainnya
dengan pada sisi luar yang dhahir yang tak ubahnya jasad dan ruh yang tak dapat
terpisah keduanya.
Adakalanya ilmu tasawuf dipanggil juga ilmu hakikat. Ini kerana hakikat
manusia itu yang sebenarnya adalah rohnya. Yang menjadikan manusia itu hidup
dan berfungsi adalah rohnya. Yang menjadikan mereka mukalaf disebabkan
adanya roh. Yang merasa senang dan susah adalah rohnya. Yang akan ditanya di

1
Akhirat adalah rohnya. Hati atau roh itu tidak mati sewaktu jasad manusia mati.
Cuma ia berpindah ke alam Barzah dan terus ke Akhirat.
Jadi, hakikat manusia itu adalah roh. Roh itulah yang kekal. Sebab itu ia
dikatakan ilmu hakikat. Oleh yang demikian apabila kita mempelajari sungguh-
sungguh ilmu rohani ini hingga kita berjaya membersihkan hati, waktu itu yang
hanya kita miliki adalah sifat-sifat mahmudah iaitu sifat-sifat terpuji. Sifat-sifat
mazmumah iaitu sifat-sifat terkeji sudah tidak ada lagi. Maka jadilah kita orang
yang bertaqwa yang akan diberi bantuan oleh Allah SWT di dunia dan Akhirat.

B. Rumusan Masalah
a. Apa pengertian Tasawuf secara bahasa dan istilah
b. Bagaimana asal-usul serta unsur-unsur pembangun tasawuf
c. Bagaimana Tasawuf sebagai ilmu

C. Tujuan Pembahasan
a. Untuk mengetahui pengertian Tasawuf
b. Untuk mengetahui asal-usul serta unsur-unsur pembangun Tasawuf
c. Untuk mengetahui Tasawuf sebagai ilmu

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Tasawuf
Istilah tasawuf berasal dari bahasa Arab dari kata ”tashowwafa-yatashowwafu
-tashowwuf” mengandung makna (menjadi) berbulu yang banyak, yakni menjadi
seorang sufi atau menyerupainya dengan ciri khas pakaiannya terbuat dari bulu
domba/wol (suuf), walaupun pada prakteknya tidak semua ahli sufi pakaiannya
menggunakan wol. Menurut sebagian pendapat menyatakan bahwa para sufi
diberi nama sufi karena kesucian (shafa) hati mereka dan kebersihan tindakan
mereka. Di sisi yang lain menyebutkan bahwa seseorang disebut sufi karena
mereka berada dibaris terdepan (shaff) di hadapan Allah, melalui pengangkatan
keinginan mereka kepada-Nya. Bahkan ada juga yang mengambil dari istilah ash-
hab al-Shuffah, yaitu para shahabat Nabi SAW yang tinggal di kamar/serambi-
serambi masjid (mereka meninggalkan dunia dan rumah mereka untuk
berkonsentrasi beribadah dan dekat dengan Rasulullah SAW).
Pada intinya tasawuf merupakan suatu usaha dan upaya dalam rangka
mensucikan diri (tazkiyatunnafs) dengan cara menjauhkan dari pengaruh
kehidupan dunia yang meyebabkan lalai dari Allah SWT untuk kemudian
memusatkan perhatiannya hanya ditujukan kepada Allah SWT. Menurut Syaikh
Muhammad Amin al-Kurdi bahwa tasawuf adalah ilmu yang menerangkan
tentang keadaan-keadaan jiwa (nafs) yang dengannya diketahui hal-ihwal
kebaikan dan keburukan jiwa, cara membersihkannya dari (sifat-sifat) yang buruk
dan mengisinya dengan sifat-sifat yang terpuji, cara melakukan suluk, jalan
menuju Allah, dan meninggalkan (larangan-larangan) Allah menuju
(perintahperintah) Allah SWT.
Beberapa penulis mengira bahwa ada hubungan antara tasawuf dan zuhud.
Oleh karenanya, setiap orang yang diketahui hidup zuhud dan mengonsentrasikan
diri pada Allah dinisbatkan kepada tasawuf, seperti Fadhl bin Iyadh, Abdullah bin
Mubarak, Ibrahim bin Adham, dan ahli-ahlizuhud lainnya seperti mereka.

3
Pada kenyataannya, ada pendapat lain yang membedakan antara zuhud dan
tasawuf. Zuhud di dunia adalah sebuah keutamaan dan amalan yang disyari’atkan
dan disunnahkan, serta merupakan akhlak para Nabi, wali, dan hamba-hamba
yang shalih yang mengutamakan apa yang disisi Allah di atas kenikmatan duniawi
dan keterlenaan pada yang mubah.
Sedangkan tasawuf adalah konsep yang berbeda, karena jika seorang sufi
mantap dalam kesufiannya, maka zuhud baginya adalah sesuatu yang tidak
bermakna. Ia terkadang membutuhkan zuhud pada permulaan tarikat sufistik,yang
pada akhirnya ia harus mencela apa yang dibebankan padanya.
Dengan demikian tasawuf atau sufisme adalah suatu istilah yang lazim
dipergunakan untuk mistisisme dalam Islam dengan tujuan pokok memperoleh
hubungan langsung dengan Tuhan. Dalam hal ini pokok-pokok ajarannya tersirat
dari Nabi Muhammad SAW yang didiskusikan dengan para sahabatnya tentang
apa-apa yang diperolehnya dari Malaikat Jibril berkenaan dengan pokok-pokok
ajaran Islam yakni: iman, Islam, dan ihsan. Ketiga sendi ini diimplementasikan
dalam pelaksanaan tasawuf .
B. Asal-usul dan Unsur-unsur Tasawuf
Al-Qusyairi di dalam Al- Risalah al-Qusyairiyyah, mengatakan bahwa para
generasi pertama ( sahabat ) dan sesudahnya (tabi’in ) mereka lebih menyukai dan
merasakannya sebagai penghormatan apabila mereka disebut sebagai sahabat.
Pada saat itu istilah-istilah seperti ‘abid, zahid dan sufi belumlah dikenal dan
belum populer bila dibandingkan dengan masa setelahnya. Dengan demikian,
istilah-istilah seperti ‘abid, zahid dan kemudian sufi, yang digunakan untuk para
ahli ibadah, baru dikenal setelah generasi sahabat dan tabi’in ini. Tentang asal
kata Tasawwuf, yang berasal dari kata sufi, terdapat beberapa pendapat yang
berbeda. Diantaranya ada yang menganggap bahwa secara lahiriah sebutan
tersebut hanya semacam gelar, sebab dalam bahasa Arab tidak terdapat akar
katanya. “Menurut sejarah,orang yang pertama memakai kata sufi adalah seorang
zahid atau asketik bernama Abu Hasyim Al-kufi di Irak.
Terdapat teori mengenai asal kata sufi , teori-teori berikut selalu dikemukakan
oleh para penulis tasawuf, yaitu : Pendapat paling tua dan paling janggal

4
disebutkan oleh Al- Bairuni, yaitu lafazh tashawwuf merupakan satu perubahan
dari kata Sofia yang berasal dari bahasa Yunani, yang artinya hikmah atau filsafat.
Demikian pula mayoritas kaum orientalis berpendapat bahwa lafazh tashawwuf
berasal dari lafazg Sofia dalam bahasa Yunani, yang mempunyai makna hikmah
atau filsafat. Para orientalis menambahkan, “Adapun orang-orang Arab tatkala
mereka mulai memasuki kemajuan dalam bidang ilmu-ilmu dan pengetahuan, dan
tatkala mereka memfilsafatkan ibadah-ibadah mereka, mereka mengubah kata
Sofia itu menyesuaikan dengan bahasa Arab, yaitu Shufiya yang ditujukan kepada
orang-orang ahli ibadah dan ahli filsafat agama. Dengan demikian, lahirlah lafazh
Tashawwuf sebagai perkembangan bahasa dari Sofia. Itulah sebabnya, nama ilmu
ini dinamakan shufi atau shufiyah.”
Sesungguhnya sejak dahulu pendapat-pendapat itu telah dikenal.
Penulis kitab Ar-Risalah, yaitu Imam Al- Qusyairi Rahimahumullah telah
menuliskan ngatakan pendapat-pendapat tentang asal kata tersebut:
1. Ada yang mengatakan bahwa kata itu berasal dari Shuf (bulu domba/
wool). Jadi, jika seseorang mengenakan pakaian dari bulu domba, ia akan
diberi nama ber-Tashawuf, sebagaimana kata taqammasha dari kata
qamish yang berarti memakai baju gamis. Itu hanya satu pandangan saja
karena kaum sufi tidak mencirikan dirinya dengan memakai pakaian dari
bulu.
2. Ada juga yang mengatakan bahwa kaum sufi berhubungan dengan serambi
(ash-shuffah) mesjid Rasullulah SAW. Padahal penisbatan pada sifat ini
tidak sesuai dengan para sufi.
3. Kelompok lain mengatakan bahwa kata tashawwuf diambil dari kata ash-
shafa’.Yang mempunyai arti kejernihan (ketulusan). Namun, katakata ini
sangatlah jauh jika ditinjau dari pecahan kata asli menurut bahasa Arab.
4. Ada juga yang mengatakan bahwa tashawwuf berasal dari kata shaff, yang
artinya barisan, seakan-akan dikatakan bahwa hati mereka berada
dibarisan yang terdapat dalam muhadharah di hadapan Allah SWT. Ini
memang benar dari segi arti, namun kata shufi tidak dapat menjadibentuk
fa’il dari kata shaff.

5
Akan tetapi, keempat nama itu tidak ditemukan dalam bahasa Arab, baik
ditinjau dari segi qias maupun istiqaq (kata pecahan atau kata jadian). Penafsiran
yang paling masuk akal bahwa shufi adalah semacam laqah (julukan).

Ada banyak kelompok yang mengatakan asal usul nama tasawuf, ada yang
mengatakan shuf yang berarti bulu domba, ada yang mengatakan ash-shuffah
yang berarti serambi masjid, adapula yang mengatakan shaff yang mengandung
arti barisan. Kesemuanya adalah kata kiasan.

C. Tasawuf Sebagai Ilmu


Ilmu pengetahuan yang di zaman Yunani kuno diberi citra, bahkan
diidentikkan dengan filsafat. Tasawuf sebagai ilmu juga diarahkan untuk
kepentingan agama (Kristiani), baru memperoleh sifat kemandiriannya semenjak
adanya gerakan Renaissance dan Aufklarung. Semenjak itu pula manusia merasa
bebas, tidak mempunyai komitmen dengan apa atau siapapun (agama, tradisi,
sistem pemerintahan, otoritas politik dan lain sebagainya) selain komitmen
dengan dirinya sendiri untuk mempertahankan kebebasannya dalam menentukan
cara dan sarana menuju kehidupan yang hendak dicapai.
Harun Nasution mendefinisikan tasawuf sebagai ilmu yang mempelajari cara
dan jalan bagaimana orang Islam dapat sedekat mungkin dengan Allah agar
memperoleh hubungna langsung dan disadari dengan Tuhan bahwa seseorang
benar-benar di hadirat Tuhan. Ada sebagian orang yang menyebut dirinya sufi,
atau menggunakan istilah serupa lainnya yang berhubungan dengan tasawuf, yang
berarti bahwa mereka mengikuti jalan penyucian diri , penyucian hati, dan
pembenahan kualitas watak dan perilaku mereka untuk mencapai maqam
(kedudukan) orang-orang yang menyembah Allah seakan-akan mereka melihat
Dia, dengan mengetahui bahwa sekalipun mereka tidak melihat Dia, Dia melihat
mereka. Inilah istilah tasawuf sepanjang zaman dalam konteks Islam.
Menurut Hussein Nashr sebagaimana dikutip oleh Abuddin Nata bahwa
paham sufisme mulai mendapat tempat di kalangan masyarakat (termasuk
masyarakat Barat), karena mereka merasakan kekeringan batin. Mereka mulai
mencari-cari di mana sufisme yang dapat menjawab sejumlah masalah tersebut.

6
Perlunya tasawuf dimasyarakatkan dalam pandangan Komaruddin Hidayat
terdapat tiga tujuan. Pertama, turut serta terlibat dalam berbagai peran dalam
menyelamatkan kemanusiaan dari kondisi kebingungan akibat hilangnya nilai-
nilai spiritual. Kedua,mengenalkan literatur atau pemahaman tentang aspek
esoteris (kebatinan) Islam, baik terhadap masyarakat Islam yang mulai
melupakannya maupun di kalangan masyarakat non-Islam. Ketiga, untuk
memberikan penegasan kembali bahwa sesungguhnya aspek esoteris Islam, yakni
sufisme adalah jantung ajaran Islam, sehingga bila wilayah ini kering dan tidak
berdenyut, maka keringlah aspek-aspek lain dalam ajaran Islam.
Dalam kaitan itu Nashr menegaskan arti penting tarikat atau jalan rohani yang
merupakan dimensi kedalaman dan esoteric dalam Islam, sebagaimana syari’at
berakar pada Al-Qur’an dan Al-Sunnah. Ia menjadi jiwa risalah Islam, seperti hati
yang ada pada tubuh, tersembunyi jauh dari pandangan luar. Betapapun ia tetap
merupakan sumber kehidupan yang paling dalam, yang mengatur seluruh
organisme keagamaan dalam Islam.
Menjadi suatu kenyataan nilai-nilai spiritualitas mendapat tempat yang
semakin lirik dalam masyarakat modern dewasa ini. Fenomena ini menunjukkan
krisis besar yang melanda umat manusia tidak akan dapat diatasi dengan
keunggulan iptek sendiri dan kebesaran ideologi yang dianut oleh negara-negara
terkemuka. Ideologi sosialismekomunisme telah gagal. Ideologi kapitalisme-
liberalisme juga dianggap goyah dan rapuh. Dalam hal ini kemudian agama dilihat
sebagai harapan dan benteng terakhir untuk menyelamatkan manusia dari
kehancuran yang mengerikan. Di sinilah letaknya arti penting manfaat Ilmu
Tasawuf dalam kehidupan.
Tasawuf merupakan aspek ajaran Islam yang mewariskan etika kehidupan
sederhana, zuhud, tawakkal, kerendahan hati, nilai-nilai kesabaran dan
semacamnya. Sedangkan dunia modern lebih banyak dimuati pemujaan materi,
persaingan keras disertai intrik tipu daya, keserakahan, saling menjegal antar
sesama, tidak mengenal halal haram, dan sebagainya. Ternyata efek kehidupan
dunia modern yang mengarah pada dunia glamor ini tidak menenangkan batin.

7
Sehingga trend kembali kepada agama nampaknya lebih berorientasi
spiritualisme.

8
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Pertama, istilah tasawuf berasal dari bahasa Arab dari kata ”tashowwafa-
yatashowwafu -tashowwuf” mengandung makna (menjadi) berbulu yang banyak,
yakni menjadi seorang sufi atau menyerupainya dengan ciri khas pakaiannya
terbuat dari bulu domba/wol (suuf), walaupun pada prakteknya tidak semua ahli
sufi pakaiannya menggunakan wol. Menurut sebagian pendapat menyatakan
bahwa para sufi diberi nama sufi karena kesucian (shafa) hati mereka dan
kebersihan tindakan mereka. Di sisi yang lain menyebutkan bahwa seseorang
disebut sufi karena mereka berada dibaris terdepan (shaff) di hadapan Allah,
melalui pengangkatan keinginan mereka kepada-Nya. Harun Nasution
mendefinisikan tasawuf sebagai ilmu yang mempelajari cara dan jalan bagaimana
orang Islam dapat sedekat mungkin dengan Allah agar memperoleh hubungna
langsung dan disadari dengan Tuhan bahwa seseorang benar-benar di hadirat
Tuhan.
Kedua, Tasawuf merupakan aspek ajaran Islam yang mewariskan etika
kehidupan sederhana, zuhud, tawakkal, kerendahan hati, nilai-nilai kesabaran dan
semacamnya. Sedangkan dunia modern lebih banyak dimuati pemujaan materi,
persaingan keras disertai intrik tipu daya, keserakahan, saling menjegal antar
sesama, tidak mengenal halal haram, dan sebagainya. Ternyata efek kehidupan
dunia modern yang mengarah pada dunia glamor ini tidak menenangkan batin.
B. Saran
Terkait dengan hal tersebut, saya menyarankan beberapa hal untuk
diperhatikan meninjau dengan perkembangan peserta didik sesuai zaman sekarang
yang kurangnya pemahaman tentang Akhlak Tasawuf, sebagai salah satu acuan
bagi pengembangan konsep etika dalam lembaga pendidikan Islam di Indonesia.
Penulis juga mengharapkan kritik dan saran dalam penulisan makalah
dikemudian hari.

9
DAFTAR PUSTAKA

Asmaran. Pengantar Studi Tasawuf (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada


2002)
Badrudin. Akhlak Tasawuf (Serang: IAIB PRESS: 2015)
Mahmud Abdul Halim, Tasawuf di Dunia Islam( Bandung: CV. Pustaka
Setia,2002)
A.W. Munawwir, Kamus Al-Munawwir, (Surabaya: Pustaka Progressif, 1997), cet.
XIV, h. 804. 2

10

Anda mungkin juga menyukai