Anda di halaman 1dari 5

1.

Menurut sabda Rasulullah SAW umat Islam itu akan pecah menjadi 73
golongan, diantaranya itu ada firqoh syi’ah. Siapa pendiri firqoh dan bagaimana
ajarannya yang bertentangan dengan ajaran Aswaja?

Pendeta yahudi yang bernama Abdullah Bin Saba’

2. Nahdlatul Ulama dilahirkan sebagai organisasi yang bersifat keagamaan dan


kenegaraan, apa artinya?
Nahdlatul Ulama tidak ubahnya hanya untuk mewadahi sesuatu yang sudah ada.
Dengan sebagai penegasan formal dari mekanisme informal para kiai sebagai
pemegang teguh tradisi fiqh yang sudah ada jauh sebelum NU dilahirkan
Nahdlatul Umama dididrikan oleh ulama pengasuh pondok pesantren. mereka sudah
berabad abad lamanya secara turun temurun memiliki banyak sekali kesamaan dalam
wawasan keagamaan.
Diantara mereka juga sudah terjalin hubungan kerjasama yang tinggi bahkan sebagian
besar diantaranya memiliki ikatan kekerabatan dan kekeluargaan. Kesamaan
kesamaan yang sudah berjalan sangat lama itu kemudia dituangkan dalam bentuk
Jam’iyah (organisasi) sebagai wadah perjuangan bersama menuju cita cita Izzul Islam
wal muslimin. minat membentuk jam’iyah diantara para ulama pondok pesantren itu
tidak dapat dipisahkan dari beberapa faktor dan perkembangan yang terjadi baik yang
bersifat nasional maupun internasional
Motif nasionalisme timbul karena NU lahir dengan niatan kuat untuk menyatukan
para ulama dan tokoh-tokoh agama dalam melawan penjajahan. Semangat
nasionalisme itu pun terlihat juga dari nama Nahdlatul Ulama itu sendiri yakni
“Kebangkitan Para Ulama”
3. Bagaimana peran Nahdlatul Ulama pada masa kemerdekaan di bidang politik
dan kenegaraan?
Peran NU di bidang Politik

Peran NU di bidang Kenegaraan


Setelah RI memplokamasikan, islam tanpa ragu ragu membela dan mempertahankan
kemerdekaan itu, bukan saja sebqagai kewajiban nasional, melainkan juga sekaligus
sebagai kewajiban agama. Hal itu terbukti dari pernyataan berikut :
1. Umat islam terytama yang bergabung dalam Nadlatul Ulama membentuk badan –
badan perjuangan fisik, seperti Hizbullah dengan ketuaqnya KH. Zainul Arifin,
Sabillillah dengan pemimpinnya KH. Masykur dan markas besar ulama sebagai
komando perjuangan
2. Nahdlatul Ulama mengumandangkan seruan jihad membela Negara dalam
membentuk revolusi jihad yang diputuskan pada tanggal 21-22 Oktober 1945 di
kantor NU bubutan Surabaya
Ketika revolusi fisik telah selesai, NU memberikan andil pula dalam mengisi
kemerdekaan yang dicapai dengan penuh pengorbanan itu, keikut sertakan NU itu
terbukti dalam dua jenis kerja besar, yaitu :
1. NU berhasil turut menjadi pembela keutuhan negara dari gangguan gerakan
gerakan dan pemberontakjan bersenjata, seperti:
Penumpasan PKI Madiun tahun 1948
Penumpasan DI/TII dengan tokohnya Kartosuwiryo di Jawa Barat, dan LL
2. Dalam Orde Baru, NU turut mengisi kemerdekaan dalam bentuk partisipasi
penuh, secara langsung maupun tidak langsung disengala bidang dalam
pembangunan nasional yang secara yang sedang berlangsung dewasa ini.
4. Lahirnya Nahdlatul Ulama ada dua sebab yakni sebab Internasional dan sebab
Nasional, apa maksudnya?

Sebab Internasional
Raja Hijaz yang baru berfaham Wahabi yaitu faham yang dipelopori oleh
Muhammadf bin Abdul wahab yang sangat ekstrim dan kaku. Mereka mengaku anti
Bid’ah dan Khurafat, namun ternyata dilakukan secara berlebihan, sehiungga
semestinya tidak bid’ah pun dianggap bid’ah dan khurafat. Membaca berjanji, tahlilan
dan ziarah kubur dilarang keras bahkan semua ttempat bersejarah yang dijiarahi kaum
muslimin dihancurkan. Lebih dari itu mereka merasa benar sendiri, sehingga madzhab
madzhab selain wahabi dianggab sesat dan harus dimusnahkan.
Untuk memantapkan kedudukannya, Raja Saudi berencana mengadakan
muktamar khalifah di mekkah. Seluruh dunia di undang untuk mengirimkan
utusannya, termasuk indonesia. Untuk keperluan tersebut kaum muslimin indonesia
membentuk utusan yang terdiri dari unsur organisasi islam dan unsur ulama
pesantren. Dan unsur Pesantren yang akan menjadi utusan adalah kiyai Abdul Wahab
Hasbullah. Akan tetapi secara sepihak nama kiyai Abdul Wahab Hasbullah. Akan
tetapi secara sepihak nama Kiyai Abdul Wahab Hasbullah kemudian dicoret dan tidak
diikutkan dalam delegasi umat islam indonesia ke muktamar.
Meskipun demikian, para ulama senang apabila utusan umat Islam Indonesia mau
menyampaikan pesan utama para ulama dan kaum muslimin Indonesia agar
pemerintah baru Hijaza mau menghentikan tindakannya yang anti bermadzhab.
Titipan sederhana ini ternyata ditolak oleh calon utusan umat Islam Indonesia dengan
alasan berarti mencampuri urusan pemerintahan Negara lain.
Allah SWT rupanya mentaqdirkan dengan lantaran hal tersebut para ulama
pesantren harus bangkit, berdiri sendiri dan tidak bergantung pada orang lain. Tidak
ada jalan lain kecuali berjuang sendiri untuk dapat menyampaikan pendirian dan cita-
citanya kepada Raja Saudi.
Para ulama bertekad mengumpulkan kekuatan dan mengirim delegasi sendiri.
Mereka mengadakan pertemuan pimpinan K.H. Hasyim Asy'ari dan KH. A. Wahab
Hasbullah. Dalam pertemuan ini diputuskan dua masalah pokok, yaitu :
a. Mengesahkan pembentukan komite Hijaz Disusunlah oleh para ulama yang terdiri
dari K.H. A. Wahab Hasbullah sebagai delegasi resmi yang dibantu oleh Syekh
Ghinom Al-Misri dan sekretarisnya seorang pemuda yang sedang belajar di Hijaz
yaitu Dahlan dari Kertosono
b. Melahirkan Suatu organisasi yang diberi nama Nahdlatul Ulama yang berarti
kebangkitan para ulama
Sebab Nasional
Menghadapi usaha Belanda untuk memecah belah umat islam, para pemeliharaan
semangat dan kemurnian Islam. Dalam pemikiran para ulama dilestarikan disertai
dengan kematangan ilmu. Sehingga pesantren harus tampil sebagai pusat pembinaan
masyarakat Islam.

5. Apa hubungannya Nahdlatul Ulama dengan Ahlussunnah wal jamaah?


1. NU mempertahankan dan melaksanakan Alhussunah wal Jama’ah
Pada awal abad ke-19 M, arus perbaruan dalam dunia Islam yang dipengaruhi
gerakan Wahabi mulai mengalir ke Indonesia. Gerakan pembaharuan itu muncul di
minangkabau, Sumatera Barat, yang dipimpin oleh Haji Miskin dan kawan – kwan
sekembalinya dari tanah Suci Makkah pada tahun 1802. Gerakan inilah yang
kemudian menimbulkan perang paderi.
Gerakan berikutnya terjadi pada akhir abad ke 19 M yang dipelopori oleh
Thahir Jalaludin. Langkah Thahir ini diikuti oleh Muhammad Jamil Jambek, Abdulah
Ahmad dan Abdul Karim Amrullah. Dengan semangat tinggi mereka aktif
menyebarkan faham - faham Ibni Taimiyah, Ibnu Qoyyim, Jamaludin Al Afghani,
Muhammad Abduh. Sebagai penganjur ajaran - ajaran baru, mereka mendapat reaksi
dari kelompok yang tidak menerimanya antara lain kedua kelompok sering terjadi
perdebatan, bahkan saling mengejek dan saling mencela, terutama dalam masalah
khilafiyah
Gerakan pembaharuan yang bersemboyan kembali kepada Al Qur'an dan Al
Hadits itu pada akhirnya muncul di Jawa, K. H Ahmad Dahlan seorang ulama dari
Yokyakarta, sepulangnya dari Makkah pada tahun 1902 mulai mengenalkan gagasan
pembaharuan dan pada tahun 1912 gagasan itu dinyatakan dengan mendirikan
organisasi social keagamaan yang diberi nama “Muhammadiyah", selain
Muhammadiyah masih ada lagi organisasi di Jawa yang sama-sama membawakan
ajaran pembaharuan, yaitu "Al Irsyad" yang di dirikan oleh Ahmad Hasan pada 1923
Mereka menamakan haluannya berrdasarkan Al Qur'an dan Al Hadits, anti taqlid,
menentang bid'ah, syirik dan khurafat.
Mereka memandang golongan Islam yang bermadzhab sebagai gplongan kolot
dan tradisional. Mereka juga dengan gencar memunculkan masalah-masalah
Khilfiyah, seperti qunut, talaffudzun niat, tawassul, shalat tarawih 20 rakaat, adzan
dua kali pada shalat Jum'at, ziarah kubur, memegang Al Qur'an dengan wudlu
membaca berjanji dan lain-lain,
Sebenarnya mereka nenyadari bahwa berdebat masalah khilafiyah akan
menimbulkan akibat yang buruk dan mengancam persatuan dan kesatuan umat islam
Akan tetapi dengan baju pembaharuannya, mereka tidak akan menghindari perdebatan
itu. Karena dari sanalah ciri kelompok pembaharuannya dapat dibentuk. sikap inilah
yang kurang disenangi oleh para ulama pesantren pada saat itu. Bagi mereka
persatuan dan kesatuan umat Islam jauh lebih penting dijaga keutuhannya dari pada
perdebatan masalah khilafiyah yang tidak akan ada ujung pangkalnya. Para ulama'
pesantren berpendirian bahwa barang siapa yang menggunakan silahkan dan bagi
yang tidak suka silahkan. Antara keduanya tidak perlu bersitegang saling mencaci,
karena yang perselisihkan hanya persoalan kecil, yaitu soal-soa firiiyah saja
Sikap para ulama untuk membina persaunn umat dengan mengajak kaum
pembaharu agar mengembalikanm masalah-masalah khilafiyah yang ternyata ditolak.
Bahkan mereka dituduh merintangi usaha kelompok pembaharu, perdebatan semakin
seru dan terkadang bersifat fisik. Sejak saat itu para ulama bermadzhab mempunyai
keinginan mendirikan organisasi sebagai wadah pemersatu antara mereka dalam
usaha mempertahankan ajaran islam berhaluan Ahlussunnah wal Jamaah, memegang
teguh pada salah satu dari Madzhab nya Imam Hanafi, Imam Hambali, Imam maliki,
Imam Syafii dan Imam ibnu Hamabal. Disamping itu berusaha mengerjakan apa saja
yang menjadi kemaslahatan agama islam dan umatnya. Izzul Islam wal muslimin.
Kesan diatas memberikan kesan yang kuat bahwa lahirnya Nahdlatul Ulama
adalah karena dorongan untuk mempertahankan ajaran Ahlus Sunnah wal Jamaah.
Hal ini dapat dipahamai karena yang mendirikan jam'iyah ini adalah para ulama
pesantren. Sedangkan pesantren adalah lembaga pendidikan yang menjadi benteng
dan penerus cita-cita Wali Songo yang telah menanamkan ajaran Islam ala
Ahlussunnah wal Jamaah di bumi nusantara ini. Oleh karena itu usaha yang dilakukan
Nahdlatul Ulama untuk pertama kalinya adalah menyelamatkan Madzahibul Arba'ah
dan faham ahlussunnah wal Jamaah di Tanah Suci Makkah dan Madinah.
Sudah berabad-abad lamanya para ulama mengabdikan diri di tem gah tengah
masayarakat mengembangkan ajaran Islam, dan membentengi masyarakat dari
pengaruh budaya barat. Pesantren menjadi benteng pertahanan yang melindungi para
pemuda agar tidak terpengaruh oleh perilaku penjajah barat. Oleh karena itu di
pesantren diajarkan agar para santri berpegang teguh pada ajaran Islam yang murni
yaitu ajaran Ahlussunnah wal Jamaah, seperti yang diajarkan oleh para Wali Songo.

2. Nahdltul Ulama mengembangkan Ahlusunnah Wal Jamaah


Esudah Nahdlatuul Ulama berdiri, pendidikan di pesantren semakin ditertibkan
dan ditingkatkan dan diluar pesantren didirikan Madrasah – Madrasah yang
memberikan pendidikan Islam ala Ahlussunnah wal Jamaah. Nahdlatul Ulam juga
berusaha memperbanyak masjid, langgar dan mushola yang didalamnya para kiyai
NU memberikan pengajian rutin (Majelis Ta’lim) dengan membaca kitab – kitab
yang semuanya berdasarkan faham Ahlussunnah wal Jamaah
Pelestarian ajaran Islam Ahlussunnah wal Jamaah juga dilakukan oleh NU selalui
kegiatan rutin setiap tanggal 15 bulan Qomariyah yang disebut "Lailatul Ijtima’”.
Acara dalam kegiatan ini biasanya dimulai dengan membaca Shalawat badar,
shalat ghaib berjamaah oleh warga NU yang meninggal dunia yang meninggal
dalam bulan itu dengan terlebih dahulu dibacakan nama-nama yang telah terdaftar
dalam brosur LINU kemudian dibacakan tahlil dan sebagai pelengkap diisi dengan
ceramah agama sudah barang tentu pesan-pesan yang disampaikan adalah sekitar
pemantapan warga dalam memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran Islam
Ahlussunnah wal Jamaah
Disamping itu NU mengembangkan amaliyah yang merupakan ciri khas jati
dirinya sebagai pembela ajaran Islam Ahlussunnah wal Jamaah, seperti tahlilan
setiap malam Jum'at, membaca shalawat (marhabanan) mengembangkan seni
hadirah (membaca shalawat diiringi rebana) dan Khatmil Qur'an
Pemahaman terhadap ajaran Islam Ahlussunnah wal Jamaah juga dilakukan
NU dan organisasi-organisasi perangkatya melalui kegiatan diskusi, seminar,
sarasehan, taining dan kursus Para ulama NU dengan tekun mengkaji ajaran Islam
Ahlussunnah wal Jamaah dan melihatnya dari berbagai aspek, baik aqidah,
syariah, ahlak / tasawwuf maupun masalah-masalah kemasyarakatan dan
kenegaraan.

Anda mungkin juga menyukai