Anda di halaman 1dari 5

MAKALAH SEJARAH BERDIRINYA NAHDLATUL ULAMA BAB I PENDAHULUAN

A Latar belakang NU adalah organisasi keagamaan sekaligus organisasi kemasyarakatan


terbesar dalam lintasan sejarah bangsa Indonesia, mempunyai makna penting dan ikut
menentukan perjalanan sejarah bangsa Indonesia, NU lahir dan berkembang dengan corak
dan kulturnya sendiri. Sebagai organisasi berwatak keagamaan Ahlussunnah Wal Jama'ah,
maka NU menampilkan sikap akomodatif terhadap berbagai madzhab keagamaan yang ada di
sekitarnya. NU tidak pernah berfikir menyatukan apalagi menghilangkan mazdhab-mazdhab
keagamaan yang ada. Dan sebagai organisasi kemasyarakatan, NU menampilkan sikap
toleransi terhadap nilai-nilai lokal. NU berakulturasi dan berinteraksi positif dengan tradisi
dan budaya masyarakat lokal. Dengan demikian NU memiliki wawasan multikultural, dalam
arti kebijakan sosialnya bukan melindungi tradisi atau budaya setempat, tetapi mengakui
manifestasi tradisi dan budaya setempat yang memiliki hak hidup di Republik Indonesia
tercinta ini. Sebagai warga negara Indonesia, terkhusus sebagai warga Nahdlatul ‘Ulama
alangkah baiknya kita mengetahui lebih dalam mengenai apa itu Nahdlatul ‘Ulama. Banyak
hal yang bisa kita temukan dan kita kaji dalam perkembangan organisasi ini sehingga kita
dapat memetik segala hikmah kebaikan yang bisa dijadikan motivasi dan semangat untuk
kehidupan kita. Dalam Makalah ini, penulis akan mencoba menguraikan sedikit tentang apa
itu Nahdlatul ‘Ulama, bagaimana sejarah terbentuknya dan apa saja ajaran/pokok pikiran
yang mendasar di Nahdlatul ‘Ulama ini. B. Rumusan masalah 1) Apa itu Nahdlatul ‘Ulama?
2) Bagaimana Sejarah Terbentuknya Nahdlatul ‘Ulama? 3) Apa saja ajaran/pokok pikiran
yang ada di Nahdlatul ‘Ulama? C. Tujuan 1) Mengetahui Apa itu Nahdlatul ‘Ulama 2)
Mengetahui Sejarah Terbentuknya Nahdlatul ‘Ulama 3) Mengetahui Ajaran/Pokok Pikiran
yang ada di Nahdlatul ‘Ulama D. Batasan Masalah Batasan-batasan masalah hanya
membahas tentang 1) Pengertian Nahdlatul ‘Ulama 2) Sejarah Terbentuknya Nahdlatul
‘Ulama 3) Ajaran/Pokok Pikiran yang ada di Nahdlatul ‘Ulama BAB II PEMBAHASAN A.
Apa itu Nahdlatul ‘Ulama Nahdlatul ‘Ulama disingkat NU, artinya kebangkitan Ulama.
Sebuah organisasi yang didirikan oleh para ulama pada tanggal : 16 Rajab 1344 H / 31
Januari 1926 M di Surabaya. Nahdlatul ‘Ulama sebagai jam’iyah diniyah adalah wadah para
Ulama’ dan pengikut-pengikutnya, dengan tujuan memelihara, melestarikan,
mengembangkan dan mengamalkan ajaran Islam yang berhaluan AhluSunnah wal Jama’ah
dan menganut salah satu dari madzhab empat masing-masing adalah : 1. Imam Abu Hanifah
an-Nu’man 2. Imam Malik bin Anas 3. Imam Muhammad Idris As-Syafi’i dan 4. Imam
Ahmad bin Hanbal. Nahdlatul ‘Ulama (NU) adalah merupakan gerakan keagamaan yang
bertujuan untuk ikut membangun dan mengembangkan insan dan masyarakat yang bertaqwa
kepada Alloh Swt, cerdas, trampil, ber-akhlaq mulia, tenteram, adil dan sejahtera. NU
mewujudkan cita-cita dan tujuannya melalui serangkaian ikhtiar yang didasari oleh dasar-
dasar faham keagamaan, yang membentuk kepribadian khas Nahdlatul Ulama. B. Sejarah
Berdirinya Nahdlatul ‘Ulama a. Latar belakang Berdirinya Nahdlatul ‘Ulama Latar belakang
berdirinya NU berkaitan erat dengan perkembangan pemikiran keagamaan dan politik dunia
islam kala itu. Salah satu faktor pendorong lahirnya NU adalah karena adanya tantangan yang
bernama globalisasi yang terjadi dalam dua hal : · Globalisasi Wahabi, pada tahun 1924,
Syarief Husein, Raja Hijaz (Makkah) yang berpaham Sunni di taklukkan oleh Abdul Aziz bin
Saud yang beraliran Wahabi. Tersebarlah berita penguasa baru itu akan melarang semua
bentuk amaliyah keagamaan kaum sunni, yang sudah berjalan berpuluh-puluh tahun di Tanah
Arab, dan akan menggantinya dengan model Wahabi. Pengamalan agama dengan sistem
bermadzhab, tawassul, ziarah kubur, maulid nabi, dan lain sebagainya, akan segera di larang.
· Globalisasi imperialisme fisik konvensional yang di Indonesia di lakukan oleh Belanda,
Inggris, dan Jepang, sebagaimana juga terjadi di belahan bumi Afrika, Asia, Amerika Latin,
dan negeri-negeri lain yang di jajah bangsa Eropa. b. Proses Berdirinya Nahdlatul ‘Ulama
Berdirinya komite HIJAZ dan Lahirnya Nahdlatul ‘Ulama Sebelum tahun 1924, raja yang
berkuasa di Mekkah dan Madinah ialah Syarif Husen, yang bernaung di bawah Kesultanan
Turki. Akan tetapi pada tahun 1926 Syarif Husen digulingkan oleh Ibnu Suud. Ibnu Suud
ialah seorang pemimpin suku yang taat kepada seorang pengajar agama bernama Abdul
Wahhab dari Nejed yang ajaran-ajaranya sangat konservatif. Misalnya berdoa di depan
makam nabi dihukumi syirik. Penguasa hijaz yang baru ini mengundang pemimpin-
pemimpin islam seluruh dunia untuk menghadiri Muktamar Islam di Mekkah pada bulan Juni
1926. Di Indonesia kebetulan waktu itu sudah terbentuk CCC (Centra Comite Chilafat)
disebut Komite Hilafat, dan duduk di dalamnya berbagai wakil Organisasi Islam, termasuk
K.H. Wahab Hasbullah. CCC yang akan menentukan utusan Indonesia kemuktamar tersebut.
Berhubungan dengan itu, maka K.H. Wahab Hasbullah bersama-sama para ulama’ Taswirul
Afkar dan Nahdlatul Wathan dengan restu K.H. Hasyim Asy’ari memutuskan untuk
mengirimkan delegasi sendiri kemukatamar pada juni 1926 dengan membentuk komite
sendiri yaitu komite hijaz. “Susunan Komite Hijaz :” Penasehat : K.H. Abdul Wahab
Hasbullah K.H. Cholil Masyhuri Ketua : H.Hasan Gipo Wakil Ketua : H. Sholeh Syamil
Sekretaris : Muhammad Shodiq Pembantu : K.H. Abdul Halim Pada tanggal 31 Januari 1926
komite mengadakan rapat di Surabaya dengan mengundang para ‘ulama terkemuka di
Surabaya dan dihadiri K.H. Hasyim Asy’ari dan K.H. Asnawi Kudus. rapat memutuskan
K.H. Asnawi Kudus sebagai delegasi Komite Hijaz menghadiri muktamar dunia Islam di
Mekkah. c. Tokoh-tokoh dibalik Berdirinya NU a. Kiyai Kholil Kiyai Kholil lahir Selasa 11
Jumadil Akhir 1235 di Bangkalan Madura nama ayahnya Abdul Latif, beliau sangat berharap
dan memohon kepada Allah SWT agar anaknya menjadi pemimpin ummat. Pada tahun 1859
ketika berusia 24 tahun Kiyai Kholil memutuskan untuk pergi ke Mekkah dengan biaya
tabungannya, sebelum berangkat beliau dinikahkan dengan Nyai ‘Asyik. Di Mekkah beliau
belajar pada Syeikh di Masjidil Haram tetapi beliau lebih banyak mengaji pada para Syeikh
yang bermazdhab Syafi’i . Sepulang dari Mekkah beliau dikenal sebagai ahli fiqih dan
thoriqot bahkan ia memadukan kedua ilmu itu dengan serasi dan beliau juga hafizd kemudian
beliau mendirikan pesantren di Desa Cengkebuan. Kiyai Kholil wafat tanggal 29 Ramadlan
1343 H dalam usia 91 th. hampir semua pesantren di Indonesia sekarang masih mempunyai
sanad dengan pesantren Kiyai Kholil. b. K.H. Muhammad Hasyim Asy’ari Beliau adalah
seorang ‘ulama yang luar biasa hampir seluruh kiyai di Jawa memberi gelar Hadratus Syeikh
(Maha Guru) beliau lahir selasa kliwon 24 Dzulqa’dah 1287 H bertepatan dengan tanggal 14
Februari 1871 di Desa Gedang, Jombang. Ayahnya bernama K. Asy’ari Demak Jawa Tengah.
Ibunya bernama Halimah putri dari Kiyai Utsman pendiri pesantren Gedang. Dalam rangka
mengabdikan diri untuk kepentingan ummat maka K.H. Muhammad Hasyim Asy’ari
mendirikan pesantren Tebuireng, jombang pada tahun 1899 M. Dengan segala
kemampuannya, Tebuireng kemudian berkembang menjadi “Pabrik” pencetak kiai. Pada
tanggal 17 Ramadlan 1366 H bertepatan dengan 25 Juli 1947M K.H. Muhammad Hasyim
Asy’ari Memenuhi panggilan Ilahi. c. K.H. Abdul Wahab Hasbullah Beliau adalah seorang
‘ulama yang sangat alim dan tokoh besar dalam NU dan bangsa Indonesia. Beliau dilahirkan
di Desa Tambakberas, Jombang, Jawa Timur pada bulan Maret 1888. Semenjak kanak-kanak
beliau dikenal kawan-kawannya sebagai pemimpin dalam segala permainan. Langkah awal
yang ditempuh K.H. Wahab Hasbullah kelak sebagai bapak pendiri NU, itu merupakan usaha
membangun semangat nasionalisme lewat jalur pendidikan yang sengaja dipilih nama
Nahdlatul Wathan yang berarti Bangkitnya Tanah Air. C. Ajaran atau Pokok Pikiran
Nahdlatul ‘Ulama Nahdlatul ‘Ulama (NU) merupakan organisasi sosial keagamaan yang
berhaluan Ahlu as-Sunnah Wa al-Jama’ah, sebagai wadah pengemban dan mengamalkan
ajaran Islam Ala Ahadi al-Mazhabi al-Arba’ah dalam rangka mewujudkan Islam sebagai
rahmat bagi semesta alam. Dengan kata lain sebagai salah satu ormas tertua, NU merupakan
satu-satunya organisasi masa yang secara keseluruhan bahwa Ahlu as-Sunnah Wa al-Jama’ah
sebagai mazhabnya. Sehingga, ketika NU berpegang pada mazhab, berarti mengambil produk
hukum Islam (fiqh) dari empat Imam Mazhab, yaitu mazhab Hanafi, mazhab Maliki, mazhab
Syafi’i dan mazhab Hambali. Dalam kenyataannya NU lebih condong pada pendapat Imam
Asy-Syafi’i, oleh karenanya NU sering “dicap” sebagai penganut fanatik mazhab Syafi’i. Hal
ini dapat dilihat dari cara NU mengambil sebuah rujukan dalam menyelesaikan kasus-kasus
atau permasalahan-permasalahan yang muncul. Alasan yang sering dilontarkan adalah umat
Islam Indonesia mayoritas bermazhab Syafi’i. Nahdlatul ‘Ulama (NU) sebagai Jam’iyah
Diniyah Islamiyah yang bertujuan membangun atau mengembangkan insan dan masyarakat
yang bertaqwa kepada Allah SWT senantiasa berpegang teguh pada kaidah-kaidah
keagamaan (ajaran Islam) dan kaidah-kaidah fiqh lainnya dalam merumuskan pendapat, sikap
dan langkah guna memajukan jam’iyah tersebut. Dalam bidang keagamaan dan
kemasyarakatan alam pikiran (pokok ajaran) Nahdlatul Ulama (NU) secara ringkas dapat
dibagi menjadi tiga bidang ajaran yaitu; bidang aqidah, fiqh, dan tasawuf. Dalam bidang
aqidah yang dianut oleh NU sejak didirikan pada 1926 adalah Islam atas dasar Ahlu as-
Sunnah Wa al-Jama’ah. Faham ini menjadi landasan utama bagi NU dalam menentukan
segala langkah dan kebijakannya, baik sebagai organisasi keagamaan murni, maupun sebagai
organisasi kemasyarakatan. Hal ini ditegaskan dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah
Tangga (AD/ART), bahwa NU mengikuti Ahlu as-Sunnah Wa al-Jama’ah dan menggunakan
jalan pendekatan (mazhab). Adapun faham Ahlu as-Sunnah Wa al-Jama’ah yang dianut NU
adalah faham yang dipelopori oleh Abu Hasan al-Asy’ari dan Imam Abu Mansur al-Maturidi.
Keduanya dikenal memiliki keahlian dan keteguhan dalam mempertahankan i’tiqad
(keimanan) Ahlu as-Sunnah Wa al-Jama’ah seperti yang telah disyaratkan oleh Nabi SAW
dan para sahabatnya. Jadi dalam melaksanakan ajaran Islam, bila dikaitkan dengan masalah-
masalah aqidah harus memilih salah satu di antara dua yaitu al-Asy’ari dan al-Maturidi.
Sementara dalam bidang fiqh ditegaskan bahwa: Nahdlatul Ulama (NU) sebagai Jam’iyah
Diniyah Islamiyah beraqidah Islam menurut faham Ahlu as-Sunnah Wa al-Jama’ah dan
mengikuti faham salah satu mazhab empat: Hanafi, Maliki, Syafi’i dan Hambali. Namun
dalam prakteknya para Kyai adalah penganut kuat dari pada mazhab Syafi’i. Jadi dengan
demikian NU memegang produk hukum Islam (fiqh) dari salah satu empat mazhab tersebut,
artinya bahwa dalam rangka mengamalkan ajaran Islam, NU menganut dan mengikuti bahkan
mengamalkan produk hukum Islam (fiqh) dari salah satu empat mazhab empat sebagai
konsekuensi dari menganut faham Ahlu as-Sunnah Wa al-Jama’ah. Walaupun demikian tidak
berarti terus Nahdlatul Ulama tidak lagi menganut ajaran yang diterapkan Rasulullah SAW.
sebab keempat mazhab tersebut dalam mempraktekkan ajaran Islam juga mengambil
landasan dari al-Qur’an dan as-Sunnah di samping Ijma’ dan Qiyas sebagai sumber pokok
penetapan hukum Islam. Adapun alasan kenapa Nahdlatul Ulama dalam bidang hukum Islam
(fiqh) lebih berpedoman kepada salah satu dari empat mazhab; Pertama, al-Qur’an sebagai
dasar hukum Islam yang pokok atau utama bersifat universal, sehingga hanya Nabi SAW.
yang tahu secara mendetail maksud dan tujuan apa yang terkandung dalam al-Qur’an. Nabi
SAW sendiri menunjukkan dan menjelaskan makna dan maksud dar al-Qur’an tersebut
melalui sunnah-sunnah beliau, yaitu berupa perkataan, perbuatan, dan taqrir. Kedua, sunnah
Nabi SAW. yang berupa perkataan, perbuatan, maupun taqrirnya yang hanya diketahui oleh
para sahabat yang hidup bersamaan (semasa) dengan beliau, oleh karena itu perlu untuk
memeriksa, menyelidiki dan selanjutnya berpedoman pada keterangan-leterangan para
sahabat tersebut. Namun sebagian ulama tidak memperbolehkan untuk mengikuti para
sahabat dengan begitu saja. Maka dari itu untuk mendapatkan kepastian dan kemantapan,
maka jalan yang ditempuh adalah merujuk kepada para ulama mujtahidin yang tidak lain
adalah imam madzhab yang empat, artinya bahwa dalam mengambil dan menggunakan
produk fiqh (hukum Islam) dari ulama mujtahidin harus dikaji, diteliti dan dpertimbangkan
terlebih dahulu sebelum dijadikan pedoman dan landasan bagi Nahdhatul Ulama. Oleh karena
itu, untuk meneliti dan mengkaji suatu produk fiqh (hukum Islam) dalam NU ada suatu forum
pengkajian produk-produk hukum fiqh yang biasa disebut “Bahsul Masail ad-Diniyah
(pembahasan masalah-masalah keagamaan)”. Jadi dalam forum ini berbagai masalah
keagamaan akan digodok dan diputuskan hukumnya, yang selanjutnya keputusan tesebut
akan menjadi pegangan bagi Jam’iyah Nahdlatul Ulama. Faham Nahdlatul Ulama dalam
bidang tasawuf. Tasawuf sebenarnya merupakan dari ibadah yang sulit dipisahkan dan
merupakan hal yang penting, terutama yang berkaitan dengan makna hakiki dari suatu
ibadah. Jika fiqh merupakan bagian lahir dari suatu ibadah yang segala ketentuan
pelaksanaannya sudah ditetapkan dalam agama, untuk mendalami dan memahami bagian dari
ibadah, maka jalan yang dapat ditempuh adalah melalui tasawuf itu sendiri. Di antara
berbagai macam aliran tasawuf yang tumbuh dan berkembang, NU mengikuti aliran tasawuf
yang dipelopori oleh Imam Junaid al-Bagdadi dan Imam al-Gazali. Imam Junaid al-Bagdadi
adalah salah seorang sufi terkenal yang wafat pada tahun 910 M di Irak, sedangkan Imam al-
Gazali adalah seorang ulama besar yang berasal dari Persia. Untuk kepentingan ini, yaitu
membentuk sikap mental dan kesadaran batin yang benar dalam beribadah bagi warga
Nahdlatul Ulama, maka pada tahun 1957 para tokoh NU membentuk suatu badan “Jam’iyah
at-Tariqah al-Mu’tabarah” badan ini merupakan wadah bagi warga NU dalam mengikuti
ajaran tasawuf tersebut. Dalam perkembangannya pada tahun 1979 saat muktamar NU di
Semarang badan tersebut diganti namanya “Jam’iyah at-Tariqah al-Mu’tabarah an-
Nadiyyah”. Dengan melihat nama badan tersebut di mana di dalamnya ada kata nadhiyyin ini
menunjukkan identitasnya sebagai badan yang berada dalam linkungan Nahdhatul Ulama.
Selanjutnya, sejalan dengan derap langkah pembangunan yang sedang dilakukan, maka
Nahdlatul Ulama sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari masyarakat dan bangsa harus
mempunyai sikap dan pendirian dalam dan turut berpartisipasi dalam pembangunan tersebut.
Sikap dan pendirian Nahdlatul Ulama ini selanjutnya menjadi pedoman dan acuan warga NU
dalam kehidupan beragama, bermasyarakat dan bernegara. Sikap NU dalam bidang
kemasyarakatan diilhami dan didasari oleh sikap dan faham keagamaan yang telah dianut.
Sikap kemasyarakatan NU bercirikan pada sifat: tawasut dan i’tidal, tasamuh, tawazun dan
amar ma’ruf nahi munkar. Sikap ini harus dimiliki baik oleh aktifis Nahdlatul Ulama maupun
segenap warga dalam berorganisasi dan bermasyarakat : 1. Sikap Tawasut dan I’tidal.
Tawasut artinya tengah, sedangkan I’tidal artinya tegak. Sikap tawasuth dan i’tidal
maksudnya adalah sikap tengah yang berintikan kepada prinsip hidup yang menjunjung
tinggi keharusan berlaku adil dan lurus ditengah-tengah kehidupan bersama. Dengan sikap
dasar ini, maka NU akan selalu menjadi kelompok panutan yang bersikap dan bertindak lurus
dan selalu bersikap membangun serta menghindari segala bentuk pendekatan yang bersifat
tatarruf (ekstrim). 2. Sikap Tasamuh. Maksudnya adalah Nahdlatul Ulama bersikap toleran
terhadap perbedaan pandangan, baik dalam masalah keagamaan teruma hal-hal yang bersifat
furu’ atau yang menjadi masalah khilafiyah maupun dalam masalah yang berhubungan
dengan kemasyarakatan dan kebudayaan. 3. Sikap Tawazun. Yaitu sikap seimbang dalam
berkhidmad. Menyesuaikan berkhidmad kepada Allah SWT, khidmat sesama manusia serta
kepada lingkungan sekitarnya. Menserasikan kepentingan masa lalu, masa kini dan masa
yang akan datang. 4. Amar Ma’ruf Nahi Munkar. Segenap warga Nahdlatul Ulama
diharapkan mempunyai kepekaan untuk mendorong berbuat baik dan bermanfaat bagi
kehidupan bermasyarakat, serta mencegah semua hal yang dapat menjerumuskan dan
merendahakan nilai-nilai kehidupan manusia. Dengan adanya beberapa aspek tersebut di atas,
diharapkan agar kehidupan umat Islam pada umumnya dan warga Nahdlatul Ulama pada
khususnya, akan dapat terpelihara secara baik dan terjalin secara harmonis baik dalam
lingkungan organisasi maupun dalam segenap elemen masyarakat yang ada. Demikian pula
perilaku warga Nahdlatul Ulama agar senantiasa terbentuk atas dasar faham keagamaan dan
sikap kemasyarakatan, sebagai sarana untuk mencapai cita-cita dan tujuan yang baik bagi
agama maupun masyarakat. BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Nahdlatul ‘Ulama sebagai
jam’iyah diniyah adalah wadah para Ulama’ dan pengikut-pengikutnya, dengan tujuan
memelihara, melestarikan, mengembangkan dan mengamalkan ajaran Islam yang berhaluan
Ahlus Sunnah wal Jama’ah. Nahdlatul ‘Ulama (NU) adalah merupakan gerakan keagamaan
yang bertujuan untuk ikut membangun dan mengembangkan insan dan masyarakat yang
bertaqwa kepada Alloh Swt, cerdas, trampil, ber-akhlaq mulia, tenteram, adil dan sejahtera.
NU mewujudkan cita-cita dan tujuannya melalui serangkaian ikhtiar yang didasari oleh
dasar-dasar faham keagamaan, yang membentuk kepribadian khas Nahdlatul Ulama. B. Saran
Dengan membaca makalah ini, pembaca disarankan agar bisa mengambil manfaat tentang
pentingnya mengetahui sejarah berdirinya Nahdlatul ‘Ulama, meneladani para tokoh nasional
yang merupakan para pendiri Nahdlatul ‘Ulama ini yang dengan pemikiran dan
perjuangannya beliau dapat membuat koridor hubungan keagamaan secara horizontal yang
bersifat baik. Selain itu juga kita hendaknya tahu, apa yang menjadi tujuan dan ajaran/pokok
pikiran dari Nahdlatul ‘Ulama tersebut. DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Nahdlatul_%27Ulama http://ilmutuhan.blogspot.com http://my-
dock.blogspot.com jondil di 18.06

Anda mungkin juga menyukai