Anda di halaman 1dari 13

NU dan ASWAJA

Makalah ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ke-NU-an

Dosen Pengampu: Zaimul Asror, S. Th. I., M.Pd.

Disusun Oleh:

1. Agus Chalimil Mu’min Almustofa (2110100918)


2. Fajar Miftahul Munir (2130100959)

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI)

KHOZINATUL ‘ULUM BLORA

2022

ii
KATA PENGANTAR

Bismillah, Alhamdulillah, Puji Syukur Kehadirat Allah SWT. Yang telah


melimpahkan rahmat, nikmat, hidayah serta inayahNya kepada kita semua sehingga
kami dapat diberi kesempatan dapat menyelesaikan pembuatan makalah yang
berjudul NU dan ASWAJA ini denga tepat waktu.

Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada junjungan kita, Nabi


Muhammad SAW. Semoga dengan bacaan sholawat kita kelak diakui sebagai
ummatNya dan mendapat syafaatNya kelak di Yaumil Qiyamah. Aamiin.

Selanjutnya ucapan terimaksih kami haturkan kepada Bapak dosen


pengampu mata kuliah Studi Qur’an Bapak Zaimul Asror, S. Th. I., M.Pd., atas
bimbingan dan arahan kepada kami dan dalam penulisan makalah ini. Sehingga
kami dapat menyelesaikan penulisan makalah ini meskipun masih terdapat banyak
kekurangan di sana-sini. Ucapan terimakasih juga kami haturkan kepada teman
teman yang sudah mendukung dan berkontribusi dalam penulisan makalah ini.

Kami menyadari, tak ada yang sempurna. Begitu pula dengan makalah ini.
Masih banyak kekurangan karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami.
Maka dari itu, kami memohon maaf sebesar-sebesarnya jika terdapat kesalahan
dalam penulisan makalah ini.

Semoga dengan makalah ini dapat diambil manfaat, dan semoga juga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan teman-teman pembaca. Amiin

Blora, 15 Maret 2022

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Nahdatul ulama sebagai organisasi keagamaan (Jam'iyah Islamiyah)


besar, malah mungkin "terbesar dalam anggotanya di Indonesia, sejak
berdirinya pada tanggal 31 Januari 1926 M telah menyatakan diri sebagai
organisasi Islam berhaluan "Ahlussunnah wal Jama'ah", yang dalam
aqidah mengikuti aliran Asy'ariyah-Maturidiyah, dalam syari'ah fiqih
mengikuti salah satu madzah empat Hanafi, Maliki, Syafi'i, dan Hambali,
dan dalam Tashawuf mengikuti AL-Junaidi dan Al-Ghazali. Disamping itu,
dalam mukhtamar NU di Situbondo 1994, dirumuskan watak dan karakter
NU sebagai organisasi (Jam'iyah) dan komunitas NU (Jama'ah), mempunyai
sikap kemasyarakatan dan. budaya (sosio-kultural) yang Tawassuth
(moderat). Tasamuh (toleran), dan Tawazun (harmoni). Kepemimpinan NU
selama ini dipercayakan kepada para Ulama yang dipandang memiliki
dimensi kepemimpinan yang memadai, yakni dimensi kepemimpinan
ilmiah, kepemimpinan sosial, kepemimpinan spiritual dan kepemimpinan
administratif.

Organisasi NU ini sejak dulu mempunyai kepedulian terhadap


kehidupan bangsa dan negara (politik), dan partisipasinya dalam masalah
berbangsa dan bernegara tersebut telah diwujudkan dengan berbgai macam
manifestasi politik, mulai dari gerakan kebangsaan, perang merebut
kemerdekaan, masuk dalam pemerintahan menjadi partai politik dan
aktifitas politik praktis lainnya. Sampai menjadi kekuatan moral bangsa
yang ikut mempengaruhi wama politik nasional. Semua sikap, prilaku dan
kiprah, serta perannya dalam semua hal tersebut ternyata tidak terlepas dari
akar dan nilai-nilait teologis yang diyakini erta kesadaran sepiritual
rohaniah yang dihayati, yakni keyakinan ahlussunnah wal jama'ah.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengertian dan sajarah NU?

1
2. Siapakah tokoh-toko hawal NU?

3. Bagaimana usaha NU dalam mengembangkan aswaja?

C. Tujuan makalah

1. Untuk mengetahui pengertian dan sejarah NU

2. Untuk mengetahui tokoh-tokoh awal NU

3. Untuk mengetahui usaha NU dalam mengembangkan aswaja?

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Dan Sejarah NU

NU (Nahdatul 'ulama) adalah Sebuah organisasi yang didirikan oleh


para ulama pada tanggal 31 Januari 1926 26 Rajab 1344 H di Surabaya.
Organisasi ini berdiri dipicu oleh tindakan penguasa baru Arab Saudi
berpaham wahabi yang telah berlebih-lebihan dalam menerapkan progran
pemurnian ajaran islam.

Kala itu pemerintahan, antara lain, menggusur petilasan sejarah


islam, seperti makam beberapa pahlawan islam dengan dalih mencegah
pengekramatan individu. Mereka juga melarang sesuatu yang dianggap
bid'ah seperti membaca al-barzanji yang dianggap sebagai kultus individu.
Pemerintah Arab Saudi juga melarang mazhab-mazhab selain mazhab
wahabi, selain pemerintah Arab Saudi ingin menjadi kekholifahan yang
diakui eksistensinya secara internasional oleh negara yang berpenduduknya
beragama islam. Keadaan ini adalah salah satu alasan berdirinya NU.

Karena undangan itu sekiranya akan juga dihadiri oleh beberapa


organisasi di Indonesia. Namun orang-orang yang "tradisional" ini tidak
diberi kesempatan untuk menyampaikan keberatan atas ide-ide wahabi
mencoba untuk membuat trobosan baru yaitu mendirikan "komite hijaz".

Komte hijaz ini kemudian berangkat sendiri ke Arab untuk


menyampaikan beberapa keberatan dan komite ini tidak ada kaitannya
dengan delegasi lain dari Indonesia. Setelah menyampaikan beberapa pesan
ke pemerintah Arab Saudi mereka pulang dan kemudian komite ini
dibakukan untuk menjadi organisasi. Organisasi ini bergerak dalam bidang
keagamaan dan kemasyarakatan.Berdirinya organisasi NU ini merupakan
salah satu fenomena yang luar biasa. Sebab, didirikan oleh orang-orang
yang dianggap kolot, tradisi tidak mempunyai kemampuan dan kecerdasan
berorganisasi.

3
Organisasi ini sendiri sebenarnya tidak pernah lepas dari tangan
dingin seorang kini yaitu K.H Hasyim Asy'ari. Jadi, antara kiai Hasyim
Asy'ari dengan NU seperti dua mata uang yang tidak dapat dipisahkan.1
Sebab, NU lahir atas prakarsa beliau dan beliau adalah simbol dari NU.
Hubungan NU dan K.H.Hasyim Asy'ari ini digambarkan oleh Mas'ud
sebagai Bapak Spiritual NU. Berdirinya NU yang dibidangi oleh
K.H.Hasyim Asy'ari dan K.H.Wahab Hasbullah tidak lepas dari pengaruh
K.H.Kholil dan juga K.H.As’ad Samsul Arifin. K.H.As’ad pada waktu
berdirinya NU masih bersetatus santri K.H.Kholil dan sekaligus mediator
antara K.H.Hasyim dengan gurunya dari Bangkalan. As’ad bercerita;
berdirinya NU tidak seperti lazimnya perkumpulan lain. Berdirinya NU
tidak ditentukan olen perizinan dari bupati atau gubernur, tapi langsung dari
Allah Swt. Dan izin dari Allah itu juga ditempuh melalui perjuangan para
wali sembilan. Karena itu, didalam simbol NU terdapat bintang berjumlah
sembilan. Itu menandakan berdirinya NU tidak terlepas dari perjuangan
para wali sembilan.

B. Tokoh-Tokoh Awal NU

1. K.H. Hasyim Asy'ari (1817-1947). Tebu Ireng Jombang. Pendin NU &


rais Akhar (1926-1947)
2. K.H. Bisri Syamsuri (1886-1980), Denayar Jombang, Pendiri NU,
A'wan pertama (1926) & Rais Aam (1971-1980).
3. K.H. Abdullah Wahab Chasbullah (1888-1971),Tambak Beras
Jombang. Pendiri NU. Katib pertama (1926) & Rais Aam (1947-1971).
4. K.H. Abdul Chamid Faqih. Sedayu Gresik, Pendidri NU & Pengusul
nama NU "Nuhudlul Ulama".
5. K.H. Ridwan Abdullah (1884-1962), Surabaya, Pendiri NU & Pencipta
lambang NU
6. K.H. Abdul Halim, Leuwemunding Cirebon, Pendiri NU

1
Nisa Qurrota Ayuni dkk, Nahdlatul Ulama dan Aswaja, (Makalah Mahasiswa Unusa,
Surabaya 2020), hlm.3-4

4
7. K.H. Mas Alwi bin Abdul Aziz, Surabaya, Pendiri NU & pencipta
nama NU "Nahdlatul Ulama".
8. K.H. Ma'shum (1870-1972). Lasem, Pendiri NU.
9. K.H. A Dachlan Achjad, Malang, Pendiri NU & Wakil Rais pertama
(1926).
10. K.H. Nachrowi Thahir (1901-1980), Malang, Pendiri NU & A'wan
pertama (1926).
11. K.H. R. Asnawi (1861-1959). Kudus, Pendiri NU & Mustasyar
pertama (1926).
12. Syekh Ghanaim (tinggal di Surabaya, asal dari Mesir). Pendiri NU &
Mustasyar pertama (1926). 13. K.H. Abdullah Ubaid (1899-1938),
Surabaya, Pendiri NU & A'wan pertama..2

C. Usaha NU dalam mengembangkan Ahlussunah waljamaah

1. Menciptakan Saling Penghargaan

Pemecahan persoalannya bukanlah dengan cara mempersatukan


semua wasail yang berbeda-beda itu, melainkan menciptakan saling
penghargaan di antara kelompok yang berlainan pandangan . Kesamaan
sikap hidup dan pandangan umum tentang kehidupan adalah alat utama
untuk menghilangkan perbedaan pendapat, atau setidak-tidaknya usaha
menghindarkan perbedaan yang tajam. Sikap hidup dan pandangan
umum tentang kehidupan yang bersamaan secara nisbi, dapat
dikembangkan melalui penyusunan dasar-dasar umum penerapan
aqidah masing-masing guna maslahah bersama. Kalau kita
perbincangkan pengembangan ajaran Ahlussunnah wal Jamaah, maka
caranya bukanlah dengan mengembangkan (perumusan kembali) aqidah
yang sudah muttafaq ‘alaih semenjak berabad Abad, melainkan dengan
mengembangkan dasar-dasar umum penerapan aqidah yang sudah

2
Nisa Qurrota Ayuni dkk, Nahdlatul Ulama dan Aswaja, (Makalah Mahasiswa Unusa,
Surabaya, 2020), hlm. 6-7

5
diterima secara umum di lingkungan Nahdlatul Ulama itu. Biarkanlah
al-usus al tsalatsah yang sudah menjadi konsesus itu tetap pada
keasliannya, sesuai dengan kaidah “al ashlu baqa’u ma kana ala
makana”. Yang terpenting adalah bagaimana merumuskan dasar dasar
umum penerapan ketiga usus itu dalam kehidupan nyata sekarang.3

2. Dua Bentuk Kerja Utama

Pengembangan dasar-dasar umum penerapan aqidah yang sudah


ada, tanpa mengubah aqidah itu sendiri, dapatlah dirumuskan sebagai
upaya pengembangan ajaran (ta’lim) Ahlussunnah wal Jamaah.
Pengembangan ajaran itu mengambil bentuk dua kerja utama berikut.

Pertama, pengenalan pertumbuhan kesejarahan ajaran Ahlussunnah


wal Jamaah yang Meliputi pengkajian kembali sejarah pertumbuhan
Ahlussunnah wal Jamaah dan dasar-dasar umum penerapannya di
berbagai negara dan bangsa, semenjak masa lalu dan sekarang. Ini
meliputi pengkajian wilayah (dirasat al-aqalim al-muslimah/area
studies of Islamic people). Dari Afrika Barat hingga ke Oceania dan
Suriname. Kekhususan dasar umum masing-masing wilayah harus
dipelajari secara teliti, untuk memungkinkan pengenalan mendalam dan
terperinci atas praktik-praktik ke-ahlussunnah-an.

Kedua, perumusan dasar-dasar umum kehidupan bermasyarakat di


kalangan Ahlussunnah wal Jamaah, meliputi bidang-bidang berikut:

1. Pandangan tentang tempat manusia dalam kehidupan alam


2. Pandangan tentang ilmu, teknologi, dan pengetahuan
3. Pandangan ekonomis tentang pengaturan kehidupan masyarakat
4. Pandangan tentang hubungan individu (syakhs) dan masyarakat
(mujtama)
5. Pandangan tentang tradisi dan penyegarannya melalui
kelembagaan hukum, pendidikan, politik dan budaya

3
Abdurruohman Wahid, Pengembangan Ahlussunnah wal jamaah di Lingkungan NU,
Artikel situs NU Online, https://www.nu.or.id/taushiyah/pengembangan-ahlussunnah-wal-jamaah-
di-lingkungan-nu-qfeoE , diakses pada 15 Maret 2022

6
6. Pandangan tentang cara-cara pengembangan masyarakat, dan
7. Asas-asa penerapan ajaran agama dalam kehidupan.

Secara terpadu, perumusan akan dasar-dasar umum kehidupan


bermasyarakat itu akan membentuk perilaku kelompok dan perorangan
yang terdiri dari sikap hidup, pandangan hiup, dan sistem nilai (manhaj
al-qiyam al-mutsuliyyah) yang secara khusus akan memberikan
kebulatan gambaran watak hidup Ahlussunnah wal Jamaah 4

3. Kehidupan Masa Kini

Perumusan dasar-dasar umum kehidupan bermasyarakat yang


dibagi dalam tujuh bidang di atas, akan dapat dilakukan dalam sebuah
dialog terbuka di kalangan warga Nahdlatul Ulama, tidak hanya terbatas
di lingkungan tertentu saja. Untuk memungkinkan pembicaraan terbuka
yang efisien, diperlukan sebuah kerangka umum pandangan Nahdlatul
Ulama atas masalah masalah kehidupan masa kini. Kerangka umum itu
menurut hemat penulis, haruslah memasukan unsur-unsur berikut

Pertama, pandangan bahwa keseluruhan hidup ini adalah


peribadatan (al-hayatu “ibadatun kulluha), Pandangan ini akan
membuat manusia menyadari pentingnya arti kehidupan; kemuliaan
kehidupan, karena itu hanya kepadaNya lah diserahkan tugas
kemakhlukan (al wadhifat al-khalqiyyat) untuk mengabdi dan beribadat
kepada Allah SWT. Demikian berharganya kehidupan, sehingga
menjadi tugas umat manusia lah untuk memelihara kehidupan ini
dengan sebaik-baiknya, termasuk memelihara kelestarian sumber-
sumber alam. Memelihara sesama manusia dari pemerasan oleh
segolongan kecil yang berkuasa melalui cara-cam bertentangan dengan
perikemanusiaan, meningkatkan kecerdasan bangsa guna
memanfaatkan kehidupan secara lebih baik, dan seterusnya.

4
Abdurruohman Wahid, Pengembangan Ahlussunnah wal jamaah di Lingkungan NU,
Artikel situs NU Online, https://www.nu.or.id/taushiyah/pengembangan-ahlussunnah-wal-jamaah-
di-lingkungan-nu-qfeoE , diakses pada 15 Maret 2022

7
Kedua, kejujuran sikap hidup merupakan sendi kehidupan
bermasyarakat sejahtera. Kejujuran sikap ini meliputi kemampuan
melakukan pilihan antara berbagai hal yang sulit, guna kebahagiaan
hidup masa depan; kemampuan memperlakukan orang lain seperti kita
memperlakukan diri sendiri (sehingga tidak terjadi aturan permainan
hidup bernegara yang hanya mampu menyalahkan orang lain dan
menutup mata terhadap kesalahan sendiri); dan kemampuan mengakui
hak mayoritas bangsa dan umat manusia untuk menentukan arah
kehidupan bersama. Kejujuran sikap ini akan membuat manusia mampu
memahami betapa terbatasnya kemampuan diri sendiri, dan betapa
perlunya ia kepada orang lain, bahkan kepada orang yang berbeda
pendirian sekalipun. Ini akan membawa kepada keadilan dalam
perlakuan di muka hukum, penegakan demokrasi dalam arti yang
sebenarnya, dan pemberian kesempatan yang sama untuk
mengembangkan pendapat masing-masing dalam kehidupan bernegar

Ketiga, moralitas (akhlaq) yang utuh dan bulat. Akhlaq yang


seperti ini, yang sudah dikembangkan begitu lama oleh para ulama kita,
tidak rela kalau kita hanya berbicara tentang pemberantasan korupsi
sambil terus-menerus mengerjakannya, tidak dapat menerima ajakan
hidup sederhana oleh mereka yang bergelimang dalam kemewahan
tidak terbatas yang umumnya diperoleh dari usaha yang tidak halal; dan
menolak penguasaan seluruh wilayah kehidupan ekonomi oleh hanya
sekelompok kecil orang belaka.

Secara keseluruhan, kerangka umum di atas akan membawa


Nahdlatul Ulama kepada penyusunan sebuah strategi perjuangan baru
yang akan mampu memberikan jawaban kepada tantangan-tantangan
yang dihadapi Nahdlatul Ulama sendiri dewasa ini dan di masa
mendatang, strategi perjuangan itu, yang unsur-unsurnya sudah banyak
dibicarakan dan dirumuskan dalam berbagai kesempatan oleh banyak
kalangan Nahdlatul Ulama sendiri, perlu dirumuskan dan disusun, jika

8
kita ingin melakukan perjuangan yang lebih terarah dengan cara yang
lebih tepat, 5

4. Dua Sendi

Untuk keperluan penyusunan strategi perjuangan itu, di bawah ini


akan dikemukakan Kedua sendi yang tidak boleh tidak harus dimiliki.

Pertama, pendekatan yang akan diambil oleh strategi itu sendiri,


yang seharusnya ditekankan pada penanganan masalah-masalah
kongkret yang dihadapi oleh masyarakat melalui kerja kerja nyata dalam
sebuah proyek rintisan, baik di bidang pertanian, perburuhan, industri
kecil, kesehatan masyarakat, pendidikan keterampilan, dan seterusnya.

Kedua, organisasi atau arah yang akan ditempuh oleh strategi itu
sendiri, yang seyogianya dipusatkan pada pelayanan kepada kebutuhan
pokok mayoritas bangsa, yaitu kaum miskin dan yang berpenghasilan
rendah.6

5
Abdurruohman Wahid, Pengembangan Ahlussunnah wal jamaah di Lingkungan
NU, Artikel situs NU Online, https://www.nu.or.id/taushiyah/pengembangan-
ahlussunnah-wal-jamaah-di-lingkungan-nu-qfeoE , diakses pada 15 Maret 2022
6
Abdurruohman Wahid, Pengembangan Ahlussunnah wal jamaah di Lingkungan NU,
Artikel situs NU Online,…

9
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

NU didirkan pada 16 rajab 1344 H. lahirnya NU dilatarbelakangi


oleh komite Hijaz yang berangkat ke Arab Saudi untuk memprotes
kebijakan kerajaan Arab Saudi pada masa itu yang akan memusnahkan
semua peninggalan nabi agar idak terjadi pengkeramatan individuyang
mereka anggap sebagai bid’ah. Komite hijaz pulang kemudian berkembang
dibakukan menjadi organisasi.

Terbentuknya NU tidak lepas dari peran para Kyai terutama KH.


Hasyim Asy’ari.

Nahdlatul Ulama menganut paham Ahlussunah waljama’ah, sebuah


pola pikir yang mengambil jalan tengah, antara ekstrim aqli (rasionalis) dan
kaum ekstrim naqli (skripturalis).

Bnayak sekali usaha NU untuk melestariakn ajran Aswaja terutama


lewat kegiaan kegitan pengajaran materi tentang aswaja di masyarakat,
pengabdian hingga pembentukan organisasi yang mengayomi warga NU
yang berlandaskaan ajaran Aswaja

B. Saran

Kami menyadari bahwa penulisan makalah kami masih ada


kekurangan dalam segala sisi. Oleh karena itu kami menunggu saran dari
teman-teman pembaca supaya kekurangan pada makalah ini bisa sedikit
teratasi.

Kami menyarankan kepada para pembaca agar menindaklanjuti


makalah kami yang kurang sempurna ini agar pengetahuan tentang
publikasi ilmiah ini terus berkembang.

Kepada Para pembaca juga jangan patah semangat , teruslah


bersemangat mencari ilmu pengetahuan.

10
Daftar Pustaka

Ayuni, Nisa Qurrota, dkk. 2020. Nahdlatul Ulama dan Aswaja. Surabaya : Unusa.

Wahid, Abdurruohman. Pengembangan Ahlussunnah wal jamaah di Lingkungan


NU. Artikel situs NU Online,
https://www.nu.or.id/taushiyah/pengembangan-ahlussunnah-wal-jamaah-
di-lingkungan-nu-qfeoE , diakses pada 15 Maret 2022

11

Anda mungkin juga menyukai