Disusun Oleh:
2022
ii
KATA PENGANTAR
Kami menyadari, tak ada yang sempurna. Begitu pula dengan makalah ini.
Masih banyak kekurangan karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami.
Maka dari itu, kami memohon maaf sebesar-sebesarnya jika terdapat kesalahan
dalam penulisan makalah ini.
Semoga dengan makalah ini dapat diambil manfaat, dan semoga juga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan teman-teman pembaca. Amiin
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1
2. Siapakah tokoh-toko hawal NU?
C. Tujuan makalah
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Organisasi ini sendiri sebenarnya tidak pernah lepas dari tangan
dingin seorang kini yaitu K.H Hasyim Asy'ari. Jadi, antara kiai Hasyim
Asy'ari dengan NU seperti dua mata uang yang tidak dapat dipisahkan.1
Sebab, NU lahir atas prakarsa beliau dan beliau adalah simbol dari NU.
Hubungan NU dan K.H.Hasyim Asy'ari ini digambarkan oleh Mas'ud
sebagai Bapak Spiritual NU. Berdirinya NU yang dibidangi oleh
K.H.Hasyim Asy'ari dan K.H.Wahab Hasbullah tidak lepas dari pengaruh
K.H.Kholil dan juga K.H.As’ad Samsul Arifin. K.H.As’ad pada waktu
berdirinya NU masih bersetatus santri K.H.Kholil dan sekaligus mediator
antara K.H.Hasyim dengan gurunya dari Bangkalan. As’ad bercerita;
berdirinya NU tidak seperti lazimnya perkumpulan lain. Berdirinya NU
tidak ditentukan olen perizinan dari bupati atau gubernur, tapi langsung dari
Allah Swt. Dan izin dari Allah itu juga ditempuh melalui perjuangan para
wali sembilan. Karena itu, didalam simbol NU terdapat bintang berjumlah
sembilan. Itu menandakan berdirinya NU tidak terlepas dari perjuangan
para wali sembilan.
B. Tokoh-Tokoh Awal NU
1
Nisa Qurrota Ayuni dkk, Nahdlatul Ulama dan Aswaja, (Makalah Mahasiswa Unusa,
Surabaya 2020), hlm.3-4
4
7. K.H. Mas Alwi bin Abdul Aziz, Surabaya, Pendiri NU & pencipta
nama NU "Nahdlatul Ulama".
8. K.H. Ma'shum (1870-1972). Lasem, Pendiri NU.
9. K.H. A Dachlan Achjad, Malang, Pendiri NU & Wakil Rais pertama
(1926).
10. K.H. Nachrowi Thahir (1901-1980), Malang, Pendiri NU & A'wan
pertama (1926).
11. K.H. R. Asnawi (1861-1959). Kudus, Pendiri NU & Mustasyar
pertama (1926).
12. Syekh Ghanaim (tinggal di Surabaya, asal dari Mesir). Pendiri NU &
Mustasyar pertama (1926). 13. K.H. Abdullah Ubaid (1899-1938),
Surabaya, Pendiri NU & A'wan pertama..2
2
Nisa Qurrota Ayuni dkk, Nahdlatul Ulama dan Aswaja, (Makalah Mahasiswa Unusa,
Surabaya, 2020), hlm. 6-7
5
diterima secara umum di lingkungan Nahdlatul Ulama itu. Biarkanlah
al-usus al tsalatsah yang sudah menjadi konsesus itu tetap pada
keasliannya, sesuai dengan kaidah “al ashlu baqa’u ma kana ala
makana”. Yang terpenting adalah bagaimana merumuskan dasar dasar
umum penerapan ketiga usus itu dalam kehidupan nyata sekarang.3
3
Abdurruohman Wahid, Pengembangan Ahlussunnah wal jamaah di Lingkungan NU,
Artikel situs NU Online, https://www.nu.or.id/taushiyah/pengembangan-ahlussunnah-wal-jamaah-
di-lingkungan-nu-qfeoE , diakses pada 15 Maret 2022
6
6. Pandangan tentang cara-cara pengembangan masyarakat, dan
7. Asas-asa penerapan ajaran agama dalam kehidupan.
4
Abdurruohman Wahid, Pengembangan Ahlussunnah wal jamaah di Lingkungan NU,
Artikel situs NU Online, https://www.nu.or.id/taushiyah/pengembangan-ahlussunnah-wal-jamaah-
di-lingkungan-nu-qfeoE , diakses pada 15 Maret 2022
7
Kedua, kejujuran sikap hidup merupakan sendi kehidupan
bermasyarakat sejahtera. Kejujuran sikap ini meliputi kemampuan
melakukan pilihan antara berbagai hal yang sulit, guna kebahagiaan
hidup masa depan; kemampuan memperlakukan orang lain seperti kita
memperlakukan diri sendiri (sehingga tidak terjadi aturan permainan
hidup bernegara yang hanya mampu menyalahkan orang lain dan
menutup mata terhadap kesalahan sendiri); dan kemampuan mengakui
hak mayoritas bangsa dan umat manusia untuk menentukan arah
kehidupan bersama. Kejujuran sikap ini akan membuat manusia mampu
memahami betapa terbatasnya kemampuan diri sendiri, dan betapa
perlunya ia kepada orang lain, bahkan kepada orang yang berbeda
pendirian sekalipun. Ini akan membawa kepada keadilan dalam
perlakuan di muka hukum, penegakan demokrasi dalam arti yang
sebenarnya, dan pemberian kesempatan yang sama untuk
mengembangkan pendapat masing-masing dalam kehidupan bernegar
8
kita ingin melakukan perjuangan yang lebih terarah dengan cara yang
lebih tepat, 5
4. Dua Sendi
Kedua, organisasi atau arah yang akan ditempuh oleh strategi itu
sendiri, yang seyogianya dipusatkan pada pelayanan kepada kebutuhan
pokok mayoritas bangsa, yaitu kaum miskin dan yang berpenghasilan
rendah.6
5
Abdurruohman Wahid, Pengembangan Ahlussunnah wal jamaah di Lingkungan
NU, Artikel situs NU Online, https://www.nu.or.id/taushiyah/pengembangan-
ahlussunnah-wal-jamaah-di-lingkungan-nu-qfeoE , diakses pada 15 Maret 2022
6
Abdurruohman Wahid, Pengembangan Ahlussunnah wal jamaah di Lingkungan NU,
Artikel situs NU Online,…
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
10
Daftar Pustaka
Ayuni, Nisa Qurrota, dkk. 2020. Nahdlatul Ulama dan Aswaja. Surabaya : Unusa.
11