Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

SEJARAH BERDIRINYA NU, HAKIKAT BERMADZAB DALAM


NU, METODE QOULI ILHAQI, DAN MANHAJI DALAM KAJIAN
AGAMA

Makalah Ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Metodologi Studi Islam
Dosen Pengampu: Abdulloh Hasan S.Pd.I,M.SI

Disusun oleh kelompok : 9


1. Lutfi Aiman (234110301022)
2. Tiara Shafa Nadira (234110301037)
3. Zulfa Alfiatur Rohmah (234110301039)

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS SYARI'AH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI PROF. K.H. SAIFUDDIN ZUHRI
PURWOKERTO
2023

1
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarokatuh


Puji Syukur atas kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan Rahmat dan ka
runia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Ada
pun judul dari makalah ini adalah “Sejarah berdirinya NU, hakikat bermadzab dalam
NU, metode qouli ilhaqi, dan manhaji dalam kajian agama”. Sholawat serta salam tid
ak pula lupa kami haturkan kepada Nabi Agung kita Nabi penutup para Anbiya dan Ro
sul yaitu Baginda Nabi Muhammad SAW beserta para keluarganya dan para sahabatny
a. Dan kami ucapkan terimakasih kepada Bapak Abdulloh Hasan S.Pd.I M.SI selaku D
osen pengampu mata kuliah Metodologi Studi Islam. Pada kesempatan ini kami sangat
berharap makalah ini bisa dapat berguna dalam menambah ilmu dan wawasan bagi kit
a semua terutama untuk kami sendiri dan kami juga menyadari sendiri dengan sepenuh
nya bahwa makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata yang sempurna. Oleh k
arena itu, kami buat untuk selanjutnya.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi Wabarokatuh

Purwokerto, 26 November 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................................................
DAFTAR ISI.................................................................................................................................................
BAB I................................................................................................................................
PENDAHULUAN........................................................................................................................................
A. Latar Belakang.................................................................................................................................
B. Rumusan Masalah............................................................................................................................
C. Tujuan...............................................................................................................................................
BAB II...........................................................................................................................................................
PEMBAHASAN...........................................................................................................................................
A. Sejarah Berdirinya NU.....................................................................................................................
B. Hakikat dalam bermadzhab dalam NU.............................................................................................
C. Metode Qouli, Ilhaqi, dan Manhaji dalam Kajian Agama...............................................................
BAB III..........................................................................................................................................................
PENUTUP.....................................................................................................................................................
A. Kesimpulan.......................................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................................10

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

NU dikenal sebagai organisasi Islam yang mengutamakan moderasi dan tol


eransi, serta mempromosikan Islam yang bersifat inklusif. Seiring waktu, NU berk
embang menjadi organisasi massa dan memiliki peran penting dalam pembentukan
identitas keagamaan di Indonesia.

Selama perjalanan sejarahnya, NU telah mengalami berbagai tantangan dan


terlibat dalam berbagai peristiwa, termasuk perjuangan melawan penjajahan, keterl
ibatan dalam politik nasional, dan kontribusinya dalam pendidikan dan kesejahtera
an sosial. Dalam perkembangannya, NU juga menjadi salah satu kekuatan politik y
ang signifikan di Indonesia.

Nahdlatul Ulama merupakan fenomena yang unik dalam dunia muslim. NU


adalah sebuah organisasi ulama tradisionalis yang memiliki pengikut dalam jumlah
besar dan merupakan organisasi non pemerintah yang masih bertahan dan mengak
ar di kalangan bawah. Sekitar dua puluh juta Muslim merasa terikat kepadanya mel
alui ikatan-ikatan kesetiaan primordial. Kemandirian Kyai-kyai local NU sebagai
penyangga moral organisasi ini menyebabkan NU menjadi organisasi yang sangat t
erdesentralisasi.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Sejarah Berdirinya NU?


2. Bagaimana Hakikat Bermadzab dalam NU?
3. Apa Pengertian Metode Qouli Ilhaqi dan Manhaji dalam kajian agama Isla
m?

C. Tujuan

1. Mengetahui tentang Sejarah Berdirinya NU


2. Mengetahui Hakikat Bermadzab dalam NU

4
3. Mengetahui Pengertian Metode Qouli Ilhaqi dan Manhaji dalam kajian isla
m

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Berdirinya NU

NU didirikan pada tanggal 31 Januari 1926 ( 16 Rajab 1344 H ) dalam


satu rapat di Surabaya, yang dihadiri oleh KH. Hasyim Asy’ari, KH. Bisyri, K
H. Ridwan, KH. Nawawi, KH. Doromuntaha (menantunya KH. Cholil Bangkal
an), dan banyak Kyai lain. Rapat itu memutuskan dua hal: mengirim komite ke
Makkah untuk memperjuangkan hukum-hukum madzab empat (kepada pemeri
ntah baru Kerajaan Saudi yang dipegang kelompok wahabi). Dan mendirikan j
ama’ah yang Bernama Nahdlatul Oelama dengan komitmen awal menjadi Gera
kan sosial keagamaan.
Setelah Nahdlatul Ulama (NU) dibentuk di Surabaya pada tanggal 16 R
ajab 1344 H/ 31 Januari 1926 M,maka spontan beberapa Kyai atau ulama di be
berapa daerah membentuk cabang NU di daerahnya masing-masing (Malang,
Blora, dll), tanpa menunggu instruksi dan petunjuk dari Pengurus Pusat. Spont
anitas adalah salah satu ciri Sebagian umat NU, disamping Sebagian yang lain
bersikap terlalu berhati-hati menerima sesuatu yang baru, sehingga mengangga
p adanya jam’iyah sebagai bid’ah, setidak-tidak sebagai sesuatu yang tidak perl
u ( Tuban, Pasuruan? ). Tentu sikap umat ini sangat tergantung kepada pandang
an Kyai atau Ulama panutannya.
Demikian Nu berkembang relative cepat, tidak perlu ada diskusi yang b
ertele-tele tentang dasar dan tujuan. Karena para Kyai atau Ulama Pembina kel
ompok jama’ah dimana-mana sudah memiliki berbagai kesamaan yang menjad
i tali pengikat jam’iyah tanpa harus dirumuskan secra tertulis dan sistematis.
Penggunaan nama Nahdlatul Ulama atau disingkat NU ini menjelaskan
bahwa organisasi ini:
1. Ingin menghimpun dan membangkitkan para Kyai atau Ulama serta kelom
pok-kelompoknya yang selama ini masih berdiri sendiri, tetapi sudah memi
liki banyak kesamaan.

6
2. Ingin menjadikan para Kyai atau Ulama serta kelompok-kelompok ini atau
(Umat NU), sebagai kekuatan raksasa islam di Indonesia.
3. Pembangkitan ini dimulai dari pembangkitan para Kyai atau Ulama, kemud
ian dikembangkan kepada para pengikutnya dan Masyarakat muslim.

Sejarah perkembangan NU secara luas bisa dibagi dalam 3 fase : Period


e awal sebagai organisasi sosial keagamaan; Periode Tengah Ketika ia, selain s
ebagai organisasi sosial keagamaan, juga berfungsi sebagai partai politik atau
menjadi unsur formal dari sebuah partai; dan paling terakhir; Kembali ke aktivi
tas-aktivitas sosial keagamaan. Semula NU didirikan sebagai jam’iah diniyah/o
rganisasi keagamaan. Konsitusi awalnya menyatakan bahwa organisasi akan be
rkhidmat pada kegiatan-kegiatan keagamaan, sosial, pendidikan dan ekonomi,
diantaranya meningkatkan komumnikasi antar ulama, memperbaiki mutu sekol
ah-sekolah islam, menyeleksi kitab-kitab yang dipelajari dipesantren dan mend
irikan badan-badan untuk membantu kegiatan pertaanian dan perdagangan uma
t islam. NU berkembang pesat selama periode sebelum perang dunia. Tahun 19
33, keanggotaanya diakui berjumlah sekitar 4 ribu, dan tahun 1938 meningkat
menjadi 100 ribu dengan jumlah 99 caabang yang terdaftar. NU juga berkemba
ng dengan kompleksitas organisasional. Pada tahun 1934, ANSOR, sayap mud
a organisasi ini didirikan. Empat tahun kemudian, sebuah divisi Perempuan ya
ng terpisah, muslimat NU, berdiri secara formal bersamaan dengan dibentukny
a pula Lembaga yang mengelola pendidikan, Lembaga pendidikan maarif. Sep
anjang periode ini, NU juga mengembangkan Kerjasama dagang yang terkenal
dengan nama syirkah mu’awanah.

Sebagaimana dirumuskan dalam statute perkoempoelan Nahdlatul Ula


ma tahun 1926, NU didirikan dengan tujuan :
a) Mengadakan hubungan dan membangun jaringan diantara ulama-ulama ma
dzhab
b) Menyiarkan dan mengembangkan ajaran agama islam berdasarkan madzha
b empat
c) Memverifikasi kitab-kitab yang dipakai untuk materi pendidikan di pesantr
en supaya diketahui apakah kitab-kitab itu merupakan ajaran ahlussunah w
aljamaah atau kitab-kitab ahli bit’ah

7
d) Memajukan pendidikan madrasah yang berdasar agama islam
e) Memakmurkan masjid dan pesantren
f) Memperhatikan Nasib anak-anak yatim dan fakir miskin
g) Mendirikan badan usaha untuk memajukan sektor pertanian dan perdagang
an.

B. Hakikat dalam bermadzhab dalam NU

Nahdlatul ulama selalu mengidentifikasikan diri dengan organisasi yan


g berhalauan ahlussunah wal jamaah dan mengikuti salah satu dari empat madz
hab yaitu syafi’I, maliki, hambali, dan Hanafi. Keharusan mengikuti salah satu
empat madzhab karena mereka adalah penerus golongan salafus sholih yang m
erupakan golongan terbesar. Berpegangan pada empat madzhab memiliki manf
aat yang besar, sedangkan berpaling dari itu mempunyai bahaya yang besar. Di
dasarkan hadis rasul, ikutilah golongan terbesar. Oleh karna madzhab-madzhab
yang benar sudah punah kecuali empat madzhab ini, maka mengikuti empat ma
dzhab berarti mengikuti golongan terbesar dan keluar darinya beraarti keluar d
ari golongan terbesar.
Kaum nahdiyin/warga NU menyadari dirinya menganut madzhab, men
gikuti al-Quran dan al-Hadits tidak secara langsung, akan tetapi melalui penafsi
ran, pendapat dan pengembangan pendapat yang digali oleh imam-imam madz
hab. Namun problematika bermadzhab, yang ada kalanya sangat canggih tidak
selalu dimengreti oleh semua penganut madzhab. Apalagi orang bermadzhab y
ang dengan sadar mengakui keterbatasan pengetahuannya tentang agama, seda
ngkan orang yang membanggakan dirinya sebagai mujtahid.
Pengertian dan tata cara bernadzhab secara terperinci hanyalah diketah
ui oleh para ulama dan Sebagian santri senior. Kaum bermadzhab yang awam h
anya sadar bahwa dirinya tidak mampu memahami al-Quran dan al-Hadist sen
diri, maka ia mengikuti pendapat imam atau tokoh agama yang dipercaya kebe
naranya.

C. Metode Qouli, Ilhaqi, dan Manhaji dalam Kajian Agama

Menurut Bahasa kata madzab berarti jalan yang ditempuh, menunjuk ke


pada metode, cara atau manhaj. Dalam hal ini ialah jalan untuk memahami ajar

8
an atau hukum islam dari sumber al-qur’an dan as-sunnah. Tetapi didalam berb
agai kitab mu’tabar (patut diperhitungkan, dijadikan patokan) disebutkan bahw
a madzab adalah juga aqwal: ucapan, pendapat yang digali dari sumber al-qur’
an dan as-sunnah, dengan menggunakan metode manhaj. Karena “Hukum-huk
um atau pendapat itu merupakan pilihan dari pendapat imam atau tokoh pemiki
r hukum agama terpilih”. Akhirnya disepakati bahwa madzab adalah manhaj da
n aqwal. Aqwal dan manhaj : metoda dan produk, produk dan metoda; cara me
nggali pendapat yang digali dengan car aitu. Dengan demikian, muncul dua ma
cam “madzab”. Yaitu bermadzab qawli dan bermadzab manhaji.

Menunjuk kepada arti bermadzab, yaitu mengikuti suatu madzab. Oleh


karena madzab itu menyangkut dua hal yaitu manhaj dan aqwal, maka bermadz
ab juga menyangkut dua hal :

1. Bermadzab secara manhaji; yaitu mengikuti madzab sebagai metoda


berfikir/beristimbath/berijtihad untuk menemukan pendapat /hukum.
2. Bermadzab secara qawli; yaitu mengikuti madzab sebagai aqwal ( uc
apan-ucapan, pendapat-pendapat)hasil pemikiran/instimbath/ijtihad d
engan menggunakan suatu manhaj.

Uraian di atas diambil dari Hasil Halqah Denanyar tentang Sistem Ber
madzab yang diadakan oleh PP Manbaul Ma’arif yang bekerjasama dengan Ra
bithah Ma’ahid Islamiyah Pusat pada tanggal 28 Januari 1990.

Adapun menurut hasil Musyawarah Nasional Alim Ulama yang diadaka


n di Lampung pada tahun 1992. Dalam musyawarah tersebut menghasilkan pe
mbahasan tiga metode istinbath hukum Batsul Masail yang disusun secara siste
matis. Ketiga metode tersebut yaitu metode qawli, ilhaqi, dan manhaji.

a. Metode qawli

Metodi qawli atau suatu cara istinbath hukum yang penetapanny


a dengan cara merujuk kepada kitab-kitab para fuqoha.

b. Metode ilhaqi
Metode ilhaqi digunakan apabila tidak dapat ditemukannya jawa
ban tekstual dari kitab-kitab. Prosedur ilhaqi adalah dengan memper
9
hatikan ketentuan sebagai berikut: (1) mulhaq bih (sesuatu yang bel
um ada ketentuan hukumnya), (2) mulhaq alaih (sesuatu yang suda
h ada ketentuan hukumnya), (3) wajh al-ilhaq (faktor keserupaan an
tara mulhaq bih dan mulhaq alaih).
c. Metode Manhaji

Metode ini digunakan Ketika permasalahan tidak dapat terselesa


ikan dengan metode qawli dan metode ilhaqi. Metode ini diartikan s
ebagai metode penyelesaian masalah dengan cara mengikuti jalan pi
kiran dan kaidah penetapan hukum yang telah disusun oleh para im
am madzab.

10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

NU merupakan organisasi islam yang didirikan tanggal 31 Januari 1


926 oleh Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy’ari. NU lahir sebagai respon ter
hadap perkembangan politik dan sosial di Indonesia pada masa itu, serta se
bagai wadah untuk memperkuat ajaran islam yang mengakar dalam tradisi
pesantren. Seiring waktu, NU tumbuh menjadi kekuatan besar dalam kehid
upan keagamaan dan sosial di Indonesia, berkontribusi pada pembentukan i
dentitas keislaman dan kebangsaan. Ini mencerminkan peran penting NU d
alam merawat dan menyebarkan nilai-nilai islam yan toleran dan inklusif di
Tengah Masyarakat.

Hakikat bermadzab dalam Nahdlatul Ulama menggambarkan pentin


gnya menjaga warisan keilmuan islam. Dengan menekankan prinsip toleran
si, inkluvisitas, dan keterbukaan terhadap pendapat-pendapat, Nahdlatul Ul
ama menjelma sebagai wadah yang memperkaya pemahaman umat islam.

Metode qouli, ilhaqi, dan manhaji merupakan pendekatan yang bera


gam dalam memahami dan menginterpretasi ajaran Islam. Metode qouli me
nekankan analisis tekstual Al-Quran dan Hadis secara mendalam, sementar
a metode ilhaqi membawa dimensi rasional dan logis dalam pemahaman aj
aran agama. Di sisi lain, metode manhaji membawa pendekatan praktis dan
kontekstual untuk menghadapi perubahan zaman.

Pentingnya memahami perbedaan antara ketiga metode ini terletak


pada kemampuannya untuk menjawab berbagai tantangan kontemporer den
gan cara yang relevan. Keseluruhan, penggabungan aspek-aspek positif dar
i ketiga metode ini dapat memberikan pemahaman yang lebih komprehensi
f terhadap ajaran Islam. Semakin banyak umat Islam yang mampu mengint
egrasikan berbagai metode ini, semakin kuat landasan pemahaman dan pela
ksanaan ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari

11
DAFTAR PUSTAKA

Ridwan, Nur K.(2019). Masa Depan NU. Yogyakarta: Diva Press.


Iskandar, Muhaimin.(2013).NU Jimat NKRI Jimat Islam Indonesia. Yoyakarta:
Pustaka Pesantren.
Ahmad, Masrur.(2006).Madzhab Sosial Keagamaannya NU. Yogyakarta:
Grafindo Litera Media.
Muzadi, Muchith.(1994).NU dan Fiqh Konstektual. Yogyakarta: LKPSM NU
DIY
Wahid, Abdurrahman.(1996). Nahdlatul Ulama, Traditional Islam and
Modernity in Indonesia. Yogyakarta:LKIS.
Mahfudin, Agus.(2021).Metodologi Istinbath Hukum Lembaga Bahtsul Masail
Nahdlatul Ulama. Jurnal Hukum Keluarga

12

Anda mungkin juga menyukai