Disusun untuk memenuhi tugas kelompok dan bahan diskusi mata pelajaran Tasawuf.
Disusun oleh :
Kelompok :3
Kelas : XII AKL B
Ketua : Lutfi Defi
Sekertaris : Fahira Nabila Bilqis
Anggota :
Iis Rohayati
Karmila Maila Sari
Neng Nur Ela Mutiara
Wulandari
Internal
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan anugrah dari-Nya
kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Kajian Pondok Pesantren Suryalaya” ini.
Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan besar kita, Nabi
Muhammad SAW yang telah menunjukkan kepada kita semua jalan yang lurus berupa
ajaran agama islam yang sempurna dan menjadi anugrah terbesar bagi seluruh alam
semesta.
Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi para pembaca. Kami mengharapkan kritik dan saran terhadap makalah ini agar
kedepannya dapat kami perbaiki. Karena kami sadar, makalah yang kami buat ini masih
banyak terdapat kekurangannya.
Kelompok 3
Internal
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
Kesimpulan ............................................................................................................... 17
ii
Internal
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pesantren merupakan lembaga pendidikan keagamaan yang mempunyai
kekhasan tersendiri dan berbeda dengan lembaga pendidikan lainnya.Pendidikan di
pesantren meliputi pendidikan Islam, dakwah, pengembangan kemasyarakatan dan
pendidikan lainnya yang sejenis.Para peserta didik pada pesantren disebut santri yang
umumnya menetap di pesantren.Tempat dimana para santri menetap, di lingkungan
pesantren, disebut dengan istilah pondok.Dari sinilah timbul istilah pondok pesantren.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah Pondok Pesantren Suryalaya ?
2. Siapa Abah Sepuh dan Abah Anom itu ?
3. Apakah makna lambang Suryalaya ?
4. Bagaimana Visi,Misi dan Tujuan Pondok Pesantren Suryalaya ?
5. Lembaga apa saja yang ada di lingkungan Pondok Pesantren Suryalaya ?
Internal
BAB II
PEMBAHASAN
Pondok Pesantren Suryalaya dirintis oleh Syaikh Abdullah bin Nur Muhammad
atau yang dikenal dengan panggilan Abah Sepuh. Pada masa perintisannya banyak
mengalami hambatan dan rintangan, baik dari pemerintah kolonial Belanda maupun
dari masyarakat sekitar dan juga lingkungan alam (geografis) yang cukup
menyulitkan.
Namun Alhamdullilah, dengan izin Allah SWT dan juga atas restu dari guru
beliau, Syaikh Tholhah bin Talabudin Kalisapu Cirebon semua itu dapat dilalui
dengan selamat. Hingga pada tanggal 7 Rajab 1323 H atau 5 September 1905, Syaikh
Abdullah bin Nur Muhammad dapat mendirikan sebuah pesantren walaupun dengan
modal awal sebuah mesjid yang terletak di kampung Godebag, desa Tanjung Kerta.
Pondok Pesantren Suryalaya itu sendiri diambil dari istilah sunda yaitu Surya =
Matahari, Laya = Tempat terbit, jadi Suryalaya secara harfiah mengandung arti tempat
matahari terbit.
Pada awalnya Syeikh Abdullah bin Nur Muhammad sempat bimbang, akan tetapi
guru beliau Syaikh Tholhah bin Talabudin memberikan motivasi dan dorongan juga
bimbingan khusus kepadanya, bahkan beliau pernah tinggal beberapa hari sebagai
wujud restu dan dukungannya. Pada tahun 1908 atau tiga tahun setelah berdirinya
Pondok Pesantren Suryalaya, Abah Sepuh mendapatkan khirqoh (legitimasi
penguatan sebagai guru mursyid) dari Syaikh Tholhah bin Talabudin.Seiring
perjalanan waktu, Pondok Pesantren Suryalaya semakin berkembang dan mendapat
pengakuan serta simpati dari masyarakat, sarana pendidikan pun semakin bertambah,
begitu pula jumlah pengikut/murid yang biasa disebut ikhwan.
Dukungan dan pengakuan dari ulama, tokoh masyarakat, dan pimpinan daerah
semakin menguat. Hingga keberadaan Pondok Pesantren Suryalaya dengan Thariqah
Qadiriyah Naqsabandiyah-nya mulai diakui dan dibutuhkan. Untuk kelancaran tugas
Abah Sepuh dalam penyebaran Thariqah Qadiriyah Naqsabandiyah dibantu oleh
Internal
sembilan orang wakil talqin, dan beliau meninggalkan wasiat untuk dijadikan
pegangan dan jalinan kesatuan dan persatuan para murid atau ikhwan, yaitu TANBIH.
Syaikh Abdullah bin Nur Muhammad berpulang ke Rahmattullah pada tahun 1956
di usia yang ke 120 tahun. Kepemimpinan dan kemursyidannya dilimpahkan kepada
putranya yang kelima, yaitu KH. Ahmad Shohibulwafa Tajul Arifin yang akbrab
dipanggil dengan sebutan Abah Anom. Pada masa awal kepemimpinan Abah Anom
juga banyak mengalami kendala yang cukup mengganggu, di antaranya
pemberontakan DI/TII. Pada masa itu Pondok Pesantren Suryalaya sering mendapat
gangguan dan serangan, terhitung lebih dari 48 kali serangan yang dilakukan DI/TII.
Juga pada masa pemberontakan PKI tahun 1965, Abah Anom banyak membantu
pemerintah untuk menyadarkan kembali anggota PKI, untuk kembali ke jalan yang
benar menurut agama Islam dan Negara.
Internal
Pada masa kepemimpinan Abah Anom, Pondok Pesantren Suryalaya berperan
aktif dalam kegiatanKeagamaan, Sosial, Pendidikan, Pertanian, Kesehatan,
Lingkungan Hidup, dan Kenegaraan. Hal ini terbukti dari penghargaan yang diperoleh
baik dari presiden, pemerintah pusat, pemerintah daerah, bahkan dari dunia
internaisonal.
Sejak kecil, ia sudah gemar mengaji atau mesantren dan membantu orang tua
dan keluarga, serta suka memperhatikan kesejahteraan masyarakat. Setelah
menyelesaikan pendidikan agama dalam bidang akidah, fiqih, dan lain-lain di
tempat orang tuanya. Di Pesantren Sukamiskin, Bandung, ia mendalami fiqih,
nahwu, dan sorof. Ia kemudian mendarmabaktikan ilmunya di tengah-tengah
masyarakat dengan mendirikan pengajian di daerahnya dan mendirikan pengajian di
daerah Tundagan, Tasikmalaya. Ia kemudian menunaikan ibadah haji yang pertama.
Internal
Walaupun Syaikh Abdullah Mubarok telah menjadi pimpinan dan mengasuh
sebuah pengajian pada tahun 1890 di Tundagan, Tasikmalaya, ia masih terus belajar
dan mendalami ilmu Tarekat Qodiriyah wa Naqsyabandiyah kepada Mama Guru
Agung Syaikh Tolhah bin Talabudin di daerah Trusmi dan Kalisapu Cirebon.
Setelah sekian lamanya pulang-pergi antara Tasikmalaya - Cirebon untuk
memperdalam ilmu tarekat, akhirnya ia memperoleh kepercayaan dan diangkat
menjadi Wakil Talqin. Sekitar tahun 1908 dalam usia 72 tahun, ia diangkat secara
resmi (khirqoh) sebagai guru dan pemimpin pengamalan Tarekat Qodiriyah wa
Naqsyabandiyah oleh Syaikh Tolhah. Ia juga memperoleh bimbingan ilmu tarekat
dan (bertabaruk) kepada Syaikh Kholil, Bangkalan Madura, dan bahkan
memperoleh ijazah khusus Shalawat Bani Hasyim.
Setelah menjalani masa yang cukup panjang, Syaikh Abdullah bin Nur
Muhammad-sebagai Guru Mursyid Tarekat Qodiriyah wa Naqsyabandiyah dengan
segala keberhasilan yang dicapainya melalui perjuangan yang tidak ringan,
dipanggil Al Khaliq kembali ke Rahmatullah pada tanggal 25 Januari 1956, dalam
usia 120 tahun. Ia meninggalkan sebuah lembaga Pondok Pesantren Suryalaya yang
sangat berharga bagi pembinaan umat manusia, agar senantiasa dapat melaksanakan
segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya serta mewariskan sebuah
wasiat berupa Tanbih yang sampai saat sekarang dijadikan pedoman bagi seluruh
Internal
Ikhwan Thariqah Qadiriyah Naqsabandiyah, Pondok Pesantren Suryalaya dalam
hidup dan kehidupannya.
Internal
Percobaan ini tampaknya juga menjadi ancang-ancang bagi persiapan
memperoleh pengetahuan dan pengalaman keagaman pada masa mendatang.
Kegemarannya bermain silat dan kedalaman rasa keagamaannya diperdalam lagi di
Pesantren Citengah, Panjalu, yang dipimpin oleh H. Junaedi yang terkenal sebagai
ahli alat, jago silat, dan ahli hikmah.
Setelah menginjak usia dua puluh tiga tahun, Abah Anom menikah dengan Euis
Siti Ru’yanah. Setelah menikah, kemudian ia berziarah ke Tanah Suci. Sepulang
dari Makkah, setelah bermukim kurang lebih tujuh bulan (1939), dapat dipastikan
Abah Anom telah mempunyai banyak pengetahuan dan pengalaman keagamaan
yang mendalam. Pengetahuannya meliputi tafsir, hadits, fiqih, kalam, dan tasawuf
yang merupakan inti ilmu agama. Oleh Karena itu, tidak heran jika ia fasih
berbahasa Arab dan lancar berpidato, baik dalam bahasa Indonesia maupun bahasa
Sunda, sehingga pendengar menerimanya di lubuk hati yang paling dalam. Ia juga
amat cendekia dalam budaya dan sastra Sunda setara kepandaian sarjana ahli bahasa
Sunda dalam penerapan filsafat etnik Kesundaan, untuk memperkokoh Tarekat
Qodiriyah wa Naqsyabandiyah. Bahkan iapun terkadang berbicara dalam bahasa
Jawa dengan baik.
Internal
Yayasan Serba Bakti dengan berbagai lembaga di dalamnya termasuk pendidikan
formal mulai TK, SMP Islam, SMU, SMK, Madrasah Tsanawiyah, Madrasah
Aliyah, Madrasah Aliyah keagamaan, Perguruan Tinggi (IAILM) dan Sekolah
Tinggi Ekonomi Latifah Mubarokiyah serta Pondok Remaja Inabah. Didirikannya
Pondok Remaja Inabah sebagai wujud perhatian Abah Anom terhadap kebutuhan
umat yang sedang tertimpa musibah. Berdirinya Pondok Remaja Inabah membawa
hikmah, di antaranya menjadi jembatan emas untuk menarik masyarakat luas, para
pakar ilmu kesehatan, pendidikan, sosiologi, dan psikologi, bahkan pakar ilmu
agama mulai yakin bahwa agama Islam dengan berbagai disiplin Ilmunya termasuk
tasawuf dan tarekat mampu merehabilitasi kerusakan mental dan membentuk daya
tangkal yang kuat melalui pemantapan keimanan dan ketakwaan dengan
pengamalan Tarekat Qodiriyah wa Naqsyabandiyah. Dalam melaksanakan tugas
sehari-hari, Abah Anom menunjuk tiga orang pengelola, yaitu KH. Noor Anom
Mubarok BA, KH. Zaenal Abidin Anwar, dan H. Dudun Nursaiduddin.
Setelah menjalani masa yang cukup panjang Abah Anom sebagai Guru Mursyid
Tarekat Qodiriyah wa Naqsyabandiyah dengan segala keberhasilan yang dicapainya
melalui perjuangan yang tidak ringan dipanggil Al Khaliq kembali ke Rahmatullah
pada hari Senin tanggal 05 September 2011 pukul 11.55 dalam usia 96 tahun.
Internal
C. Makna Lambang Suryalaya
1. Isi dan Bentuk
a. Lapisan Pertama : Dasar bingkai segi lima.
b. Lapisan Kedua : Kupu-kupu mempunyai:
Sayap empat.
Gerat-gerat badan dua bela
Mata dua.
Kaki empat.
c. Lapisan Ketiga : Padi dan kapas.
d. Lapisan Keempat : Tujuh belas sudut sinar Islam.
e. Lapisan Kelima : Lafadz Allah.
f. Lapisan Keenam:
Kubah Masjid.
Al Qur’an, Al Hadits, Ijma’, Qiyas.
Lima Traf Islam.
Tahun 1905 (Masehi).
7 Rajab 1323 (Hijriyah).
Pita berwarna kuning emas dengan pinggiran dan bertuliskan “CAGEUR
BAGEUR LAHIR BATHIN”.
10
Internal
Rukun Islam: Syahadat, Shalat, Zakat, Puasa, Haji
b. Kupu-kupu lengkap mempunyai arti menggambarkan isi Tanbih:
Menghormati orang yang lebih tinggi derajatnya, baik dzahir maupun batin.
Hidup rukun, damai, rendah hati, serta gotong royong dengan orang yang
sederajat, dalam melaksanakan perintah agama dan negara.\
Jangan menghinakan orang-orang yang keadaannya di bawah kita.
Harus kasih sayang dan ramah tamah terhadap fakir miskin.
Ke semuanya ini untuk menghidup suburkan dari ajaran:
1) Syariat
2) Tarekat
3) Hakikat
4) Ma’rifat
c. Gerat-gerat / garis-garis badan dua belas, menunjukkan huruf kalimat LAA
ILAHA ILLA ALLAH ال إله اال هللا
d. Mata dua, artinya untuk mengawasi lurus dan lancarnya hablum minallah dan
hablum minannas.
e. Kumis dua, artinya: Mengamalkan Tarekat Qadiriyyah Naqsyabandiyyah
(TQN), yang akan menimbulkan keseimbangan lahir batin dunia akhirat,
agama dan negara.
f. Garis sayap 11 dan 9, artinya: Garis 11 menunjukkan peringatan wafatnya
Sulthan Aulia Syekh Abdul Qadir al Jilani, dengan pelaksanaan pengajian
manaqib setiap tanggal sebelas bulan Hijriah. Garis 9 mengingat jasa para wali
9 yang mengembangkan ajaran Islam di Indonesia, dan merupakan tonggak
syiar islam.
g. Kaki empat, artinya berpijak. Intisari dari arti kupu-kupu adalah suatu proses
kehidupan/perwujudan menuju keseimbangan:
Binatang buas (seperti ulat)
Berubah wujud menjadi kepompong, di masa riyadhah disebut takhalli.
Kepompong berubah lagi menjadi kupu-kupu di masa zuhud disebut tahalli.
Dan dapat terus terbang menikmati rasa manisnya madu, merupakan
lambang kebulatan hidup yang terdiri dari jasmani, akal pikiran dan
perasaan, hasil dibina dan tiga ajaran yaitu:
11
Internal
1) Islam ilmunya Fiqih
2) Iman ilmunya Tauhid
3) Ihsan ilmunya Tasawuf
h. Padi dan Kapas:
Padi terdiri sebanyak 17 butir, mengartikan 17 (hari kemerdekaan).
Kapas terdiri dari 8 kelompok, mengartikan 8 bulan kemerdekaan. Padi dan
kapas tersebut melambangkan “kemakmuran dan kesuburan lahir batin”.
i. Tujuh belas sudut sinar Islam, mengartikan:
Tujuh belas rakaat dari shalat sebagai tiang atau tonggak agama Islam yang
memancarkan sinar keagungan dan kejayaan abadi.
17 Agustus sebagai tanggal kemerdekaan RI.
j. Lafadz Allah Swt sebagai tujuan utama.
k. Kubah Masjid sebagai lambang Islam.
Satu kitab al Qur’an adalah kitab suci agama Islam.
Satu kitab hadits adalah sumber hukum Islam. Lima traf adalah lima waktu
sebagai kewajiban umat Islam yaitu : Subuh, Dzuhur, Ashar, Maghrib, Isya.
l. Tahun 1905 adalah tahun jadi Pondok Pesantren Suryalaya.
m. Tanggal 7 Rajab 1323 hari jadi Pondok Pesantren Suryalay
n. Pita berwarna kuning emas dengan pinggiran dan bertuliskan “CAGEUR
BAGEUR LAHIR BATHIN” moto untuk ciri manusia seutuhnya.
3. Arti Warna
a. Merah, lambang berani karena benar.
b. Putih, lambang kesucian, kejujuran, dan keikhlasan yang menjadi sifat dan
dasar tujuan Pondok Pesantren Suryalaya.
c. Kuning emas, lambang keagungan kekal, teguh, dan abadi.
d. Hijau, lambang kemakmuran dan kesuburan dalam kehidupan secara lahir
bathin.
4. Pengertian Keseluruhan
Bahwa Pondok Pesantren Suryalaya sebagai wadah potensi anak didik / santri
dalam pembinaan agama Islam di dalam keluarga besar Pondok Pesantren
12
Internal
Suryalaya dengan berjiwa Pancasila dan semangat 1945 disertai kesadaran dan
rasa tanggung jawab, hendak mendarmabaktikan diri kepada agama, bangsa, dan
negara melalui pembinaan dan pendidikan yang sebaik-baiknya bersama dengan
agama dan negara di bumi negara Republik Indonesia.
13
Internal
g. Terjalinnya kerjasama dengan berbagai pihak yang terkait dengan pelaksanaan
visi dan misi LDTQN.
14
Internal
c. Madrasah Aliyah Keagamaan
d. Institut Agama Islam Latifah Mubarokiyah
3. Lembaga Pendidikan Non-Formal
a. Pengajian Tradisional
4. Inabah
Inabah adalah istilah yang berasal dari Bahasa Arab "anaba-yunibu"
(mengembalikan), sehingga inabah berarti pengembalian atau pemulihan.
Maksudnya ialah proses kembalinya seseorang dari jalan yang menjauhi Allah ke
jalan yang mendekat ke Allah. Istilah ini digunakan pula dalam Al-Qur’an yakni
dalam Luqman surah ke-31 ayat ke-15, Surat ke-42, Al-Syura ayat ke-10; dan
pada surat yang lainnya. Abah Anom menggunakan nama inabah menjadi metode
bagi program rehabilitasi pecandu narkotika, remaja-remaja nakal, dan orang-
orang yang mengalami gangguan kejiwaan. Konsep perawatan korban
penyalahgunaan obat serta kenakalan remaja adalah mengembalikan orang dari
perilaku yang selalu menentang kehendak Allah atau maksiat, kepada perilaku
yang sesuai dengan kehendak Allah atau taat. Metode ini mencakup: Mandi,
Sholat, Talqin Dzikir dan Pembinaan
Disamping kegiatan-kegiatan tersebut, juga diberikan kegiatan tambahan
berupa: Pelajaran baca Al-Qur’an, berdoa, tata cara ibadah, ceramah keagamaan
dan olahraga. Setiap anak bina di evaluasi untuk mengetahui sejauhmana
perkembangan kesehatan jasmani dan rohaninya. Evaluasi diberikan dalam bentuk
wawancara atau penyuluhan oleh ustadz atau oleh para pembina inabah yang
bersangkutan. Atas keberhasilan metode Inabah tersebut, KH.A Shohibulwafa
Tajul Arifin mendapat penghargaan “Distinguished Service Awards” dari IFNGO
on Drug Abuse, dan juga penghargaan dari Pemerintah Republik Indonesia atas
jasa-jasanya di bidang rehabilitasi korban Narkotika dan Kenakalan remaja.
Inabah terletak di beberapa lokasi:
a. Pondok Remaja Inabah I Malaysia: Kuala Nerang, Kedah, Malaysia
b. Pondok Remaja Inabah VII: Kp. Rawa,Sukahening Rajapolah - Tasikmalaya
c. Pondok Remaja Inabah XI: Kp. Ciseuti,Pagersari, Pagerageung - Tasikmalaya
d. Pondok Remaja Inabah XIV: Pagerageung Kab. Tasikmalaya
e. Pondok Remaja Inabah XVII Putri: Sukamulya, Cihaurbeuti Kab. Ciamis
15
Internal
f. Pondok Remaja Inabah XVIII: Cijulang, Cihaurbeuti Kab. Ciamis
g. Pondok Remaja Inabah XIX: Jl. Sidotopo Kidul No. 146-148 Surabaya
h. Pondok Remaja Inabah XX: Desa Puteran, Kec. Pagerageung, Kab.
Tasikmalaya
i. Pondok Remaja Inabah XXIV: Sindangherang Kec. Panumbangan Kab.
Ciamis
j. Pondok Remaja Inabah XXV: Banjarangsana, Kab. Ciamis
k. Pondok Remaja Inabah XXVI: Desa Tanjungkerta, Kec. Pagerageung, Kab.
Tasikmalaya
l. Pondok Remaja Inabah XXVII: Pagerageung, Tasikmalaya
16
Internal
KESIMPULAN
17
Internal
Implementasi dari pendidikan karakter yang ditanamkan oleh Syekh Ahmad
Shohibulwafa tajul Arifin adalah dengan cara mengamalkan ajaran TQN yang sudah
disusun rapih olehnya. Dengan mengamalkan ajaran TQN dengan sungguh-sungguh
maka sikap yang terbentuk adalah akhlak mahmudah atau budi pekerti yang baik, bisa
mengendalikan dirinya dan tidak disorientasi diri sehingga bisa menjalani hubugan
dengan manusia dan Tuhannya dengan harmonis, dan yang paling terpenting adalah
menjadi Insan Kamil atau manusia yang paripurna.
DAFTAR PUSTAKA
https://id.m.wikipedia.ord/wiki/Abah_Sepuh
https://web.archive.org/web/20130702151137
http://www.suryalaya.org/ver2/riwayat1.html
https://www.suryalaya.org/sejarah.html
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Pondok_Pesantren_Suryalaya
https://www.tqnnews.com/sejarah-visi-dan-tujuan-ldtqn-pontren-suryalaya
https://www.suryalaya.org/lembaga.html
http://gmps.suryalaya.org/kegiatan-dan-usaha
18
Internal