Anda di halaman 1dari 18

Kiprah Pondok Pesantren Suryalaya terhadap Perkembangan Tarekat Qadiriyah

Naqsabandiyah di Indonesia 1905-2011


|Abdul Rohman Saparudin

Kiprah Pondok Pesantren Suryalaya terhadap Perkembangan Tarekat


Qadiriyah Naqsabandiyah di Indonesia 1905-2011

Abdul Rohman Saparudin


UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Jurusan Sejarah Peradaban Islam
Email: abdul.saparudin@gmail.com

Abstract
This study aims to determine the progress of the Suryalaya Islamic Boarding School in the
development of the Qadiriyah Naqsabandiyah Order in Indonesia so that it becomes a well-
known and widely followed Order, especially by Indonesians. The research method used is
to use historical research methods including heuristics, namely collecting written sources,
criticism, Interpretation to historiography. The role of the Suryalaya Islamic Boarding
School for the development of the Qadiriyah Naqsabandiyah Order is due to the way of
teaching which is improved through the book compiled by Abah Anom and the establishment
of formal educational institutions and their influence on the community in treating victims of
drug addicts by establishing Pondok Inabah so that many people from the community are
interested in and follow the teachings of the Tarekat Qadiriyah Naqsabandiyah. The work of
the Suryalaya Islamic Boarding School spread a lot and sent envoys to several areas both in
the Archipelago Region and to the Southeast Asia Region in conveying da'wah to the
Qadiriyah Naqsabandiyah Order which caused this Order to have many followers to this
day.

Keywords: Gait, Suryalaya, Order, Abah Anom, Inabah

Pendahuluan

Proses Islamisasi di Kawasan Nusantara tidak terlepas dari adanya


peran Tarekat, karena berbarengan dengan masuknya Islam di Nusantara
juga mulai masuk pemahaman tentang Tarekat. Tarekat ini berperan aktif
dalam dakwah dan Islamisasi di Kawasan Nusantara. Salah satu Tarekat
yang ada di Indonesia adalah Tarekat Qadiriyah Naqsabandiyah yang
didirikan oleh ulama Indonesia yaitu Syeikh Ahmad Khatib Sambas yang
merupakan ulama sekaligus pengajar juga di Mekkah Al-Mukarromah.
Beliau mengajarkan ajaran Tarekat ini kepada banyak muridnya khususnya
yang berasal dari Indonesia, Salah satu murid beliau adalah Syeikh Thalhah
Kalisapu Cirebon yang kemuadian mendakwahkan ajaran Tarekat ini

1|Historia Madania
Kiprah Pondok Pesantren Suryalaya terhadap Perkembangan Tarekat Qadiriyah
Naqsabandiyah di Indonesia 1905-2011
|Abdul Rohman Saparudin

diwilayah Jawa Barat serta memiliki Abah Sepuh yang mendirikan Pondok
Pesantren Suryalaya.
Perkembangan tarekat Qadiriyah Naqsaandiyah di Mekkah tidak
begitu signifikan, berbeda dengan Kawasan Nusantara. Perkembangan
Tarekat ini cukup gemilang khususnya ketika Pesantren Suryalaya telah
didirikan oleh Abah Sepuh. Abah Sepuh merupakan Murid dari Syeikh
Thalhah Kalisapu Cirebon sebagai pengikut ajaran Tarekat Qadiriyah
Naqsabandiyah yang dikemudian hari diangkat menjadi wakil talqin
sehingga ajaran yang dikembangkan di Pesantren Suryalaya ini adalah ajaran
Tarekat Qadiriyah Naqsabandiyah. Ajaran ini terus dilanjutkan oleh Abah
Anom, putra dari Abah Sepuh sebagai penerus sekaligus pengembang
Pesantren Suryalaya dan Tarekat Qadiriyah sehingga berkiprah dalam
perkembangan Tarekat Qadiriyah Naqsabandiyah secara pesat sampai saat
ini dengan jumlah pengikut terbesar dibanding dengan Tarekat lainnya.
Kiprah yang dilakukan oleh Pesantren Suryalaya terhadap
perkembangan Tarekat Qadiriyah Naqsabandiyah ini yang perlu ditelusuri
dan diteliti sehingga mampu membentuk karakter kepada umat Islam untuk
berjuang mendakwahkan Islam ke seluruh wilayah dan menghasilkan
informasi terkait perannya terhadap maysarakat sekitar dalam pendidikan,
sosia; dan kesehatan. Pesantren Suryalaya ini berkembang dalam Pendidikan
dengan mendirikan Lembaga Pendidikan yang ditujukan untuk mencetak
generasi penerus yang berkualitas terhadap tenaga pengajar di Pesantren
Suryalaya itu sendiri berlandaskan ajaran Tarekat Qadiriyah Naqsabandiyah.
Di Pesantren Suuryalaya ini juga berkembang terakit metode pengoatan
terhadap korban pecandu Narkoba melalui Pondok Inabah. Pondok Inabah
ini menyediakan beberapa langkah yang harus ditempuh oleh anak bina
supaya sembuh dengan aturan dan ketentuan yang telah ditetapkan. Pengaruh
Pesantren Suryalaya dalam perkembangan Tarekat Qadiriyah Naqsabandiyah
sangat besar sehingga mampu tersebar ke wilayah Indonesia dan bahkan
penyebaran ajaran Tarekat ini sampai ke luar Indonesia yakni di Singapura,
Malaysia dan Brunei Darussalam.

2|Historia Madania
Kiprah Pondok Pesantren Suryalaya terhadap Perkembangan Tarekat Qadiriyah
Naqsabandiyah di Indonesia 1905-2011
|Abdul Rohman Saparudin

Metode

Metode yang digunakan adalah menggunakan Metode Penelitian


Sejarah dalam metode Kualitatif yang disampaikan secara deskriptif.
Tahapan penelitian yang dilakukan meliputi Pengumpulan Sumber
(Heuristik), Kritik terhadap sumber yang telah dikumpulkan dan
memberikan analisis dalam tahapan Interpretasi terhadap sumber yang sudah
diveritifikasi serta selanjutnya melakukan penulisan terhadap sumber yang
sudah terkumpul dalam tahapan Historiografi.
Sumber yang digunakan dalam penelitian ini banyak dari tulisans
jurnal atau buku yang dikumpulkan dan dianalisis serta diambil kesimpulan
yang sesuai sehingga penelitian ini tertulis dalam artikel ilmiah dalam bentuk
jurnal. Penelitian ini ditekankan dalam analisis objektif dari berbagai
pendapat dan tulisan yang terkait dengan judul penelitian.

Hasil dan Pembahasan

Perkembangan Pesantren sudah dimulai ketika proses Islamisasi dari


tradisi Hindu-Budha yang dilakukan oleh para Ulama yang berperan sebagai
sarana pendidikan dan pengajaran tentang agama Islam. Pesantren itu sendiri
merupakan lembaga pendidikan agama Bangsa Indonesia pada masa
menganut agama Hindu-Budha dengan nama “Mandala” namun diislamkan
oleh para Kyai/Ulama. Pesantren memiliki ciri khas tersendiri sehingga
berbeda dengan lembaga pendidikan lainnya yaitu bahwa dipesantren
terdapat Pondok, yakni sebuah tempat tinggal atau asrama untuk para Santri
maupun Kyai. Masjid, masjid merupakan elemen penting yang berfungsi
sebagai tempat ibadah dan tempat proses pembelajaran itu berlangsung.
Santri, merupakan orang yang belajar di Pesantren. Kyai, orang yang
mengajarkan ilmu kepada Santri. Kitab-kitab Klasik¸merupakan buku yang
diajarkannya kepada para Santri yang disampaikan oleh Kyai.1
A. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Suryalaya

1
Rika Mahrisa and others, ‘Pesantren Dan Sejarah Perkembangannya Di Indonesia’, Jurnal
Abdi Ilmu, 13.2 (2020), 31–38.

3|Historia Madania
Kiprah Pondok Pesantren Suryalaya terhadap Perkembangan Tarekat Qadiriyah
Naqsabandiyah di Indonesia 1905-2011
|Abdul Rohman Saparudin

Pondok Pesantren Suryalaya berawal dari pembangunan


Masjid disebuah kampung yang bernama kampung Godebag. Masjid
tersebut dibangun dengan tujuan sebagai simbol dan pemersatu bagi
masyarakat juga sekaligus sebagai tanda dari kehidupan religius yang
menyatukan sifat kebersamaan umat Muslim yang terwujud dalam
keharmonisan dalam kegiatan keagamaan, sosial, kemasyarakatan
dan budaya.2 Pondok Pesantren Suryalaya sendiri dirintis oleh Syeikh
Abdullah bin Nur Muhammad atau Abah Sepuh, dalam proses
pembangunannya mengalami banyak hambatan dan rintangan dari
pihak kolonial Belanda dan lingkungan Masyarakat sekitar ditambah
dengan kondisi alam yang cukup menyulitkan pada waktu itu.
Meskipun dalam pembangunannya menghadapi banyak rintangan,
Abah Sepuh tetap meneruskan keinginannya itu yang juga didukung
oleh gurunya yakni Syeikh Tholhah bin Talabudin Kalisapu Cirebon
sehingga pada tanggal 7 Rajab 1323 H atau bertepatan pada tanggal 5
September 1905 berdirilah Pondok Pesantren Suryalaya di kampung
Godebag dengan modal awal sebuah Masjid. Guru Abah Sepuh yakni
Syeikh Tholhah bin Talabudin merupakan murid dari Syeikh Ahmad
Khatib Sambas yang merupakan pendiri Tarekat Qadiriyah
Naqsabandiyah. Pada tahun 1900 M, Abah Sepuh ditetapkan sebagai
wakil talqin oleh Syeikh Tholhah bin Talabudin.3
Nama Suryalaya berasal dari bahasa Sunda, Surya artinya
Matahari dan Laya artinya Tempat Terbit. Maka dari itu Suryalaya
mengandung makna Tempat Matahari Terbit yang dimaksudkan
supaya Islam melalui pondok Suryalaya ini dapat terbit terang
benderang keseluruh wilayah. Pondok Pesantren Suryalaya ini
terkenal karena keterikatannya dengan Tarekat Qadiriyah
Naqsabandiyyah yang mana pendiri dan gurunya merupakan Mursyid
dari Taekat ini. Maka dari itu, Pesantren ini juga mengembangkan

2
Shan Shan Shan Shan and Marwoto Pataruka, ‘Kampung Islami: Pengaruh Pondok
Pesantren Suryalaya Dalam Perkembangan Permukiman Di Kampung Godebag’, Jurnal
Arsitektur ZONASI, 2.2 (2019), 127 <https://doi.org/10.17509/jaz.v2i2.12400>.
3
Sri Mulyati, PERAN EDUKASI TAREKAT QADIRIYYAH NAQSABANDIYYAH Dengsn Referensi
Utama SURYALAYA, Edisi Pert (Jakarta: KENCANA PRENADA MEDIA GROUP, 2010)
<https://webadmin-ipusnas.perpusnas.go.id/ipusnas/publications/books/85551/>.

4|Historia Madania
Kiprah Pondok Pesantren Suryalaya terhadap Perkembangan Tarekat Qadiriyah
Naqsabandiyah di Indonesia 1905-2011
|Abdul Rohman Saparudin

ajaran dari Tarekat Qadiriyah Naqsabandiyah kepada para


murid/santri yang belajar.
Dalam awal perkembangannya Pesantren Suryalaya mendapat
dukungan juga penentangan dari Masyarakat maupun Kolonial
Belanda. Respon yang diberikan oleh Masyarakat terhadap pengajian
rutin yang diadakan relatif positif dan mulai menyebar luas. Namun,
dalam perkembangan pengajaran tarekat selalu saja ada yang berbeda
pandangan terutama dari pihak pejabat Kolonial Belanda.
Sebenarnya, tantangan terbesar yang dihadapi praktik Tarekat dan
Abah Sepuh adalah datangnya opini Inovasi (Bid’ah) terhadap yang
beliau lakukan, namun seiring berjalannya waktu tuduhan ini
semakin melemah karena dihadapi dengan kesabaran dan ketulusan
yang ditunjukkan oleh Abah Sepuh dan pengikutnya sehingga
Pondok Pesantren ini dapat diteruskan oleh Abah Anom sebagai
pusat dari Perkembangan Tarekat Qadiriyah Naqsabandiyah.4
Peran Pesantren Suryalaya terhadap perkembangan
Masyarakat sangat baik khususnya dalam pengobatan orang yang
kecanduan obat-obatan terlarang seperti Narkoba dan yang lainnya
atau sering disebut dengan NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan Zat
Aditif lainnya). Pada masa Abah Anom ini didirikan sebuah lembaga
yang disebut Pondok Inabah dalam menghadapi kecanduan orang
yang telah terjerumus kedalam NAPZA. Dengan menggunakan
metode dzikrullah yang diambil dari wirid dan dzikir Tarekat
Qadiriyah Naqsabandiyah sebagai alternatif pengobatannya. Konsep
Inabah ini merupakan Istilah yang berasal dari Bahasa Arab yaitu
anaba, yanibu, yang artinya adalah kembali. Adapun Rehailitasi yang
digunakan berupa metode penyadaran atau pembinaan dengan
mengikuti beberapa tahapan yang sudah ditentukan dan menjadi
metode pengobatannya. Metode Pengobatan Inabahnya yaitu:
1. Mandi Taubat
Mandi Taubat dilaksanakan pada Jam 02.00 WIB sebelum
melaksanakan shalat Tahajud. Hal ini dilakukan karena diyakini
sebagai terapi untuk menghilangkan racun dari tubuh penderita.
4
Sri Mulyati, PERAN EDUKASI TAREKAT QADIRIYYAH NAQSABANDIYYAH Dengsn Referensi
Utama SURYALAYA, Edisi Pert (Jakarta: KENCANA PRENADA MEDIA GROUP, 2010), 205.
<https://webadmin-ipusnas.perpusnas.go.id/ipusnas/publications/books/85551/>.

5|Historia Madania
Kiprah Pondok Pesantren Suryalaya terhadap Perkembangan Tarekat Qadiriyah
Naqsabandiyah di Indonesia 1905-2011
|Abdul Rohman Saparudin

Sebab, air yang dingin mampu menyebabkan saraf-saraf


meregang dan aliran darah lebih lancar menuju ke otak. Dilihat
dari segi agamanya, Mandi merupakan bagian dari bersuci atau
Thaharah dan bersuci ini mengandung arti bahwa anak bina
diusahakan agar suci badannya, pakaiannya, tempat tinggalnya,
dan segara yang digunakan dalam menempuh hidupnya termasuk
suci qalbu, jiwa, dhomir dan rasa atau secara sederhananya Suci
Lahir dan Suci Batin.5
2. Shalat Fardhu dan Sunnah
Setelah selesai melaksanakan Mandi Taubat dilanjutkan
dengan pelaksanaan Shalat, baik Shalat wajib maupun Shalat
Sunah Tauat, Rawatib, Qiyamullaih dan Shalat Sunnah lainnya
yang dilakukan pada sepertiga malam yakni pukul 03.00 serta
dilanjutkan dzikir. Shalat merupakan gerakan fisik dan mental
dalam rangka berhubungan atau berkomunikasi dengan Allah.
3. Dzikir Jahr dan Khofi
Dzikir merupakan Ibadah yang diperintahkan oleh Allah.
Setelah Mandi Taubat dan dianggap mulai sadar kemudian
dilanjutkaan dengan proses selanjutnya yakni diarahkan agar
mengenal, mengesakan dan mencintai Allah. Pengarahan itu
dilakukan dengan merawat qalbunya melalui proses dzikir yang
disebut talqin dzikir. Dengan talqin dzikir oleh Abah Anom
terhadap penyalahgunaan NAPZA diharapkan dapat
membangunkan kembali kesadarannya sehingga muncul
penyesalan dan mengetahui akan segala dosa yang sudah
dikakukannya selama ini yang tidak disadarinya.6
4. Puasa
Puasa merupakan terapi penunjang karena tidak semua anak
bina diharuskan melalui kegiatan ini. Bagi mereka yang sudah
sadar dan baik disarankan untuk melaksanakan puasa Senin-
Kamis, Puasa tiga hari setiap bulan kecuali puasa fardhu dibulan
Ramadhan anak bisa harus melaksanakannya.
5
Puji Lestari, ‘Metode Terapi Dan Rehabilitasi Korban Napza Di Pondok Pesantren
Suryalaya Tasikmalaya’, DIMENSIA: Jurnal Kajian Sosiologi, 6.1 (2015), 11
<https://doi.org/10.21831/dimensia.v6i1.3367>.
6
Lestari, 12.

6|Historia Madania
Kiprah Pondok Pesantren Suryalaya terhadap Perkembangan Tarekat Qadiriyah
Naqsabandiyah di Indonesia 1905-2011
|Abdul Rohman Saparudin

Disamping kegiatan-kegiatan yang bersifat keagamaan, untuk


menghilangkan rasa jenuh bagi para anak bina dikasih waktu
berkegiatan olahraga seperti Sepak Bola, Basket, Volley< Tenis
Meja, Jongging dan yang lainnya. Waktu yang diberikan pada
sore hari setelah selesai melaksanakan Shalat Ashar. Mereka juga
dikasih fasilitas televise dan alat musik untuk rileksasi dengan
tujuan meningkatkan kesehatan fisik, kebugaraan, dan
merangsang kembali timbulnya motivasi hidup.7
Selain perannya terhadap kemasyarakatan, Abah Anom juga
berperan dalam mengembangkan pendidikan Formal di Pesantren
Suryalaya yakni dengan didirikannya Yayasan Serba Bakti yang pada
awal-awal setelah berdirinya baru ada Sekola Menengah Islam
Pertama (SMIP). Pada tahun 1972 Abah Anom mendirikan
Perguruan Tinggi Latifah Mubarak (IAILM), Perguruan Tinggi ini
didirikan untuk menciptakan pendidikan yang berkualitas sehingga
mampu memenuhi kebutuhan tenaga pengajar di Pesantren
Suryalaya. Pada tahun 1975 berdirilah Sekolah Menengah Atas
(SMA) dan selanjutnya pada tahun 1977 Abah Anom mendirikan
Madrasah Tsanawiyah (Mts) dan Madrasah Aliyah (MA).8
B. Sejarah Munculnya Tarekat Qadiriyah Naqsabandiyyah
Tarekat Qadiriyah Naqsabandiyah didirikan oleh seorang Sufi
dan Syeikh Besar al-Haram di Makkah, beliau bernama Ahmad
Khatib Ibnu Abdul Ghaffar Al-Sambasi Al-Jawi. Beliau wafat di
Makkah pada tahun 1878 M. beliau merupakan Mursyid dari Tarekat
Qadiriyah dan ada yang menyebutkan bahwa beliau juga merupakan
Mursyid dari Tarekat Naqsabandiyah. Sebagai seorang Mursyid,
Syeikh Ahmad Khatib Sambas memiliki otoritas sendiri untuk
membuat modifikasi tersendiri bagi Tarekat yang dipimpinnya.
Terutama dalam Tarekat Qadiriyah sendiri ada kebebasan untuk
melakukan itu bagi siapa saja yang telah mencapai tingkat Mursyid.
Pada saat itu di Mekkah juga sudah ada pusat penyebaran Tarekat
Naqsabandiyah sehingga sangat memungkinkan beliau mendapat
7
Lestari, 13.
8
Nurmalia and others, ‘PERAN SYEIKH AHMAD SHOHIBUL WAFA TAJUL ARIFIN’, 1.2 (2019),
128.

7|Historia Madania
Kiprah Pondok Pesantren Suryalaya terhadap Perkembangan Tarekat Qadiriyah
Naqsabandiyah di Indonesia 1905-2011
|Abdul Rohman Saparudin

bai’at Tarekat Naqsabandiyah dari kemursyidan tarekat tersebut.


Kemudian beliau menggabungkan inti kedua ajaran Tarekat tersebut,
yaitu Tarekat Qadiriyah dan Tarekat Naqsabandiyah dan
mengajarkan ajaran tersebut kepada murid-muridnya terkhusus murid
yang berasal dari Indonesia.9
Kedua ajaran ini disatukan karena pertimbangan logis dan
strategis bahwa inti dari kedua ajaran tersebut saling melengkapi,
terutama dalam hal jenis dzikir dan metodenya. Tarekat Qadiriyah
menekankan ajarannya pada dzikir jahr nafi isbat, sedangkan Tarekat
Naqsabandiyah menekankan model dzikir sir ilmu dzat atau dzikir
latifah. Syeikh Ahmad Khatib memiliki banyak murid yang berasal
dari kawasan Nusantara dan beberapa orang yang disebut khalifah.
Diantara para muridnya yang terkenal adalah Syeikh Abdul Karim
Al-Bantani, Syeikh Ahmad Thalhah Al-Cireboni, dan Syeikh Ahmad
Hasbu Al-Maduri.
Khalifah Syeikh Ahmad Khatib yang berada dicirebon yaitu
Syeikh Thalhah yang mengembangkan Tarekat ini secara mandiri dan
kemusyidannya dirintis oleh Syeikh Thalhah yang kemudian
dilanjutkan oleh muridnya yang bernama Syeikh Abdullah bin Nur
Muhammad. Kemudian beliau mendirikan pusat penyebaran Tarekat
ini diwilayah Tasikmalaya dengan mendirikan Pondok Pesantren
yang bernama Suryalaya. Dari sini ajaran Tarekat Qadiriyah
Naqsabandiyah terus berkembang khususnya diwilayah Jawa Barat
dan Pulau Jawa sehingga dalam perkembangan selanjutnya menjadi
sentral utama yang berpengaruh besar terhadap perkembangan
Tarekat Qadiriyah Naqsabandiyah sampai ke luar Indonesia.10

C. Perkembangan Pesantren Suryalaya dan Tarekat Qadiriyah


Naqsabandiyah
Pada tahun 1907, Sang Guru yakni Syeikh Tholhah
berkunjung dan mengamati aktivitas Pondok Pesantren Suryalaya.
Beliau sangat bangga kepada muridnya karena bisa mendirikan
9
Kharisuddin Aqib, ‘Memahami Teosofi Tarekat Qadiriyah Wa Naqsyabandiyah’, Journal of
Chemical Information and Modeling, 01.01 (2013), 54.
<https://doi.org/10.1128/AAC.03728-14>.
10
Kharisuddin Aqib, 54.

8|Historia Madania
Kiprah Pondok Pesantren Suryalaya terhadap Perkembangan Tarekat Qadiriyah
Naqsabandiyah di Indonesia 1905-2011
|Abdul Rohman Saparudin

Pondok Pesantren sehingga pada suatu Moment Syeikh Tholhah


mengatakan bahwa Pondok Pesantren Suryalaya pada suatu hari akan
menjadi pusat dari perkembangan Tarekat Qadiriyah Naqsabandiyah
dan akan mengalami kemajuan yang sangat pesat dimasa yang akan
datang.11
Jejak rekam Abah Sepuh terhadap ranah Politik yakni pernah
ditetapkan sebagai penasihat oleh kepala daerah Tasikmalaya, Ciamis
dan Bandung dari tahun 1910-1930 dan juga sebagai penasihat
Angkatan Perang Dewan Indonesia untuk kemerdekaan-1945-1949-
kedudukan yang dijalaninya sampai tahun 1956. Abah Sepuh
menyebarkan Tarekat Qadiriyah Naqsabandiyah secara sembunyi-
sembunyi dalam waktu yang cukup panjang karena pada waktu itu
penyebaran Tarekat Qadiriyah Naqsabandiyah dilarang oleh Belanda,
bahkan Abah Sepuh pernah mendekam dipenjara karena melakukan
penyebaran Tarekat Qadiriyah Naqsabandiyah. Beliau juga pernah
mencegah rencana pembunuhan terhadap Bupati Ciamis oleh
Komunis pada tahun 1926 dan menolak untuk bekerjasama dengan
pejabat Kolonial Jepang yang melakukan pendudukan terhadap Pulau
Jawa selama perang Dunia II. Secara tidak langsung beliau bersama
dengan Haji Dahlan Mahmud membantu angkatan perang Indonesia
untuk melawan Belanda setelah Indonesia Merdeka dalam selang
waktu 1945-1950 dan dengan sukses membujuk R.A.A Wiranata
Kusumah untuk menyerah dan kembali setia kepada Republik
Indonesia serta beliau juga menentang terhadap pemberontakan
DI/TII yang dilakukan oleh Kartosuwiyo bersama para pengikutnya.12
Nama Abah Sepuh mulai melekat pada usianya yang ke-116
tahun dimana ketika waktu itu Putra kelimanya yang bernama K.H
Ahmad Sohibul Wafa Tajul Arifin atau lebih dikenal dengan nama
Abah Anom telah disiapkan untuk menggantikan Abah Sepuh
sebagai pemimpin (Mursyid) Tarekat Qadiriyah Naqsabandiyah.
Oleh karena itu, murid-murid/pengikut Tarekat Qadiriyah
Naqsabandiyah memanggilnya dengan sebutan Abah Sepuh (Ayah
Tua) dan Abah Anom (Ayah Muda). Selain punya panggilan Abah

11
Mulyati, 206..
12
Mulyati, 205-206.

9|Historia Madania
Kiprah Pondok Pesantren Suryalaya terhadap Perkembangan Tarekat Qadiriyah
Naqsabandiyah di Indonesia 1905-2011
|Abdul Rohman Saparudin

Sepuh, beliau juga mempunyai panggilan lainnya seperti Ajengan


Godebag, Kyai Godebag dan Syeikh Mubarak. Seiring bertambahnya
usia, Abah Sepuh dipindahkan ke Tasikmalaya karena alasan
kesahatan dan keamanan, beliau menghabiskan sisa hidupnya
dirumah muridnya yaitu Haji O.Sobari. Beliau menutup usianya pada
tanggal 25 Januari 1956 ketika berumur 120 tahun.
Suryalaya selanjutnya dipimpin oleh Abah Anom, putra
kelima dari Abah Sepuh yang bernama asli K.H Ahmad Shohibul
Wafa Tajul Arifin. Dalam sebuah Tasawuf sudah menjadi pola bahwa
dimana saja pengikut sebuah tarekat menjadi banyak maka
pembentukan suatu zawiyah atau khanaqah menjadi sebuah
kebutuhan dengan perkembangan selanjutnya berkegiatan dibidang
ekonomi, pendidikan dan bahkan menjadi sentral Politik. Biasanya
yang berlanjut di kegiatan pendidikan adalah menjadi sebuah Pondok
Pesantren. Semua aktivitas di Pesantren Suryalaya ditujukan untuk
mencapai sasaran yang diinginkan yakni memberikan pelatihan dan
instruksi dalam praktik Tarekat Qadiriyah Naqsabandiyah berdasar
pada Prinsip dan tujuan utama yang telah dirumuskan oleh Abah
Anom. Beberapa prinsip yang dirumuskan oleh Abah Anom adalah
Taqarrub atau mendekatkan diri kepada Allah, mencari keridhoan
Tuhan, Mardatillah, yaitu jalan yang diberkati oleh Allah pengakuan
dan cinta Tuhan,, ma’rifat dan mahabbah yakni intuitif dan
mengarahkan kepada Tuhan.13
Pengajaran di Suryalaya ini pada awalnya dilakukan oleh
Abah Sepuh melalui pidato-pidato dalam Masjid dan kumpulan
dirumah-rumah Masyarakat, lalu dikembangkan lagi oleh Abah
Anom karena dengan menuliskan dan mengembangkan
pengajarannya secara berangsur-angsur yang dituangkan dalam
sebuah kitab yang berjudul Miftahus Shudur (Kunci Hati). Menurut
Abah Anom sasaran dari kitab ini adalah bagaimana menyampaikan
kepada murid tentang teori dan praktik Tarekat Qadiriyah
Naqsabandiyah dalam rangka mencapai kedamaian dan ketenangan
hidup.14
13
Mulyati, 210.
14
Sri Mulyati, PERAN EDUKASI TAREKAT QADIRIYYAH NAQSABANDIYYAH Dengsn Referensi
Utama SURYALAYA, Edisi Pert (Jakarta: KENCANA PRENADA MEDIA GROUP, 2010), 212.

10 | H i s t o r i a M a d a n i a
Kiprah Pondok Pesantren Suryalaya terhadap Perkembangan Tarekat Qadiriyah
Naqsabandiyah di Indonesia 1905-2011
|Abdul Rohman Saparudin

Ajaran Abah Anom tentang Tarekat Qadiriyah


Naqsabandiyah terdapat dalam tulisannya pada empat buku yang
ditulis beliau, Miftah al-Shudur, ‘Uqud al-Juman, Akhlakul Karimah,
dan Ibadah Sebagai Metode Pembinaan Korban Penyalahgunaan
Narkotika dan Kenakalan Remaja. Teknik dan Ritual Tarekat
Qadiriyah Naqsabandiyah yang diterapkan di Suryalaya adalah:
1. Wiridan
Wiridan ini adalah dzikir yang dilaukan setelah shalat wajib
lima waktu oleh anggota Tarekat Qadiriyah Naqsabandiyah.
Wiridan ini dimulai dengan membaca al-fatihah untuk Nabi,
Keluarga, dan para sahabatnya. Selanjutnya membaca istigfar tiga
kali dan doa “Ilahi anta maqsudi wa ridhaka matahukubihi a’tini
mahabbataka wa ma’rifatak”. Ini diikuti dengan bacaan lailaha
illallah sebanyak tiga kali. Bacaan ini diulang 165 kali da
diselesaikan dengan mengatakan sayyidina Muhammad Rosul
Allah dilanjutkan dengan membaca sura Al-fath ayat 10 lalu
orang boleh berdo’a sesuai dengan kebutuhannya masing-
masing.15
2. Khataman
Khataman dilakukan sepekan sekkali secara bersama-sama
atau secara Individu. Di Suryalaya dilakukan secara bersama
setiap hari Senin dan Kamis malam serta berlangsung setelah
selesai Shalat Maghrib sampai Isya juga dilaksanakan padaa hari
Jum’at setelah selesai Shalat Jum’at.16
3. Manaqiban
Di Pesantren Suryalaya Manaqiban atau Sebelasan karena
dilakukan setiap tanggal 11 dari Bulan Hijriyah. Manaqiban berisi
ritual menceritakan kisah hidup Nabi Muhammad atau Syeikh
Abdul Qadir Al-Jailani yang menitik beratkan pada aspek
kebaikan dan keajaiban hidupnya. Dalam kegiatan manaqiban ini
juga dibacakan tanbih atau tawassul dari Syeikh Abdullah
Mubarak (Abah Sepuh) sebagai ritual yang tidak pernah

<https://webadmin-ipusnas.perpusnas.go.id/ipusnas/publications/books/85551/>.
15
Triyani Pujiastuti, ‘PERKEMBANGAN TAREKAT QADIRIYYAH-NAQSABBANDIYYAH DI
PESANTREN SURYALAYA’, El-Afkar, 5.11 (2016), 80.
16
Pujiastuti, 80.

11 | H i s t o r i a M a d a n i a
Kiprah Pondok Pesantren Suryalaya terhadap Perkembangan Tarekat Qadiriyah
Naqsabandiyah di Indonesia 1905-2011
|Abdul Rohman Saparudin

terlewatkan dalam tarekat Qadiriyah Naqsabandiyah dalam


bentuk nyanyian. Upacara ini juga biasanya dilengkapi dengan
ceramah atau diskusi tentang perkara pendidikan Islam.17
4. Talqin
Seperti Tarekat lainnya untuk menjadi anggota dari Tarekat
Qadiriyah Naqsabandiyah di Pesantren Suryalaya calon harus
mengikuti upacara yang disebuh bay’ah. Ini melibatkan janji
seseorang untuk bersumpah setia dan loyal kepada Syeikh dan
berjanji untuk melakukan semua ritual serta aturan yang
ditetapkan oleh Syeikh. Talqin ini dilakukan oleh Abah Anom
sebagai pemimpin dan Mursyid Pesantren Suryalaya dimasjid
setelah melaksanakan shalat wajib.18
Perkembangan Pesantren Suryalaya sebagai sentral dari
Perkembangan Tarekat Qadiriyah Naqsabandiyah ini terwujud
dengan banyaknya yang mengikuti Tarekat Qadiriyah Naqsabandiyah
sampai saat ini dengan cabang-cabangnya yang tersebar diseluruh
Tanah Air, contohnya di Aceh. Setelah Tsunami di Aceh tahun 2004,
Pesantren Suryalaya membantu Aceh dengan mengirimkan relawan
sekaligus para Da’i yang memberikan pencerahan ilmu agama kepada
para korban. Para Da’i inilah yang mengajarkan Tarekat Qadiriyah
Naqsabandiyah melalui pengajaran dzikir-dzikir. Penyebaran Tarekat
Qadiriyah Naqsabandiyah dimulai ketika Pesantren Suryalaya
mengadakan pelatihan Da’i untuk ditempatkan di tempat
pengungsian. Pelatihan tersebut dilakukan di Pesantren Raudhatul
Quran di Tungkop, Aceh Besar. Pelatihan ini diikuti oleh Pesantren-
pesantren yang adaa di Aceh Besar dan Banda Aceh. Kemudian,
Pesantren Raudhatul Quran ini menjadi pusat penyebbaran Tarekat
Qadiriyah Naqsabandiyah untuk Aceh setelah para relawan dari
Suryalaya kembali pulang.19 Selain di kawasan Nusantara, pengaruh
Pesantren Suryalaya terhadap Perkembangan Tarekat Qadiriyah
Naqsabandiyah juga mencapai kawasan Asia Tenggara, 20 diantaranya

17
Pujiastuti, 81.
18
Pujiastuti, 81.
19
Marzuki, ‘Tarekat, Qadiriyyah Naqsyabandiyah, Aceh’, NIZHAM, 02.01 (2005), 120–21.
20
Puji Lestari, 'Metode Terapi dan Rehabilitasi Korban Napza di Pondok Pesantren
Suryalaya, Tasikmalaya', DIMENSIA, 6.01 (2012), 6.

12 | H i s t o r i a M a d a n i a
Kiprah Pondok Pesantren Suryalaya terhadap Perkembangan Tarekat Qadiriyah
Naqsabandiyah di Indonesia 1905-2011
|Abdul Rohman Saparudin

pengaruhnya yang tersebar ke Kawasan Asia Tenggara adalah


sebagai berikut:
1. Tarekat Qadiriyah Naqsabandiyah Suryalaya di Singapura
Tarekat Qadiriyah Naqsabandiyah di Singapura dimulai pada
tahun 1972 oleh murid Abah Sepuh yaitu H. Ibin Sarbini yang
merupakan seorang pembisnis dengan memindahkan usahanya
kesana dengan tujuan menyebarkan Tarekat Qadiriyah
Naqsabandiyah. Ikhwan pertamanya adalah Habib Muhammad,
Yusuf dan Mohammad Syukron. Perkembangan Tarekat disini
cepat terjadi setelah H. Ali bin H. Mohammad ditetapkan sebagai
wakil talqin oleh Abah Anom pada 1975.
Aktivitas Tarekat Qadiriyah Naqsabandiyah di Singapura ini
sejak 1974 antara lain adalah khataman dan ceramah agama.
Ketika hari ulang tahun Suryalaya dirayakan tahun 1975 ada 29
orang yang melakukan talqin. Ditahun 1976 dua mubalig
Suryalaya yaitu Prof. Abubakar Aceh dann K.H Zainal Abidin
Anwar atas izin Abah Anom menerima undangan untuk
melaksanakan dakwah di Singapura sampai tahun 1987 ikhwan
Tarekat Qadiriyah Naqsabandiyah di Singapura telah mencapai
tiga ribu ikhwan secara keseluruhan. Pada tahun 1978, H. Ali
Singapura mulai melakukan perjalanan dakwah Tarekat
Qadiriyah Naqsabandiyah ke Kedah Malaysia. Di Kedah beliau
menetap dirumah H. Muhd Zuki yang sering bertemu dengan
Muhd Said al-Attas Sabah yang telah ditetapkan sebagai wakil
talqin oleh Abah Anom di tahun 1977 serta H. Zuki juga
ditetapkan sebagai wakil talqin dan menjadi instruktur ditahun
1986 seiring dengan pembangunan Pondok Inabah X yang
terletak di Kedah.21
2. Tarekat Qadiriyah Naqsabandiyah Suryalaya di Kuala Lumpur
dan Sekitarnya
Di Shah Alam pergerakan dakwah Tarekat Qadiriyah
Naqsabandiyah dimulai oleh Hussin bin Ali yang diinisiasi di
Suryalaya tahun 1981. Talqin Tarekat Qadiriyah Naqsabandiyah
21
Sri Mulyati, PERAN EDUKASI TAREKAT QADIRIYYAH NAQSABANDIYYAH Dengsn Referensi
Utama SURYALAYA, Edisi Pert (Jakarta: KENCANA PRENADA MEDIA GROUP, 2010), 284.
<https://webadmin-ipusnas.perpusnas.go.id/ipusnas/publications/books/85551/>.

13 | H i s t o r i a M a d a n i a
Kiprah Pondok Pesantren Suryalaya terhadap Perkembangan Tarekat Qadiriyah
Naqsabandiyah di Indonesia 1905-2011
|Abdul Rohman Saparudin

didaerah ini menjadi tanggung jawab Mohd Said al-Attas Sabah,


Muhd Zuki Shafei Kedah, H. Ali Singapura dan H. Osman Abdul
Latif Trengganu. Pada tahun 1988, H. Muhd Khaer Anuar
ditugaskan oleh Abah Anom sebagai ikhwan sesepuh Tarekat
Qadiriyah Naqsabandiyah didaerah tersebut dan mengkoordinasi
kelompok yang tumbuh sampai mencapai jumlah 5000
pengikut.22
3. Tarekat Qadiriyah Naqsabandiyah Suryalaya di Sabah.
Cabang di Sabah ini didirikan pada tahun 1976 oleh H. Said
al-Attas sekembalinya dari Suryalaya dan setelah di talqin.
Setahun kemudian ditugaskan oleh Abah Anom menjadi wakil
talqin. Ditengah perjalanan ketika hendak ke Sabah dari
Suryalaya beliau berhenti di Negeri Sembilan untuk mentalqin
Sembilan anggota keluarganya. Di Sabah, beliau sangat dihormati
oleh pemerintah sebagai seorang karyawan didepartemen
pelayanan Masyarakat yang bertanggung jawab untuk bagian
amar ma’ruf. Ikhwan Tarekat Qadiriyah Naqsabandiyah kini
mencapai dua ribu orang. H. Said juga sering berdakwah di
Thailand hal ini berarti penyebaran Tarekat Qadiriyah
Naqsabandiyah sudah sampai negeri tersebut.23
4. Tarekat Qadiriyah Naqsabandiyah Suryalaya di Trengganu
Penyebaran didaerah Trengganu dilakukan oleh wakil talqin
bernama Osman bin H. Abdul Latif. Pada mulanya rumah yang
ditempati menjadi pusat ikhwan seperti halnya untuk pergerakan
Pondok Inabah. Rumahnya terletak di Panji Alam berdekatan
dengan Surau Gerong Lanjut. Perkembangan dan pertumbuhan
Ikhwan semakin meningkat sehingga mendesak adanya perluasan
tempat Inabah. Oleh karena itu ada sejumlah aktivitas ditampung
ke Kg. Sungai Ikan dan membangun sebuah asrama untuk pasien
yang menderita kecanduan obat-obatan terlarang. Pada tahun
1985 ikhwan Tarekat Qadiriyah Naqsabandiyah didaerah ini
mencapai 500 ikhwan. Masyarakat dan pemerintah didaerah ini

22
Mulyati, 285.
23
Mulyati, 285.

14 | H i s t o r i a M a d a n i a
Kiprah Pondok Pesantren Suryalaya terhadap Perkembangan Tarekat Qadiriyah
Naqsabandiyah di Indonesia 1905-2011
|Abdul Rohman Saparudin

mendukung pengembangan Tarekat Qadiriyah Naqsabandiyah di


Trengganu.24
5. Tarekat Qadiriyah Naqsabandiyah Suryalaya di Sarawak
Hubungan antara Sarawak dengan Suryalaya dimulai ketika
kunjungan Pangeran Sarawak, Ahmad Zaini Adruce ibn Mohd.
Noor dan istrinya, Datin Hk. Rosmiyati dan dua lainnya yaitu H.
Muhammad Trang Isa dan H. Sapawi Arifin pada Juli 1977. Pada
bulan Maret 1978 Trang Isa ditunjuk oleh Abah Anom sebagai
wakil talqin Sarawak. Penunjukannya sama dengan Abdul Ghani
dari Kalimantan Barat dan K.H Mahfud Kebumen, Jawa Tengah.
Ketika Trang kembali ke Sarawak beliau menjumpai perdebatan
tentang peran Tasawuf. Dua tahun kemudian jumlah ikhwan
hanya mencapai 500 orang, walau begitu pada tahun 1984, 1000
orang di talqin oleh Trang Isa sehingga dalam perkembangannya
di Sarawak juga dibangun Pesantren yang serupa dengan
Suryalaya berada di Sadong Jaya.25
Peran Abah Anom terhadap perkembangan Pesantren Suryalaya
sehingga mampu mengembangkan ajaran Tarekat Qadiriyah
Naqsabandiyah ke hampir seluruh kawasan Nusantara dan Asia
Tenggara sangat besar bahkan sampai saat ini Tarekat Qadiriyah
Naqsabandiyah banyak dikenal dan banyak diikuti oleh orang
Muslim. Namun, perjuangan Abah Anom terhadap perkembangan
Pesantren Suryalaya dan Tarekat Qadiriyah Naqsabandiyah harus
terhenti dan dilanjutkan perjuangannya oleh kerabatnya. Abah Anom
wafat pada tanggal 25 September 2011 dan kepemimpinan Pondok
Pesantren Suryalaya dilanjutkan oleh K.H Zaenal Abidin Anwar.26

Kesimpulan

24
Mulyati, 286.
25
Mulyati, 287-288.
26
Nurmalia Kusuma, 'PERAN SYEIKH AHMAD SHOHIBUL WAFA TAJUL ARIFIN (Abah Anom)
Dalam Mengembangkan Pendidikan di Tanjungkerta, Pager Ageung, Tasikmalaya', 1.2
(2019), 127.

15 | H i s t o r i a M a d a n i a
Kiprah Pondok Pesantren Suryalaya terhadap Perkembangan Tarekat Qadiriyah
Naqsabandiyah di Indonesia 1905-2011
|Abdul Rohman Saparudin

Pondok Pesantren Suryalaya berawal dari pembangunan Masjid


disebuah kampung yang bernama kampung Godebag. Masjid tersebut
dibangun dengan tujuan sebagai simbol dan pemersatu bagi masyarakat juga
sekaligus sebagai tanda dari kehidupan religius yang menyatukan sifat
kebersamaan umat Muslim yang terwujud dalam keharmonisan dalam
kegiatan keagamaan, sosial, kemasyarakatan dan budaya. Pondok Pesantren
Suryalaya sendiri dirintis oleh Syeikh Abdullah bin Nur Muhammad atau
Abah Sepuh, dalam proses pembangunannya mengalami banyak hambatan
dan rintangan dari pihak kolonial Belanda dan lingkungan Masyarakat
sekitar ditambah dengan kondisi alam yang cukup menyulitkan pada waktu
itu. Meskipun dalam pembangunannya menghadapi banyak rintangan, Abah
Sepuh tetap meneruskan keinginannya itu yang juga didukung oleh gurunya
yakni Syeikh Tholhah bin Talabudin Kalisapu Cirebon sehingga pada
tanggal 7 Rajab 1323 H atau bertepatan pada tanggal 5 September 1905
berdirilah Pondok Pesantren Suryalaya di kampung Godebag dengan modal
awal sebuah Masjid. Guru Abah Sepuh yakni Syeikh Tholhah bin Talabudin
merupakan murid dari Syeikh Ahmad Khatib Sambas yang merupakan
pendiri Tarekat Qadiriyah Naqsabandiyah. Pada tahun 1900 M, Abah Sepuh
ditetapkan sebagai wakil talqin oleh Syeikh Tholhah bin Talabudin.
Peran Pesantren Suryalaya terhadap perkembangan Masyarakat
sangat baik khususnya dalam pengobbatan orang yang kecanduan obat-
obatan terlarang seperti Narkoba dan yang lainnya atau sering disebut
dengan NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan Zat Aditif lainnya). Pada masa
Abah Anom ini didirikan sebuah lembaga yang disebut Pondok Inabah
dalam menghadapi kecanduan orang yang telah terjerumus kedalam
NAPZA. Dengan menggunakan metode dzikrullah yang diambil dari wirid
dan dzikir Tarekat Qadiriyah Naqsabandiyah sebagai alternatif
pengobatannya. Konsep Inabah ini merupakan Istilah yang berasal dari
Bahasa Arab yaitu anaba, yanibu, yang artinya adalah kembali.
Tarekat Qadiriyah Naqsabandiyah didirikan oleh seorang Sufi dan
Syeikh Besar al-Haram di Makkah, beliau bernama Ahmad Khatib Ibnu
Abdul Ghaffar Al-Sambasi Al-Jawi. Beliau wafat di Makkah pada tahun
1878 M. beliau merupakan Mursyid dari Tarekat Qadiriyah dan ada yang
menyebutkan bahwa beliau juga merupakan Mursyid dari Tarekat

16 | H i s t o r i a M a d a n i a
Kiprah Pondok Pesantren Suryalaya terhadap Perkembangan Tarekat Qadiriyah
Naqsabandiyah di Indonesia 1905-2011
|Abdul Rohman Saparudin

Naqsabandiyah. Sebagai seorang Mursyid, Syeikh Ahmad Khatib Sambas


memiliki otoritas sendiri untuk membuat modifikasi tersendiri bagi Tarekat
yang dipimpinnya. Terutama dalam Tarekat Qadiriyah sendiri ada kebebasan
untuk melakukan itu bagi siapa saja yang telah mencapai tingkat Mursyid.
Pada saat itu di Mekkah juga sudah ada pusat penyebaran Tarekat
Naqsabandiyah sehingga sangat memungkinkan beliau mendapat bai’at
Tarekat Naqsabandiyah dari kemursyidan tarekat tersebut. Kemudian beliau
menggabungkan inti kedua ajaran Tarekat tersebut, yaitu Tarekat Qadiriyah
dan Tarekat Naqsabandiyah dan mengajarkan ajaran tersebut kepada murid-
muridnya terkhusus murid yang berasal dari Indonesia. Syeikh Ahmad
Khatib memiliki banyak murid yang berasal dari kawasan Nusantara dan
beberapa orang yang disebut khalifah. Diantara para muridnya yang terkenal
adalah Syeikh Abdul Karim Al-Bantani, Syeikh Ahmad Thalhah Al-
Cireboni, dan Syeikh Ahmad Hasbu Al-Maduri.
Hubungan antara Suryalaya dengan Tarekat Qadiriyah
Naqsabandiyah sangat erat karena murid daari Syeikh Ahmad Thalhah al-
Cireboni yakni Abah Sepuh merupakan pendiri dari Pondok Pesantren ini
dan menerapkan ajaranTarekat Qadiriyah Naqsabandiiyah didalam
pengajarannya. Perkembangan Pesantren Suryalaya sebagai sentral dari
Perkembangan Tarekat Qadiriyah Naqsabandiyah ini terwujud dengan
banyaknya yang mengikuti Tarekat Qadiriyah Naqsabandiyah sampai saat ini
dengan cabang-cabangnya yang tersebar diseluruh Tanah Air, contohnya di
Aceh. Setelah Tsunami di Aceh tahun 2004, Pesantren Suryalaya membantu
Aceh dengan mengirimkan relawan sekaligus para Da’i yang memberikan
pencerahan ilmu agama kepada para korban. Para Da’i inilah yang
mengajarkan Tarekat Qadiriyah Naqsabandiyah melalui pengajaran dzikir-
dzikir. Penyebaran Tarekat Qadiriyah Naqsabandiyah dimulai ketika
Pesantren Suryalaya mengadakan pelatihan Da’i untuk ditempatkan di
tempat pengungsian. Pelatihan tersebut dilakukan di Pesantren Raudhatul
Quran di Tungkop, Aceh Besar. Pelatihan ini diikuti oleh Pesantren-
pesantren yang adaa di Aceh Besar dan Banda Aceh. Kemudian, Pesantren
Raudhatul Quran ini menjadi pusat penyebbaran Tarekat Qadiriyah
Naqsabandiyah untuk Aceh setelah para relawan dari Suryalaya kembali
pulang. Selain di kawasan Nusantara, pengaruh Pesantren Suryalaya

17 | H i s t o r i a M a d a n i a
Kiprah Pondok Pesantren Suryalaya terhadap Perkembangan Tarekat Qadiriyah
Naqsabandiyah di Indonesia 1905-2011
|Abdul Rohman Saparudin

terhadap Perkembangan Tarekat Qadiriyah Naqsabandiyah juga mencapai


kawasan Asia Tenggara.

Reference

Kharisuddin Aqib, (2013) ‘Memahami Teosofi Tarekat Qadiriyah Wa


Naqsyabandiyah’, Journal of Chemical Information and Modeling,
01.01, 1689–99 <https://doi.org/10.1128/AAC.03728-14>
Lestari, Puji, (2015) ‘Metode Terapi Dan Rehabilitasi Korban Napza Di
Pondok Pesantren Suryalaya Tasikmalaya’, DIMENSIA: Jurnal Kajian
Sosiologi, 6.1, <https://doi.org/10.21831/dimensia.v6i1.3367>
Mahrisa, Rika, Siti Aniah, Haidar Putra Daulay, and Zaini Dahlan, (2020)
‘Pesantren Dan Sejarah Perkembangannya Di Indonesia’, Jurnal Abdi
Ilmu, 13.2
Marzuki, (2005) ‘Tarekat, Qadiriyyah Naqsyabandiyah, Aceh’, NIZHAM,
02.01
Mulyati, Sri, (2010) PERAN EDUKASI TAREKAT QADIRIYYAH
NAQSABANDIYYAH Dengsn Referensi Utama SURYALAYA, Edisi
Pertama (Jakarta: KENCANA PRENADA MEDIA GROUP)
<https://webadmin-ipusnas.perpusnas.go.id/ipusnas/publications/books/
85551/>
Nurmalia Kusuma, Putri. (2019) ‘PERAN SYEIKH AHMAD SHOHIBUL
WAFA TAJUL ARIFIN (Abah Anom) Dalam Mengembangkan
Pendidikan Di Tanjungkerta, Pager Ageung, Tasikmalaya’, 1.2
Pujiastuti, Triyani, (2016) ‘PERKEMBANGAN TAREKAT
QADIRIYYAH-NAQSABBANDIYYAH DI PESANTREN
SURYALAYA’, El-Afkar, 5.11
Shan Shan, Shan Shan, and Marwoto Pataruka, (2019 ‘Kampung Islami:
Pengaruh Pondok Pesantren Suryalaya Dalam Perkembangan
Permukiman Di Kampung Godebag’, Jurnal Arsitektur ZONASI, 2.2
<https://doi.org/10.17509/jaz.v2i2.12400>

18 | H i s t o r i a M a d a n i a

Anda mungkin juga menyukai