Anda di halaman 1dari 12

SEJARAH PENDIDIKAN PESANTREN DI KABUPATEN PADANG LAWAS

TAHUN 1901-1945

A. Latar Belakang Masalah


Masuk dan berkembangnya pendidikan di Indonesia memiliki sejarah yang
cukup panjang. Pendidikan itu maju dan berkembang dengan berbagai faktor
maupun kondisi yang terjadi dizamannya masing-masing, yang dipengaruhi oleh
berbagai aspek baik itu aspek agama, aspek budaya, serta berbagai aspek politik,
sehingga terbentuk karakter dalam sistem pendidikan. Pendidikan di nusantara
telah ada sejak zaman kuno/ tradisional yang dimulai dengan zaman pengaruh
agama Budha, Hindu dan zaman pengaruh Islam.
Penyebaran pendidikan Islam di Nusantara merambah ke berbagai daerah
seperti di Aceh, Sumatra Barat, Banten, Batafia, Jawa Tengah, Jawa Timur,
Banjarmasin, Makasar, Ternate dan sebagainya. Tentunya mengikuti
perkembangan penyebaran Islam itu sendiri. Penyebaran tersebut tentunya
memerlukan waktu dari masa ke masa yang cukup panjang mulai dari masa
kerajaan, sebelum penjajahan, zaman penjajahan Belanda, zaman penjajahan
Jepang, era pra kemerdekaan, era orde baru, era reformasi dan era teknologi.
Pendidikan Islam di Indonesia berkembang sejalan dengan pertumbuhan
dan perkembangan pondok pesantren. Masa awal munculnya pesantren
berfungsi sebagai tempat pendidikan dan penyiaran dakwah agama Islam.
Pendidikan dan syiar agama adalah dua kegiatan yang dapat saling menunjang.
Pendidikan dapat dijadikan bekal dalam mengumandangkan dakwah
dimasyarakat, sedangkan dakwah dapat dimanfaatkan sebagai sarana dalam
membangun sistem pendidikan. Pesantren jika disandingkan dengan lembaga
pendidikan lainnya merupakan sistem pendidikan tertua saat ini seperti halnya
pesantren yang ada di Padang Lawas dan dianggap sebagai produk budaya di
Indonesia. Pendidikan agama Islam ini dimulai sejak munculnya masyarakat Islam
di nusantara pada abad ke-13. Beberapa abad kemudian penyelenggaraan
pendidikan semakin teratur dengan munculnya tempat-tempat pengajian. Bentuk
ini kemudian dikembangkan dengan pendirian tempat menginap bagi para santri,
yang kemudian disebut dengan pondok pesantren. Meskipun bentuknya masih
sangat sederhana, pada waktu ini pendidikan pesantren merupakan satu-satunya
lembaga pendidikan yang terstruktur, sehingga pendididikan di anggap sangat
bergengsi. Dari lembaga pesantren inilah yang kemudian masyarakat mendalami
ajaran agama Islam.1
Azumardi Azra dalam bukunya Jaringan Ulama Timur Tengah dan
Kepulauan Nusantara Abad XVII & XVIII (Akar Pembaruan Islam di Indonesia)
menguraikan bahwa Islam masuk ke Nusantara di bawah oleh para ulama Sunni
karena golongan Syi’ah telah menguasai wilayah Persia, hingga mereka
melakukan migrasi ke Benua India, Eropa dan masuk ke Nusantara melakukan
pengajaran pendidikan Islam.2
Istilah pesantren berasal dari kata “santri”, dengan awalan pe-dan akhiran-
an berarti tempat tinggal para santri. Kata “santri” juga merupakan penggabungan
antara suku kata sant (manusia baik) dan tra (suka menolong), sehingga kata
pesantren dapat diartikan sebagai tempat mendidik manusia yang baik. 3
Secara istilah pesantren adalah lembaga pendidikan Islam, dimana para
santri biasanya tinggal di pondok (asrama) dengan materi pengajaran kitab-kitab
klasik dan kitab-kitab umum, yang bertujuan untuk menguasai Ilmu agama Islam
secara detail, serta mengamalkannya sebagai pedoman hidup dengan
menekankan pentingnya moral dalam kehidupan bermasyarakat. 4
Pondok pesantren sebagai salah satu lembaga pendidikan yang ada dalam
masyarakat mempunyai peran penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya
manusia. Pendidikan pesantren tidak saja memberikan pengetahuan dan
keterampilan tekhnis tetapi yang jauh lebih penting adalah menanamkan nilai-nilai
moral dan agama. Seiring dengan perkembangan zaman maka pesantren dituntut
tidak hanya memberikan pendidikan agama saja, tetapi pesantren juga
diharapkan mampu berperan sebagai lembaga sosial. 5
Beberapa teori tentang awal masuknya Islam ke Nusantara, terutama
berkenaan dengan waktu datangnya, negara asalnya dan pembawanya.
Azyumardi Azra menuliskan, awal masuknya Islam ke Nusantara paruh abad 7 M
dan abad ke 8 M.6 disekitar pantai laut Sumatra, meski islamisasi belum terlihat

1
H. M. Sulthon Masyhuddan M khusnurdilo, Manajemen Pondok Pesantren, Cet. Ke-2 (Jakarta: Diva
Pustaka, 2004), hlm. 1.
2
Azyumardi Azra, Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII & XVIII: Akar
Pembaruan Islam di Indonesia (Cet. II; Jakarta: Kencana, 2005), hlm. 16-17
3
Hasan Sahdily, Ensiklopedia Islam, (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 1993), hal. 99
4
Ahmad Muthohar, Ideologi Pendidikan Pesantren, (Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2007), hal. 12
5
Hariyanto Al-Fandi.,” Akar-Akar Historis Perkembangan Pondok Pesantren di Nusantara”. Jurnal Al-
Qalam PSKp UNSIQ Jawa Tengah di Wonosobo. Volume XIII
secara signifikan, tapi para pedagang dari bangsa timur tengah sudah melakukan
transaksi perdagangan.
Filosofi pendidikan pesantren didasarkan atas hubungan yang bermakna
antara manusia, ciptaan atau makhluk, dan Allah SWT. Hubungan tersebut baru
bermakna jika bermuatan atau menghasilkan keindahan dan keagungan. Ibadah
yang dijalani oleh semua guru dan santri di pondok pesantren diutamakan dalam
hal mencari Ilmu, mengelola pelajaran, mengembangkan diri, mengembangkan
kegiatan bersama santri dan masyarakat. Pondok pesantren merupakan suatu
kekayaan budaya Islam yang ada di Indonesia, disamping sebagai lembaga
pendidikan Islam yang bersifat tradisional karena sifatnya yang khas, yakni: Kiai
yang berkarismatik, pondok masjid, Ustadz, Ustadzah, asrama dan santri.
Pondok pesantren sebagai salah satu bagian dari tradisi adiluhung di
Indonesia yang berkarakter dan membudaya, terbagi menjadi beberapa jenis
yang berkembang dan memiliki ciri khas. Ciri khas tersebut dilatar belakangi oleh
keadaan sosial geografis dan pandangan hidup masing-masing kiai di pondok
pesantren. Sebagai salah satu tradisi yang masih dilestarikan, pondok pesantren
dibedakan menjadi dua jenis, yaitu pondok Pesantren salaf (Model Lama) dan
pondok pesantren khalaf (Modern).
Jadi, tujuan pesantren adalah membentuk manusia yang memiliki kesedaran
tinggi bahwa ajaran Islam merupakan pandanganyang bersifat menyeluruh.
Selain itu pondok pesantren ini diharapkan memiliki kemampuan tinggi untuk
mengadakan responsi terhadap tantangan-tantangannya dan tuntutan-tuntutan
hidup dalam konteks ruang dan waktu yang ada (Indonesia dan Dunia abad
sekarang).6
Di Indonesia belakangan ini penelitian sejarah pesantren mulai dirasakan
penting, khususnya perkembangan dan peranannya bagi masyarakat
disekitarnya. Paling tidak, karena perubahan pertumbuhan dan perkembangan
pesantren menunjukan pada suatu dinamika pemikiran keagamaan itu sendiri dan
menggambarkan pola agama dengan perkembangan sosial budaya masyarakat.
Dinamika hal tersebut merupakan persoalan yang tidak pernah usai dimanapun
dan kapanpun, terutama masyarakat Indonesia yang mayoritas beragama Islam
yang sedang mengalami modernisasi. Evolusi historikal dari perkembangan

6
Dadan Muttaqien,” Sistem Pendidikan Pondok Pesantren”, Jurnal, JPI FIAI Jurusan Tarbiyah.
Volume V Tahun IV Agustus 1999, hlm. 79
pesantren secara sungguh-sungguh telah menyediakan lapangan ijtihad bagi para
pemikir Islam di Indonesia. Sebab, lembaga pesantren ini sebenarnya sudah ada
sejak masa kekuasaan Hindu-Budha, sehingga Islam tinggal meneruskan dan
mengislamkan lembaga pendidikan yang sudah ada. Tentunya ini tidak berarti
mengecilkan peranan Islam dalam mempelopori pendidikan di Indonesia. 7
Seiring perjalanan waktu, saat ini cukup banyak pendidikan umum yang
mengadopsi aspek-aspek tertentu dari sistem pendidikan pesantren. Pesantren
dimulai dengan menetapkan visi dan misi (tujuan) yang tepat, yaitu mencetak
kader-kader yang ahli di bidang agama dan mumpuni dalam urusan sosial,
kemudian bersama pemerintah membangun kemitraan untuk merumuskan
kebijakan dan program pengembangan pesantren, madrasah dan sekolah Islam
di masa depan.8
Karena hal ini saya sampaikan bahwa alasan saya memilih judul tersebut
karena belum ada yang menelitinya dan saya berkesempatan untuk menelitinya,
dan juga saya tertarik dengan penelitian ini karena banyaknya pesantren yang
berdiri di Kabupaten Padang Lawas dan akan melihat dimana pesantren yang
sudah ada sebelum 1901-1945.
Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk mengangkat judul
Tesis “Sejarah Pendidikan Pesantren Di Kabupaten Padang Lawas Tahun
1901-1945.”

7
Bisri Affandi, Syaikh Ahmad Syurkati (1874-1943) Pembaharu dan Pemurni Islam di Indonesia,
(Jakarta, Pustaka Al-Kautsar, 1999). hlm. 20.
8
Hariyanto Al-Fandi., “Akar-Akar Historis Perkembangan Pondok Pesantren di Nusantara”. Jurnal Al-
Qalam PSKp FITK UNSIQJawa Tengah di Wonosobo. Volume XIII.
B. Rumusan Masalah
Dengan dasar dari latar belakang di atas, masalah yang dapat penulis
tuliskan adalah:
1. Bagaimana Sejarah Pendidikan Pesantren Di Kabupaten Padang Lawas Tahun
1901-1945 ?
2. Bagaimana Perkembangan Pendidikan Pesantren DI Kabupaten Padang
Lawas Tahun 1901-1945 ?
C. Batasan Masalah
Batasan masalah merupakan yang akan diteliti, untuk memperjelas dan
membatasi ruang lingkup penelitian, dengan tujuan mendapatkan hasil uraian
penelitian secara sistematis pembatasan yang dimaksud agar penulis dalam
penelitian ini tidak menyimpang dan melebar dari permasalahan, maka penulis
perlu membatasi masalah sebagai berikut :
a. Penulis fokus pada Sejarah Pendidikan Pesantren di Kabupaten Padang
Lawas Tahun 1901-1945
b. Penulis fokus padan gambaran umum dan letak geografis Kabupaten
Padang Lawas
c. Penulis fokus pada Pendidikan Pesantren di Kabupaten Padang Lawas
Tahun 1901-1945
Supaya dalam penelitian ini penulis fokus kepada permasalahan yang
penulis harapkan, maka masalah penelitian ini perlu dibatasi pada sejarah
pendidikan pesantren dikabupaten padang lawas. Batasan Masalah merupakan
batasan penelitian yang akan diteliti, untuk memperjelas dan membatasi ruang
lingkup penelitian, dengan tujuan mendapatkan hasil uraian penelitian sistematis.
D. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini sebagi berikut:
1. Untuk mengetahui Sejarah Pendidikan Pesantren di Kabupaten Padang Lawas Tahun
1901-1945
2. Untuk mengetahui Perkembangan Pendidikan Pesantren Di Kabupaten Padang Lawas
Tahun 1901-1945
E. Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan penelitian yang secara garis besar telah diuraikan dalam
latar belakang disini lebih ditegaskan dari kemanfaatan penelitian itu bagi
pengembangan suatu Ilmu dan bagi kegunaan praktis. 9 Pada umunnya penelitian
memiliki dua kegunaan, yaitu teoritis dan praktis. 10
a. Secara teoritis, Penelitian ini diharapkan dapat menambah khazanah ilmu
pengetahuan terutama yang berkenaan dengan sejarah pendidikan pesantren,
khususnya di Kabupaten Padang Lawas
b. Secara praktis, Hasil penelitian ini dapat dijadikan sumber rujukan dalam
memahami Islam dan sejarah pendidikan pesantren kadang tidak secara
praktis dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Islam dan budaya lokal; khususnya terkait tentang sejarah pendidikan
pesantren dalam kemajuan pondok pesantren.
2. Dapat dijadikan bahan informasi terkait sejarah dan perkembangan pondok
pesantren.
3. Dapat dijadikan modal awal bagi peneliti selanjutnya dalam kasus yang
sama.
F. Kerangka Teori
Pendekatan dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan historis
karena dalam penulisan proposal skiripsi ini harus menelusuri sumber-sumber
pada berbagai peristiwa dengan memperhatikan unsur tempat, waktu, objek, latar
belakang, dan pelaku peristiwa tersebut. Menurut Ilmu ini, segala peristiwa dapat

9
Dudung abdurahman, Metodologi Peneliti Masyan Sejarah Islam, (Yogyakarta: Ombak, 2011) hlm.
128
10
Wahid Muhammad, Desain Penelitian Bahasa dan Sasatra, (Palembang: Grafika Telindo Press, 2009)
hlm. 16
dilacak dengan melihat kapan peristiwa itu terjadi, dimana, penyebab dari
kejadian, dan siapa yang terlihat dari peristiwa tersebut. Penggambaran terhadap
suatu peristiwa sangat tergantung pada pendekatan, yaitu dari segi mana kita
memandangnya, dan lain sebagainya, dimensimana yang kita perhatikan, unsur-
unsur mana yang diungkapkan, dan lain sebagainya. Hasil-hasil pelukisannya
sangat ditentukan oleh pendekatan yang di pakai. 11
G. Tinjauan Pustaka
Sesuai dengan tema dan tujuan penelitian di atas, maka untuk melakukan
penelitian ini penulis berusaha mencari referensi yang berkaitan dengan tema
tersebut. Berhubung sangat terbatasnya referensi yang menjelaskan dan
mendeskripsikan tentang Sejarah Pendidikan Pesantren Di Kabupaten Padang
Lawas Tahun 1901-1945.
Penelitian ini tidak sempurna tanpa didukung oleh buku-buku atau
karyakarya yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti, dalam penulisan
ini, penulis telah meninjau buku dan karya tulisan lainnya sebagaimana berikut:
Pertama, dalam buku yang berjudul Islam Nusantara “Sejarah
SosialIntelektual Islam di Indonesia” yang ditulis oleh Nor Huda, yaitu di dalam
buku ini juga termasuk mendeskripsikan tentang pesantren. Buku ini menjelaskan
tentang lembaga-lembaga pendidikan Islam di indonesia. Buku ini membahas
mengenai asal usul pesantren dan keberadaan pesantren, pembahasan penulis
juga terdapat dalam buku ini.
Kedua, dalam buku karya Nuhrison M. Nuh, yang berjudul Peranan
Pesantren Dalam Mengembangkan Budaya Damai, buku ini menjelaskan tentang
radikalisme keagamaan, meningkatkan kerja sama pondok pesantren dalam
menanggulangi radikalisme keagamaan serta meluruskan makna jihad menurut
Islam, oleh Dr. KH. Ma’ruf Amin/Prof.Dr.KH Ali Musthafa Ya’qub
Ketiga, dalam buku pesantren dan masa depan Indonesia yang ditulis oleh
Nurmatiaz Azda. Buku ini juga menjelaskan bahwa pondok pesantren pada
umumnya lembaga pendidikan dan lembaga keagamaan karena mereka
mempunyai perkembangan pada masyarakat sosial yang mereka ciptakan nilai-
nilai budaya dan mempunyai motivasi yang mendorong semangat masyarakat itu
sendiri

11
Sartono kartodirjo, Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah, (Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama, 1992), hlm.2
Keempat, dalam buku sejarah pendidikan pesantren dikabupaten padang
lawas utara yang di tulis oleh Dr. Sehat Sultoni Dalimunthe yang menguraikan
tentang sejarah pendidikan pesantren yanh berada di kabupaten padang lawas
utara serta lembaga-lembaga pesantren yang berdiri sebelum kemerdekaan.
H. Metode Penelitian
Metode penelitian adalah suatu cara kerja yang dilakukan oleh peneliti dengan
menggunakan catatan-catatan buku (sistem dan metode) dari masing-masing
disiplin Ilmu yang diperlakukan dalam penelitian. Dalam rangka mengumpulkan
data untuk menunjang penulisan skripsi ini, penulis menggunakan metode
penelitian bersifat historis, menurut Ilmu ini, segala peristiwa dapat dilacak
dengan melihat kapan peristiwa itu terjadi, dimana, apa sebabnya, siapa yang
terlibat dalam peristiwa tersebut. Dengan tujuan untuk membuat rekonstruksi
masa lampau secara sistematis dan obyektif, dengan cara mengumpulkan,
mengevaluasi, memverifikasi, serta mensintesis bukti-bukti untuk menegakkan
fakta dan memperoleh kesimpulan yang kuat. Pada umumnya ada beberapa
tahapan dalam penelitian metode sejarah yaitu heuristik, verifikasi, interpretasi,
dan historiografi.

1. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian lapangan atau field
research.12 Dengan analisis data kualitatif deskriptif yang berusaha untuk
menghasilkan data secara mendalam, gambaran yang sistematis, faktual serta
akurat mengenai kenyataan-kenyataan, sifat-sifat serta hubungan antara
fenomena yang diamati dan dianalisis dengan penelitian kualitatif deskriftip. 13
Hasil analisis ini akan dijelaskan dengan kalimat deskriptif dan berusaha
sedapat mungkin memberikan kejelasan tentang objek dan subjek penelitian. 14
Metode ini digunakan dalam penelitian untuk mendapatkan data dan informasi
tentang sejarah pendidikan pesantren di kabupaten padang lawas.
2. Lokasi Penelitian

12
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Cet. 22; Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006),
hlm. 26
13
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik (Cet. 13; Jakarta: Rineka Cipta,
2006), h. 11-15.
14
Ida Bagoes Mantra, Filsafat Penelitian & Metode Penelitian Sosial (Cet. I; Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2004), h. 38
Peneliti dalam memulai penelitiannya terlebih dahulu melakukan
penentuan lokasi dan waktu penelitian. Keterbatasan biaya dan kemampuan
peneliti menjadi pertimbangan utama dalam pemilihan lokasi. 15 Penelitian ini
dilaksanakan di Kabupaten Padang Lawas.
3. Sumber Data
Pada tahap ini peneliti mengumpulkan sumber-sumber dalam usaha
memperoleh data-data mengenai subjek terkait secara langsung. Data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah sumber data primer dan sumber data
sekunder.16
a) Sumber data primer adalah data pokok yang diperoleh peneliti dari orang
pertama, dari sumber asalnya yang belum diolah dan diuraikan orang lain,
yang menjadi data primer adalah data yang diperoleh dari wawancara
dengan dengan masnyarakat sekitar.
b) Sumber data sekunder adalah informasi ataupun data yang melengkapi data
primer seperti buku-buku, arsip-arsip, dokumentasi, tesis, Jurnal, pdf yang
dibutuhkan sebagai data pendukung fokus penelitian ini yang berkaitan
dengan pembahasan penelitian ini.
4. Tekhnik Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematis dan standar untuk
memperoleh data yang diperlukan. Pengumpulan data tidak lain suatu proses
pengadaan data primer dan data sekunder untuk penelitian mengingat
pengumpulan data merupakan langkah-langkah yang sangat penting dalam
metode ilmiah. Bila dilihat dari segi cara atau tekhnik pengumpulan data, maka
teknik pengumpulan data dengan cara observasi (pengamatan), interview
(wawancara), dokumentasi, Jenis data, Library Research
a. Observasi,
observasi adalah pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
mengamati dan mencatat secara sistematik yang diteliti. 17 pengamatan ini
dilakukan secara langsung oleh mata dan tanpa ada bantuan media lain.
Bentuk penelitian ini adalah kualitatif, maka pengumpulan data dilakukan
dengan membuat deskripsi atau gambaran sistematis, faktual dan akurat

15
Lexy J. Moleong, Op.Cit., hlm. 128.
16
Mudji Sutrisno, Teori-teori kebudayaan, (Yogyakarta: Kanisius, 2005), hlm. 99-100
17
Cholid Narbuko & Abu Achmadi, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Bumi Akasara, 2012), hlm. 70
mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antara fenomena yang
diteliti. Teknik pengumpulan data lebih banyak pada observasi,
wawancara mendalam (Interview) dan dokumentasi berupa tertulis
maupun non tertulis.
b. Wawancara, wawancara atau interview adalah suatu tekhnikyang
digunakan untuk memperoleh informasi dengan cara bertatap muka
secara langsung atau bertanya langsung kepada responden, 18
Wawancara dengan responden juga dilakukan dengan berpedoman pada
persiapan terstruktur wawancara. Artinya, penulis menanyakan
serentetan pertanyaan dan tidak menutup kemungkinan muncul
pertanyaan lain yang penulis anggap penting. Dengan demikian, jawaban
yang diperoleh bisa meliputi semua variabel dan keterangan yang
lengkap dan mendalam.
c. Dokumentasi, dokumentasi yaitu pengumpulan datadan pencatatan
sumber sekunder sebagai pendukung dalampenelitian yang berupa buku-
buku, arsip, foto-foto dan video mengenai judul penelitian yang terkait
sebagai penunjang dalam penyelesaian fokus penelitian. Dengan metode
ini, peneliti memperoleh informan dari macam-macam sumber tertulis
atau dokumen yang ada pada informan atau tempat, di mana informan
bertempat tinggal melakukan aktifitas kesehariannya. Teknik ini
merupakan pelengkap dari penggunaan teknik observasi dan wawancara.

d. Jenis Data
Jenis data yang digunakan adalah kualitatif deskriptif, yaitu pemaparan
hasil penelitian dengan kalimat yang investigatif dan mendalam. 19
Penelitian ini tidaklah menggunakan hipotesa melainkan hanya
mendiskripsikan informasi apa adanya berdasarkan dengan variabel-
variabel penelitian. Dalam penelitian deskriptif biasanya hanya dilibatkan
satu variabel sehingga cenderung tidak dimaksudkan untuk
mengungkapkan hubungan antara variabel. Penelitian deskriptif ini,
peneliti tidak bermaksud untuk menguji hipotesis. Peneliti lebih menaruh
18
Murdalis, Metode Penelitian: Suatu Pendekatan Proposal, (Jakarta; Bumi Aksara, 2010), hlm. 64
19
Mardalis, Metode Penelitian: Suatu Pendekatan Proposal, (Cet. V; Jakarta: Bumi Aksara, 2002), hlm.
26.
perhatian pada pendeskripsian suatu variabel tanpa menghubungkannya
dengan variabel lain, maka aspek dari variabel pelaksanaan sejarah
pendidikan pesantren di Kabupaten padang Lawas.
e. Library Research
Library research yaitu penelitian kepustakaan dengan cara membaca
literatur yang ada relevansinya dengan judul penelitian dengan
menggunakan teknik sebagai berikut:
a) Kutipan langsung, yakni mengutip suatu keterangan tanpa mengubah
redaksi aslinya.20
b) Kutipan tidak langsung yakni peneliti mengutip suatu karangan dengan
bahasa peneliti sendiri. Pada kutipan ini menggunakan beberapa cara
yaitu ulasan, yakni mengulas suatu uraian yang telah dibaca kemudian
disimpulkan. Ikhtisar, yakni membaca buku atau sumber lainnya
kemudian mengambil kesimpulan.21
5. Tekhnik Analisa Data
Analisis data, menggunakan data kualitatif yaitu analisa data yang dapat
diukur atau yang berkaitan erat dengan beberapa data yang lain. Tahap
pertama pengolahan data, tahap pokok atau tahap pengorganisasian data dan
yang terakhir adalah penemuan hasil.22 Maka penelitian menghasilkan data-
data deduktif, data verbal berupa tulisan dalam penelitian, data tersebut digali
dari data primer maupun data sekunder.
Penulisan karya ilmiyah ini adalah hasil studi pustaka, dengan cara
mengadakan servasi suatu keadaan, peristiwa, menghimpun dan mencatat
dokumen-dokumen yang berhubungan langsung dengan permasalahan yang
diangkat.23 Kemudian dikaji guna mencari landasan pemikiran, dalam upaya
pemecahan masalah.
Sebagai metode ilmiah, obeservasi dapat diartikan sebagai pengamatan
dan pencatatan dengan menggunakan sistematika fenomena- fenomena yang
dimiliki.24 Jadi metode observasi adalah suatu metode pengumpulan data

20
V Qadir Gassing dan Wahyuddin Halim, ed., Pedoman Penulisan Karya Tulis Ilmiah (Cet. I;
Makassar: Alauddin Press, 2008), hlm. 25-26.
21
Lexy J. Moleong, op. cit., h. 247
22
Soetandyo Wignjosoebroto, Metode-Metode Penelitian Masyarakat, (Jakarta: Gramedia. 1994). hlm.
269
23
Ibid, hlm. 31-33
24
2 Sutrisno Hadi, Metodologi Research II, (Yokyakarta: Andi Offeset, 1991), hlm. 138
dengan jalan mengadakan pengamatan langsung terhadap peristiwa dan
kejadian lainya secara sistematis. Selain menggunakan metode observasi
untuk mendapatkan data perlunya menggunakan metode pendukung, yakni
dengan interview. Interview dapat dipandang sebagai metode pengumpulan
data dengan jalan tanya jawab sepihak dikarenakan secara sistematis dan
berlandaskan kepada tujuan penyelidikan. 25
Metode interview dilakukan secara langsung kelapangan dengan cara
wawancara atau tanya jawab terhadap responden yang dianggap sebagai
sumber data. Wawancara ini selain sebagai alat untuk memperoleh data yang
belum diketahui dari obserfasi juga untuk memberatkan adanya data yang
telah diperoleh dari hasil observasi.
I. Sistematika Pembahasan
Dalam penguraian masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini, maka
sistem pembahasan akan dikemas dalam empat bab. Adapun sistematika
pembahasan adalah sebagai berikut:
Bab I Menguraikan Tentang Pendahuluan yang Terdiri dari; Latar Belakang
Masalah, Rumusan dan Batasan Masalah, Tujuan dan Kegunaan Penelitian,
Tinjauan Pustaka, Kerangka Teori, Metode Penelitian dan Sistematika
Pembahasan.
Bab II Menguraikan Tentang Sejarah Pendidikan Pesantren Di Kabupaten
Padang Lawas Tahun 1901-1945
Bab III Menguraikan Tentang Perkembangan Sejarah Pendidikan Pesantren
Di Kabupaten Padang Lawas Tahun 1901-1945
Bab IV Merupakan penutup yang diberikan simpulan dan saran-saran
sebagai akhir dari seluruh penelitian ini, dicantumkan pula daftar pustaka yang
dijadikan sumber dari penulisan ini.

25
Ibid, hlm 93.

Anda mungkin juga menyukai