Anda di halaman 1dari 8

PERKEMBANGAN PESANTREN DAN PERAN

PESANTREN DALAM DAKWAH ISLAM DI


INDONESIA

Disusun Oleh:
Nama : Tsabit Alif Al-Muzani
Kelas : IX A
No. Absen :

MTs N 1 TEGAL
TAHUN AJARAN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada saya sehingga dapat menyelesaikan
dan menyusun laporan Perkembangan Pesantren dan Peran Pesantren Dalam
Dakwah Islam di Indonesia ini dengan sebaik-baiknya dan tepat waktu.
Laporan ini saya buat dengan tujuan agar dapat mengetahui segala hal yang
berkaitan denga Perkembangan Pesantren dan Peran Pesantren Dalam
Dakwah Islam di Indonesia. Selain itu, untuk memenuhi tugas ujian praktek
mata pelajaran sejarah kebudayaan islam.
Saya mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dra. Hj. Umi Faridah, Selaku
guru pengampu mata pelajaran sejarah kebudayaan islam yang telah memberikan
tugas ini. Sehingga saya dapat menambah pengetahuan dan wawasan saya tentang
segala hal yang berkaitan dengan Perkembangan Pesantren dan Peran
Pesantren Dalam Dakwah Islam di Indonesia.
Saya menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna. Untuk
itu saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari
pembaca demi menyempurnakan segala kekurangan dari laporan ini. Semoga
tugas laporan ini dapat memberikan manfaat untuk pembaca.

Lebaksiu, Maret 2022

Penulis
PERKEMBANGAN PESANTREN DAN PERAN PESANTREN
DALAM DAKWAH ISLAM DI INDONESIA

A. Perkembangan Pesantren di Indonesia


1. Sejarah Lahirnya Pesantren di Indonesia
Asal-usul pesantren dipisahkan dari sejarah pengaruh Walisongo.Di lihat
dari sejarahnya, pesantren memiliki usia yang sama tuanya dengan islam di
Indonesia.
Syaikh Maulana Malik Ibrahim dapat dikatakan sebagai peletak dasar-
dasar pendidikan pesantren di Indonesia.Pesantren pada awal berdirinya
merupakan media untuk menyebarkan ajaran agama Islam dan karenanya
memiliki peran besar dalam perubahan sosial masyarakat Indonesia.
Maulana Malik Ibrahim (meninggal 1419 di Gresik Jawa Timur), spiritual
father Walisongo, dalam masyarakat santri Jawa biasanya dipandang sebagai
gurunya- guru tradisi pesantren di Jawa. Ini karena Syekh Maulana Malik
Ibrahim dan dikenal sebagai Sunan Gresik adalah orang yang pertama dari
sembilan wali yang terkenal dalam penyebaran Islam di Jawa.
Meskipun begitu, tokoh yang dianggap berhasil mengembangkan dan
mendirikan pondok pesantren dalam arti yang sesungguhnya adalah Raden
Rahmat (Sunan Ampel). Ia mendirikan pesantren di Kembang Kuning, yang
pada waktu itu didirikan hanya memiliki tiga orang santri, yaitu Wiryo
Suroyo, Abu Hurairah, dan Bangkuning. Kemudian ia pindah ke Ampel
Denta, Surabaya dan mendirikan pondok pesantren di sana. Misi keagamaan
dan pendidikan Sunan Ampel mencapai sukses, sehingga beliau dikenal oleh
masyarakat Majapahit. Kemudian bermunculan pesantren-pesantren baru
yang didirikan oleh para santri dan putra beliau. Misalnya oleh Raden Patah,
dan Pesantren Tuban oleh Sunan Bonang.
Sejak negara kita dijajah oleh orang barat, ulama-ulama bersifat anti
penjajahan terhadap penjajah serta mendidik santri-santrinya dengan sikap
politis anti penjajah serta nonkompromi terhadap mereka dalam bidang
pendidikan agama pondok pesantren. Oleh karena itu, pada masa penjajahan
tersebut pondok menjadi satu-satunya lembaga pendidikan Islam yang
menggembleng kader-kader umat yang tangguh dan gigih mengembangkan
agama serta menentang penjajahan berkat jiwa Islam yang berada dalam dada
mereka. Jadi di dalam pondok pesantren tersebut tertanam patriotisme di
samping fanatisme agama yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat pada masa
itu. Ketahanan yang ditampilkan pesantren dalam menghadapi laju
perkembangan zaman, menunjukkan kiprahnya sebagai suatu lembaga
pendidikan, pesantren mampu berdialog dengan zamannya, yang pada
gilirannya hal tersebut dapat menumbuhkan harapan bagi masyarakat.
Pesantren dapat dijadikan sebagai lembaga pendidikan alternatif pada saat ini
dan masa depan. Karena Islam masuk dan berkembang di Indonesia melalui
perdagangan internasional yang pusatnya adalah kota-kota pelabuhan.
Pembentukan masyarakat ini tentunya mempengaruhi pembentukan lembaga
pendidikan yang kebetulan belum terstruktur, sehingga kota-kota tersebut
menjadi pusat studi Islam yang berkembang oleh para ulama yang berada di
sana.
2. Perkembangan Pesantren di Indonesia
Pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam tertua di Indonesia
telah menunjukan kemampuannya dalam mencetak kader-kader ulama dan
telah berjasa turut mencerdaskan masyarakat Indonesia. Selain tugas
utamanya mencetakcalon ulama, pondok pesantren juga menjadi pusat
kegiatan pendidikan yang telah berhasil menanamkan semangat
kewiraswastaan, semangat berdikari yang tidak menggantungkan diri kepada
orang lain. Dalam pondok pesantren juga ditanamkan semangat patriotik
membela tanah air dan agama, sehingga tidak mengherankan apabila dalam
masa penjajahan Belanda dan Jepang sering timbul pemberontakan-
pemberontakan yang dipimpin kalangan pesantren.
Pondok pesantren adalah pendidikan agama islam yang dimulai sejak
munculnya masyarakat islam di Nusantara pada abad ke 13. Beberapa abad
kemudian penyelenggaraan pendidikan ini semakin teratur dengan
munculnya tempat-tempat pengajian (“nggon ngaji”). Bentuk ini kemudian
berkembang dengan pendirian-pendirian tempat-tempat menginap para pelajar
(santri), yang kemudian disebut pesantren. Meskipun bentuknya masih sangat
sederhana, pada waktu itu pendidikan pesantren merupakan satu-satunya
lembaga pendidikan yang terstruktur, sehingga pendidikan ini dianggap
sebagai bergengsi. Lembaga pesantren semakin berkembang secara cepat
dengan adanya sikap non-kooperatif ulama terhadap kebijakan “Politik Etis”
Pemerintah Kolonial Belanda pada akhir abad ke-19. Kebijakan Pemerintah
Kolonial ini dimaksudkan sebagai balas jasa kepada rakyat Indonesia dengan
memberikan pendidikan modern, termasuk budaya barat. Namun pendidikan
yang diberikan sangat terbatas, baik dari segi jumlah yang dapat mendapatkan
kesempatan mengikuti pendidikan maupun dari segi tingkat pendidikan yang
diberikan.
Sikap non-kooperatif para ulama itu kemudian ditunjukkan dengan
mendirikan pesantren di daerah-daerah yang jauh dari kota untuk menghindari
intervensi pemerintah Kolonial serta memberi kesempatan kepada rakyat
yang belum memperoleh pendidikan. Sampai akhir abad ke-19, tepatnya
tahun 1860-an, menurut penelitian Sartono Kartodirjo jumlah pesantren
mengalami peledakan yang luar biasa, terutama di Jawa yang diperkirakan
mencapai 300 buah.
Perkembangan pesantren yang begitu pesat juga ditengarai berkat
dibukanya terusan Suez pada 1689 sehingga memungkinkan banyak pelajar
Indonesia mengikuti pendidikan di Mekkah. Sepulangnya kr kampung
halaman, para pelajar yang mendapat gelar “haji” ini mengembangkan
pendidikan agama di tanah air yang bentuk kelambangannya kemudian
disebut “pesantren’ atau “pondok pesantren”. Dalam sejarah perkembangan
zaman selanjutnya, pondok pesantren selalu berusaha meningkatkan
kualitasnya dengan mendirikan madrasah-madrasah di dalam kompleks
pesantren masing-masing, yaitu di bawah tanggung jawab dan pengawasan
Departemen Agama. Dengan cara ini, pesantren tetap berfungsi sebagai
pesantren dalam pengertian aslinya, yakni tempat pendidikan dan pengajaran
bagi para santri yang ingin memperoleh pengetahuan islam secara mendalam
dan sekaligus merupakan madrasah bagi anak-anak di lingkungan pesantren.
Dalam perkembangannya, pesantren bukan hanya mendirikan madrasah,
tetapi juga sekolah-sekolah umum yang mengikuti sistem dan kurikulum
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Diknas. Dengan menjamurnya
pondok pesantren sekarang ini, membuktikan betapa besarnya peranan
pesantren dalam menu mbuh kembangkan sumber daya umat yang dilandasi
iman dan taqwa, menciptakan manusia-manusia yang jujur, adil, percaya diri,
dan bertanggung jawab, menghasilkan manusia yang memiliki dedikasi
keihlasan, kesungguhan dalam perjuangan. Dan pada kenyataannya ajaran
agama Islam bersifat universal akan lebih unggul dan mampu mengendalikan
perubahan-perubahan zaman bagi generasi-generasi berikutnya, dengan
pedoman pada sumber hukum tertulis tertinggi Islam (Al-Qur'an dan Hadits)
untuk mewujudkan masyarakat yang maju, mandiri dan diberkahi oleh Allah
SWT.

B. PERAN PESANTREN DALAM DAKWAH ISLAM DI INDONESIA


Pondok pesantren adalah lembaga pendidikan Islam tertua yang
merupakan produk budaya Indonesia. Keberadaan pesantren di Indonesia
dimulai sejak Islam masuk negeri ini dengan mengadopsi sistem pendidikan
keagamaan yang sebenarnya telah lama berkembang sebelum kedatangan
Islam. Sebagai lembaga pendidikan yang telah lama berurat akar di negeri ini,
Pondok Pesantren diakui memiliki andil yang sangat besar terhadap
perjalanan sejarah bangsa
Banyak pesantren di Indonesia hanya membebankan para santrinya
dengan biaya yang rendah, meskipun beberapa pesantren modern membebani
dengan biaya yang tinggi. Meski begitu, jika dibandingkan dengan beberapa
institusi pendidikan lainnya yang sejenis, pesantren modern jauh lebih murah.
Secara mendasar peranan Pondok Pesantren yang lebih fungsional dan
berpotensi antara lain sebagai berikut:
1. Pusat kajian Islam
Pada dasarnya Pondok Pesantren merupakan lembaga pendidikan yang
mendalami dan mengkaji berbagai ajaran dan ilmu pengetahuan agama Islam
melalui buku-buku klasik atau modern berbahasa arab. Dengan demikian
secara tidak langsung Pondok Pesantren telah menjadikan posisinya sebagai
pusat pengkajian masalah keagamaan Islam, dalam kata lain Pondok
Pesantren berperan sebagai pusat kajian Islam.
2. Pusat pengembangan dakwah
Dakwah Islamiyah dapat diartikan sebagai penyebaran atau penyiaran
ajaran dan pengetahuan agama Islam yang dilakukan secara Islami, baik itu
berupa ajakan atau seruan untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan
maupun berupa uswah hasanah.
Peran Pondok Pesantren sebagai pusat pengembangan Dakwah Islamiyah
dapat dikategorikan kedalam tiga peranan pokok yaitu:
a. Peranan Institusi/ Kelembagaan
Dakwah Islamiyah merupakan hal pokok yang menjadi tugas Pondok
Pesantren dilakukan, karena pada mula berdirinya suatu Pondok
Pesantren, dakwah merupakan landasan pijak yang dipakai oleh para kyai
dan ulama. Dalam upaya mencapai tujuan Pondok Pesantren
menyelenggarakan kegiatan pengajaran atau tafaqquh fi al-din
dimaksudkan agar para santri mengerti dan paham secara integral tentang
ajaran dan pengetahuan agama Islam.
b. Peranan Instrumental
Upaya penyebaran dan pengalaman ajaran agama Islam selain
dilembagakan dalam tujuan Pondok Pesantren tentunya memerlukan
adanya sarana-sarana yang menjadi media dalam upaya aplikasi tujuan
tersebut. Dalam wacana inilah peranan Pondok Pesantren sebagai sarana
Dakwah Islamiyah tampak sangat berperan dan kemudian melahirkan
peranan lain Pondok Pesantren dalam Dakwah Islamiyah dan sumber
daya manusia.
c. Peranan sumber daya manusia
Dalam sistem pendidikan Pondok Pesantren diupayakan
pengembangan ketrampilan para santri dalam rangka mencapai tujuan
Pondok Pesantren termasuk dalam hal ini tentunya Dakwah Islamiyah.
Pondok Pesantren dalam tataran ini berperan dalam menyediakan dan
mempersiapkan sumber daya manusia yang terampil dan capble dalam
pemenuhan Dakwah Islamiyah.
3. Pusat pelayanan beragama dan moral
Pelayanan kehidupan bernegara di Indonesia tidak menjadi tanggung
jawab pemerintah saja. Namun keterlibatan masyarakat cukup signifikan
dalam upaya membantu pemerintah dalam pelayanan beragama ini. Pondok
Pesantren sebagai lembaga keagamaan yang mengakar pada masyarakat
tentunya memiliki peranan yang cukup besar dalam mengupayakan pelayanan
kehidupan beragama dan sebagai benteng ummat dalam bidang akhlak.

4. Pusat pengembangan solidaritas dan ukhuwah Islamiyah


Selain dari bentuk ajakan atau saruan atau pemberian contoh untuk
berbuat baik,dakwah Islamiyah yang diselenggarakan oleh Pondok Pesantren
dapat bermacam- macam bentuknya meskipun dikategorikan sebagai dakwah
bi al-hal.Kegiatan ini bahkan lebih efektif dan berpotensi jika diselenggarakan
oleh Pondok Pesantren.
Demikian juga, pedoman penyebaran dan pengembangan Islam
mempunyai tiga bagian;
a. Orang msnyeru atau mengajak orang lain ke jalan Islam dengan "hikmah"
b. Menyampaikan dengan tutur bahasa yang baik (mauidhotul hasanah)
c. Manakala harus terjadi adu argumentasi atau berdebat dengan cara yang
baik pula.
Dengan demikian Pondok Pesantren telah memberikan keikhlasan sendiri
dalam penyelenggaraan kegiatan dengan mentransformasikan dirinya sebagai
pusat pengembangan solidaritas dan ukhuwah Islamiyah.

C. BERBAGAI PESANTREN DI WILAYAH INDONESIA


Berdasarkan data dari pusat penelitian dan pengembangan pendidikan
agama dan keagamaan serta badan litbang dan diklat Kementerian Agama
Republik Indonesia pada tahun 2006, terdapat pesantren tidak kurang dari
14.067 buah jumlah pondok-pondok pesantren yang tersebar luas yang ada di
berbagai wilayah di Indonesia.
Keadaan ini tentunya menunjukkan bahwa pendidikan pondok pesantren
secara kuantitatif mampu berkembang dan tetap menjadi kebutuhan bagi
masyarakat bangsa Indonesia. Persebaran pondok-pondok pesantren yang
terbanyak berada di pulau Jawa, kemudian disusul Sumatera, Kalimantan, dan
di Sulawesi.
Berikut pembahasan tentang pendidikan pesantren di berbagai wilayah di
Indonesia, antara lain :
1). Pondok Pesantren Sidogiri
Pesantren ini berdiri pada tahun 1718. Pendirinya bernama Sayyid
Sulaiman yang secara silsilah masih bersambung sampai ke Rasulullah
SAW. Pada awalnya, Sidogiri adalah area hutan yang belum terjamah
manusia di Pasuruan, Jawa Timur. Sayyid Sulaiman dengan dibantu oleh
santri sekaligus menantunya, yaitu Kyai Aminullah, melakukan babat alas
selama 40 hari untuk mendirikan pondok pesantren.
2). Pondok Pesantren Tegalsari Jetis Ponorogo Jawa Timur.
Pondok pesantren ini termasuk salah satu yang paling bersejarah di
Indonesia. Pesantren Tegalsari didirikan oleh Ageng Hasan Basari pada
abad ke-18. Pesantren ini mempunyai ribuan santri yang berasal dari
seluruh wilayah Indonesia. Di antara sekian banyak santrinya yang
terkenal adalah Pakubuwono II yang merupakan penguasa Kerajaan
Kartasura, Raden Ngabehi Ronggowarsito (seorang pujangga Jawa yang
masyhur), serta tokoh pergerakan nasional H.O.S. Cokroaminoto.
3). Pesantren Al-Hamdaniyah.
Pesantren ini didirikan oleh K.H. Hamdani pada tahun 1787.Lokasi
pesantren terletak di Desa Siwalan Panji, Buduran, Sidoarjo, Jawa
Timur.Pondok ini memiliki bentuk bangunan yang masih asli dan unik,
yakni berdinding anyaman bambu dan diberi jendela pada setiap
kamarnya. Bangunan asrama santri disangga dengan kaki-kaki beton
sehingga membuatnya tampak seperti rumah joglo.Pondok pesantren ini
telah banyak melahirkan ulama-ulama terkemuka.Salah satu yang pernah
menjadi santri adalah pendiri Nahdlatul Ulama, K.H. Hasyim Asy'ari.
4). Pondok Pesantren Darul Ulum Banyuanyar.
Pesantren ini bermula dari sebuah langgar (mushala) kecil yang
didirikan oleh Kiai Itsbat Bin Ishaq sekitar tahun 1787. Beliau adalah
salah sosok ulama karismatik yang terkenal zuhud, tawadhu, dan arif.
Nama Banyuanyar diambil dari bahasa Jawa yang artinya air baru. Hal
itu didasarkan pada penemuan sumber mata air (sumur) yang cukup besar
oleh Kiai Itsbat.Sumber mata air tersebut tidak pernah surut sedikit pun.
Bahkan,hingga kini mata air tersebut masih dapat difungsikan sebagai air
minum bagi santri dan keluarga besar Pondok Pesantren Banyuanyar.Di
pondok inilah Kiai Itsbat mengasuh para santrinya dengan penuh
istiqamah dan kesabaran.Padahal, sarana dan fasilitas yang ada ketika itu
tentunya jauh dari kecukupan atau memadai.
5). Pondok Tremas.
Pondok ini didirikan oleh KH. Abdul Manan pada tahun 1830 setelah
menyelesaikan masa belajarnya di Pondok Tegalsari, Ponorogo. Awalnya,
pondok ini berada di daerah Semanten, yakni sekitar 2 kilometer arah
utara Kota Pacitan.Pada waktu itu,pondok masih dalam taraf permulaan
sehingga santrinya juga belum sebanyak periode sesudahnya.Oleh karena
itu, kitab-kitab yang dipelajari waktu itu juga masih dalam tingkatan
dasar.
6). Pondok Pesantren al-Huda.
Pesantren ini dirintis pada tahun 1801 oleh K.H.Abdurrahman di atas
tanah seluas 3.650 m. Lokasinya berada di Desa Kutosari, Kelurahan
Kebumen, Kecamatan Kebumen.KH.Abdurrahman merupakan mursyid
(guru) Thariqah Naqsyabandiyah Semula,Al Huda adalah nama untuk
mushala yang berada di kompleks pondok.
Tatkala meletus Agresi Militer Belanda I, kiai dan para santri serta
para pejuang muslim Kebumen berjuang melawan tentara Belanda.
Begitu pula agitasi PKI 1960-an kembali membangkitkan suasana
perjuangan di kalangan santri dan kiai.

Anda mungkin juga menyukai