Anda di halaman 1dari 9

Makalah

Biografi KH. Noer Ali

GURU PEMBIMBING
Dra. Hj. Veni Rosfenti, M.Pd

DISUSUN OLEH
Khofifah Yasmin Ulaya (X6)

SMA NEGERI 4 BEKASI


2022/2023

1
Kata Pengantar
Inna hamda lillah, segala puji penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa memberikan
petunjuk serta melimpahkan berkat dan rahmat-Nya, sehingga makalah ini dapat diselesaikan. Penulis
berterima kasih kepada Dra. Hj. Veni Rosfenti, M.Pd selaku guru pembimbing yang telah memberi
bimbingan dalam penulisan makalah ini dan teman – teman saya yang sudah mendukung saya dalam
penulisan makalah ini.
Makalah ini ditulis dalam rangka membuat tugas sejarah yang diberikan pada saya. Dengan judul
“BIOGRAFI KH. NOER ALI”
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan yang disebabkan oleh kemampuan
penulis, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat konstruktif sehingga dapat
menyempurnakan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat membantu kita dalam mengetahui biografi pejuang yang sudah berjuang
dalam kemerdekaan Indonesia.

Bekasi, 01 Oktober 2022

Penulis

2
Daftar Isi

Kata Pengantar .......................................................................................................................................... 2


Daftar Isi ..................................................................................................................................................... 3
Pendahuluan ............................................................................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang ................................................................................................................................. 4
Isi ................................................................................................................................................................. 6
Riwayat Hidup KH. Noer Ali ................................................................................................................ 6
2.1 Biografi KH. Noer Ali .................................................................................................................. 6
2.2 Karir KH. Noer Ali ...................................................................................................................... 8
Daftar Pustaka ........................................................................................................................................... 9

3
Pendahuluan

1.1 Latar Belakang


Peran ulama Nusantara pada abad ke-19 sebenarnya tidak terlepas dari usaha
membebaskan tanah air dan untuk memperoleh keadilan. Perjuangan yang dilakukan pun
dengan berbagai cara, bahkan para ulama rela kehilangan nyawanya demi mendapatkan hak
serta untuk kemakmuran masyarakat. Para ulama memiliki dua peran, pertama sebagai
pengajar, pemikir, maupun pembaharu, kedua sebagai panglima atau pemimpin perang dalam
melawan imprealisme Barat.
Ulama adalah Waratsat al-anbiya (Pewaris Nabi) yang bertugas untuk amar ma’ruf nahi
munkar. Dengan mengemban tugas ini tentunya para ulama tidak bersikap sembarangan
dalam melakukan berbagai tindakan. Semua yang dilakukan haruslah dalam hal posiif,
bahkan sering kali masyarakat mengaggap bahwa ulama sebagai cerminan seseorang yang
patuh dan taat dalam beragama.
Sebagai upaya dan antisipasi terhadap keadaan masyarakat dengan memandang bahwa
alim ulama sebagai tenaga pendidik yang besar pengaruhnya di kalangan masyarakat perlu
diorganisir dengan baik, seiring berjalannya waktu diubahlah BMAU ini menjadi Majelis
Ulama (MU), maka diperlukan keseragaman bentuk Majelis Ulama itu sebagai suatu
gerakan. Majelis ulama ini dibentuk berdasarkan intruksi Penguasa Perang Daerah Swatantra
I Jawa Barat Nomor Instruksi 32/8/P.P.D./1958, tertanggal 11 Agustus 1958, sebagai
kelanjutan pembentukannya pada 12 Juli 1958. Dengan demikian, Majelis Ulama Jawa Barat
terbentuk jauh lebih dahulu dari pada terbentuknya Majelis Ulama Indonesia (MUI) secara
nasional pada tahun 1975.
Lembaga yang berasaskan Islam ini bertujuan untuk “melaksanakan kerja sama dengan alat
Negara Republik Indonesia dalam bidang tugasnya yang sesuai dengan ajaran Islam. Majelis Ulama
Indonesia (MUI) merupakan tempat berkumpul atau wadah bermusyawarah para ulama dan
cendikiawan muslim yang berfungsi untuk mengayomi dan menjaga umat. Selain itu juga Majelis
Ulama Indonesia ini sebagai tempat bersilaturrahmi yang mengandung ukhuwah islamiah, ukhuwah
wathaniyyah, dan ukhuwah insaniyahh untuk mewujudkan masyarakat yang harmonis, damai, aman,
dan sejahtera dalam negara kesatuan republik Indonesia.
Dalam merintis berdiri dan berkembangnya Majelis Ulama ini tentunya banyak tokoh
yang berperan. Tokoh-tokoh tersebut salah satunya yaitu K.H. Noer Alie. Beliau bisa
dibilang sebagai motor penggerak awal berdirnya Majelis Ulama Jawa Barat. Selain itu
beliau juga pernah menjabat sebagai Ketua Umum Majelis Ulama Jawa Barat. Gagasan K.H.
Noer Alie dan para ulama Jawa Barat membentuk Majelis Ulama Jawa Barat ternyata cukup efektif
untuk membina umat. Sehingga pemeritah pusat kemudian menjadikannya sebagai
inspirasi untuk menjadikan Majelis Ulama Indonesia (MUI).
K.H. Noer Alie yang berasal dari bekasi dan mempunyai julukan “Singa Karawang
Bekasi” ini merupakan seorang ulama, pejuang, dan cendikiawan serta sosok beliau sangat
cocok untuk dijadikan panutan. Beliau yang di daerah asalnya di kenal dengan nama julukan
“singa Karawang Bekasi” ini pernah menjabat sebagai Ketua Umum Majelis Ulama Jawa
Barat tahun 1971 sampai 1975 dengan hasil musyawarah setelah kepindahan Mayjen

4
Darsono ke Jakarta Raya. Beliau merupakan sesepuh pesantren Attaqwa di daerah Ujung
Malang (sekarang Ujung Harapan) Bekasi.

5
Isi
Riwayat Hidup KH. Noer Ali

2.1 Biografi KH. Noer Ali


Pada awal abad ke-20 daerah Ujung Malang adalah perkampungan kecil seluas 50 hektare. Secara
administratif masuk wilayah Onder-district Babelan, Distrik Bekasi, Regentschap (kabupaten) Meester
Cornelis, Residensi Batavia.
Pada tahun 1914 di ujung malang lahir jabang bayi laki-laki dan diberi nama Noer Ali, yang berarti
cahaya yang tinggi. Noer Ali lahir dari rahim Maimunah binti Tarbin atas bantuan dukun beranak dari
Kampung Asem, Maklimah. Ayahnya bernama Anwar bin Layu adalah seorang petani yang memiliki tanah
seluas sekitar 1 hektare. Sebagai seorang bapak, Anwar tidak terlalu banyak bicara, namun giat bekerja.
Sedangkan ibunya bekerja sebagai ibu rumah tangga. Kakek Noer Alie bernama Layu, berasal dari Pondok
Ungu. Sedangkan neneknya, Nurhani, berasal dari kampung Sumur, Klender. Berbeda dengan penduduk
kampung kebanyakan yang bekerja sebagai buruh tani, kakek-nenek Noer Ali justru sebagai petani meski
hanya memiliki beberapa bidang tanah. Rumahnya pun tidak seperti buruh tani yang umumnya terbuat dari
bilik, dan tidak juga seperti rumah tuan tanah yang terbuat dari batu bata, melainkan terbuat dari kayu jati.
Dari deskripsi ini terlihat bahwa di kampungnya, keluarga Noer Ali berasal dari keturunan yang bersahaja
dan sederhana. Penghasilan ayah dan ibunya cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari.
Kedua orang tua Noer Ali tidak pernah mengenyam pendidikan barat. Mereka hanya berpendidikan
timur di madrasah dengan pelajaran agama Islam yang lebih dominan dan bahasa Arab sebagai bahasa
pengantar. Meski memiliki keterbatasan ekonomi dan pengetahuan, Anwar amat menyadari betapa
pentingnya menuntut ilmu sehingga berupaya mendorong anak laki-lakinya untuk belajar. Sedangkan anak
perempuannya, sebagaimana kebiasaan masa itu, tidak terlalu banyak diharapkan menempuh pendidikan
tinggi karena bagi mereka perempuan cukup mendapat pengetahuan dasar agama dan keterampilan rumah
tangga.
Noer Ali merupakan putra ke empat dari H. Anwar dan Hj. Maimunah. Ia ditemani ketiga kakaknya
yaitu Thayyeb sebagai kakak pertama, Arfah kakak kedua, dan Maani kakak ketiga. Selain mempunyai
tiga kakak, Noer Alie juga mempunyai 6 orang adik yaitu Marhamah, Marzuqi, Abdurrasyid, Muhyiddin,
Mujtaba, dan hasanah.4 Jika diurutkan dari pernikahan H. Anwar dengan Hj. Maimunah putra-putrinya
secara berurutan yaitu H. Thayyeb, H. Arfah, H. Maani, KH. Noer Ali, H. Marhamah, H. Marzuqi,
Abdurrasyid, H. Muhyiddin, Mujtaba dan Hasanah.
Sejak kecil Noer Ali tampak memiliki satu kelebihan yang kelak akan mempengaruhi
kepemimpinannya. Ketika bermain, Noer Ali tidak mau tampil dibelakang, tidak mau di iringi, ia selalu
ingin tampil di muka sebagai orang pertama meskipun jumlah temannya belasan sampai puluhan. Hampir
setiap permainan yang dimainkan bersama teman-temannya Noer Ali selalu menang. Noer Ali memiliki
cita-cita yang begitu mulia, ia mengutarakan cita-citanya tersebut kepada adiknya, Marhamah. Noer Ali
mengatakan bahwa kelak bila sudah besar ia ingin menjadi pemimpin agama. Semangat cinta tanah air
bernuansa keagamaan merasuk dalam dirinya. Hal ini seiring dengan ungkapan yang sering didengar dari
gurunya tentang Baldatun thoyyibatun warobbun ghofur (negara sejahtera yang dilindungi Allah).
Noer Ali adalah seorang anak yang tekun dan berbakti terhadap kedua orang tua. Hal tersebut
dibuktikan bahwa Noer Ali giat membantu ayah dan ibunya dirumah, seperti mengisi air ke kolam dan
tempayan. Sekalipun kedua orang tuanya mempunyai pembantu ia tetap membantu pekerjaan seperti
menumbuk padi, mencangkul, menanam, dan memanen disawah. Kebiasaan Noer Ali yang sudah tampak
sejak kecil adalah bila bekerja tidak mau melakukan pekerjaan yang sedikit dan tanggung-tanggung. Ia
hanya mau bekerja kalau pekerjaan itu menyeluruh, dari awal sampai akhir, meskipun sarat dengan beban
berat.
Dalam perjalanan kepemimpinan Noer Ali, beberapa kali menjadi pemimpin di pelbagai organisasi
diantaranya menjadi Komandan Batalyon III Hizbullah Bekasi dan pemimpin markas pusat Hizbullah-
Sabilillah (MPHS) Jakarta Raya. Noer Ali juga merupakan politisi santri yang menjabat sebagai Bupati
Kabupaten Jatinegara, turut menjadi pelopor yang mendirikan Kabupaten Bekasi sekaligus menjadi Bupati
Bekasi di masa awal. Noer Ali juga menjadi Ketua Majlis Sjuro Muslimin Indonesia (Masjumi) Bekasi
dan Tokoh Perhimpunan Pelajar Indonesia-Melayu (Perindom) di Kerajaan Arab Saudi. Noer Alie diberi
gelar Kyai Haji oleh Bung Tomo. Selain perjalanannya sebagai seorang pemimpin di berbagai organisasi
baik itu ranah politik, kemasyarakatan, ataupun agama, Noer Ali merupakan sosok Ulama pendidik yang

6
menjadi pendiri pesantren Attaqwa. Ia menjadi pendiri sekaligus Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia
(MUI) Jawa Barat sebelum MUI Pusat berdiri. Noer Ali adalah seorang Tokoh Muslim Nasionalis yang
mempelopori penyerahan kekuasaan negara federal kepada Republik Indonesia lewat deklarasi yang
dihadiri oleh 25-an ribu rakyat Bekasi dan Cikarang. Pelopor pengembalian seluruh wilayah Jawa Barat
kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) pada tahun 1950. Dan hal tersebut yang menjadikan
Noer Ali mendapat gelar Pahlawan Nasional dan Bintang Mahaputra Adipradana dari Presiden Republik
Indonesia pada zaman Presiden SBY.
Noer Alie menikah pada bulan April tahun 1940 dengan Siti Rahmah. Istrinya adalah putri dari
gurunya, yaitu guru Mughni. Beberapa hari setelah pernikahan, Rahmah dibawa ke Ujung malang. Acara
seremonial penyambutan dilakukan berupa syukuran di majelis ta’lim dan masjid Ujung malang. Sesuai
dengan namanya “Rahmah” kehadiran Siti Rahmah dalam keluarga Noer Alie benar-benar membawa
rahmat. Murid pengajian yang mendaftar di pengajian Noer Alie semakin banyak, terutama perempuan
yang langsung diajar oleh Rahmah. Kali ini, murid yang mendaftar bukan saja dari Ujung malang,
melainkan dari kampung lainnya. Seperti Babelan,Kabelan, Marunda, dan Gabus.
Dari hasil pernikahaannya bersama Siti Rahmah, Allah menganugerahkan empat orang putra dan
delapan orang putri, yaitu Hj. Faridah, Hj. Shalihah BA, Abdullah, H. M. Amin Noer Lc., Hj. Atiqoh Noer
MA, Hj. Ulfah Noer, H. Nurul Anwar, Lc., Hj. Wardah Noer, Lc., Dustur, Hj. Abidah Noer, Hikmah, Hj.
Mahmudah Noer. Selain dengan Istri pertamanya, KH. Noer Alie menikah dengan Rahmani (Almarhumah)
istri keduanya, Beliau berdua di anugerahi seorang putri yang diberi nama Hj. Aisyah Noer. Dengan
demikian jumlah putera puteri dari KH. Noer Alie berjumlah 13 orang.
Pada 1945, KH Noer Ali juga membentuk Laskar Rakyat yang menghimpun 200 pemuda untuk
menumbuhkan tekad mereka dalam melawan penjajah. Para pemuda itu datang dari kalangan santri dan
pemuda di sekitar Babelan, Tarumajaya, Cilincing, dan Muara Gembong. Mereka dilatih dasar-dasar
kemiliteran oleh Tentara Keamanan Rakyat (TKR) Bekasi dan Jatinegara. Para pemuda itu juga dilatih
secara mental dan rohani dengan berpuasa selama tujuh hari di Masjid Ujung malang.
Perjuangan KH Noer Ali terekam dalam peristiwa yang terjadi pada 29 November 1945. Pasukan
Inggris melakukan agresi militer ke wilayah Bekasi. Karena jumlah perwira kolonial sudah menipis,
mereka hendak kembali ke Jakarta. Namun, mereka diadang oleh pendekar Bekasi di bawah komando Noer
Ali dan Kapten Madmuin Hasibuan. Serangan tersebut membuat sekutu terpukul mundur dan mengatur
pertahanan ulang. Ketika pada akhirnya Inggris berhasil memantapkan serangan balik, mereka
melayangkan peluru-peluru mortar dan meriam. Pasukan KH Noer Ali banyak yang berguguran. Peristiwa
tersebut pun dikenal sebagai Pertempuran Sasak Kapuk, karena memang terjadi di sekitaran Jembatan
Sasak Kapuk, Pondok Ungu. Gambar 2.1

Gambar 2.1
KH Noer Ali pernah menduduki posisi Ketua Masyumi Cabang Jatinegara pada 19 April 1950. Ia
juga aktif dalam bidang pendidikan dengan menggagas berdirinya Lembaga Pendidikan Islam ((LPI)
sekaligus mendirikan Sekolah Rakyat Islam (SRI) di Jakarta dan Jawa Barat.

Ketika sudah berbagai upaya telah dilakukan oleh KH. Noer Alie dalam perjuangannya untuk
kemerdekaan Indonesia, mencerdaskan bangsa, membangun negara dan mewujudkan perkampungan surga
sehingga membuahkan hasil yang sepadan dari perjuangannya itu, pada bulan Mei 1991 KH. Noer Alie
jatuh sakit. Sembilan bulan kemudian, tepatnya pada hari Rabu, 29 Januari 1992, kurang lebih pukul 19.00
WIB KH. Noer Alie wafat, di panggil oleh Sang Kholiq (Allah SWT) dirumahnya, di tengah - tengah
kompleks Pondok Pesantren Attaqwa yang dirintis olehnya sejak masih muda yaitu di Kampung Ujung
harapan, Desa Bahagia, Bekasi, Jawa Barat. Gambar 2.2

7
Gambar 2.2
2.2 Karir KH. Noer Ali
Selama perjalanan hidup KH. Noer Alie setelah menyelesaikan pendidikannya di Mekah, Beliau
terjun ke dalam beberapa bidang karir diantaranya sebagai seorang petani, Beliau sebagai seorang yang
hidup di pedesaan selalu aktif mengikuti perkembangan pertanian dan memberikan penyuluhan kepada
masyarakat sekitar bagaimana cara bertani yang baik. Pada tahun 1943-1950 pernah bertani cabe
merah,mentimun, jeruk, jambu, semangka dan lain-lain.
Di Jawa Barat, KH. Noer Alie juga tergolong sebagai Ulama yang besar. Dalam karirnya Beliau
pernah menjadi Ketua Umum Majelis Ulama Jawa Barat periode tahun 1971-1975. Selain itu, KH. Noer
Alie juga pernah menjadi seorang politikus. Pada tahun 1950-1959 adalah merupakan tahun-tahun
kesibukannya dalam bidang politik. Beliau menjabat sebagai Ketua Umum Masyumi Jawa Barat, sebagai
Wakil Ketua DPD Kabupaten Bekasi dan Anggota Front Anti Komunis Jawa Barat serta pernah menjadi
anggota Konstituante di Bandung. Semua jabatan beliau itu dilaksanakan dengan baik meski Beliau juga
sibuk mengurus masyakarat yang ada di desanya.
Pada bidang pendidikan, karir Beliau juga membuahkan hasil yang luar biasa. Di ranah pendidikan,
KH. Noer Alie berkarir mulai dari bawah, Beliau mendirikan pesantren kemudian membuat tempat
belajar dan mengajar berupa madrasah yang terus dikembangkan. Pada tahun 1941 KH. Noer Alie sudah
memiliki sekitar 300 murid. Waktu dan zaman terus berkembang, pada tahun 1953 KH. Noer Alie
membentuk organisasi sosial yang diberi nama Pembangunan Pemeliharaan dan Pertolongan Islam (P3).
Maksudnya, P3 akan dijadikan induk pendidikan SRI, Pesantren dan kebutuhan umat Islam lainnya.
Kemudian, pada tahun 1954, KH. Noer Alie menginstruksikan KH. Abdul Rahman untuk mendirikan
pesantren di Bekasi bernama Pesantren Bahagia.
Pada tahun 1962 didukung oleh para guru kepercayaannya, KH. Noer Alie mendirikan Madrasah
Tsanawiyah (MTs) dan Sekolah Persiapan Madrasah Menengah Attaqwa (SPMMA). Sedangkan untuk
pendidikan kaum putri, pada tahun 1964 didirikan Madrasah Al-Baqiatus Shalihat.

8
Daftar Pustaka
digilib.uinsgd.ac.id, 4_BAB 1
digilib.uin-suka.ac.id, 13410079_BAB-II_sampai_SEBELUM-BAB-TERAKHIR.
Metro.sindonews.com, kh noer ali singa karawang bekasi yang bertempur melawan pasukan inggris

Anda mungkin juga menyukai