Disusun oleh :
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya
tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu
Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-
Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas Mata Pelajaran Aqidah Akhlak
dengan judul “Tokoh Nasional dan Perjuangannya”.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini
nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat
banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada
guru Bahasa Indonesia kami yang telah membimbing dalam menulis makalah ini.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.
i
DAFTAR ISI
C. Manfaat ....................................................................................................... 1
Indonesia ..................................................................................................... 2
ii
yang dibawa Wali Songo di Indonesia melalui dakwah ramah dan
berkebudayaan ............................................................................................ 3
A. Kesimpulan ................................................................................................. 7
B. Saran ........................................................................................................... 7
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia adalah negara yang mayoritas rakyatnya menganut agama islam. Namun,
dalam catatan sejarah, ada seorang tokoh islam yang sangat bijaksana dan mampu
menjadi penengah dalam konflik. Beliau mampu menyelesaikan masalah tersebut
dengan memberikan solusi yang adil dan dapat diterima oleh semua pihak diantaranya
yaitu KH Kholil, KH. Hasyim Asy’ari dan K.H. Ahmad Dahlan
Tidak hanya itu, beliau juga ikut berjuang mengisi pemerintahan indonesia setelah
kemerdekaan berhasil diraih. Beliau menduduki kursi pemerintahan dan menjadi
pendamping pemerintah Indonesia padamasa penjajahan.
Merujuk pada pemaparan diatas, kami mengangkat Tokoh Nasional dan
Perjuangannya sebagai judul makalah kami.
B. Rumusan Masalah
1) Bagaimana kisah perjuangan KH Kholil ?
2) Bagaimana kisah perjuangan KH. Hasyim Asy’ari ?
3) Bagaimana kisah perjuangan K.H. Ahmad Dahlan ?
C. Manfaat
Adapun manfaat yang diharapkan dalam pembahasan makalah ini adalah sebagai
berikut :
1. Diharapkan makalah ini dapat memberi manfaat bagi para pembacan
2. Diharapkan makalah ini dapat memberi sedikit banyaknya informasi tentang
Tokoh Nasional beserta Perjuangannya dan semoga menjadi cerminan bagi kita
semua sebagai penerus masa depan.
1
BAB II
PEMBAHASAN
Perjuangan KH Kholil
Jasa Kyai Syaikhona Kholil dalam proses kemerdekaan bangsa Indonesia begitu
besar. Beliau beperan penting dalam perlawanan kolonialisme yang menjajah bangsa.
Lewat pesantren yang ia dirikan, Mbah Kholil mampu menggerekkan santri-santrinya
untuk melakukan perlawanan di wilayah tapal kuda dan pesisir Jawa Tengah.
Beberapa di antara nama murid Mbah Kholil. Dikenallah beberapa tokoh penting
dalam Islamisasi Nusantara melalui organisasinya masing-masing. Seperti, Kiai Hasyim
Asy?ari yang berasal dari Jombang. Tokoh yang mendirikan organisasi Islam
terbesar di Pulau Jawa yang bernama Nahdlatul Ulama (NU).
Lahirnya organisasi terbesar di Jawa itupun merupakan hasil dari proses kreatif
Kiai Kholil yang telah melibatkan diri dalam mewadahi kemampuan dakwah
santrinya di bidang politik. Santri Mbah Kholil lainnya yang cukup aktif berjuang
2
pada masa revolusi kemerdekaan adalah K.H. Abdullah Sajjad. Pada saat agresi militer
Belanda II tahun 1947, beliau memimpin Laskar Sabilillah di Sumenep.
Selanjutnya, K.H. Zaini Abdul Mun?im. Murid Mbah Kholil asal Madura ini
terlibat aktif dalam perjuangan membela hak-hak rakyat, mebela keutuhan bangsa dan
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pada masa penjajahan Jepang, beliau dipercaya
sebagai pimpinan Barisan Pembela Tanah Air (PETA). Selanjutnya, pada masa
perangkemerdekaan, beliau juga dipercaya sebagai pimpinan Sabilillah ketika
melakukan serangan umum tanggal 16 Agustus 1947 terhadap tentara Belanda yang
menguasai Kota Pamekasan. Beliau termasuk sebagai tokoh pejuang menjadi target
operasi Belanda, yang dikejar-kejat karena kegigihannya dan sikap pantang menyerah
dalam melawan kekuatan penjajah. Nama K.H. Saleh Lanteng Banyuwangi juga tak
kalah penting. Murid Mbah Kholil satu ini metrupakan seorang pendekar sakti
keturunan Kesultanan Palembang Sumatera. Selama di Bangkalan, beliau belajar
berbagai ilmu termasuk ilmu-ilmu kesaktian yang digunakan secara langsung untuk
memperbaiki masyarakatnya.
Selain nama-nama tersebut di atas, santri Kiai Kholil yang juga menjadi tokoh
penting adalah K.H. Asy?arie Wonosari. Beliau memiliki kemampuan untuk
merangkul para penjahat untuk kembali kepada ajaran Islam dan melawan penjajah.
Beliau juga mendirikan Pondok Pesantren Daruth Tholabah serta menjadi Pembina
Pertama Jam?iyah Nahdlatul Ulama di wilayah Kabupaten Bondowoso. Pondok ini
kemudian menjadi basis pengembangan ilmu agama, perjuangan kemerdekaan dan
perlawanan terhadap penjajah.
3
Dalam kondisi terjajah itu, keyakinan beragama rawan terombang-ambing
sehingga KH Hasyim Asy’ari kembali bertekad memperkuat akidah dan syariat Islam
kepada Muslim Nusantara yang terlebih dahulu sudah dilakukan oleh Wali Songo.
Tentu saja sembari berjuang melepaskan bangsa Indonesia dari kungkungan penjajahan
dan meningkatkan kualitas sumberdaya manusia Indonesia dengan ilmu. Dari sini KH
Hasyim Asy’ari merupakan sosok ulama yang terus mendorong rakyat untuk tekun
belajar dan menuntut ilmu. Beliau belajar dari pesantren satu ke pesantren lainnya.
Tidak cukup menggali ilmu di dalam negeri, beliau juga memperkuat keilmuannya
dengan belajar di Tanah Hijaz, Makkah. Setelah beberapa tahun menuntut ilmu di
Makkah, Muhammad Asad Syihab dalam buku biografi KH Hasyim Asy’ari yang
ditulisnya mencatat bahwa Hadhratussyekh pulang ke Tanah Air tidak membawa gelar
besar yang kosong, tidak pula membawa harta dunia yang bertumpuk, namun kembali
di dadanya ilmu yang bermanfaat untuk diajarkan kepada warga dan anak negerinya,
memberi bimbingan dan pendidikan kepada mereka, dan menghidupi mereka dengan
ruh Islam. KH Hasyim Asy’ari berpesan: “Bangsa tidak akan jaya jika warganya bodoh.
Hanya dengan ilmu suatu bangsa menjadi baik.” (Muhammad Asad Syihab,
Hadlratussyaikh Muhammad Hasyim Asy’arie: Perintis Kemerdekaan Indonesia, terj.
KH A Mustofa Bisri, 1994: 18) Muhammad Asad Syihab dalam bukunya itu menyebut
Kiai Hasyim Asy’ari dengan sebutan al-‘Allamah. Dalam tradisi Timur Tengah, istilah
tersebut diberikan kepada orang yang mempunyai pangkat keulamaan dan keilmuan
yang tinggi. Meskipun Kiai Hasyim Asy’ari mumpuni dalam ilmu agama, tetapi ia tidak
menutup mata terhadap bangsa Indonesia yang masih dalam kondisi terjajah.
Kegelisahannya itu dituangkan dalam sebuah pertemuan di Multazam bersama para
sahabat seangkatannya dari Afrika, Asia, dan juga negara-negara Arab sebelum Kiai
Hasyim kembali ke Indonesia.
Pertemuan tersebut terjadi pada suatu di bulan Ramadhan, di Masjidil Haram,
Makkah. Singkat cerita, dari pertemuan tersebut lahir kesepakatan di antara mereka
untuk mengangkat sumpah di hadapan “Multazam”, dekat pintu ka’bah untuk
menyikapi kondisi di negara masing-masing yang dalam keadaan terjajah. Isi
kesepakatan tersebut antara lain ialah sebuah janji yang harus ditepati apabila mereka
sudah sampai dan berada di negara masing-masing. Sedangkan janji tersebut berupa
tekad untuk berjuang di jalan Allah SWT demi tegaknya agama Islam, berusaha
mempersatukan umat Islam dalam kegiatan penyebaran ilmu pengetahuan serta
pendalaman ilmu agama Islam. Bagi mereka, tekad tersebut harus dicetuskan dan
dibawa bersama dengan mengangkat sumpah. Karena pada saat itu, kondisi dan situasi
sosial politik di negara-negara Timur hampir bernasib sama, yakni berada di bawah
kekuasaan penjajahan bangsa Barat. (Choirul Anam, Pertumbuhan dan Perkembangan
NU, 1985) Sesampainya di tanah air, KH menepati janji dan sumpahnya saat di
Multazam. Pada tahun 1899 M, beliau mendirikan Pondok Pesantren Tebuireng di
Jombang, Jawa Timur. Dari pesantren ini kemudian dihimpun dan dilahirkan calon-
calon pejuang Muslim yang tangguh, yang mampu memelihara, melestarikan,
mengamalkan, dan mengembangkan ajaran Islam ke seluruh pelosok Nusantara. Kiai
Hasyim merupakan ulama abad 20 yang telah berhasil melahirkan ribuan kiai.
pendirian wadah pesantren itu juga untuk melawan ketidakperikemanusiaan
penjajah Belanda dan juga Nippon (Jepang). Sejarah mencatat, hanya kalangan
pesantren yang tidak mudah tunduk begitu saja di tangan penjajah. Dengan perlawanan
4
kulturalnya, Kiai Hasyim dan pesantrennya tidak pernah luput dari spionase Belanda.
Langkah awal perlawanan kultural yang dilakukan oleh pesantren menunjukkan bahwa
pondok pesantren tidak hanya menjadi tempat menempa ilmu agama, tetapi juga
menjadi wadah pergerakan nasional hingga akhirnya bangsa Indonesia mencapai
kemerdekaan hakiki secara lahir dan batin. Kemerdekaan ini tentu hasil perjuangan
seluruh rakyat Indonesia. Tetapi tentu saja peran ulama pesantren sebagai motor,
motivator, sekaligus negosiator tidak bisa dielakkan begitu saja. Asad Syihab mencatat,
ketika menangani penataan pesantren, Hadhratussyekh KH Hasyim Asy’ari
menghadapi banyak tantangan dan rintangan. Kiai Hasyim Asy’ari dengan gigih
menghadapi segala kesulitan dan hambatan dari pihak pemerintah kolonial Hindia
Belanda kala itu, yang hanya menginginkan kaum Muslimin dalam posisi terbelakang
sehingga tak bisa melakukan perlawanan terhadap kolonialisme. Berbagai upaya
dilakukan oleh Belanda, termasuk melakukan upaya kekerasan dengan menghancurkan
pesantren. Untuk membenarkan tindakan represifnya itu, Belanda berdalih dan
menuduh bahwa pesantren merupakan wadah perusuh, pemberontak, dan orang-orang
Islam ekstrem. (Muhammad Asad Syihab, 1994: 19) Tidak hanya itu, tindakan Belanda
juga mengancam keselamatan jiwa KH Hasyim Asy’ari sehingga para santri kala itu
berupaya keras menjaga keselamatan gurunya tersebut meskipun harus berhadapan
dengan bedil-bedil Belanda. Perlawanan Belanda surut. Tetapi upayanya tidak pernah
berhenti. Namun, kaum santri dan umat Islam semangatnya justru semakin membuncah
dalam membela tanah air dan kemerdekaan bangsa Indonesia.
C. K.H Ahmad Dahlan dan Perjuangan dakwah di berbagai kota dan melakukan
pendekatan lewat jaringan-jaringan dagangnya
Sosok Ahmad Dahlan melekat erat dalam kisah perjalanan Indonesia. 'Sang
Pencerah' yang berasal dari Kauman, Yogyakarta, ini merupakan pendiri
Muhammadiyah, salah satu ormas terbesar di Indonesia yang banyak berperan di bidang
sosial, pendidikan dan kesehatan.
Ahmad Dahlan lahir dari Yogyakarta pada 1 Agustus tahun 1868. Dahlan muda,
yang dikenal dengan nama Muhammad Darwis, pada umur 15 tahun berangkat menuju
Makkah untuk menunaikan ibadah haji dan belajar agama.
Lahir dari orang tua yang kental dengan ilmu keagamaan, Ahmad Dahlan
mengikuti jejak ayahnya, K.H Abu Bakar, yang merupakan ulama masjid kesultanan
Yogyakarta. Selama di Mekkah, Ahmad Dahlan belajar dari Syeh Ahmad Khatib dan
ulama-ulama lainnya dan mempelajari pemikiran dari Muhammad Abduh, Abdil
Wahhab, Jamaluddin Al-Afghani,dan Rasyid Ridha.
Setelah kembali ke tanah air, Ahmad Dahlan menikah dengan Siti Walidah yang
kelak menjadi pahlawan nasional. Siti walidah merupakan pendiri dari gerakan
perempuan Aisyiah. Ajaran yang dikembangkan Ahmad Dahlan adalah berfokus pada
sunnah dan Alquran.
Dakwah yang dilakukan oleh Ahmad Dahlan tidaklah selalu mulus. Pertentangan
dan penolakan hingga ancaman pembunuhan dialami Dahlan dalam mengembangkan
Muhammadiyah. Ketika surat permohonan pembentukan badan hukum Muhammadiyah
dikeluarkan pemerintah Hindia Belanda, Ahmad Dahlan hanya dapat melakukan
aktivitasnya di Yogyakarta.
5
Tidak kehabisan akal, Ahmad Dahlan tetap melakukan dakwah di berbagai kota
dan melakukan pendekatan lewat jaringan-jaringan dagangnya. Muncul ketakutan
pemerintah Hinda Belanda saat itu terkait perkembangan Muhammadiyah. Lewat
aktivitas dakwah dan jaringannya, berbagai macam dukungan datang dari luar
Yogyakarta untuk Muhammadiyah.
Pada suatu waktu, Muhammadiyah dianggap melakukan tafsir Alquran yang baru
oleh organisasi Islam lainnya pada kongres Al-Islam di Cirebon. Mengenai kritikan itu,
Ahmad Dahlan menjawab:
6
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dengan selesainya makalah tentang Tokoh Nasional Indonesia, saya ucapkan
terimakasih kepada pihak yang telah membantu dan memberi informasi untuk
Menyusun makalah ini.
Saya sadar makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Karena dari itu, saya
mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak serta bimbingan yang lebih
membangun lagi untuk saya. Saya juga mohon maaf apabila ada kesalahan kata-kata
dan pengetikan karena masih dalam tahap pembelajaran.
Laporan ini dibuat berdasarkan informasi yang telah kami terima dari berbagai
sumber.
B. Saran
Berbagai sajian materi tentang KH. Ahmad Dahlan ini maka adapun saran
yang ingin disampaikan :
Hendaknya kita sebagai generasi pelanjut Risalah Islam dalam Muhammadiyah
untuk meneladani perjuangan KH. Ahmad Dahlan
Hendaknya Pemikiran-pemikiran KH. Ahmad Dahlan terus dikembangankan dan
direalisasikan dalam bentuk kerja nyata.
Hendaknya Adanya masukan atau kritikan yang bersifat membangun sehingga dalam
penyusunan makalah-makalah selanjutnya dapat lebih baik
7
DAFTAR PUSTAKA
Musthafa kemal Pasha dan Ahmad Adaby Darba, , 2002. Muhammadiyah sebagai
Gerakan Islam, Cet. II. Yogyakarta : Lembaga Pengkajian dan Pengamalan
Islam
Nata, Abuddin, 2001. Peta Keragaman Pemikiran Islam di Indonesia (Cet I: PT. Raja
Grafindo Persada
Nizar, Samsul. 2008. Sejarah Pendidikan Islam, Menelusuri Jejak Sejarah Pendidikan
Era Rasulullah Sampai Indonesia, Jakarta; Kencana
Noer, Deliar. 1996. Gerakan Moderen Islam di Indonesia 1900-1942. Jakarta: Penerbit
Pustaka LP3ES
http://insandiksatrasia.blogspot.com/2019/01/perjuangan-kh-hasyim-asyari-dalam.html
https://www.nu.or.id/post/read/122366/kh-hasyim-asy-ari-meletakkan-perjuangan-
melawan-penjajah-dengan-mendirikan-pesantren
https://www.kompasiana.com/zettyrizkar/59ec3927f7afdd66635670e2/perjuangan-k-h-
ahmad-dahlan#:~:text=Pada%20tanggal%2018%20November%201912,melaksanakan
%20pembaharuan%20Islam%20di%20Indonesia.&text=Beliau%20ditetapkan
%20sebagai%20Pahlawan%20Nasional,melalui%20pembaharuan%20Islam%20dan
%20pendidikan.
https://news.detik.com/berita/d-2976229/kisah-perjuangan-ahmad-dahlan-sang-
pencerah-kembangkan-muhammadiyah