Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

“KISAH ABDURRAHMAN BIN AUF & ABU DZAR AL-GHIFARI

DISUSUN OLEH :

1. ALFIN INDAH KHIKMIA.


2. BERNIKA AJENG HARUM .P.
3. FIDA WAHYU NURDIANTI.
4. NAADIYAH ROEBBI .M.
5. SHOFI EKA PRATIWI.

KELAS: XI-IPA 2

GURU MATA PELAJARAN: LAILATUR ROHMA M.pd.I

SMA SHAFTA SURABAYA

TERAKREDITASI “A”

JL. RAYA LONTAR CITRA 177 B, SURABAYA TELP (O31) 7531780

TAHUN PELAJARAN 2017/2018


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................... i


DAFTAR ISI ......................................................................................ii

BAB 1 PENDAHULUAN................................................................. 1

1.1 Latar Belakang.............................................................. 1


1.2 Rumusan Masalah ....................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan ........................................................ 2

BAB 2 PEMBAHASAN ................................................................... 2


2.1 Biografi hidup Abdurrahman Bin Auf .......................... 3

2.2 Biografi hidup Abu Dzar Al – Ghifari ........................... 4

2.3 Hal – Hal yang dapat di teladani ................................. 4

BAB 3 PENUTUP ...........................................................................

2.4 Kesimpulan .................................................................

DAFTAR PUSTAKA .........................................................................


Kata pengantar

          Assalamualaikum.wr.wb
            Puji syukur penulis haturkan kepada Allah SWT yang gelah melimpahkan segla nikmat
dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah aqidah akhladengan
mengangkat sebuah judul “Abdurrahman bin auf dan abidzar al-ghifari”
            Selama penulis membuat makalah ini tak jarang penulis  menemukan sebuah masalah
yang membuat penulis sedikit membutuhkan waktu untuk menyelesaikan makalah ini. Adapun
masalah yangpenulis hadapi dalam penulisan ini adalah kurangnya waktu karena banyaknya
tugas lain maupun ulangan yang penulis hadapi yang mana deathlinenya lebih dekat, selain itu
karena terbatasnya fasilitas wi-fi dalam pencarian sumber, serta terlalu banyaknya sumber yang
mana berisi informasi yang sedikit berbeda satu dengan yang lain sehingga membuat penulis
kebingungan.
            Tentunya dalam penulisan ini adanya keterlibatan pihak lain yang membantu penulis
dalam penyelesaian makalah ini, yakni berupa informasi yang diberikan oleh teman-teman
seputar makalah tersebut. Untuk itu penulis meminta kepada guru maupun pembaca untuk
mengkrikitik makalah tersebut, terutama kekuranganya agar penulis dapat menulis lebih baik
lagi untuk kedepannya.
            Sekian yang dapat penulis sampaikan, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semua. Terimakasih.

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Abdurrahman Bin Auf dilahirkan kira-kira sepuluh tahun setelah tahun Gajah dan
termasuk orang yang terdahulu masuk Islam. Dia berhijrah sebanyak dua kali dan ikut serta
dalam perang Badar dan peperangan lainnya. Saat masih jahilillah, ia bernama `Abdul Ka`bah
atau `Abdu `Amr; kemudian diberi nama `Abdurrahmân oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam. Ibunya bernama Shafiyah. Sedangkan ayahnya bernama `Auf bin `Abdu `Auf bin `Abdul
Hârits bin Zahrah.

          Abdurrahman bin Auf termasuk garda terdepan penerima ketauhidan yang dibawa oleh
Rasulullah Saw. Ia adalah sahabat Abu Bakar dan termasuk orang kelima yang di Islamkan
olehnya. Sebagai seorang pengusaha, ia tidak apatus dengan peperangan. Ia mendapatkan 20
hujaman dan giginya rontok dalam perang Uhud. Ia menyadari, pengorbanan yang harus
diberikan kepada Islam bukan hanya harta tetapi juga jiwa.
        Sedangkan Abu Dzar adalah salah satu sahabat nabi yang terdahulu memeluk Islam. Ia
mendatangi Nabi Muhammad langsung ke Mekkah untuk menyatakan keislamannya. Abu Dzar
Al Ghifari berasal dari suku Ghifar.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan diatas dapat dirumuskan
rumusan masalah sebagai berikut :

1.    Siapakah abdurrahman bin auf?


2.    Siapakah abu dzar al-ghifari?
3.    Sifat-sifat apa sajakah yang dapat kita teladani dari keduanya?

1.3. Tujuan Penulisan


1.      Untuk memberi pengetahuan baru tentang sahabat nabi
2.      Untuk memberi cakrawala baru pada pembaca perihal sejarah hidup Abdurrahman bin Auf
dan Abu Dzar Al – Ghifari.
3.      Memberi pengetahuan baru kepada pembaca perihal  biografi hidup Abdurrahman bin Auf
dan Abu Dzar Al – Ghifari.
4.      Bagi peneliti, makalah ini sebagai penambah ilmu pengetahuan dan wawasan.
5.      Bagi pihak lain, makahlah ini sebagai bahan pertimbangan dan acuan untuk penelitian lebih
Lanjut.

BAB II

PEMBAHASAN

A.      BIOGRAFI ABDURRAHMAN BIN AUF

Abdurrahman Bin Auf dilahirkan kira-kira sepuluh tahun setelah tahun Gajah dan
termasuk orang yang terdahulu masuk Islam. Dia berhijrah sebanyak dua kali dan ikut serta
dalam perang Badar dan peperangan lainnya. Saat masih jahilillah, ia bernama `Abdul Ka`bah
atau `Abdu `Amr; kemudian diberi nama `Abdurrahmân oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam. Ibunya bernama Shafiyah. Sedangkan ayahnya bernama `Auf bin `Abdu `Auf bin `Abdul
Hârits bin Zahrah.
          Abdurrahman bin Auf termasuk garda terdepan penerima ketauhidan yang dibawa
olehRasulullah Saw. Ia adalah sahabat Abu Bakar dan termasuk orang kelima yang di Islamkan
olehnya. Sebagai seorang pengusaha, ia tidak apatus dengan peperangan. Ia mendapatkan 20
hujaman dan giginya rontok dalam perang Uhud. Ia menyadari, pengorbanan yang harus
diberikan kepada Islam bukan hanya harta tetapi juga jiwa.
Ikut berhijrah

            Berhijrah ke Habasyah adalah salah satu tugasnya dalam menjalankan roda


dakwahRasulullah Saw. Sesungguhnya hijrah yang pertama dilakukan oleh kaum Muslimin
adalah ke Habasyah. Mereka berpindah karena gangguan dari kaum musyrikin Quraisy yang
semakin menjadi. Ada yang menganggap kepergiannya adalah refleksi dari kegentarannya
menghadapi ujian keimanan. Namun, Allah Swt. Menjelaskan, hijrah adalah sesuatu yang
diharuskan jika tantangan di tempat asal sudah sangat besar.

             Dengan kemampuannya dalam berbisnis, Abdurrahman bin Auf juga membawa seluruh
kekayaannya ketika berhijrah ke Madinah. Di perjalanan kekayaannya dirampas oleh Quraisy,
penguasa Mekkah. Ia dan Suhaib Ar Rumi kehilangan seluruh harta kekayaannya.

Menikah
    
   Dalam keadaan demikian, Abdurrahman bin Auf tidak menyerah. Rasulullah Saw.
mempersaudarakan orang-orang yang berhijrah yang kebanyakan pedagang dengan orang-
orang asli Madinah yang mayoritas petani. Di Madinah, Abdurrahman bin Auf dipersaudarakan
dengan Sa’ad ibnu Arabi Alausani. Ia memberikan sebagian harta dan menawarinya seorang
calon istri. Abdurrahman bin Auf hanya berkata, “Semoga Allah Swt. memberkahi hartamu dan
keluargamu, tunjukkanlah kepadaku di mana pasar.”
      Abdurrahman bin Auf memang pebisnis yang handal. Dengan modal secukupnya ia
berjualan keju dan minyak samin, bangkit dan mampu menikah dengan salah satu perempuan
Anshar. Setelah menikah dengan memberi mahar sebutir emas (seberat sebutir
kurma) Rasulullah Sawmemintanya mengadakan walimah. Ini adalah pertanda, pernikahan
sesederhana apa pun harus dilanjutkan dengan walimah meskipun hanya dengan menyembelih
seekor kambing.

Menginfakkan harta di jalan Allah 

        Dalam beberapa waktu, Abdurrahman bin Auf menjadi orang kaya dan Rasulullah Saw,
berkata kepadanya, “Wahai Abdurrahman bin Auf, kamu sekarang menjadi orang kaya dan
kamu akan masuk surga dengan merangkak (mengingsut). Pinjamkanlah hartamu agar lancar
kedua kakimu” (H.R. Al-Hakim).
        Pernyataan itu membuat Abdurrahman bin Auf berpikir keras dan banyak menginfakkan
hartanya di jalan Allah Swt. Ia berkata, “Kalau bisa aku ingin masuk surga dengan melangkah
(berjalan kaki)”. Ia berlomba dengan pebisnis lain, yaitu  Utsman bin Affan dalam bersedekah.
Abdurrahman bin Auf memberikan separuh hartanya untuk dakwah Rasulullah Saw.
`      Abdurrahman bin Auf pernah menjual tanahnya seharga 40 ribu dinar, kemudian membagi-
bagikan uang tersebut kepada para fakir miskin bani Zuhrah, orang-orang yang membutuhkan
dan kepada Ummahâtul Mukminin (para istri Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam).
Rasulullah Saw berkata, “Semoga Allah Swt memberkahi apa yang kamu tahan dan kamu
berikan.“ Abdurrahman bin Auf hartanya menjadi berlipat ganda sehingga ia tak pernah merasa
kekurangan.
         Setelah Abdurrahman bin Auf bersedekah, turunlah firman Allah Swt, “Orang-orang yang
menafkahkan hartanya di jalan Allah Swt kemudian ia tidak mengiringi apa yang
dinafkahkannya dengan menyebut-nyebut pemberiannya dan dengan menyakiti perasaan (si
penerima), mereka mendapat pahala di sisi Rabb mereka. Tidak ada kekhawatiran terhadap
mereka dan tidak pula merasakan bersedih hati.”

Wafatnya Abdurrahman Bin Auf

        Sebelum wafat, Abdurrahman bin Auf menginfakkan 400 dinar hartanya untuk peserta
perang Badar  yang masih hidup. Setiap orang mendapatkan empat dinar termasuk Ali R.a.
danUtsman R.a. Ia juga memberikan hadiah kepada Umul Mukminin (janda-janda Nabi
Saw). Aisyah R.a. pun berdo’a untuknya, “Semoga Allah Swt memberi minum kepadanya air
dari mata air salsabila di surga”.
        Abdurrahman bin Auf wafat pada tahun 32 H dalam usia 75 tahun. Ia dishalatkan oleh
saingannya dalam berinfak di jalan Allah Swt, yaitu Utsman R.a. Ia di usung oleh Sa’ad bin Abi
Waqqas ke pemakaman Al Baqi. Setelah Abdurrahman bin Auf wafat, Ali berkata, “Pergilah
wahai Ibnu Auf, kamu telah memperoleh kejernihan dan meninggalkan kepalsuan
(keburukannya)”. (H.R. Al-Hakim).

B.      BIOGRAFI ABU DZAR AL GHIFARI

Abu Dzar adalah salah satu sahabat nabi yang terdahulu memeluk Islam. Ia


mendatangi Nabi Muhammad langsung ke Mekkah untuk menyatakan keislamannya. Abu Dzar
Al Ghifari berasal dari suku Ghifar.

Bani Ghifar

                Bani Ghifar adalah qabilah Arab suku badui yang tinggal di pegunungan yang jauh dari
peradaban orang-orang kota. Lebih-lebih lagi suku ini terkenal sebagai gerombolan perampok
yang senang berperang dan menumpahkan darah serta pemberani. Bani Ghifar terkenal juga
sebagai suku yang tahan menghadapi penderitaan dan kekurangan serta kelaparan. Latar
belakang tabi’at kesukuan, apakah itu tabiat yang baik ataukah tabi’at yang jelek, semuanya
terkumpul pada diri Abu Dzar.

Sebelum Masuk Islam

              Tidak diketahui pasti kapan Abizar lahir. Sejarah hanya mencatat, ia lahir dan tinggal
dekat jalur kafilah Mekkah, Syria. Riwayat hitam masa lalu Abizar tak lepas dari keberadaan
keluarganya.
       Abizar yang dibesarkan di tengah-tengah keluarga perampok besar Al Ghiffar saat itu,
menjadikan aksi kekerasan dan teror untuk mencapai tujuan sebagai profesi keseharian. Itu
sebabnya, Abizar yang semula bernama Jundab, juga dikenal sebagai perampok besar yang
sering melakukan aksi teror di negeri-negeri di sekitarnya.
         Kendati demikian, Jundab pada dasarnya berhati baik. Kerusakan dan derita korban yang
disebabkan oleh aksinya kemudian menjadi titik balik dalam perjalanan hidupnya: Insyaf dan
berhenti dari aksi jahatnya tersebut. Bahkan tak saja ia menyesali segala perbuatan jahatnya
itu, tapi juga mengajak rekan-rekannya mengikuti jejaknya. Tindakannya itu menimbulkan
amarah besar sukunya, yang memaksa Jundab meninggalkan tanah kelahirannya.
       Bersama ibu dan saudara lelakinya, Anis Al Ghifar, Abizar hijrah ke Nejed Atas, Arab Saudi.
Ini merupakan hijrah pertama Abizar dalam mencari kebenaran. Di Nejed Atas, Abizar tak lama
tinggal. Sekalipun banyak ide-idenya dianggap revolusioner sehingga tak jarang mendapat
tentangan dari masyarakat setempat.

Awal masuk Islam

                  Nama lengkapnya yang mashur ialah Jundub bin Junadah Al Ghifari dan terkenal
dengan kuniahnya Abu Dzar. Di suatu hari tersebar berita di kampung Bani Ghifar, bahwa telah
muncul di kota Makkah seorang yang mengaku sebagai utusan Allah dan mendapat berita dari
langit. Berita ini membuat penasaran Abu Dzar, sehingga dia mengutus adik kandungnya, Unais
Al Ghifari untuk mencari berita ke Makkah. Unais sendiri adalah seorang penyair yang sangat
piawai dalam me nggubah syair-syair Arab.
        Setelah beberapa lama, kembalilah Unais kekampungnya dan melaporkan kepada Abu Dzar
tentang yang dilihat dan didengar di Makkah berkenaan dengan berita tersebut. Unais
menjelaskan bahwa ia telah menemui seseorang yang menyeru kepada kebaikan dan
mencegah dari perbuatan jelek. Orang tersebut adalah yang benar ucapannya.
      Abu dzar semakin penasaran sehingga iapun pergi ke mekah, saat itu ia bertemu dengan Ali
bin Abi Thalib, kemudian Ali bin Abi Thalib mengajaknya pergi  menemui rasulullah.
       Inilah saat yang paling dinanti oleh Abu Dzar dan ketika Rasulullah menawarkan Islam
kepadanya, segera Abu Dzar menyatakan masuk Islam dituntun Nabi Muhammad sallallahu
alaihi wa aalihi wasallam dengan mengucapkan dua kalimah syahadat. Rasulullah sallallahu
alaihi wa aalihi wa sallam berwasiat kepadanya : “Wahai Aba Dzar, sembunyikanlah
keislamanmu ini, dan pulanglah ke kampungmu !, maka bila engkau mendengar bahwa kami
telah menang, silakan engkau datang kembali untuk bergabung dengan kami”.
       Mendengar wasiat tersebut Abu Dzar menegaskan kepada Rasulullah sallallahu alaihi wa
aalihi wa sallam: “Demi yang Mengutus engkau dengan kebenaran, sungguh aku akan
meneriakkan di kalangan mereka bahwa aku telah masuk Islam”. Dan Rasulullah mendiamkan
tekat Abu Dzar tersebut.
      Setelah menyatakan keislamannya, ia berkeliling Mekkah untuk meneriakkan bahwa ia
seorang Muslim, hingga ia dipukuli oleh suku Quraisy. Atas bantuan dari Abbas bin Abdul
Muthalib, ia dibebaskan dari suku Quraisy, setalah suku Quraisy mengetahui bahwa orang yang
dipukuli berasal dari suku Ghifar.
Hijrah Ke Al Madinah

         Dengan telah masuk Islamnya seluruh kampung Bani Ghifar, dan setelah peperangan
Badar, Uhud dan Khandaq, Abu Dzar bergegas menyiapkan dirinya untuk berhijrah ke Al
Madinah dan langsung menemui Rasulullah sallallahu alaihi wa aalihi wasallam di masjid beliau.
Dan sejak itu Abu Dzar berkhidmat melayani berbagai kepentingan pribadi dan
keluarga Rasulullah sallallahu alaihi wa aalihi wasallam. Dia tinggal di Masjid Nabi dan selalu
mengawal dan mendampingi Nabi sallallahu alaihi wa aalihi wasallam kemanapun beliau
berjalan.
         Begitu dekatnya Abu Dzar dengan Rasulullah sallallahu alaihi wa aalihi wasallam, dan
begitu sayangnya beliau kepada Abu Dzar, sehingga disuatu hari pernah Abu Dzar meminta
jabatan kepada Rasulullah sallallahu alaihi wa aalihi wa sallam. Maka beliau langsung
menasehatinya :
(tulis hadisnya di Thabaqat Ibnu Sa’ad 3 / 164)
“Sesungguhnya engkau adalah orang yang lemah, dan sesungguhnya jabatan itu adalah
amanah, dan sesungguhnya jabatan itu akan menjadi kehinaan dan penyesalan bagi orang
yang menerima jabatan itu, kecuali orang yang mengambil jabatan itu dengan cara yang benar
dan dia menunaikan amanah jabatan itu dengan benar pula”. HR. Ibnu Sa’ad dalam
Thabaqatnya.
Rasulullah sallallahu alaihi wa aalihi wa sallam pernah berpesan kepadanya :
(tulis haditsnya di kitab Hilyatul Auliya’ 1 / 162)
“Wahai Abu Dzar, engkau adalah seorang yang shaleh, sungguh engkau akan ditimpa berbagai
mala petaka sepeninggalku”. Maka Abu Dzarpun bertanya : Apakah musibah itu sebagai ujian
di jalan Allah ?”, Rasulullahpun menjawab : “Ya, di jalan Allah”. Dengan penuh semangat Abu
Dzarpun menyatakan : “Selamat datang wahai mala petaka yang Allah taqdirkan”. HR. Abu
Nu’aim Al Asfahani dalam kitab Al Hilyah jilid 1 hal. 162.

Pendirian Abu Dzar 

           Abu Dzar sangat keras dengan pendiriannya. Dia berpendapat bahwa menyimpan harta
yang lebih dari keperluannya itu adalah haram. Sedangkan keumuman para Shahabat
Nabiberpendapat, bahwa boleh menyimpan harta dengan syarat bahwa harta itu telah dizakati
(yakni dikeluarkan zakatnya). Bahkan Abu Dzar menjauh dari para Shahabat Nabi sallallahu
alaihi wa aalihi wasallam yang mulai makmur hidupnya karena menjabat jabatan di
pemerintahan.

Meninggal dunia di tempat pengasingan :

             Dengan sikap hidup yang demikian, Abu Dzar tidak punya teman dari kalangan sesama
para Shahabat Nabi sallallahu alaihi wa aalihi wasallam. Dia pernah tinggal di negeri Syam di
zaman pemerintahan Utsman bin Affan radhiyallahu anhu. Waktu itu gubernur negeri Syam
adalahMu’awiyah bin Abi Sufyan radhiyallahu anhu. Maka Mu’awiyah merasa terganggu
dengan sikap hidupnya, sehingga meminta kepada Amirul Mu’minin Utsman bin Affan untuk
memanggilnya ke Madinah kembali. Abu Dzar akhirnya dipanggil kembali ke Madinah
oleh Utsman dan tentu dia segera menta’ati panggilan itu. Sesampainya di Madinah segera saja
Abu Dzar menghadap Amirul Mu’minin Utsman bin Affan. Abu Dzar diberi tahu oleh Amirul
Mu’minin bahwa dia dikehendaki untuk tinggal di Madinah menjadi orang dekatnya Amirul
Mu’minin Utsman. Mendengar penjelasan itu Abu Dzar menegaskan kepada beliau : “Wahai
Amirul Mu’minin, aku tidak senang dengan posisi demikian. Izinkanlah aku untuk tinggal di
daerah perbukitan Rabadzah di luar kota Madinah”. Di sanalah beliau wafat.
            Saat wafat ia dikafani dengan jubah hasil pintalan ibu dari seorang pemuda Anshar. Saat
bertemu Abu dzar, pemuda itu memiliki dua buah jubah, satu ada di kantong tas baju, sedang
yang lainnya ialah baju yang sedang dipakai.
          Abu Dzar amat gembira, kemudian dengan serta merta menyatakan
kepadanya :“Engkaulah orang yang aku minta mengkafani jenazahku nanti dengan jubbahmu
itu”. Dengan penuh kegembiraan, Abu Dzar menghembuskan nafas terakhirnya.
BAB III
PENUTUP

2.4 Kesimpulan
   Abdurrahman bin Auf termasuk garda terdepan penerima ketauhidan yang dibawa oleh
Rasulullah Saw. Ia adalah sahabat Abu Bakar dan termasuk orang kelima yang di Islamkan
olehnya. Sebagai seorang pengusaha, ia tidak apatus dengan peperangan. Ia mendapatkan
20 hujaman dan giginya rontok dalam perang Uhud. Ia menyadari, pengorbanan yang harus
diberikan kepada Islam bukan hanya harta tetapi juga jiwa.

Abu Dzar al Ghiffari sosok yang benar-benar telah menghias sejarah hidupnya dengan
bintang kehormatan tertinggi. Dengan berani ia selalu siap berkorban untuk menegakkan
kebenaran Allah dan Rasul-Nya.Tanpa tedeng aling-aling ia bangkit memberontak terhadap
penyembahan berhala dan kebatilan dalam segala bentuk dan manifestasinya. Kejujuran
dan kesetiaan Abu Dzar dinilai oleh Rasulullah Saw sebagai "cahaya terang benderang."

Pada pribadi Abu Dzar tidak terdapat perbedaan antara lahir dan batin. Ia satu dalam
ucapan dan perbuatan. Satu dalam fikiran dan pendirian. Ia tidak pernah menyesali diri
sendiri atau orang lain, namun ia pun tidak mau disesali orang lain. Kesetiaan pada
kebenaran Allah dan Rasul-Nya terpadu erat degan keberaniannya dan ketinggian daya-
juangnya. Dalam berjuang melaksanakan perintah Allah Swt dan Rasul-Nya, Abu Dzar benar-
benar serius, keras dan tulus. Namun demikian ia tidak meninggalkan prinsip sabar dan hati-
hati.

DAFTAR PUSTAKA
https://id.wikipedia.org/wiki/Abdurrahman_bin_Auf

https://ms.wikipedia.org/wiki/Abdur_Rahman_ibn_Auf

http://masrauf.blogspot.co.id/2013/02/abdurrahman-bin-auf.html

https://biografi-tokoh-ternama.blogspot.co.id/2014/07/Biografi-Abdurrahman-Bin-Auf-
Sahabat-Yang-Menginfakkan-Harta-di-Jalan-Allah.html
https://biografi-tokoh-ternama.blogspot.co.id/2014/07/abu-dzar-al-ghifari-
radhiyallahuanhu.html

https://id.wikipedia.org/wiki/Abu_%C5%BBar_Al-Gifari

http://surgaillahu.blogspot.co.id/2016/05/contoh-makalah-meneladani-sifat-terpuji.html

Anda mungkin juga menyukai