Anda di halaman 1dari 6

MAKALAH BIOGRAFI WALI SONGO

SUNAN KUDUS

Disusun Oleh :

NAQIYYA SALSABILA 18423077

MUHAMMAD AULIA MADINI 15423065

JURUSAN EKONOMI ISLAM

FAKULTAS ILMU AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

YOGYAKARTA

2019
Biografi Sunan Kudus

Nama kecilnya Jaffar Shadiq. Ia putra pasangan Sunan Ngudung dan Syarifah
(adik Sunan Bonang), anak Nyi Ageng Maloka. Disebutkan bahwa Sunan
Ngudung adalah salah seorang putra Sultan di Mesir yang berkelana hingga di
Jawa. Di Kesultanan Demak, ia pun diangkat menjadi Panglima Perang. Sunan
Kudus banyak berguru pada Sunan Kalijaga. Kemudian ia berkelana ke berbagai
daerah tandus di Jawa Tengah seperti Sragen, Simo hingga Gunung Kidul. Cara
berdakwahnya pun meniru pendekatan Sunan Kalijaga: sangat toleran pada
budaya setempat. Cara penyampaiannya bahkan lebih halus. Itu sebabnya para
wali –yang kesulitan mencari pendakwah ke Kudus yang mayoritas
masyarakatnya pemeluk teguh-menunjuknya.
Cara Berdakwah
Dalam menyampaikan dakwah, Raden Ja’far Shodiq juga menerapkan strategi
dakwah yang diterapkan Sunan Muria, Sunan Kalijaga, Sunan Bonang dan Sunan
Gunung Jati. Selain mempunyai strategi yang sama, Sunan Kudus juga
mempunyai strategi tersendiri dalam berdakwah, antara lain :
Mendekati Masyarakat Hindu
Cara ini sangat sulit dilakukan karena masyarakat Hindu masih memegang teguh
kepercayaan mereka. Tapi cara ini tetap dilakukan agar Masyarakat Hindu masuk
ke agama Islam. Sunan Kudus mengajarkan toleransi yang tinggi dalam agama
Islam kepada masyarakat Hindu. Sehingga umat Hindu tertarik untuk masuk ke
agama Islam. Ajaran toleransi tersebut adalah menghormati sapi yang
dikramatkan oleh umat Hindu. Selain itu, Sunan Kudus juga membangun menara
masjid yang hampir sama dengan bangunan candi Hindu.
Mendekati Masyarakat Budha
Setelah Masjid dibangun, Sunan Kudus membuat sebuah tempat wudhu yang
berbentuk pancuran sebanyak delapan buah. Setiap pancuran diberi arca Kebo
Gumarang yang dihormati umat Budha. Setelah umat Budha melihat arca tersebut,
mereka penasaran dan masuk ke area masjid. Setelah masuk ke masjid, mereka
terpengaruh dengan penjelasan Sunan Kudus. Akhirnya mereka masuk ke agama
Islam.
Mengubah Inti Ritual Mitoni (Selametan)
Acara Selametan Mitoni merupakan acara yang sejak dulu disakralkan oleh
masyarakat Hindu-Budha. Inti dari acara Mitoni adalah bersyukur atas dikaruniai
seorang anak. Namun, masyarakat Hindu-Budha dulu tidak bersyukur kepada
Allah SWT, melainkan kepada patung-patung dan arca. Disinilah tugas Sunan
Kudus untuk meluruskan inti dari acara tersebut. Sunan Kudus tidak menghapus
Selametan dalam kebiasaan masyarakat. Tapi, Sunan kudus meluruskan acara
mitoni menuju ke arah Islami.
Sunan Kudus berhasil menampakkan warisan budaya dan tanda dakwah
islamiyahnya yang dikenal dengan pendekatan kultural yang begitu kuat. Hal ini
sangat tampak jelas pada Menara Kudus yang merupakan hasil akulturasi budaya
antara Hindu-China-Islam yang sering dikatakan sebagai representasi menara
multikultural. Aspek material dari Menara Kudus yang membawa kepada
pemaknaan tertentu melahirkan ideologi pencitraan tehadap Sunan Kudus. Oleh
Roland Barthes disebut dengan mitos (myth), yang merupakan system komunikasi
yang memuat pesan (sebuah bentuk penandaan). Ia tak dibatasi oleh objek
pesannya, tetapi cara penuturan pesannya. Mitos Sunan Kudus selain dapat
ditemui pada peninggalan benda cagar budayanya, juga bisa ditemukan di dalam
sejarah, gambar, legenda, tradisi, ekspresi seni maupun cerita rakyat yang
berkembang di kalangan masyarakat Kudus. Kini ia populer sebagai seorang wali
yang toleran, ahli ilmu, gagah berani, kharismatik, dan seniman.

Karya Sunan Kudus


Pada tahun 1530, Sunan Kudus mendirikan sebuah mesjid di desa Kerjasan, Kota
Kudus, yang kini terkenal dengan nama Masjid Agung Kudus dan masih bertahan
hingga sekarang. Sekarang Masjid Agung Kudus berada di alun-alun kota Kudus
Jawa Tengah. Peninggalan lain dari Sunan Kudus adalah permintaannya kepada
masyarakat untuk tidak memotong hewan kurban sapi dalam perayaan Idul Adha
untuk menghormati masyarakat penganut agama Hindu dengan mengganti kurban
sapi dengan memotong kurban kerbau, pesan untuk memotong kurban kerbau ini
masih banyak ditaati oleh masyarakat Kudus hingga saat ini.

Peninggalan-Peninggalan Sunan Kudus :


a. Masjid dan Menara Kudus
b. Keris Cintoko
c. Dua tombak Sunan Kudus
d. Tembang Asmarandana
Cara Sunan Kudus mendekati masyarakat Kudus adalah dengan memanfaatkan
simbol-simbol Hindu dan Budha. Hal itu terlihat dari arsitektur masjid Kudus.
Bentuk menara, gerbang dan pancuran/padasan wudhu yang melambangkan
delapan jalan Budha. Sebuah wujud kompromi yang dilakukan Sunan Kudus.
Suatu waktu, ia memancing masyarakat untuk pergi ke masjid mendengarkan
tabligh-nya. Untuk itu, ia sengaja menambatkan sapinya yang diberi nama Kebo
Gumarang di halaman masjid. Orang-orang Hindu yang mengagungkan sapi,
menjadi simpati. Apalagi setelah mereka mendengar penjelasan Sunan Kudus
tentang surat Al Baqarah yang berarti “sapi betina”. Sampai sekarang, sebagian
masyarakat tradisional Kudus, masih menolak untuk menyembelih sapi. Sunan
Kudus juga menggubah cerita-cerita ketauhidan. Kisah tersebut disusunnya secara
berseri, sehingga masyarakat tertarik untuk mengikuti kelanjutannya. Sebuah
pendekatan yang tampaknya mengadopsi cerita 1001 malam dari masa
kekhalifahan Abbasiyah. Dengan begitulah Sunan Kudus mengikat
masyarakatnya. Bukan hanya berdakwah seperti itu yang dilakukan Sunan Kudus.
Sebagaimana ayahnya, ia juga pernah menjadi Panglima Perang Kesultanan
Demak. Ia ikut bertempur saat Demak, di bawah kepemimpinan Sultan Prawata,
bertempur melawan Adipati Jipang, Arya Penangsang.
Menurut riwayat beliau juga termasuk salah seorang pujangga yang berinisiatif
mengarang cerita-cerita pendek yang berisi filsafat serta berjiwa agama. diantara
buah ciptaannya yang terkenal, ialah Gending Maskumambang dan Mijil. Adapun
Imam Ja’far Sodiq yang terkenal di Iran itu tidak saja sebagai seorang imam dari
kaum Syi’ah, akan tetapi juga sebagai seorang yang terkemuka di dalam soal-soal
hukum maupun ilmu pengetahuan lainnya. Dengan demikian, maka menurut
hemat kita Ja’far Sodiq yang terkenal di Iran sebagai seorang wali, seorang imam
dari golongan Syi’ah yang amat dipuja serta dihormati itu, kiranya bukanlah Ja’far
Sodiq seorang wali yang menjadi salah seorang anggota dari kesembilan wali di
Jawa, yang makamnya terdapat di kota Kudus, adapun Ja’far Sodiq yang
kemudian ini, terkenal dengan sebutan Sunan Kudus. Disamping bertindak
sebagai guru agama Islam. juga sebagai salah seorang yang kuat syariatnya, Sunan
Kudus-pun menjadi senopati dari kerajaan Islam di Demak antara lain yang
termasuk bekas peninggalan beliau adalah Masjid Raya di-Kudus, yang kemudian
dikenal dengan sebutan masjid menara Kudus. Oleh karena di halaman masjid
tersebut terdapat sebuah menara kuno yang indah. Mengenai asal-usulnya nama
Kudus menurut dongeng (legenda) yang hidup dikalangan masyarakat setempat
ialah, bahwa dahulu Sunan Kudus pernah pergi naik haji sambil menuntut ilmu di
tanah arab, kemudian beliaupun mengajar pula di sana. pada suatu masa, di tanah
arab konon berjangkit suatu wabah penyakit yang membahayakan, penyakit mana
kemudian menjadi reda, berkat jasa sunan kudus., oleh karena itu, seorang amir
disana berkenan untuk memberikan suatu hadian kepada beliau. akan tetapi beliau
menolak,hanya kenang-kenangan beliau meminta sebuah batu. Batu tersebut
katanya berasal dari kota Baitul Makdis, atau Jeruzalem, maka sebagai peringatan
kepada kota dimana Ja’far Sodiq hidup serta bertempat tinggal, kemudian
diberikan nama Kudus. Bahkan menara yang terdapat di depan masjid itupun juga
menjadi terkenal dengan sebutan menara Kudus.

Wafatnya Sunan Kudus


Beliau wafat pada tahun 1550 M. Meninggal dunia pada saat menjadi Imam sholat
subuh di Masjid Menara Kudus dalam posisi sujud. Kemudian di makamkan di
lingkungan masjid tersebut. sampai sekarang makam beliau masih ramai
dikunjungi dengan tujuan berziarah atau mendoakan. Kebesaran hati dan
kesabaran Sunan Kudus tidak hanya dalam menyampaikan dakwahnya saja,
namun juga meninggalkan sejarah yang pantas untuk dilestarikan. Tokoh penting
dalam masyarakat Islam dan menjadi panutan menjadikan beliau masih dikenang
sampai sekarang. Cara menyampaikan ajaran Islam yang berbeda dari Wali
lainnya menjadikan beliau dengan mudah diterima oleh masyarakat. Peninggalan
yang sekarang menjadi landmark Kota Kudus ini sangat ramai dikunjungi
masyarakat dari berbagai Kota.

DAFTAR PUSTAKA
https://www.romadecade.org/sunan-kudus/

https://www.biografiku.com/biografi-sunan-kudus/#forward

Anda mungkin juga menyukai