Anda di halaman 1dari 16

Tengok 5 Peninggalan Bangsa

Portugis di Indonesia, yang Terakhir


Bikin Ngeri!
Penulis
 Sarah Rachelea
 -
28 Oktober 2018 12:01 pm
SURATKABAR.ID – Selain Belanda, Jepang, Inggris dan Spanyol, Bangsa
Portugis atau Portugal dulu juga merupakan salah satu bangsa yang pernah ikut
menjajah Nusantara Indonesia. Tepatnya pada 15 Agustus 1511, mereka
berhasil merebut Malaka. Kemudian, mereka pun ingin menguasai Maluku
lantaran kekayaan rempah-rempahnya.

Portugis diketahui membangun kerja sama dagang dengan Kesultanan Ternate.


Kerjasama tersebut tepatnya terjadi di saat Kesultanan Ternate dan Tidore
tengah saling bermusuhan. Bersamaan dengan itu, seperti dikutip dari
laporan SindoNews.com, Minggu (28/10/2018), Armada Laut Spanyol datang ke
Maluku di tahun 1521.

Spanyol yang sedang bersaing dengan Portugis pun diterima di Tidore. Karena
diangap melanggar perjanjian Tordesillas, maka Armada Spanyol keluar dari
Maluku dan menetap di Filipina.

Akhirnya, terjadi pertempuran antara Portugis melawan tentara Sultan Hairun


sejak tahun 1550 di Ternate. Pada tahun 1570, Sultan Hairun dibunuh oleh
Portugis. Akibatnya, pengganti Sultan Hairun, yakni Sultan Baabullah,
bersumpah akan terus memusuhi Portugis dan mengepung benteng Portugis di
Ternate.

Benteng ini berhasil bertahan selama empat tahun, hingga kemudian tentara
Sultan Baabullah dengan suksesnya menjebol pertahanan benteng lalu
membunuh semua pasukannya. Waktu itu, Portugis tak dapat mengirim bala
bantuan karena Malaka sedang dikepung Kesultanan Aceh. Lantas, apa saja
bangunan peninggalan Bangsa Portugis di Indonesia?
1. Benteng Oranje

Berlokasi di Kota Ternate, dulunya, Benteng Oranje ini merupakan sebuah


peninggalan dari bangsa Portugis yang dihuni oleh orang-orang Melayu.
Namun benteng ini kemudian dipugar kembali oleh Belanda dan dijadikan
pusat pemerintahan tertinggi Hindia Belanda. Pusat pemerintahan ini diketahui
dipimpin langsung oleh Gubernur Jenderal VOC Pieter Both, Laurenz Reaal,
Herald Reyist dan J.C Coum.
Dan kini, Benteng Oranje menjadi salah satu tempat favorit bagi masyarakat
Ternate dan pengunjung dari daerah lain untuk sekedar melepas penat. Meski
sempat mengalami rusak parah, benteng kemudian mengalami revitalisasi oleh
pemerintah setempat.

Alhasil, kini Benteng Oranje ini kembali menjadi salah satu tempat menarik di
Ternate dan banyak dikunjungi pada hari libur dan musim liburan.

Benteng Oranje ini terletak di Jalan DR Hasan Boesoiri, Kelurahan Gamalama,


Kecamatan Ternate Tengah, Kota Ternate, Provinsi Maluku Utara.
2. Gereja Tugu

Portugis juga memiliki peninggalannya di ibukota Jakarta tepatnya di Jakarta


Utara. Peninggalan bangsa Portugis ini bernama Gereja Tugu. Di depan gereja
terdapat tulisan tahun 1748.

Dalam catatan sejarah, dulunya bangsa Portugis dibawa sebagai tahanan oleh
Belanda dari Pulau Malaka. Selanjutnya mereka melakukan ibadah di Gereja
Sion yang letaknya di daerah Kota. Namun, karena merasa tak bebas, para
leluhur Tugu pun melarikan diri ke kampung tugu yang dulunya masih terdapat
rawa dan hutan.

Atas inisiatif dan ide dari seorang pendeta bernama Melchior Leydecker, maka
dibangunlah untuk pertama kalinya di tahun 1678 yang ceritanya berada di
sebuah Gereja HKI yang ada di Tanjung Priok.

Di samping gereja terdapat lonceng yang masih ada sejak dulu. Hanya saja
untuk lonceng yang asli disimpan di ruangan samping gereja dan diganti
dengan replikanya. Beberapa makam keturunan Portugis pun bisa dijumpai di
kawasan gereja tersebut.
3. Benteng Tolukko

Mulanya dikenal dengan nama Tolukko, benteng satu ini juga disebut sebagai
Benteng Hollandia oleh banyak orang. Benteng peninggalan bangsa Portugis di
Indonesia ini dibangun pada tahun 1540 oleh Fransisco Sereo, seorang
panglima Portugis.

Banyak yang menyebutkan bahwa nama Tolukku merupakan nama dari


penguasa ke sepuluh yang berada di kesultanan Ternate. Namun, berdasarkan
catatan sejarah Belanda di tahun 1610, benteng Portugis ini diperbaiki oleh
Pieter Both yang merupakan pria berkebangsaan Belanda.

Tujuan memperbaiki benteng tersebut yakni untuk menjadikan benteng


sebagai tempat perlindungan atau pertahanan terhadap bangsa Spanyol yang
saat itu tengah menyerang Ternate. Pada tahun 1864 benteng itu dikosongkan
karena seluruh bangunan sudah rusak parah.

Memasuki tahun 1996, benteng ini kemudian direnovasi kembali oleh


masyarakat setempat. Sayangnya setelah renovasi terjadi, justru keaslian dari
bangunan seperti terowongan bawah tanah yang berhubungan langsung
dengan laut malah dihilangkan. Benteng Tolukko ini berada di Kelurahan
Sangadji, Kota Ternate, Provinsi Maluku Utara.
4. Benteng Kalamata

Di Maluku Utara, Benteng Kalamata mempunyai nama lain sebagai Benteng


Kayu Merah, atau Benteng Santa Lusia. Peninggalan bangsa Portugis di
Indonesia ini dibangun dengan menggunakan bebatuan sungai, batu kapur dan
juga batu karang. Hasilnya? Benteng Kalamata ini mempunyai arsitektur yang
sangat indah. Letaknya yang dekat dengan laut pnu membuat pengunjungnya
bisa melihat langsung Pulau Maltara dan Tidore dari kejauhan.

Benteng ini didirikan pada tahun 1540 oleh panglima Portugis yakni Fransisco
Sereo. Fungsi didirikannya benteng ini untuk menghadapi serangan dari bangsa
Spanyol dari Rum dan Tidore.
Seiring dengan digunakannya benteng tersebut, benteng inipun dibangun
kembali oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda di tahun 1609 yang bernama
Pieter Both.

Sebelum itu, benteng Kalamata dikuasai oleh Spanyol pada tahun 1625, seusai
dikosongkan oleh bangsa Portugis yang bernama Geen Huigen Schapen.
Setelah ditinggalkan juga oleh bangsa Spanyol, benteng ini kembali dirawat
oleh Belanda.
Akhirnya benteng tersebut menjadi saksi bisu sejarah di masa penjajahan.
Pemandangan indah di sekitar kawasan benteng tersebut menjadi daya tarik
bagi pengunjung baik lokal maupun mancanegara.

5. Penjara Tua Kema

Ada juga Penjara Tua Kema, sebuah saksi bisu sejarah penjajahan yang
berlokasi di Minahasa, Sulawesi Utara. Sebuah penjara bekas yang dibuat oleh
bangsa Portugis berlokasi di Desa Kema III Kecamatan Kema, Minahasa Utara.
Terletak di ketinggian enam meter di atas permukaan laut atau berjarak sekitar
500 meter dari pantai.
Penjara ini berada di sebuah gang sempit di tengah pemukiman penduduk. Saat
sampai ke penjara ini, nuansa putih sangat dominan. Mulai dari pintu masuk
hingga ke bangunan penjara, semua diwarnai putih.

Saat memasuki bangunan utama penjara, pengunjung akan merasakan udara


sedikit berbeda dari mulai agak dingin sampai membuat bulu kuduk merinding.
Konon penjara ini dulunya merupakan tempat penghukuman bagi warga dan
tentara yang melakukan kesalahan.
Bahkan, laman TribunNews.com menyebutkan bahwa penjara ini merupakan
tempat terakhir Imam Bonjol ditawan.

Karim Ombinggo, seorang penjaga penjara sejak tahun 1960 menuturkan


sedikit kisahnya yang  bikin ngeri. Ia mengaku mengalami kejadian aneh
sewaktu pertama menjaga penjara  itu.
“Ada suara orang menjerit kesakitan seperti dipukul, lalu suara kera,” ungkap
kakek tua yang kini telah menyerahkan tugas menjaga penjara itu kepada putri
perempuannya.

Di malam berikutnya, kembali Karim mendengar suara itu. Mulanya ia takut,


namun lama kelamaan akhirnya jadi terbiasa juga.

“Saya sudah sering mendengar itu,” tukas pria yang di tahun 2014 lalu sudah
menjadi PNS ini.

Menurut Karim, penjara ini kini sudah jadi objek wisata dark tourism sehingga
banyak dikunjungi wisatawan.

“Banyak turis yang kagum dengan penjara  ini, mereka tahan berlama- ama
disini, meski yang ada hanya ruang kosong,” bebernya.
Bentuk dari penjara itu sendiri dibuat menyerupai gudang dengan ukuran 10 x
7,5 meter dengan tinggi bangunan mencapai 4 meter. Bahkan ada yang
setinggi 7,25 meter apabila dihitung sampai dengan ujung atap.

Untuk ruangannya terdiri dari 3 bilik penjara yang berukuran tidak terlalu
besar. Masing-masing pintu tersebut mempunyai pintu lagi yang di atasnya
terdapat kisi-kisi besi. Yang membuat peninggalan bangsa Portugis di Indonesia
menarik ialah beberapa bangunan yang bentuknya masih terlihat khas dan asl

Anda mungkin juga menyukai