Anda di halaman 1dari 3

MUHAMMAD DZAKY FAUZAN

X MIPA 4 / NO.28
EVALUASI 2 (BIOGRAFI)

Pilihlah satu biografi tokoh terkenal, khususnya dari Indonesia, lalu analisislah
berdasarkan struktur biografi, yang meliputi orientasi, peristiwa/masalah dan reorientasi!
1. Nama tokoh dan latar belakang tokoh
2. Peristiwa dan masakah
a) Masalah yang di hadapi dalam mencapai tujuan dan cita- cita Sang Tokoh
b) Hal - hal yang menarik, mengagumkan, mengesankan dan mengharukan yang dialami
sang tokoh
3. Reorientasi
Buatlah resume tentang pandangan atau opini anda terhadap sang tokoh tersebut yang
meliputi:
- Mengapa Anda tertarik dengan tokoh tersebut?
- Mengapa Anda kagum dengan tokoh tersebut?
- Mengapa Anda terkesan dengan tokoh tersebut
- Mengapa Anda garu terhadap tokoh tersebut

Kapitan Pattimura
Orientasi
Kapitan Pattimura (lahir di Hualoy, Hualoy, Seram Selatan, Maluku, 8 Juni 1783 –
meninggal di Ambon, Maluku, 16 Desember 1817 pada umur 34 tahun), memiliki nama asli
Ahmad Lussy, di sejarah versi pemerintah ia dikenal dengan nama Thomas Matulessy atau
Thomas Matulessia, adalah seorang bangsawan dan ulama yang kelak kemudian dikenal sebagai
Pahlawan Nasional Indonesia. Beliau merupakan salah satu pahlawan nasional yang sangat gigih
melawan penjajah Belanda. Mengenai profil Pattimura, Beliau memiliki nama asli Thomas
Matulessy ada juga yang mengatakan nama aslinya adalah Ahmad Lussy. Adapun dalam buku
biografi Pattimura versi pemerintah yang pertama kali terbit, M Sapija menulis, “Bahwa
pahlawan Pattimura tergolong turunan bangsawan dan berasal dari Nusa Ina (Seram). Ayah
beliau yang bernama Antoni Mattulessy adalah anak dari Kasimiliali Pattimura Mattulessy. Yang
terakhir ini adalah putra raja Sahulau. Sahulau merupakan nama orang di negeri yang terletak
dalam sebuah teluk di Seram Selatan”.

Rangkaian Peristiwa
Pada tahun 1816 pihak Inggris menyerahkan kekuasaannya kepada pihak Belanda dan
kemudian Belanda meneterapkan kebijakan politik monopoli, pajak atas tanah (landrente),
pemindahan penduduk serta pelayaran Hongi (Hongi Tochten), serta mengabaikan Traktat
London I antara lain dalam pasal 11 memuat ketentuan bahwa Residen Inggris di Ambon harus
merundingkan dahulu pemindahan koprs Ambon dengan Gubenur dan dalam perjanjian tersebut
juga dicantumkan dengan jelas bahwa jika pemerintahan Inggris berakhir di Maluku maka para
serdadu-serdadu Ambon harus dibebaskan dalam artian berhak untuk memilih untuk memasuki
dinas militer pemerintah baru atau keluar dari dinas militer, akan tetapi dalam pratiknya
pemindahn dinas militer ini dipaksakan.
Kedatangan kembali kolonial Belanda pada tahun 1817 mendapat tantangan keras dari
rakyat. Hal ini disebabkan karena kondisi politik, ekonomi, dan hubungan kemasyarakatan yang
buruk selama dua abad. Rakyat Maluku akhirnya bangkit mengangkat senjata di bawah pimpinan
Thomas Matulessy yang diberi gelar Kapitan Pattimura Maka pada waktu pecah perang
melawan penjajah Belanda tahun 1817, Raja-raja Patih, Para Kapitan, Tua-tua Adat dan rakyat
mengangkatnya sebagai pemimpin dan panglima perang karena berpengalaman dan memiliki
sifat-sfat kesatria (kabaressi).
Sebagai panglima perang, Thomas Matulessy mengatur strategi perang bersama
pembantunya. Sebagai pemimpin dia berhasil mengkoordinir Raja-Raja Patih dalam
melaksanakan kegiatan pemerintahan, memimpin rakyat, mengatur pendidikan, menyediakan
pangan dan membangun benteng-benteng pertahanan. Kewibawaannya dalam kepemimpinan
diakui luas oleh para Raja Patih maupun rakyat biasa. Dalam perjuangan menentang Belanda ia
juga menggalang persatuan dengan kerajaan Ternate dan Tidore, raja-raja di Bali, Sulawesi dan
Jawa. Perang Pattimura yang berskala nasional itu dihadapi Belanda dengan kekuatan militer
yang besar dan kuat dengan mengirimkan sendiri Laksamana Buykes, salah seorang Komisaris
Jenderal untuk menghadapi Patimura.
Pertempuran-pertempuran yang hebat melawan angkatan perang Belanda di darat dan
dilaut dikoordinir Thomas Matulessy Kapitan Pattimura yang dibantu oleh para penglimanya.
Pertempuran yang menghancurkan pasukan Belanda tercatat seperti perebutan benteng Belanda
Duurstede, pertempuran di pantai Waisisil dan jasirah Hatawano, Ouw-Ullath, Jasirah Hitu di
Pulau Ambon dan Seram Selatan. Perang Pattimura hanya dapat dihentikan dengan politik adu
domba, tipu muslihat dan bumi hangus oleh Belanda. Semua tentara Belanda yang ada dalam
benteng itu termasuk Residen Van den Berg, tewas. Pasukan Belanda yang dikirimkan untuk
merebut kembali benteng tersebut, dihancurkan oleh pasukan Pattimura.
Akhirnya, Belanda mengirimkan pasukan yang lebih besar dengan persenjataan yang
lebih lengkap. Benteng Duurstede berhasil direbut Belanda kembali, setelah tiga bulan lamanya
dikuasai penduduk Saparua. Sesudah itu, Belanda melancarkan operasi besar-besaran untuk
memadamkan perlawanan. Karena kekuatan yang tidak seimbang lama-kelamaan perlawanan
menjadi berkurang. Kapitan Pattimura tertangkap sewaktu berada di sebuah rumah di Siri Sori.
Dengan beberapa orang temannya, ia dibawa ke Ambon. Belanda membujuknya untuk bekerja
sama, tetapi bujukan itu ditolak.
Pengadilan kolonial Belanda menjatuhkan hukuman gantung kepada Patimura. Sehari
sebelum hukuman itu dijalankan, Belanda masih membujuk, tetapi ia tetap menolak. Pada hari
selasa 16 Desember 1817,hukuman gantung dilaksanakan di depan benteng Victoria di Ambon.
Para tokoh pejuang akhirnya dapat ditangkap dan mengakhiri pengabdiannya di tiang gantungan
pada tanggal 16 Desember 1817 di kota Ambon. Kapitan Pattimura gugur, dari perjuangannya
dia meninggalkan pesan tersirat kepada pewaris bangsa ini agar sekali-kali jangan pernah
menjual kehormatan diri, keluarga, terutama bangsa dan negara ini. Untuk jasa dan
pengorbanannya itu,Thomas Matulessy dikukuhkan sebagai “Pahlawan Perjuangan
Kemerdekaan” oleh pemerintah republik Indonesia pahlawan Nasional Indonesia.

Reorientasi
Kapitan Pattimura adalah seorang sosok pahlawan yang hebat. Ia adalah sosok yang
berani, tegas, dan pandai. Dengan kewibawaan dan kepemimpinannya beliau mampu merangkul
kerajaan-kerajaan Ternate dan Tidore, raja-raja di Bali, Sulawesi, dan Jawa. Di bawah komado
Kapitan Pattimura, rakyat Maluku tidak gentar untuk berjuang melawan para penjajah.
Walaupun Kapitan Pattimura gugur, dari perjuangannya dia meninggalkan pesan tersirat kepada
pewaris bangsa ini agar jangan pernah menjual kehormatan diri, keluarga, terutama bangsa dan
negara ini. Sudah sepatutnya kita sebagai bangsa Indonesia bangga telah memiliki sosok
pahlawan seperti Kapitan Pattimura.

Anda mungkin juga menyukai