Anda di halaman 1dari 7

BIOGRAFI

Di dalam materi biografi ini, Saudara akan memelajari tentang:

1. Definisi

2. Ciri-ciri

3. Struktur

4. Kaidah kebahasaan

5. Contoh

Biografi artinya sebuah teks yang ditulis oleh orang lain yang menceritakan kisah atau cerita
suatu tokoh dalam mengarungi kehidupan dari awal sampai akhir hidupnya, baik itu beisi kelebihan,
kekurangan atau masalah dengan maksud supaya tokoh tersebut bisa dijadikan figur/teladan.

Ciri-ciri teks biografi

a .Memiliki struktur baku dalam pembuatannya.

b. Isi biografi bersifat faktual, sesuai pada kisah hidup tokoh tersebut.

c. Gaya penulisan biogarfi berbentuk narasi.

d. Menarik, menginspirasi, dan memotivasi seseorang.

Struktur biografi

1. Orientasi

Orientasi artinya bagian pendahuluan yang berisi pengenalan tokoh atau gambaran awal dari seorang
tokoh.

2. Peristiwa

Peristiwa yang dimaksud dalam biografi adalah rentetan peristiwa atau perjlanan hidup yang dialami
oleh seorang tokoh.

3. Reorientasi

Reorientasi artinya bagian penutup dari sebuah biografi.


Kaidah kebahasaan teks biografi

1. Menggunakan pronomina

Pronomina artinya kata ganti orang/benda. Pronomina dibedakan ke dalam 3 bagian

A.Pronomina persona (Kata Ganti Orang)

a.Kata ganti orang pertama: saya, aku, beta,ku, dsb.

b.Kata ganti orang kedua: kamu, engkau, dsb

c. Kata ganti orang ketiga: ia, beliau, nya, dsb.

B. Pronomina Penunjuk

Pronomina penunjuk adalah kata ganti yang menunjukkan tempat dari orang yang diajak
bicara/berbicara. Pronomina ditandai dengan kata: di sana, di sini, samping, depan, belakang, dsb.

Contoh: Pada saat kamu menjadi anak pertama dan banyak diberikan gemblengan oleh orang tua, di
sana kalian akan ditempa untuk menjadi figur yang penuh keteladanan untuk adik-adikmu.

C. Pronomina Penanya

Pronomina penanya adalah kata ganti yang menggunakan prinsip 5W+1H (kapan, bagaimana, siapa,
apa, dan di mana).

Apakah kalian pernah bertanya kepada orang tua arti dari tangisan yang selalu diteteskannya di
sepertiga malam?

2. Menggunakan kata kerja tindakan/verba material

Verba material artinya kata kerja yang menunjukkan suatu proses, kegiatan atau tindakan.

Contoh:

Satu tahun ke depan, Ibu Citra akan merindukan kenangan ketika mengajar mata pelajaran Bahasa
Indonesia di jurusan Multimedia, TET, dan TKJ yang sangat berkesan.

3. Menggunakan kata adjektiva

Kata adjektiva artinya adalah kata sifat. Segala sesuatu yang berkenaan dengan karakteristik/sifat
suatu objel, maka itulah kata sifat.
Contoh:

Kerasnya hati seorang ibu akan luluh ketika anaknya mengalami perubahan yang lebih positif.

4. Menggunakan kata kerja pasif

Kata kerja dibedakan ke dalam 2 bagian

a.Kata kerja aktif (kalimat yang predikatnya menerangkan bahwa si subjek melakukan suatu kegiatan
dan menggunakan ciri imbuhan me-)

Contoh:

Citra menyusun tesis untuk S2 mendatang.

S P O K

B. Kata kerja pasif (kalimat yang mulanya subjek berpindah menjadi objek dan objek berpindah sebagai
subjek serta terdapat ciri menggunakan imbuhan di-)

Contoh:

Tesis ditulis Citra untuk S2 mendatang .

S P O K

5. Menggunakan konjungsi (kata penghubung)

Kata hubung misalnya: kemudian, lalu, dan, atau, tetapi, namun, sehingga, sedangkan, dsb.

Contoh:

Sebenarnya cita-cita Citra dari kecil ingin menjadi seorang Kuasa Hukum tetapi Alloh menakdirkan
menjadi salah satu guru Bahasa Indonesia di SMKN 1 Garut.

6. Menggunakan nomina (Kata Benda)

Nomina artinya suatu kata yang merujuk pada suatu benda.

Contoh: Seluruh rumah warga di Provinsi Sulawesi Selatan hancur terkena gempa bumi.

7. Menggunakan kata depan yang menunjukkan keterangan waktu (sejak, mulai, mula-mula, dsb)

Contoh: Sejak kecil Chacha memiliki keterampilan dalam bidang menggambar.


Biografi WS Rendra, Sastrawan Pendiri Bengkel Teater Rendra

Nama WS Rendra barangkali sudah tidak asing lagi untuk kita dengar di kalangan penikmat
sastra. Karya-karyanya cukup terkenal dan disambut hangat oleh para sastrawan. Tidak hanya menulis
puisi, Rendra juga aktif menulis cerpen, essai sastra, cerpen, dan mendirikan Bengkel Teater sebagi
basisnya dalam berkesenian. Dari Bengkel Teater bentukannya menghasilkan para seniman baru seperti
Sitok Srengenge, Radhar Panca Dahana, dan Adi Kurdi.

Namanya melegenda di kalangan pecinta sastra. Namun, barangkali ada yang belum mendengar
namanya. Maka, mari kita simak biografi WS Rendra mulai dari kecil, kisah cinta, sampai membahas
karya-karyanya yang monumental.

Lebih Dekat dengan Rendra

Willibrodus Surendra Broto Rendra (WS Rendra) dilahirkan di Solo, 7 November 1935. Dikenal
sebagai seorang penyair dan sastrawan yang dijuluki “Si Burung Merak”. Ketika itu, Rendra bersama
dengan seorang kawannya yang berasal dari Australia berjalan-jalan ke kebun binatang Gembiraloka
Yogyakarta. Di sana, mereka melihat seekor burung merak jantan. “Itu Rendra!”, kata sahabatnya orang
Australia itu. “Dia orangnya suka pamer. Seperti burung merak jantan yang suka memamerkan bulu-bulu
indahnya”, cerita Edi Haryono, sahabat dekat Rendra yang menemaninya saat jalan-jalan ke
Gembiraloka. Dari situ, Rendra mulai dikenal dengan julukan “Burung Merak”.

Ayah Rendra, Raden Cyprianus Sugeng Brotoatmodjo, seorang dramawan yang juga mengajar
Bahasa Jawa dan Bahasa Indonesia di sebuah sekolah Katolik di Solo sedangkan ibunya, Raden Ayu
Catharina Ismadillah, seorang penari Serimpi yang kerap tampil untuk Keraton Solo.

Rendra mengenyam pendidikan pertamanya di TK Marsudini, Yayasan Kanisius. Kemudian ia


melanjutkan menempuh pendidikan dari SD sampai SMA di sekolah yang sama, Sekolah Katolik Santo
Yosef, Surakarta dan tamat pada tahun 1955.

Setamatnya dari SMA, Rendra berniat pindah ke Jakarta untuk memulai kariernya dengan masuk
di Akademi Luar Negeri Jakarta. Namun, sesampainya di sana, ternyata sekolah tersebut sudah ditutup.

Akhirnya, Rendra banting setir ke Yogyakarta dan diterima di Fakultas Sastra dan Kebudayaan
Universitas Gajah Mada (UGM). Di masa inilah, Rendra mulai menunjukkan bakat seninya.

Berkat aktivitasnya di dunia sastra, Rendra mendapatkan beasiswa dari American Academy of
Dramatic Art (AADA) untuk mendalani seni tari dan drama. Pada tahun 1964, berangkatlah dirinya ke
Amerika Serikat.

Bengkel Teater Rendra

Pada tahun 1967, sepulang dari Amerika, Rendra mendirikan Bengkel Teater di Yogyakarta yang
cukup terkenal dan memberikan suasana baru dalam kehidupan berteater di tanah air. Dari sana juga
banyak melahirkan seniman baru seperti Sitok Srengenge, Radhar Panca Dahana, dan Adi Kurdi. Namun,
sejak tahun 1977, kelompok teater Rendra mengalami kesulitan untuk tampil di muka public baik untuk
mementaskan dramanya atau membacakan puisinya akibat tekanan politik.

Akhirnya pada tahun 1985, Rendra memindahkan aktivitas teaternya ke Depok dengan
mendirikan Bengkel Teater Rendra sebagai basis bagi kegiatan keseniannya. Bengkel teater Rendra pun
masih berdiri sampai sekarang.

Bengkel Teater Rendra berdiri di atas lahan seluas 3 hektar yang terdiri dari bangunan kediaman
Rendra beserta keluarga dan bangunan sanggar untuk latihan drama dan tari.

Rendra Sebagai Sastrawan

Semenjak duduk di bangku SMP, bAkat Rendra dalam bersastra memang sudah terlihat. Di masa
itu, ia sudah mulai menunjukkan kemampuannya dengan menulis puisi, cerita pendek, dan naskah
drama untuk berbagai kegiatan di sekolahnya.

Judul drama yang pertama kali ia pentaskan pada saat SMP yaitu “Kaki Palsu”. Semasa SMA, ia
pentaskan sebuah drama berjudul “Orang-orang di Tikungan Jalan” dan memeroleh penghargaan dari
Kantor Wilayah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Yogyakarta.

Akibat penghargaan tersebut, Rendra menjadi sangat bergairah untuk menghasilkan karya-karya
yang lain. Pada tahun 1952, puisi Rendra pertama kali dipublikasikan melalui majalah Siasat. Sejak itu,
puisi-puisi yang lain menyusul mewarnai kolom-kolom puisi dari berbagai majalah seperti kisah, seni,
basis, konfrontasi, dan siasat baru dan terus berlanjut sampai beberapa decade setelahnya.

Tak hanya di dalam negeri, karya-karya Rendra juga banyak dikenal di mancanegara. Banyak dari
karyanya yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa asing seperti bahasa Inggris, Belansda, Jerman,
Jepang, dan India.

Menurut Prof. A. Teeuw di dalam bukunya, Sastra Indonesia Modern II (1989), berpendapat
bahwa dalam sejarah kesusasteraan Indonesia modern, Rendra tidak termasuk salah satu kelompok
seperti angkatan 45. Angkatan ’60-an atau Angkatan ’70-an. Dari karya-karyanya terlihat bahwa ia
memiliki kepribadian dan kebebasan sendiri. Seperti yang telah diceritakan di awal bahwa ayah Rendra
seorang dramawan dan ibunya seorang penari Serimpi. Gabungan aliran darah seni dari orang tuanya
itulah yang melatarbelakangi karya-karya Rendra begitu memukau dan kental dengan aroma Jawa.

Dari kumpulan puisi “Balada Orang-orang Tercinta”, banyak mengandung bahasa Jawa dan
menggambarkan tentang orang-orang yang berlatarbelakang budaya Jawa.

Wawasan Rendra yang diajarkan ayahnya tentang dinamika budaya, bangsa, dan emansipasi
individu, kedaulatan rakyat, hak azasi manusia, dan keadilan social bisa dibilang menjadi pengaruh yang
cukup mendominasi dalam karya-karya Rendra. Kecintaannya kepada sastra, Rendra cukup aktif
mengikuti festival-festival di luar negeri, semacam The Rotteredam International Poetry Festival (1971
dan 1979), The Valmiki International Poetry Festival, New Delhi(1985), Berliner Horizonte Festival,
Berlin (1985), dsb.
Kisah Cinta Rendra

Ketika menginjak usia 24 tahun, Rendra bertemu dengan Sunarti Suwandi, cinta pertamanya
yang dinikahi pada 31 Maret1959. Dari Sunarti, Rendra dikarunia 5 orang anak, yaitu Theodorus Setya
Nugraha, Adreas Wahyu Wahyana, Daniel Seta, Samuel Musa, dan Clara Sinta.

Pada tahun 1971, Raden Ayu Sitoresmi Prabuningrat ditemani oleh kakaknya, R.A. Laksmi
Prabuningrat mengutarakan keinginannya untuk menjadi murid Rendra dan bergabung dengan bengkel
teater. Keduanya merupakan putrid darah biru Keraton Yogyakarta.

Jeng Sito, begitu Rendra memanggilnya, yang bersedia melebur dengan kehidupan urakan
Bengkel Teater, salah satu tugasnya menyuapi dan memandikan keempat anak Rendra-Suniarti.

Tak lama kemudian, dengan ditemani Sunarti istrinya, Rendra berangkat melamar Sito untuk
menjadi istri keduanya. Lamaran Rendra pun diterima oleh Sito. “Dia dinamis, aktif, dan punya
kesehatan yang terjaga”, tutur Sito tentang Rendra kepada Kastoyo Ramelan dari Gatra. Namun
halangan dating dari ayahnya yang tidak mengizinkan putrinya yang beragama Islam menikah dengan
seorang pemuda Katolik.

Akhirnya, Rendra menikahi Sito setelah mengucapkan dua kalimat syahadat pada 12 Agustus
1970. Dikabarkan, Rendra juga mengganti namanya menjadi Wahyu Sulaiman Rendra. Peristiwa itu juga
disaksikan oleh Ajip Rosidi dan Taufiq Ismail.

Peristiwa pengucapan syahdat Rendra juga menuai komentar yang negatif karena mereka
berpikir bahwa Rendra pindah agama karena hanya ingin berpologami saja. Padahal, dari dulu Rendra
tertarik dengan Islam. Menurutnya, Islam bisa menjawab sekuruh persoalan pokok dalam
kehidupan.”Saya bisa langsung beribadah kepada Alloh tanpa memerlukan pertolongan orang lain.
Sehingga saya merasa hak individu saya dihargai”. Katanya sambil mengutip salah satu ayat al quran
yang menyatakan bahwa Alloh lebih dekat dari urat leher hamba-Nya.

Dari pernikahannya dengan Sito, Rendra dikarunia empat orang anak yaitu Yonas Salya, Sarah
Drupadi, Naomi Srikandi, dan Rachel Saraswati.

Beberapa tahun kemudian, Rendra juga mempersunting Ken Zuraida sebagai istri ketiga.
Darinya, Rendra dikaruniai dua anak lagi, bernam Isaias Sadewa dan Maryam Supraba. Namun, tak lama
setelah kelahiran Maryam, Rendra menceraikan Sito pada tahun 1979 dan Sunarti pun juga mengajukan
cerai pada 1981.

Karya-karya Rendra

Karya-karya Rendra identik dengan karyanya yang berbau politik, bergaya epic, banyak
mengungkapkan masalah social, kemiskinan, pengangguran, dan kepincangan dalam hidup. Adapun
karya-karya Rendra yaitu pementasan teater, kumpulan puisi, kumpulan cerpen, dan berbagai
penghargaan lainnya.
Akhir Hayat Rendra

Penyair yang terkenal dengan julukan Si Burung Merak ini menghembuskan nafas terakhir pada
hari Kamis, 6 Agustus 2009 pukul 22.10 WIB di RS Mitra Keluarga, Depok. Rendra dikebumikan di tempat
peristirahatannya yang terakhir di markas Bengkel Teater miliknya, Cipayung, Citayam, Depok, dan
bersanding dengan sejumlah kawan dekatnya.

Dari biografi WS Rendra tersebut seyogyanya dapat menjadikan keteladanan untuk kita bahwa
ketika ambisi, proses, dan kerja keras telah melebur menjadi satu maka predikat orang yang terkenang
sepanjang hayat akan kita dapati sebagai orang yang bermanfaat dan menjadi revolusioner terutama di
dunia seni.

Keterangan:

Orientasi: terdapat pada paragraf 1 dan 2

Peristiwa: menceritakan tentang seluruh kehidupan Rendra dari mulai profilnya, kisah cinta,
penghargaan, sampai dengan akhir hayatnya.

Reorintasi: terdapat di paragraph terakhir hasil simpulan dari tokoh.

Anda mungkin juga menyukai