Anda di halaman 1dari 13

BAB I Pendahuluan

A. Latar Belakang
Benteng vredeburg pertama kali dibangun pada tahun 1760 atas perintah dari
Sri Sultan Hamengku Buwono I dan permintaan pihak pemerintah Belanda yang saat
itu dipimpin oleh Nicholaas Harting yang menjabat sebagai Gubernur Direktur Pantai
Utara Jawa. Adapun tujuan awal pembangunan benteng ini adalah untuk menjaga
kemananan keratin. Akan tetapi, maksud sebenarnya dari keberadaan benteng ini
adalah untuk memudahkan pengawasan pihak Belanda terhadap segala kegiatan yang
dilakukan pihak keraton Yogyakarta. Pembangunan benteng pertama kali hanya
mewujudkan bentuk sederhana, yaitu temboknya yang ahnya berbahankan tanah,
ditunjang dengan tiang-tiang yang terbuat dari kayu pohon kelapa dan aren, dengan
atap ilalang. Bangunan tersebut dibangun dengan bentuk bujur sangkar yang di
keempat ujungnya dibangun seleka atau bastion. Oleh Sri Sultan Hamengku Buwono
IV, keempat sudut itu diberi nama Jaya Wisesa (sudut barat laut), Jaya Purusa (sudut
timur laut), Jaya Prakosaningprang (sudut barat daya), dan Jaya Prayitna (sudut
tenggara).
Kemudian pada masa selanjutnya, gubernur Belanda yang bernama W.H. Van
Ossenberg mengusulkan agar benteng ini dibangun lebih permanen dengan maksud
kemanan yang lebih terjamin. Kemudian pada tahun 1767, pembangunan benteng
mulai dilakukan di bawah pengawasan seorang arsitek Belanda bernama Ir. Frans
Haak dan pembangunannya selesai pada tahun 1787. Setelah pembangunan selesai,
benteng ini diberi nama "Rustenburg" yang berarti benteng peristirahatan. Pada tahun
1867, terjadi gempa hebat di Yogyakarta dan mengakibatkan banyak bangunan yang
runtuh, termasuk Rustenburg. Kemudian, segera setelahnya diadakan pembangunan
kembali benteng Rustenburg ini yang kemudian namanya diganti menjadi
"Vredeburg" yang berarti benteng perdamaian. Hal ini sebagai wujud simbolis
manifestasi perdamaian antara pihak Belanda dan Keraton.

1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Sejarah Benteng Vredeburg?
2. Bagaimana Keberadaan Benteng Vredeburg?
3. Hubungan Benteng Vredeburg bagi Kemerdekaan Indonesia?
4. Apa Dampak Keberadaan Benteng Vredeburg bagi Masyarakat?

C. Tujuan Studi Lapangan


1. Tuuan Umum
Tujuan umum dari Studi Lapangan ini adalah memaparkan tentang sejarah
Benteng Vredeburg. Dengan demikian akan diketahui isi dan makna dari Benteng
Vredeburg tersebut. Studi lapangan ini juga diharapkan dapat membantu
memberikan sumbangan pengetahuan terutama di bidang keilmuan arkeologi.

2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari Studi Lapangan ini yaitu mampu memberikan
wawasan dan tambahan ilmu pengetahuan tentang sejarah, isi, dan pesan yang
terkandung dalam sejarah Benteng Vredeburg bagi penulis sendiri maupun bagi
pembaca.

2
BAB II Tinjauan Geografi

A. Keberadaan Benteng Vredeburg


Benteng Vredeburg terletak di depan Gedung Agung dan Kraton Kesultanan
Yogyakarta. Sekarang benteng ini menjadi sebuah museum. Didalam bangunan
benteng terdapat gedung dan isinya diorama-diorama mengenai peristiwa sejarah yang
terjadi di Indonesia.

B. Wilayah Adminstrartif
Benteng Vredeburg ini terletak di Daerah Istimewa Yogyakarta. Tepatnya di
Jl. Margo Mulyo No.6, Ngupasan, Kec. Gondomanan, Kota Yogyakarta, Daerah
Istimewa Yogyakarta 55122

C. Kondisi Geografis
Benteng Vredeburg berada diujung Jalan Malioboro dekat dengam Titik Nol
Kilometer Yogyakarta dan berada di sebelah utara Kraton Yogyakarta.

D. Tinjauan Geografis

3
BAB III Kajian Teoritis

A. Sejarah Benteng Vredeburg

Pada awalnya nama dari benteng ini bukan Benteng Vredeburg namun bernama
Benteng Vastenburg lalu menjadi Benteng Vredeburg kenapa ada perubahan terhadap
nama karena pada masa pemerintahan Gubernur Jenderal Willem Daendels.
Pemerintah mengubah nama benteng setelah terjadinya gempa bumi yang melanda
Yogyakarta pada 1867. Akibat gempa tersebut Benten Vastenburg mengalami
kerusakan dan dilakukan pembaruan. Sejarah dari pembangunan Benteng Vredeburg
sendiri memiliki kaitan atau tidak lepas dengan lahirnya kesultanan Yogyakarta pada
tahun 1755. Benteng Vredeburg dibangun pada tahun 1760 atas perintah dari Sri
Sultan Hamengku Buwono I dan permintaan pihak pemerintah Belanda yang saat itu
dipimpin oleh Nicolaas Harting yang menjabat sebagai Gubernur Direktur Pantai
Utara Jawa. Adapun awal tujuan pembangunan benteng ini adalah untuk menjaga
keamanan keraton. Akan tetapi, maksud sebenarnya dari keberadaan benteng ini
adalah untuk memudahkan pengawasan oleh pihak Belanda untuk mengawasi segala
kegiatan yang dilakukan pihak keraton Yogyakarta sendiri. Pembangunan benteng
pertama kali berbentuk sangat sederhana, dimana pada saat itu terlihat dari temboknya
yang hanya berbahan baku tanah, ditunjang dengan tiang-tiang yang terbuat dari kayu
pohon kelapa dan aren, dengan atap ilalang. Bangunan tersebut dibangun dengan
bentuk bujur sangkar yang di keempat ujungnya dibangun seleka atau bastion. Oleh
Sri Sultan Hamengku Buwono IV, keempat sudut itu diberi nama Jaya Wisesa (sudut
barat laut), Jaya Purusa (sudut timur laut), Jaya Prakosa Ningprang (sudut barat daya),
dan Jaya Prayitna (sudut tenggara).

Kemudian pada masa selanjutnya, gubernur Belanda yang bernama W.H.


Van Ossenberg mengusulkan agar benteng ini dibangun lebih permanen dengan
maksud keamanan yang lebih terjamin. Kemudian pada tahun 1767, pembangunan
benteng mulai dilakukan di bawah pengawasan seorang arsitek Belanda bernama Ir.
Frans Haak dan pembangunannya selesai pada tahun 1787. Setelah pembangunan
selesai, benteng ini diberi nama "Rustenburg" yang berarti benteng peristirahatan.
4
Pada tahun 1867, terjadi gempa hebat di Yogyakarta dan mengakibatkan banyak
bangunan yang runtuh, termasuk Rustenburg. Kemudian, segera setelahnya diadakan
pembangunan kembali benteng Vastenburg ini yang kemudian namanya diganti
menjadi "Vredeburg" yang berarti benteng perdamaian. Hal ini sebagai wujud
simbolis manifestasi perdamaian antara pihak Belanda dan Keraton.

Perlu diketahui juga bahwa secara historis, sejak awal pembangunan hingga
saat ini, terjadi beberapa kali perubahan terhadap status kepemilikan dan fungsi
benteng Vredeburg sendiri, yaitu antara lain:

1. Tahun 1760-1765, pada awal pembangunannya status tanah tetap atas nama milik
Keraton, tetapi penggunaannya di bawah pengawasan Nicolaas Harting, Gubernur
Direktur wilayah Pantai Utara Jawa.
2. Tahun 1765-1788, status tanah secara formal tetap milik Keraton, tetapi
penguasaan benteng dan tanahnya dipegang oleh Belanda di bawah Gubernur
W.H. Ossenberg.
3. Tahun 1788-1799, status tanah tetap milik keraton, kemudian pada masa ini,
benteng digunakan secara sempurna oleh VOC.
4. Tahun 1799-1807, status tanah secara formal tetap milik Keraton, dan penggunaan
benteng secara de facto menjadi milik pemerintah Belanda di bawah pemerintahan
Gubernur Van De Burg.
5. Tahun 1807-1811, secara formal tanah tetap milik Keraton, dan penggunaan
benteng secara de facto menjadi milik pemerintah Belanda di bawah pemerintahan
Gubernur Daendels.
6. Tahun 1811-1816, secara yuridis benteng tetap milik Keraton, kemudian secara
defacto benteng dikuasai oleh pemerintahan Inggris di bawah pimpinan Jenderal
Raffles.
7. Tahun 1816-1942, status tanah tetap berada pada kepemilikan Keraton, dan secara
de-facto dipegang oleh pihak Belanda, sampai menyerahnya Belanda di tangan
Jepang dan benteng ini mulai dikuasai penuh oleh pihak Jepang, yang ditandai
dengan penandatanganan perjanjian Kalijati di Jawa Barat, Maret 1942.
8. Tahun 1942-1945, status tanah tetap milik Keraton, tetapi secara de-facto
penguasaan berada di tangan Jepang sebagai markas Kempetai atau polisi jepang,
gudang mesiu, dan rumah tahanan bagi orang-orang Belanda dan Indo-Belanda
serta kaum politisi RI yang menentang Jepang.

5
9. Tahun 1945-1977, status tanah tetap milik Keraton, setelah proklamasi
kemerdekaan RI pada tahun 1945, benteng diambil alih oleh instansi militer RI.
Dilanjutkan dengan diambil alih kembali oleh pihak Belanda tahun 1948 karena
adanya peristiwa Agresi Militer Belanda II, dan akhirnya direbut kembali oleh
Indonesia setelah adanya peristiwa Serangan Umum 1 Maret 1949 dan
pengelolaan benteng ditangani oleh APRI (Angkatan perang Republik Indonesia).
10. Tahun 1977-1992, dalam periode ini, satus pengelolaan benteng diserahkan
kembali pada pemerintahan Yogyakarta oleh pihak Hankam, dan pada tanggal 9
Agustus 1980 diadakan perjanjian tentang pemanfaatan bangunan bekas benteng
Vredeburg antara Sri Sultan Hamengku Buwono IX dengan Mendikbud DR.
Daoed Jusuf. Hal ini dikuatkan oleh pernyataan dari Mendikbud Prof. Dr.
Nugroho Notosusanto tanggal 5 November 1984 bahwa bekas benteng Vredeburg
ini akan difungsikan sebagai sebuah museum. Tahun 1985, Sri Sultan Hamengku
Buwono IX mengijinkan diadakannya perubahan bangunan sesuai dengan
kebutuhannya, dan tahun 1987, museum benteng Vredeburg baru dibuka untuk
umum. Mengenai status tanah pada periode ini tetap milik Keraton.
11. Tahun 1992 sampai sekarang, berdasarkan SK Mendikbud RI Prof. Dr. Fuad
Hasan No. 0475/0/1992 tanggal 23 November 1992, secara resmi Museum
Benteng Vredeburg menjadi Museum Khusus Perjuangan Nasional dengan nama
Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta yang menempati tanah seluas 46.574 m
persegi. Kemudian tanggal 5 September 1997, dalam rangka peningkatan
fungsionalisasi museum, Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta mendapat
limpahan untuk mengelola museum Perjuangan Yogyakarta di Brontokusuman
Yogyakarta berdasarkan SK Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor: KM.
48/OT.
001/MKP/2003 tanggal 5 Desember 2003.

B. Hubungan Benteng Vredeburg Bagi Kemerdekaan Indonesia


Bangsa kita pernah dijajah perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia
mempunyai sebuah proses yang cukup panjang yang perlu kita ingatkan dan diketahui
agar menjadi sejarah yang tidak dilupakan begitu saja. Untuk
memperjuangkankemerdekaan, banyak korban jiwa rakyat Indonesia berjatuhan saat
bertempur melawan para penjajah demi bangsa kita dan negara. Jejak-jejak
perjuangan kemerdekaan Indonesia sendiri terekam di museum Benteng Vredeburg

6
yang terletak di Jl. Jenderal A. Yani (Margo Mulyo) Yogyakarta. Dimuseum ini
perjuangan kemerdekaan disajikan dengan kronologis yang runtut. Bahkan alur cerita
yang disajikan seperti nyata dan suasananya hidup. Edukator museum Benteng
Vredeburg Yogyakarta, Muri kurniawati mengatakan terdapat ruang diorama
peristiwa sejarah kemerdekaan. Ruang diorama 1 menggambarkan peristiwa sejarah
pada periode perang Diponegoro sampai pendudukan Jepang di Yogyakarta (1825-
1942). Ruang diorama II mengambarkan sejak Proklamasi atau awal kemerdekaan
sampai agresi militer Belanda (1945-1947). Ruang diorama III menggambarkan
adanya perjanjian Renville sampai pengakuan kedaulatan RIS (1948-1949). Ruang
diorama IV menggambarkan sejarah periode Negara Kesatuan RI sampai masa orde
baru (1950-1974).
Museum Benteng Vredeburg sendiri berisi benda-benda kuno bersejarah yang
mengandung ilmu pengetahuan ini ditampilkan sesuai perkembangan zaman.
Sekarang dilengkapi dengan media layar sentuh (touch screen). Di Museum ini juga
dilengkapi dengan game-game anak dengan tema sejarah perjuangan melawan
penjajahan. Diantaranya game tentara Indonesia dalam melawan penjajahan Belanda.
Kunjungan di Museum ini tergolong cukup ramai yakni mencapai 1000 orang per hari
pada hari biasa. Sementara pada hari libur bisa 2 kali lipatnya. Namun jika
dibandingkan dengan jumlah penduduk, maka kunjungan ke museum tersebut masih
jauh perbandingannya. Sehingga masih sangat perlu promosi dan publikasi ke
masyarakat agar kunjungan ke museum lebih meningkat. Jadi kaitan Benteng
Vredeburg dengan kemerdekaan Indonesia yaitu di mana Museum ini menjadi salah
satu saksi bagaimana perjuangan para pahlawan kita melawan para penjajah agar
bangsa kita merdeka, dimana di tempat Museum ini menyimpan semua jejak sejarah
pejuang kemerdekaan secara runtut sehingga jejak sejarah terhadap perjuangan
kemerdekaan tidak hilang dan bisa dilihat dan dibaca oleh para pengunjung kalau
ingin ke museum.

C. Manfaat Benteng Vredeburg


1. Sebagai Benteng
Benteng Vredeburg adalah bangunan untuk keperluan militer yang dibuat
untuk keperluan pertahanan sewaktu dalam peperangan. Sama seperti benteng
lainnya dipenjuru Indonesia benteng ini dibangun oleh VOC untuk upaya
mempertahankan diri dari serangan penguasa setempat. Pembangunan benteng ini

7
sangat berguna bagi strategis VOC dan Belanda dalam penaklukan atau
penjajahan mereka di Nusantara. Dengan bangunan yang dikelilingi dinding
tinggi dan Menara pengawas disetiap sudutnya menjadikan benteng ini sebagai
tempat ideal untuk menahan serangan dan menjaga pihak didalam benteng untuk
tetap aman. Secara historis bangunan ini sejak berdiri sampai sekarang telah
mengalami berbagai perubahan fungsi yaitu pada tahun 1760-1830 berfungsi
sebagai benteng pertahanan, pada tahun 1830-1945 berfungsi sebagai markas
militer Belanda dan Jepang, dan pada tahun 1945-1977 berfungsi sebagai markas
militer RI.

2. Sebagai Museum
Benteng Vredebrug yang memiliki arti sebagai benteng perdamaian saat
ini dialih fungsikan sebagai museum dan menyimpa beberapa koleksi yakni
diorama peristiwa sejarah, lukisan, dokumen-dokumen, bangunan dan lain-lain.
Bangunanbangunan yang ada di Museum ini masih terawat dengan baik dan
cukup menarik untuk dikunjungi apalagi untuk belajar dan mengenal kan nilai-
nilai perjuangan dari para pahlawan masa kolonial.
Di museum Benteng Vredeburg ini tersimpan berbagai macam koleksi
yang mempunyai nilai penting bagi catatan sejarah bangsa Indonesia. Koleksi
tersebut berupa bangunan, koleksi replika, dan miniatur. Terdapat juga koleksi
realia seperti mesin jahit yang menunut catatan sejarah digunakan untuk
memperbaiki pakaian para prajurit. Selain itu, bangunan museum Benteng
Vredeburg sendiri menyimpan banyak cerita sejarah. Benteng Vredeburg
menupakan salah satu bangunan bersejarah yang menjadi saksi 4 jaman, yaitu
masa kolonial Belanda, lnggris, Jepang hingga masa kemerdekaan. Berdasarkan
latar belakang yang telah diuraikan.

3. Sebagai Sumber Belanjar


Diorama merupakan salah satu media sumber belajar yang dapat
dimanfaatkan secara langsung. Peserta didik akan dilatih untuk dapat belajar
secara mandiri denggan membuka pikiran secara luas mengenai peristiwa sejarah.
berbagai diorama yang berhubungan dengan peristiwa sejarah banyak dijumpai di
berbagai museum. Diorama yang terdapat didalam museum dapat digunakan
sebagai sumber sejarah yang efektif. Mengunjungi suatu museum adalah suatu

8
kegiatan inovatif yang akan menambah pengalaman belajar secara langsung bagi
peserta didik. Selain itu bangunan bersejarah juga akan membantu peserta didik
dalam memahami materi sejarah. Museum Benteng Vredeburg merupakan salah
satu museum Nasional yang terletak di kota Yogyakarta. Museum Benteng
Vredeburg menyimpan banyak diorama dan benda bersejarah yang sangat
bermanfaat sebagal sumber belajar sejarah. Peserta didik akan lebih tertarik untuk
belajar sejarah melalui diorama-diorama tentang peristiwa sejarah ying ada di
dalam Museum Benteng Vredeburg.

4. Sebagai Penunjang Ekonomi Masyrakat Sekitar


Benteng Vredeburg yang kini berubah fungsi sebagai museum tentu
menyerap tenaga kerja dari berbagai bidang dan tempat untuk menjalankan
Museum ini. Selain itu banyaknya orang yang megunjungi Museum Benteng
Vredeburg ini tentu saja meransang perekonomian disekitarnya sebagai contoh
tempat lahan parkir, penjual cinderamata dan kuliner. Kehadiran Museum ini
pada akhirnya membantu menunjang perekonomian masayrakat sekitar.

9
BAB IV

Temuan-Temuan Lapangan

A. Keberadaan Benteng Vredeburg Sekarang


Benteng Vredeburg dikelilingi oleh parit dan keempat sudutnya diberi
bastion sebagai pengintai atau ruang jaga. Sementara di dalamnya terdapat beberapa
bangunan penting, seperti rumah perwira, rumah residen, asrama prajurit, gudang
senjata, gudang logistik, hingga rumah sakit. Sejak didirikan hingga kini, Benteng
Vredeburg mengalami beberapa kali perubahan status kepemilikan dan fungsi. Antara
1760-1942, bangunannya digunakan sebagai benteng pertahanan dan markas militer
Belanda. Namun, ketika masa penjajahan Inggris (1811-1816), Benteng Vredeburg
sempat dikuasai oleh John Crawfurd atas perintah Raffles. Pada 1942, benteng ini
diambil alih oleh tentara Jepang yang telah menanamkan kekuasaannya di Indonesia.
Hingga tiga tahun berikutnya, Benteng Vredeburg digunakan sebagai tempat tawanan
orang Belanda dan Indonesia, serta markas militer dan gudang senjata tentara Jepang.
Pasca Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, Benteng Vredeburg diambil alih oleh
instansi militer RI dan digunakan sebagai asrama, markas pasukan, juga gudang
perbekalan, dan senjata.

B. Fungsi Benteng Vredeburg Sekarang


Pada 9 Agustus 1980, pemerintah melalui Mendikbud dan atas persetujuan
Sri Sultan Hamengku Buwono IX, menetapkan Benteng Vredeburg sebagai pusat
informasi dan pengembangan budaya nusantara. Kemudian pada 16 April 1985,
bangunan benteng ini dipugar untuk dijadikan museum. Setelah pemugarannya selesai
pada 1987, museum mulai dibuka untuk umum. Selanjutnya, pada 1992 bangunan
museum secara resmi ditetapkan sebagai Museum Khusus Perjuangan Nasional
dengan nama Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta. Uniknya, Museum Benteng
Vredeburg memiliki koleksi unggulan berupa minirama Kongres Boedi Oetomo,
diorama pelantikan Soedirman sebagai Panglima Besar TNI, mesin ketik
Surjopranoto, kendil yang digunakan oleh Soedirman, Dokumen Soetomo, dan
bangku militer akademi.

10
C. Kebermakanaan Benteng Vredeburg bagi Masyarakat
1. Ekonomi
Masyarakat yang berada di kawasan Benteng Vredeburg ini terlihat
memanfaatkan keadaan dengan cara berdagang seperti makanan, minuman, kaos
dan masih banyak lagi. Selain berdagang masyarakat juga bekerja sebagai ojek
becak motor dan kusir delman.

2. Pendidikan
Dalam bidang pendidikan banyak pelajar yang datang dari berbagai kota
yang datang untuk belajar tentang sejarah dari Benteng Vredeburg itu sendiri dan
mengetahui apa saja peninggalan yang ada disana. Untuk mahasiswa juga
digunakan untuk penelitian yang mereka jalankan.

11
BAB V Penutup

Keberadan Benteng Vredeburg merupakan saksi bisu perjalanan kolonialisme


yang terjadi di Indonesia terutama Yogyakarta. Perjalanan panjang yang telah dilewati
juga mempengaruhi fungusi benteng ini pada masa-kemasa. Pada tahun 1760-1830
berfungsi sebagai benteng pertahanan, pada tahun 1830 -1945 berfungsi sebagai
markas militer Belanda dan Jepang, pada tahun 1945-1977 berfungsi sebagai markas
militer RI dan sekarang berfungsi sebagai Museum. Dari sejarah panjang Benteng
Vredeburg ini menunjukan pada kita apa itu kehidupan, dimana dalam perjalanannya
dari waktukewaktu kehidupan akan mengalami konsep perubahan dan keberlanjutan.
Konsep ini pada akhirnya merubah keadaan dari masa-kemasa dan membuat kita
menjadi seperti yang sekarang.

12
Daftar Pustaka

Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan. 2019. “Sejarah Singkat Benteng Vredeburg”,


https://vredeburg.id/id/page/sejarah-singkat, diakses pada 15 November 2021 pukul 20:10.

Ningsih, Lestari Widya. 2021. “Benteng Vredeburg: Sejarah, Fungsi, dan Keunikan

Museum”, https://www.kompas.com/stori/read/2021/08/25/150000179/benteng-vredeburg--

sejarahhttps://www.kompas.com/stori/read/2021/08/25/150000179/benteng-vredeburg--

sejarah-fungsi-dan-keunikan-museumfungsi-dan-keunikan-museum, diakses pada 16

November 2021 pukul 17:00.

Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta. 2021. “Benteng Vredeburg”,


https://kebudayaan.jogjakota.go.id/page/index/benteng-vredeburg, diakses pada 16
November pukul 13:00.

13

Anda mungkin juga menyukai