ILMU SEJARAH
Dosen Pengampu:
Disusun oleh:
2023
INTRO LIVING MUSEUM KOTAGEDE
Museum Kotagede merupakan sebuah museum yang baru diresmikan pada bulan
Desember 2021. Yang mana Museum Kotagede ini menggunakan bangunan warisan budaya
yang mempunyai nilai penting sebagai bangunan penanda karakter kawasan di Kotagede
sehingga sangat perlu untuk dilindungi dan dilestarikan. bangunan Museum Kotagede ini
sangat unik sekali, hiasannya mengandung unsur ornamen Art Deco dan gaya art Neuveau.
Ternyata bangunan yang digunakan sebagai Museum Kotagede ini dahulu merupakan rumah
kalang atau kediaman B.H. Noeriyah yang mana beliau adalah keturunan kalang yang sangat
terkenal sebagai pengusaha kerajinan emas dan diperkirakan dibangun pada tahun 1931.
Museum Kotagede ini mempunyai tujuan sebagai pusat informasi tentang sejarah
Kotagede sehingga masyarakat bisa lebih tahu tentang potensi heritage dan budaya Kotagede
secara lengkap. Intro Living Museum Kotagede berisi koleksi-koleksi yang dibagi menjadi
empat klaster utama. Klaster utama adalah klaster situs arkeologi dan lanskap sejarah, lalu
klaster kemahiran (teknologi) tradisional, klaster sastra-seni pertunjukan adat-tradisi dan
kehidupan keseharian, dan klaster pergerakan sosial kemasyarakatan.
Klaster situs arkeologi dan lanskap sejarah merupakan klaster yang mengandung
tinggalan arkeologi berupa situs dan didalamnya terdapat jenis peninggalan berupa artefak,
bangunan, struktur cagar budaya yang bersama dengan elemen lainnya membentuk lanskap
sejarah kotagede. Klaster kemahiran (teknologi) tradisional didalamnya memuat informasi
mengenai tinggalan budaya kemahiran arsitektur dan kriya (kerajinan) perak yang kaya akan
kandungan nilai-nilai kemahiran dalam penguasaan teknologi tradisional didalamnya.
Klaster sastra-seni pertunjukan adat-tradisi dan kehidupan keseharian mencakup aspek
yang berkaitan dengan dengan budaya dalam bentuk kemampuan kreasi seni serta kuliner khas
Kotagede mencerminkan aspek kehidupan keseharian masyarakat. Klaster pergerakan sosial
kemasyarakatan memuat mengenai perjalanan sejarah muncul dan berkembangnya organisasi-
organisasi sosial dan masyarakat di Kotagede yang sangat besar perannya dalam sejarah
perjuangan bangsa Indonesia dalam meraih kemerdekaan dan pembangunan negara.
Diharapkan keberadaan museum Kotagede ini akan mampu memberikan angin segar
dalam misinya untuk mengajak pengunjung menikmati tinggalan-tinggalan budaya di
Kotagede secara lebih mendalam dan menghadirkan nuansa penglaman yang berbeda dari
museum-museum yang lain. Aspek Pendidikan, pembelajaran dan hiburan sekaligus dapat
tercakup didalamnya. Museum Kotagede mencoba menghadirkan sebuah real world sebuah
wilayah yang didalamnya terkandung karakteristik lanskap alam dan budaya lengkap dengan
nilai-nilai intrinstik yang menjiwainya.
Intro Watu Gilang
Merupakan bangunan warisan budaya berupa rumah tradisional jawa (joglo). Nama
dalem ngaliman (omah ngaliman) berasal dari nama pemilik rumahnya yaitu M. Ngaliman.
Lokasinya berada di kompleks sopingen bagian timur. Dalem ngaliman salah satu rumah joglo
khas kotagede. Pada bagian rumah joglo terdiri dari gondhok tengen, gandhok kiwa, dalem
sethong tengen, senthong kiwa, senthong tengah, omah wingking ( pekiwan, sapen, pawon),
pringgitan, serta dilengkapi dengan adanya pendapa. Pendapa berfungsi sebagai tempat
pertemuan.
Bahu Dhanyang
Merupakan elemen bangunan yang mirip konsol atau kontruksi yang menyangga
tritisan bangunan. Bahu dhanyangadalah salah satu ciri khas arsitektur tradisional kotagede.
Letaknya menempel pada tiang terluar atau cagak emper. Bentuknya unik seperti lengan tangan
atas manusia (arti dari istilah bahu), sedangkan dhanyang berarti roh penunggu tempat sakral.
Bahu dhanyang tidak hanya berfungsi untuk penyangga tritisan tetapi juga menambah nilai
keindahan dari rumah.
Repro Lukisan B.H Noerijah
Lukisan yang menampilkan B.H Noerijah yang mengenakan kebaya jarit, kerudung biru,
serta beberapa perhiasan.
Lawang Pethuk
Sirap Genteng
Dalem sopingen, dahulu merupakan rumah kediaman dari Raden Amatdalem Sopingi,
yakni kepala lurah juru kunci makam dibawah kesutanan Yogyakarta. Sebagai abdi dalem,
Raden Amatdalem Sopingi menyiapkan rumahnya untuk tempat singgah, berkumpul, dan
beristirahat bagi pejabat kerajaan yang akan berziarah dimakam raja-raja di kotagede.
Pada masa pergerakan nasional, dalem sopingen digunakan sebagai tempat pertemuan
organisasi-organisasi pergerakan nasional. Beberapa tokoh besar juga pernah datang dan
berpidato ditempat ini, seperti HOS Cokroaminoto, H. Samanhudi, KH. Ahmad Dahlan, Ki
Hajar Dewantara, dan lainnya.
Konsol Besi
Merupakan bagian penyangga tritisan bangunan yang terbuat dari besi. Konsol besi
menunjukan ciri khas bangunan dengan gaya rsitektur indis. Biasanya aplikasi konsol besi ini
terdapat dirumah kalang karena rumah kalang menerapkan adaptasi arsitektur indis pada
bangunannya. Konsol besi berfungsi tidak hanya sebagai elemen bangunan tetapi juga hiasan.
Pada bagian konsol besi dihiasi dengan ornament gaya Art Nouveau dengan bentuk sulur-sulur
yang meliuk-liuk.
Merupakan seperangkat alat yang digunakan untuk menggabungkan perak dengan cara
dipatri. Terdiri dari meja dan kursi yang teerbuat dari kayu jati. Meja dan kursi ini digunakan
saat pengrajin perak bekerja. Di atas meja ini juga terdapat beberapa alat yang digunakan untuk
proses penggabungan perak seperti kikir, tang, gunting, supit, dan gergaji. Dalam proses
penggabungan digunakan gembosan. Gembosan merupakan alat yang digunakan untuk
mematri dengan cara diinjiak menggunakan kaki. Gembosan ini menggunakan bahan bakar
berupa bensin.