Anda di halaman 1dari 9

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul teks
eksplanasi ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari
guru Bahasa Indonesia. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan tentang teks eksplanasi bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada ibu Pradiena Paramitha Ghealoka,


S.Pd. selaku guru Bahasa Indonesia yang telah memberikan tugas ini sehingga
dapat menambah pengetahuan dan wawasan. Kami juga mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.

Sidoarjo, 03 Februari 2020

Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar....................................................................................................... i
Daftar isi................................................................................................................... ii

Bab I Pembahasan
1.1 Tari Reog........................................................................................................... 1

Bab II Pola Pengembangan


2.1 Pembahasan....................................................................................................... 3

Bab III Penutup


3.1 Kesimpulan....................................................................................................... 5
3.2 Saran................................................................................................................. 5

Lampiran................................................................................................................ 6

Daftar Pustaka...................................................................................................... iii


BAB I
PEMBAHASAN

1.1 Tari Reog

Reog merupakan kesenian berupa topeng dan tarian yang berasal dari daerah Jawa Timur
bagian barat-laut tepatnya didaerah Ponorogo. Gerbang kota Ponorogo dihiasi oleh sosok
warok dan gemblak, dua sosok yang ikut tampil pada saat pertunjukan reog. Reog adalah
salah satu budaya daerah di Indonesia yang masih sangat kental dengan hal-hal yang berbau
mistik dan ilmu kebatilan yang kuat. Hingga kini, masyarakat Ponorogo hanya mengikuti apa
yang menjadi warisan leluhur mereka sebagai warisan budaya yang sangat kaya. Dalam
pengalamannya seni Reog merupakan cipta kreasi manusia yang terbentuk adanya aliran
kepercayaan yang ada secara turun temurun dan terjaga. Upacaranya pun menggunakan
syarat-syarat yang tidak mudah bagi orang awam untuk memenuhinya tanpa adanya garis
keturunan yang jelas. Mereka menganut garis keturunan Parental dan hukum adat yang masih
berlaku.

Ada lima versi cerita populer yang berkembang di masyarakat tentang asal usul Reog dan
Warok, namun salah satu cerita yang paling terkenal adalah cerita tentang pemberontakan Ki
Ageng Kutu, seorang abdi kerajaan pada masa Bhre Kertabhumi, Raja Majapahit terakhir
yang berkuasa pada abad ke-15. Ki Ageng Kutu murka akan pengaruh kuat dari pihak istri
raja Majapahit yang berasal dari Cina, selain itu juga murka kepada rajanya dalam
pemerintahan yang korupsi, ia pun melihat bahwa kekuasaan Kerajaan Majapahit akan
berakhir. Ia lalu meninggalkan sang raja dan mendirikan perguruan di mana ia mengajar seni
bela diri kepada anak-anak muda, ilmu kekebalan diri, dan ilmu kesempurnaan dengan
harapan bahwa anak-anak muda ini akan menjadi bibit dari kebangkitan kerajaan Majapahit
kembali. Sadar bahwa pasukannya terlalu kecil untuk melawan pasukan kerajaan maka pesan
politis Ki Ageng Kutu disampaikan melalui pertunjukan seni Reog, yang merupakan
"sindiran" kepada Raja Kertabhumi dan kerajaannya. Pagelaran Reog menjadi cara Ki Ageng
Kutu membangun perlawanan masyarakat lokal menggunakan kepopuleran Reog.

Dalam pertunjukan Reog ditampilkan topeng berbentuk kepala singa yang dikenal
sebagai "Singa Barong", raja hutan, yang menjadi simbol untuk Kertabhumi, dan di atasnya
ditancapkan bulu-bulu merak hingga menyerupai kipas raksasa yang menyimbolkan
pengaruh kuat para rekan Cinanya yang mengatur dari atas segala gerak-geriknya. Jathilan,
yang diperankan oleh kelompok penari gemblak yang menunggangi kuda-kudaan menjadi
simbol kekuatan pasukan Kerajaan Majapahit yang menjadi perbandingan kontras dengan
kekuatan warok, yang berada dibalik topeng badut merah yang menjadi simbol untuk Ki
Ageng Kutu. Kepopuleran Reog Ki Ageng Kutu akhirnya menyebabkan Bhre Kertabhumi
mengambil tindakan dan menyerang perguruannya, pemberontakan oleh warok dengan cepat
diatasi, dan perguruan dilarang untuk melanjutkan pengajaran akan warok. Namun murid-
murid Ki Ageng Kutu tetap melanjutkannya secara diam-diam. Walaupun begitu, kesenian
Reognya sendiri masih diperbolehkan untuk dipentaskan karena sudah menjadi pertunjukan
populer di antara masyarakat.

Versi resmi alur cerita Reog Ponorogo kini adalah cerita tentang Raja Ponorogo yang
berniat melamar putri Kediri, Dewi Ragil Kuning, namun di tengah perjalanan ia dicegat oleh
Raja Singa Barong dari Kediri. Pasukan Raja Singa Barong terdiri dari merak dan singa,
sedangkan dari pihak Kerajaan Ponorogo, Raja Klono dan Wakilnya Bujang Ganong,
dikawal oleh warok (pria berpakaian hitam-hitam dalam tariannya), dan warok ini memiliki
ilmu hitam mematikan. Seluruh tariannya merupakan tarian perang antara Kerajaan Kediri
dan Kerajaan Ponorogo, dan mengadu ilmu hitam antara keduanya, para penari dalam
keadaan "kerasukan" saat mementaskan tariannya.

Dalam tari Reog pun kita sebenarnya ada sebab akibatnya bahwa Reog adalah tarian yang
diakui oleh negara lain dan seringkali mengundang perhatian dari negara-negara lain. Reog
jelas berasal dari Indonesia. Kebudayaan ini diakui milik negara lain karena ada beberapa
dampak pengaruh faktor pengklaiman negara-negara lain seperti, karena adanya kesamaan
antara suku dan ras masyarakat Indonesia dan Malaysia, keminiman budaya asli Malaysia,
kesamaan ciri khas kebudayaan Indonesia dan Malaysia, faktor pameran kesenian Indonesia
di Malaysia yang secara tidak sengaja mengajarkan kebudayaan Indonesia secara terperinci
kepada masyarakat malaysia yang tertarik kepada kebudayaan negara indonesia. Sebagai
warga negara indonesia sudah menjadi kewajiban kita untuk menjaga dan melestarikan
kebudayaan Indonesia seperti tari Reog agar tidak diakui oleh negara lain lagi dan agar tetap
ada untuk selamanya.
BAB II
POLA PENGEMBANGAN

2.1 Pembahasan
1. Pola deduktif ( Umum-Khusus)
Reog merupakan kesenian berupa topeng dan tarian yang berasal dari daerah Jawa Timur
bagian barat-laut tepatnya didaerah Ponorogo. Gerbang kota Ponorogo dihiasi oleh sosok
warok dan gemblak, dua sosok yang ikut tampil pada saat pertunjukan reog. Reog adalah
salah satu budaya daerah di Indonesia yang masih sangat kental dengan hal-hal yang berbau
mistik dan ilmu kebatilan yang kuat. Hingga kini, masyarakat Ponorogo hanya mengikuti apa
yang menjadi warisan leluhur mereka sebagai warisan budaya yang sangat kaya. Dalam
pengalamannya seni Reog merupakan cipta kreasi manusia yang terbentuk adanya aliran
kepercayaan yang ada secara turun temurun dan terjaga. Upacaranya pun menggunakan
syarat-syarat yang tidak mudah bagi orang awam untuk memenuhinya tanpa adanya garis
keturunan yang jelas. Mereka menganut garis keturunan Parental dan hukum adat yang masih
berlaku.

Alasan : Karena ide pokok ditempatkan di awal paragraf.

2. Pola Proses
Ada lima versi cerita populer yang berkembang di masyarakat tentang asal usul Reog dan
Warok, namun salah satu cerita yang paling terkenal adalah cerita tentang pemberontakan Ki
Ageng Kutu, seorang abdi kerajaan pada masa Bhre Kertabhumi, Raja Majapahit terakhir
yang berkuasa pada abad ke-15. Ki Ageng Kutu murka akan pengaruh kuat dari pihak istri
raja Majapahit yang berasal dari Cina, selain itu juga murka kepada rajanya dalam
pemerintahan yang korupsi, ia pun melihat bahwa kekuasaan Kerajaan Majapahit akan
berakhir. Ia lalu meninggalkan sang raja dan mendirikan perguruan di mana ia mengajar seni
bela diri kepada anak-anak muda, ilmu kekebalan diri, dan ilmu kesempurnaan dengan
harapan bahwa anak-anak muda ini akan menjadi bibit dari kebangkitan kerajaan Majapahit
kembali. Sadar bahwa pasukannya terlalu kecil untuk melawan pasukan kerajaan maka pesan
politis Ki Ageng Kutu disampaikan melalui pertunjukan seni Reog, yang merupakan
"sindiran" kepada Raja Kertabhumi dan kerajaannya. Pagelaran Reog menjadi cara Ki Ageng
Kutu membangun perlawanan masyarakat lokal menggunakan kepopuleran Reog.

Alasan : Karena dalam paragraf ini menjelaskan tentang suatu proses yang berhubungan
dengan terjadinya sesuatu.

3. Pola Induktif (Khusus-Umum)


Dalam tari Reog pun kita sebenarnya ada sebab akibatnya bahwa Reog adalah tarian yang
diakui oleh negara lain dan seringkali mengundang perhatian dari negara-negara lain. Reog
jelas berasal dari Indonesia. Kebudayaan ini diakui milik negara lain karena ada beberapa
dampak pengaruh faktor pengklaiman negara-negara lain seperti, karena adanya kesamaan
antara suku dan ras masyarakat Indonesia dan Malaysia, keminiman budaya asli Malaysia,
kesamaan ciri khas kebudayaan Indonesia dan Malaysia, faktor pameran kesenian Indonesia
di Malaysia yang secara tidak sengaja mengajarkan kebudayaan Indonesia secara terperinci
kepada masyarakat malaysia yang tertarik kepada kebudayaan negara indonesia. Sebagai
warga negara indonesia sudah menjadi kewajiban kita untuk menjaga dan melestarikan
kebudayaan Indonesia seperti tari Reog agar tidak diakui oleh negara lain lagi dan agar tetap
ada untuk selamanya.

Alasan : Karena pada paragraf ini ide pokok ditempatkan pada akhir paragraf.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Reog adalah salah satu kesenian budaya yang berasal dari Jawa Timur dan Ponorogo
dianggap sebagai kota asal Reog yang sebenarnya.
Pada dasarnya ada lima versi cerita populer yang berkembang di masyarakat tentang asal-usul
Reog dan Warok, namun salah satu cerita yang paling terkenal adalah cerita tentang
pemberontakan Ki Ageng Kutu, seorang abdi kerajaan pada masa Bra Kertabumi, Raja
Majapahit terakhir yang berkuasa pada abad ke-15. Ki Ageng Kutu murka akan pengaruh
kuat dari pihak rekan Cina rajanya dalam pemerintahan dan prilaku raja yang korup, ia pun
melihat bahwa kekuasaan Kerajaan Majapahit akan berakhir. Ia lalu meninggalkan sang raja
dan mendirikan perguruan dimana ia mengajar anak-anak muda seni bela diri, ilmu kekebalan
diri, dan ilmu kesempurnaan dengan harapan bahwa anak-anak muda ini akan menjadi bibit
dari kebangkitan lagi kerajaan Majapahit kelak.
Sadar bahwa pasukannya terlalu kecil untuk melawan pasukan kerajaan maka pesan politis Ki
Ageng Kutu disampaikan melalui pertunjukan seni Reog, yang merupakan “sindiran” kepada
Raja Bra Kertabumi dan kerajaannya. Pagelaran Reog menjadi cara Ki Ageng Kutu
membangun perlawanan masyarakat lokal menggunakan kepopuleran Reog.

3.2 Saran
Setelah Anda memahami mengenai sekilas tentang teks eksplansasi, anda akan
menemukan beberapa  pelajaran, yaitu dari segi pola pengembangan dan struktur teks
eksplanasi. Anda juga mengetahui tentang tari Reog. Semoga makalah ini berguna bagi yang
membaca. Apabila ada kesalahan dalam pembuatan makalah ini, kami mohon maaf.
LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Reog_(Ponorogo) (Diakses pada tanggal 3


Februari 2020 pukul 10.30)

http://kumpulanmakalah-kedokteran-psikologi.blogspot.com/2013/06/reog-
ponorogo-merupakan-kesenian-khas.html?m=1 (Diakses pada tanggal 3
Februari 2020 pada pukul 11.05)

Anda mungkin juga menyukai