Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

SEJARAH TARI NUSANTARA (REOG PONOROGO)


Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Sejarah Tari
Dosen Pengampu: Wahyuning Tiyas, M.pd

Peyusun:
Kelompok II

1. Delia Maulida
2. Putri Salshabila
3. Faradifa Salsabila

KELAS B
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI PERTUNJUKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberika
limpahan nikmat sehat-Nya, baik sehat fisik maupun akal fikiran dan juga
kemudahan kepada kami, sehingga kami dapat menyeleaikan makalah ini dengan
tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk
menyelesaikan makalah ini dengan baik.

Makalah ini disusun guna memenuhi mata kuliah Sejarah Tari mengenai
sejarah tari yang ada di nusantara. Tak lupa kami penulis mengucapkan terima kasih
kepada Ibu Wahyuning Tiyas, M.pd selaku dosen pengampu mata kuliah Sejarah
Tari. Adapun maksud serta tujuan penyusunan makalah ini yaitu untuk mengetahui
dan menguraikan mengenai sejarah tari nusantara (reog ponorogo) di Indonesia.

Kami mohon maaf apabila dalam penyajian materi maupun tektik dalam segi
penulisan dalam makalah ini jauh dari kata sempurna. Untuk itu kami membutuhkan
kritik dan saran yang membangun dari semua pihak demi kesempurnaan makalah
ini. Demikian yang dapat kami sampaikan, Semoga makalah ini dapat menambah
wawasan para pembaca dan bisa bermanfaat untuk perkembangan dan peningkatan
ilmu pengetahuan.

Serang, 26 Agustus 2022


Peyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..........................................................................................................1
KATA PENGANTAR.......................................................................................................2
DAFTAR ISI......................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................. 4
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................5
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................................6
1.3 Tujuan...................................................................................................................7

BAB II PEMBAHASAN......................................................................................... 8
2.1 Pengertian Reog Ponorogo.................................................................................9
2.2 Sejarah Reog Ponorogo......................................................................................10
2.3 Pementasan Tari Reog........................................................................................11
2.4 Kontroversi...........................................................................................................12

BAB III PENUTUP..........................................................................................................13


3.1 Kesimpulan..........................................................................................................14
3.2 Saran...................................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................16

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Kebudayaan Indonesia dapat didefinisikan sebagai seluruh kebudayaan lokal


yang telah ada sebelum terbentuknya nasional Indonesia pada tahun 1945.
Seluruh kebudayaan lokal berasal dari kebudayaan yang ber aneka ragam suku-
suku di Indonesia, merupakan bagian integral daripada kebudayaan Indonesia.
Banyak Tarian yang berasal dari berbagai penjuru di Indonesia, sebagai bangsa
Indonesia Tarian Tradisional adalah salah satu Budaya bangsa. Untuk itu
alangkah baiknya, apabila Tarian Tradisional dapat terus di lestarikan sampai
kapanpun.

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas kami akan merumuskan beberapa masalah yang
dapat dikaji pada BAB selanjutnya yakni :

1. Pengertian Reog Ponorogo


2. Sejarah Reog Ponorogo
3. Pementasan Seni Tari Reog Ponorogo
4. Kontroversi

1.3 Tujuan

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah:

1. Untuk memenuhi salah satu mata kuliah Pendidikan Seni Pertunjukan


2. Untuk mengetahui budaya tari tradisional yang ada di Indonesia khususnya
Tari Reog Ponorogo
3. Sebagai salah satu bahan pengetahuan di bidang seni Budaya.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Reog Ponorogo

Reog adalah salah satu kesenian budaya yang berasal dari Jawa Timur
bagian Barat-laut dan Ponorogo dianggap sebagai kota asal Reog yang sebenarnya.
Gerbang kota Ponorogo dihiasi oleh sosok Warok dan Gemblak, dua sosok yang
ikut tampil pada saat Reog ditampilkan di sebuah pertunjukkan. Reog adalah salah
satu bukti budaya daerah di Indonesia yang masih sangat kental dengan hal-hal
yang berbau mistis dan ilmu kebatinan yang kuat.

2.2 Sejarah Reog Ponorogo

Pada dasarnya ada lima versi cerita populer yang berkembang di masyarakat
tentang asal-usul Reog dan Warok. Namun salah satu cerita yang paling terkenal
adalah cerita tentang pemberontakan Ki Ageng Kutu, seorang abdi kerajaan pada
masa Bra Kertabumi, Raja Majapahit terakhir yang berkuasa pada abad ke-15. Ki
Ageng Kutu murka akan pengaruh kuat dari pihak rekan Cina rajanya dalam
pemerintahan dan prilaku raja yang korup. Ia pun melihat bahwa kekuasaan
Kerajaan Majapahit akan berakhir. Ia lalu meninggalkan sang raja dan mendirikan
perguruan dimana ia mengajar anak-anak muda seni bela diri, ilmu kekebalan diri,
dan ilmu kesempurnaan dengan harapan bahwa anak-anak muda ini akan menjadi
bibit dari kebangkitan lagi kerajaan Majapahit kelak. Sadar bahwa pasukannya
terlalu kecil untuk melawan pasukan kerajaan, maka pesan politis Ki Ageng Kutu
disampaikan melalui pertunjukan seni Reog, yang merupakan “sindiran” kepada
Raja Bra Kertabumi dan kerajaannya. Pagelaran Reog menjadi cara Ki Ageng Kutu
membangun perlawanan masyarakat lokal menggunakan kepopuleran Reog. Dalam
pertunjukan Reog ditampilkan topeng berbentuk kepala singa yang dikenal sebagai
“Singa Barong”, raja hutan, yang menjadi simbol untuk Kertabumi, dan diatasnya
ditancapkan bulu-bulu merak hingga menyerupai kipas raksasa yang menyimbolkan
pengaruh kuat para rekan Cina nya yang mengatur dari atas semua gerak-geriknya.
Jatilan, yang diperankan oleh kelompok penari Gemblak yang menunggangi kuda-
kudaan menjadi simbol kekuatan pasukan Kerajaan Majapahit yang menjadi
perbandingan kontras dengan kekuatan Warok yang berada dibalik topeng badut
merah yang menjadi simbol untuk Ki Ageng Kutu, sendirian dan menopang berat
topeng Singa Barong yang mencapai lebih dari 50kg hanya dengan menggunakan
giginya. Populernya Reog Ki Ageng Kutu akhirnya menyebabkan Kertabumi
mengambil tindakan dan menyerang perguruannya. Pemberontakan oleh Warok
dengan cepat diatasi, dan perguruan dilarang untuk melanjutkan pengajaran akan
Warok. Namun murid-murid Ki Ageng Kutu tetap melanjutkannya secara diam-diam.
Walaupun begitu, kesenian Reognya sendiri masih diperbolehkan untuk dipentaskan
karena sudah menjadi pertunjukan populer diantara masyarakat. Namun jalan
ceritanya memiliki alur baru, dimana ditambahkan karakter-karakter dari cerita rakyat
Ponorogo yaitu Kelono Sewondono, Dewi Songgolangit, dan Sri Genthayu. Versi
resmi alur cerita Reog Ponorogo kini adalah cerita tentang Raja Ponorogo yang
berniat melamar putri Kediri, Dewi Ragil Kuning. Namun ditengah perjalanannya, ia
dicegat oleh Raja Singa Barong dari Kediri. Pasukan Raja Singa Barong terdiri dari
merak dan singa, sedangkan dari pihak Kerajaan Ponorogo Raja Kelono dan
Wakilnya Bujanganom, dikawal oleh Warok (pria berpakaian hitam-hitam dalam
tariannya), dan Warok ini memiliki ilmu hitam mematikan. Seluruh tariannya
merupakan tarian perang antara Kerajaan Kediri dan Kerajaan Ponorogo, dan
mengadu ilmu hitam antara keduanya, para penari dalam keadaan kerasukan saat
mementaskan tariannya.

Hingga kini masyarakat Ponorogo hanya mengikuti apa yang menjadi warisan
leluhur mereka sebagai pewarisan budaya yang sangat kaya. Dalam
pengalamannya Seni Reog merupakan cipta kreasi manusia yang terbentuk karena
adanya aliran kepercayaan yang sudah ada secara turun temurun dan terjaga.
Upacaranya pun menggunakan syarat-syarat yang tidak mudah bagi orang awam
karena untuk memenuhinya harus ada garis keturunan yang jelas. Mereka
menganut garis keturunan Parental dan hukum adat yang masih berlaku.
2.3 Pementasan Tari Reog Ponorogo

Reog modern biasanya dipentaskan dalam beberapa peristiwa seperti


pernikahan, khitanan dan hari-hari besar Nasional. Seni Reog Ponorogo terdiri dari
beberapa rangkaian yaitu, 2 sampai 3 tarian pembukaan. Tarian pertama biasanya
dibawakan oleh 6-8 pria gagah berani dengan pakaian serba hitam, dengan muka
dipoles warna merah. Para penari ini menggambarkan sosok singa yang pemberani.
Berikutnya adalah tarian yang dibawakan oleh 6-8 gadis yang menaiki kuda. Pada
reog tradisional, penari ini biasanya diperankan oleh penari laki-laki yang berpakaian
wanita. Tarian ini dinamakan tari Jaran Kepang, yang harus dibedakan dengan seni
tari lain yaitu dengan tari Kuda Lumping. Tarian pembukaan lainnya, biasanya
berupa tarian yang diperankan oleh anak kecil dengan membawakan adegan lucu,
tetapi masih jarang diadakan.

Setelah tarian pembukaan selesai, barulah adegan inti ditampilkan yang isinya
bergantung pada kondisi dimana seni Reog ditampilkan. Jika berhubungan dengan
pernikahan maka yang ditampilkan adalah adegan percintaan dan untuk hajatan
khitanan atau sunatan, biasanya menampilkan cerita pendekar. Adegan dalam seni
Reog biasanya tidak mengikuti skenario yang tersusun rapi. Disini selalu ada
interaksi antara pemain dan dalang (biasanya pemimpin rombongan) dan kadang-
kadang ada interaksi dengan penonton. Terkadang seorang pemain yang sedang
pentas dapat digantikan oleh pemain lain bila pemain tersebut kelelahan karena
yang lebih dipentingkan dalam pementasan seni Reog adalah memberikan
kepuasan kepada penontonnya. Adegan terakhir adalah Singa Barong, dimana
pemain memakai topeng berbentuk kepala singa dengan mahkota yang terbuat dari
bulu burung merak. Berat topeng ini bisa mencapai 50-60 kg. Topeng yang berat ini
dibawa oleh penarinya dengan gigi. Kemampuan untuk membawakan topeng ini
selain diperoleh dengan latihan yang berat, juga dipercaya diperoleh dengan latihan
spiritual seperti puasa dan tapa.

2.4 Kontroversi

Tarian Reog Ponorogo yang ditarikan di Malaysia dinamakan Tari Barongan.


Deskripsi tarian ini ditampilkan dalam situs resmi Kementrian Kebudayaan Kesenian
dan warisan Malaysia. Tarian ini juga menggunakan topeng dadak merak, topeng
berkepala harimau yang di atasnya terdapat bulu-bulu merak, yang merupakan asli
buatan pengrajin Ponorogo. Permasalahan lainnya yang timbul adalah ketika tarian
ditampilkan, karena pada reog ini ditempelkan tulisan “Malaysia” dan diaku menjadi
warisan Melayu dari Batu Pahat Johor dan Selangor Malaysia. Namun, perkara ini
sedang diteliti lebih lanjut oleh pemerintah Indonesia. Hal ini memicu protes dari
berbagai pihak di Indonesia, termasuk seniman Reog asal Ponorogo yang berkata
bahwa "Hak cipta kesenian Reog dicatatkan dengan nomor 026377 tertanggal pada
11 Februari 2004 dan diketahui langsung oleh Menteri Hukum dan HAM Republik
Indonesia". Ribuan Seniman Reog pun menggelar demo di depan Kedutaan
Malaysia. Berlawanan dengan foto yang dicantumkan di situs kebudayaan, dimana
Dadak Merak dari versi Reog Ponorogo ditarikan dengan tulisan “Malaysia". Duta
Besar Malaysia untuk Indonesia yaitu Datuk Zainal Abidin Muhammad Zain pada
akhir November 2007 kemudian menyatakan bahwa “Pemerintah Malaysia tidak
pernah mengklaim Reog Ponorogo sebagai budaya asli negara itu". Reog yang
disebut “Barongan” di Malaysia dapat dijumpai di Johor dan Selangor karena dibawa
oleh rakyat Jawa yang merantau ke negeri Jiran tersebut.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Reog adalah salah satu kesenian budaya yang berasal dari Jawa Timur
bagian Barat-laut dan Ponorogo dianggap sebagai kota asal Reog yang sebenarnya.
Pada dasarnya ada lima versi cerita populer yang berkembang di masyarakat
tentang asal-usul Reog dan Warok. Namun, salah satu cerita yang paling terkenal
adalah cerita tentang pemberontakan Ki Ageng Kutu, seorang abdi kerajaan pada
masa Bra Kertabumi, Raja Majapahit terakhir yang berkuasa pada abad ke-15. Ki
Ageng Kutu murka akan pengaruh kuat dari pihak rekan Cina rajanya dalam
pemerintahan dan prilaku raja yang korup dan ia pun melihat bahwa kekuasaan
Kerajaan Majapahit akan berakhir. Ia lalu meninggalkan sang raja dan mendirikan
perguruan dimana ia mengajar anak-anak muda seni bela diri, ilmu kekebalan diri,
dan ilmu kesempurnaan dengan harapan bahwa anak-anak muda ini akan menjadi
bibit dari kebangkitan lagi kerajaan Majapahit kelak. Sadar bahwa pasukannya
terlalu kecil untuk melawan pasukan kerajaan, maka pesan politis Ki Ageng Kutu
disampaikan melalui pertunjukan seni Reog, yang merupakan “sindiran” kepada
Raja Bra Kertabumi dan kerajaannya. Pagelaran Reog menjadi cara Ki Ageng Kutu
membangun perlawanan masyarakat lokal menggunakan kepopuleran Reog.

3.2 Saran

Penulis menyadari bahwa makalah ini banyak kekurangan dan jauh dari kata
sempurna. Sehingga penulis membutuhkan kritik dan saran dar pembaca demi
perbaikan pembuatan makalah selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA

-http://mega09610250.student.umm.ac.id/2010/02/05/tarian-tradisional-indonesia/
-http://www.docstoc.com/docs/57198324/Tari-Tradisional

Anda mungkin juga menyukai