PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hal yang membanggakan kita bersama tentu karena perkembangan yang luar
biasa telah terjadi pada seluruh penampilan dengan intensitas (penekanan) ataupun
kekuatan pengembangan masing-masing. kami mengharapkan sebuah
perkembangan yang lebih baik akan terjadi kemasa depan dengan pendekatan
yang lebih baik terbuka tidak harus mengorbankan kekayaan bentuk/jenis/motif
yang ada pada setiap ujud seni jaranan. Diharapkan bahwa pada perkembangan
yang akan datang justru akan terbentuk kembali masing-masing bentuk/jenis
jaranan tersebut sesuai dengan kekuatan tarinya masing-masing sehingga mampu
memperkaya nilai keindahan yang ada pada keanekaragaman seni jaranan.
Perkembangan yang tak diduga adalah terjadinya perubahan besar yang telah
membedah ruang estetik seni jaranan senterewe, sampai-sampai keunikan
senterewe sebagai salah satu bentuk kesenian jaranan khas Tulungagung tidak
Nampak lagi. Kita bersama telah mengetahui yang sebenarnya kita miliki, yaitu
keunikan jaranan senterewe – jaranan breng – jaranan pegon ataupun jaranan
jawa. Keunikan tersebut terletak pada keragaman gerak tari – pola ritme –
kekuatan gerak – model busana maupun ukuran kepang. Ketika para seniman
creator ataupun pimpinan grup menghendaki pola penampilan yang sudah tidak
mengindahkan keunikan yang ada pada setiap bentuk/jenis seni jaranan, justru
merupakan langkah mematikan keunikan tersebut, maka kedepan kita tidak makin
kaya dengan keunikan, tetapi justru akan kehilangan kekayaan yang unik dan
sprsifik tersebut.
Pada era tahun 1970-an, trade merk atau identitas seni jaranan Telungagung
dikenal dengan jaranan senterewe dan jaranan bring, di Kediri dikenal dengan
jaranan pegon atau jawa di trenggalek dikenal dengan jaranan turonggoyakso.
Meskipun saat ini berbagai bentuk/jenis jaranan tersebut sudah berkembang
ke berbagai wilayah, seyogyanya tetap melestarikan nilai-nilai yang terkandung
dalam setiap bentuk/jeins seni jaranan, karena adanya nilai-nilai yang sudah
melekat dalam setiap bentuk/jenis jaranan tersebut merupakan perbedaan kualitas
ataupun kekuatan jaranan menjadi beragam.
Gonjang-ganjing hak paten atas beberapa kesenian Indonesia yang diakui
negara tetangga yakni Malaysia, membuat marah bangsa Indonesia. Isu tentang
hak paten Tari Pendet yang selama ini menurut bangsa Indonesia merupakan
tarian khas dari Bali dan Reog kesenian khas Ponorogo membuat orang Indonesia
kebingungan, karena hal itu sudah kesekian kalinya Malaysia secara hukum
khususnya tentang hak paten selangkah lebih maju tentang seni budaya. Itu tidak
terlepas dari minimnya perhatian pemerintah dan bangsa kita terhadap aset-aset
budaya bangsa. Namun tentu saja bagi bangsa Indonesia, Malaysia dinilai telah
melakukan kesalahan besar. Kesenian atau budaya apa lagi yang akan diakui oleh
Malaysia? Dan apa yang bisa diperbuat bangsa Indonesia?
Selain itu, peminat atau pecinta seni kuda lumping turun drastis saat ini,
masyarakat Indonesia kurang peduli dalam melestarikannya, salah satu alasannya
karena banyaknya budaya asing yang masuk di Indonesia. Maka dengan alasan-
alasan tersebut kami, melakukan observasi tentang kesenian KUDA LUMPING
guna memperkenalkan kembali tentang kesenian ini supaya lebih berkembang,
lebih dikenal, lebih diminati dan tidak tergeser oleh budaya asing. Selain itu
observasi merupakan bagian dari program akademik yang harus diselesaikan oleh
siswa.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, dapat dirumuskan masalah yang
dibahas dalam penulisan makalah ini, antara ain :
1. Bagaimanakah sejarah Kuda Lumping?
2. Bagaimanakah alur cerita kesenian Kuda Lumping?
3. Bagaimanakah keragaman Materi Tari dalam Kesenian Kuda Lumping?
4. Bagaimanakah kekuatan (kualitas) Tari Kuda Lumping?
5. Bagaimanakah musik iringan tari kuda lumping?
6. Bagaimanakah penyajian tari Kuda Lumping?
7. Bagaimanakah busana dan rias tari Kuda Lumping?
8. Apa sajakah property atau perlengkapan dalam tarian Kuda Lumping?
9. Apa pandangan masyarakat terhadap kesenian Kuda Lumping?
C. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini agar dapat bermanfaat bagi pembaca serta
penulis umumnya. Namun, tujuan khusus penulisan makalah ini diantaranya :
1. Untuk mengetahui dan memahami sejarah tari Kuda Lumping
2. Untuk mengetahui dan memahami alur cerita kesenian Kuda Lumping
3. Untuk mengetahui dan memahami keragaman Materi Tari dalam Kesenian
Kuda Lumping
4. Untuk mengetahui dan memahami kekuatan (kualitas) tari Kuda Lumping
5. Untuk mengetahui dan memahami musik iringan tari kuda lumping
6. Untuk mengetahui dan memahami penyajian tari kuda lumping
7. Untuk mengetahui dan memahami busana dan riass tari kuda lumping
8. Untuk mengetahui dan memahami property atau perlengkapan dalam tarian
kuda lumping
9. Untuk mengetahui dan memahami pandangan masyarakat terhadap kesenian
Kuda Lumping
BAB II
PEMBAHASAN
Merupakan tatanan cara melakukan gerak dari pose yang satu ke pose yang lain
atau pose berikutnya.
e. Pacak
Merupakan tata cara melakukan gerak tubuh sehingga memberikan kesan gaya
gerak tubuh hidup.
f. Polatan
Merupakan tata cara melakukan gerak kepala, sehingga arah hadap sesuai dengan
kebutuhan setiap arah gerak tari.
g. Nglaras
Merupakan upaya setiap indifidu dalam mengikuti pola irama dan tempo
sesuai dengan kecepatan setiap ragam gerak tari yang disesuaikan dengan irama
musik. Diharapkan rasa musical mengalir dalam tubuh penari, sehingga terjadi
kesesuaian yang harmonis antara kesan ritmis yang ada dalam tubuh penari
dengan kesan ritmis yang ada pada musik iringan tari. Nglaras juga dimaksudkan
sebagai kemampuan setiap indifidu untuk memberikan nafas gerak tari.
h. Ngayati
i. Kepenarian
Penari merupakan salah satu aspek yang sangat penting untuk mendukung
sebuah penyajian seni jaranan, oleh karenanya kondisi dan kemampuan penari
sangat menentukan keberhasilan penampilan. Pertimbangan yang perlu
dikedepankan dalam hal kepenarian ini antara lain tentang jenis kelamin dan usia
penari.
j. Penari Laki/wanita
k. Penari Anak2/remaja/dewasa
Kondisi secara umum, fisik maupun psikis (kejiwaan) tingkat usia anak-anak
akan tidak sama dengan uisa remaja/dewasa. Meskipun secara fisik kemampuan
gerak anak-anak bisa digenjot agar memiliki bentuk dan teknik yang
baik, sebaliknya pada usia remaja/dewasa tidak akan mempunyai bentuk dan
tehnik yang baik bila tidak mempunyai semangat dan spirit yang tinggi untuk
dapat menari yang baik. Hal penting yang perlu kita sikapi bersama adalah
mewujudkan kemampuan penari sesuai dengan kebutuhan penyajian seni jaranan
dengan mempertimbangan kebutuhan.
2. Musik isen-isen
4) Gawang punjer
Yang dimaksudkan dengan gawang punjer atau disebut juga dengan punjer
gawang adalah dalam setiap perubahan gawang penari tetap berpedoman pada
titik pusat panggung.
2) Cambuk (cemeti/pecut)
Pemanfaatan cemeti dalam ragam gerak tari perlu dicermati sehingga tidak
hanya berkesan menari dengan membawa cemeti, tetapi cemeti merupakan bagian
dari sebuah komposisi tari atau keragaman tari. Dengan demikain cara memegang
cemeti dalam berbagai pose tari perlu ditata lebih spesifik.
3) Gongseng
Agar gongseng tidak berjatuhan saat digunakan untuk menari, maka sebelum
digunakan perlu dikontrol kondisi jahitannya.
4) Jepaplokan
Perlu adanya pengembangan tata busana maupun bentuk jeplaplokan yang digigit
(kucingan) dan dimainkan dengan tangan agar tidak berkesan sama, hanya beda di
pegang dan digigit.
5) Celeng
C. Saran
Dalam hal ini promosi sangat diperlukan agar kesenian Kuda Lumping
lebih berkembang dan dikenal oleh masyarakat luas, serta tidak dikalahkan oleh
budaya-budaya asing. Maka kepedulian, perhatian dan tindakan nyata dari
pemerintah dan masyarakat Indonesia terutama generasi muda sangat penting
demi perkembangan dan kelangsungan hidup kesenian asli bangsa kita ini.
DAFTAR PUSTAKA