Anda di halaman 1dari 8

Daftar Isi

Judul
“ Kesenian Jaranan / Kuda Lumping / Barongan”
Lampung Utara, Juni 2021 Penulis, Wulan Yuliana P.Y

Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan rahmat, Taufik
dan rahmat dan hidayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan “tugas makalah tari jaranan
an / kuda lumping/ barongan” dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana dan dapat
saya selesaikan dengan baik.

Makalah ini ini disusun memenuhi salah satu tugas mata pelajaran keterampilan
musik dan kesenian.
Meski banyak kekurangan, saya berharap makalah ini dapat memberi manfaat kepada para
pembacanya. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun, sangat penulis harapkan
untuk memperbaiki penulisan dan dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini
sehingga kedepannya dapat lebih baik.

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Budaya Indonesia adalah seluruh kebudayaan nasional, kebudayaan lokal, maupun
kebudayaan asal asing yang telah ada di Indonesia sebelum Indonesia merdeka pada tahun
1945. kebudayaan dalam pandangan Ki Hajar Dewantara adalah “ Puncak puncak dari
kebudayaan daerah”. Jaran kepang sebagai hasil karya seni merupakan sistem komunikasi
dari bentuk dan isi. Bentuk yang berupa gerak, musik, busana, properti, dan peralatan
( umbar ampen) secara visual tampak oleh mata. Namun, Isi yang berupa tujuan, harapan dan
cita-cita adalah komunikasi Maya yang hanya dapat dipahami oleh masyarakat landasan
konseptual yang bersumber pada kompleksitas sistem simbol.

Tradisi dan budaya merupakan sumber dari akhlak dan budi pekerti. Tradisi
merupakan gambaran sikap dan perilaku manusia yang telah berproses dalam waktu lama dan
telah dilakukan secara turun-temurun dimulai dari nenek moyang. secara formal, budaya
didefinisikan sebagai tatanan pengetahuan, pengalaman, kepercayaan, nilai sikap, hierarki
pemahaman, nilai agama, waktu, pernanan waktu permainan, hubungan ruang, konsep alam
semesta, objek-objek pemilik yang dimiliki oleh sekelompok besar orang dari sekelompok
sekelompok, Atau individu yang yang didapat melalui usaha.
Di Indonesia sendiri terdapat berbagai macam tradisi dan budaya. suku dan ras yang
berbeda juga dapat memiliki tradisi dan juga budayanya yang berbeda-beda. salah satu
budaya yang berasal dari suku Jawa adalah tradisi “Ebeg” atau “Kuda Lumping”. Tradisi ini
berasal dari daerah Jawa Tengah tepatnya di daerah Banyumas, Cilacap, dan Kebumen. Kini,
kesenian kuda lumping atau barongan Masih menjadi sebuah pertunjukan yang cukup
membuat hati para penonton terpikat. Namun di daerah Lampung Utara pun juga sangat
terpikat oleh kesenian kuda lumping yang ditambah oleh keunikan barongan yang
dikelompokkan dari anggota-anggota SBL (Sedulur Barong Lampung Utara).Anggota ini
yang bergabung dengan kuda lumping “Restu Budoyo” yang menambah ketertarikan,
keunikannya, sehingga banyak penonton yang terpikat. kebudayaan jaranan atau kuda
lumping Restu Budoyo adalah gabungan dari SBL yang anggotanya berasal dari desa bumi
restu, kapling atau semuli raya. Restu Budoyo menampilkan keindahan kuda lumping nya dan
SBL menambah keunikan barongannya. Sehingga kuda lumping dan barongan ini masih tetap
eksis dan mempertahankan keberadaannya sampai saat ini.

Dari latar belakang tersebut makalah ini akan membahas tentang bagaimana sejarah
kuda lumping dan barongan di bumi Restu "Restu Budoyo dan SBL "dan bagaimana cara
mempertahankannya.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah yang dimaksud dengan kesenian tradisi “kuda lumping dan


barongan”?
2. bagaimana sejarah berdirinya kuda lumping dan barongan “Restu Budoyo dan
SBL”?
3. Bagaimana prosesi dalam pertunjukan kuda lumping dan barongan?
4. Apa sajakah nilai luhur yang terkandung di dalam kesenian tradisi kuda
lumping dan barongan tersebut?
5. Apa sajakah upaya yang dilakukan untuk mempertahankan kesenian tradisi
kuda lumping dan barongan tersebut?

C. Tujuan Penelitian

1. untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan kesenian kuda lumping dan
barongan
2. Untuk mengetahui sejarah berdirinya paguyuban kuda lumping Resto budaya
dan SBL
3. Untuk mengetahui Prosesi pertunjukan kuda lumping dan barongan
4. Untuk mengetahui nilai luhur yang terkandung di dalam kesenian tradisi kuda
lumping dan barongan
5. untuk mengetahui Upaya apa saja yang dilakukan untuk mempertahankan
kesenian tradisi kuda lumping dan barongan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian kesenian tradisi kuda lumping dan barongan
Kuda lumping atau jaranan dan barongan adalah seni tari yang dimainkan dengan
menaiki kuda tiruan yang terbuat dari anyaman bambu (kepang). Dalam memainkan seni ini
biasanya juga diiringi dengan musik kukus yang sederhana yaitu dengan Gong, Kenong
Kendang, dan Selompret ( alat musik tradisional).
Kuda lumping atau “ebeg” merupakan sejenis tarian yang menceritakan latihan perang pada
waktu itu. Biasanya pemainnya ada 5-8 orang yang di iringi dengan gamelan dan
seperangkatnya. Menurut beberapa sumber, tarian “ebeg” sudah mulai berkembang sejak
zaman Pangeran Diponegoro. Tarian ini berupa dukungan rakyat jelata terhadap Pangeran
Diponegoro dalam melawan penjajah Belanda. Sedangkan kesenian barongan adalah tempat
pelengkap yang dibuat Singo Barong atau Singa Besar sebagai penguasa hutan angker dan
sangat buas. Sedangkan tokoh Singa Barong dalam cerita barongan disebut juga GEMBONG
AMIJOYO yang artinya harimau besar yang berkuasa. Kesenian barongan bersumber dari
hikayat panji yaitu sebuah cerita yang diawali dari iring-iringan prajurit berkuda mengawal
Raden Panji Asmarabangun / Pujonggo Anom dan Singo Barong. Tarian Kuda Lumping dan
Barongan biasanya terdiri dari fragmen, yaitu :
a. Dua kali tarian
b. Buto lawas
c. Tarian sentrewe
d. Tarian Begon Putri
e. Tarian Barongan
Selain sebagai media penawanan, seni kuda lumping juga dipakai oleh para ulama
sebagai media dakwah. Seperti hal nya Sunan Kaijogo yang mengajarkan islam dan
dakwahnya lewat kesenian Wayang Kulit dan Dandang Gulo, beliau dan para ulama jawa
juga menyebarkan dakwahnya melalui kesenian-kesenian lain yang salah satunya adalah seni
Kuda Lumping dan Barongan. Bukti bahwa kesenian ini adalah kesenian yang mempunyai
sifat dakwah adalah dapat dilihat dari isi cerita yang di tunjukkan oleh karakter para tokoh
yang ada dalam tarian dan nyayian-nyanyian shalawat yang dipilih untuk mengiringi tarian
kuda lumpingdan barongan. Tokoh-tokoh itu antara lain para prajurit berkuda, barongan, dan
celengan.

B. Sejarah Berdirinya Paguyuban Kuda Lumping “Restu Budoyo dan Barongan


Anggota SBL”
Peneliti melakukan observasi pada hari Minggu, 27 Juni 2021 di sebuah paguyuban.
Paguyuban Kuda Lumping “Restu Budoyo dan Barongan Anggota SBL” adalah salah satu
paguyuban yang berada di Desa Bumi Restu. Meski dari jaman nenek moyang masyarakat
sudah mengenal tentang kesenian kuda lumping. Tetapi baru terbentuk paguyubannya
tersebut sekitar tahun 2019 tepatnya pada tanggal 01 Januari 2019. Menurut peneliti kami
atau kelompok 5, paguyuban ini terdiri dari para muda-mudi lelaki didesa Bumi Restu dan
Kapling atau Semuli Raya. Mereka Bersatu membentuk sebuah kelompok yang bersatu dalam
paguyuban ini.
Kami juga sempat mewawancarai salah satu anggota SBL yaitu Mas Diki Pangestu
dan Mas Indra Saputra disini kami menanyakan beberapa hal dan sejarah-sejarah dari
paguyuban yang mereka dirikan ini, dan ini hasil wawancar kami :
Mas Safei : “Assalamualaikum Mas Diki, Mas Indra”
Mas Diki :”Waalaikumusalam Mas Safei dan Sekelompok 5”
Mas Indra :”Waalaikumusalam”
Mas Safei :”Mas Diki kalua saya boleh tau apa tujuan Mas Diki dan anggota-anggotanya
mendirikan organisasi SBL ini ?”
Mas Diki :”Ya hanya sekedar untuk mencari persaudaraan atau keluarga untuk
melestarikan budaya orang jawa apalagi kami ini bergabung dengan Kuda
Lumping Restu Budoyo sehingga menambah ketertarikan dan keunikannya
yang bergabung juga dengan barongan kami.”
Mas Safei :”Untuk tarif pementasan sekiranya berapa ya mas ? hehe..”
Mas Diki :”Untuk tarif si kami mengambil tarif 1.500 untuk setengah hari dari jam 1
hingga jam 5 Mas”
Mas Safei :”Owhlah Mas iya terimakasih ya untuk infonya yang sangat penting untuk
kelompok kami”
Mas Diki :”Iya Mas sama-sama”
Selain kami mendapat izin untuk mewawancarai salah satu anggota kami juga
mendapat izin untuk mengambil foto dan video untuk mengisi makalah kelompok lima yang
kami tunjukkan kepada dewan guru.

C. Prosesi Dalam Pertunjukan Kuda Lumping dan Barongan


Perlengkapan sesajen yang digunakan pada prosesi pertunjukan kuda lumping dan
barongan antara lain:
1) Pisang Ambon
2) Menyan
3) Padi
4) Janur Kuning
5) Gula Kelapa
6) Budin atau Tela
7) Daun Tawa
8) Dedek
9) Daun Pepaya
10) Kopi Gula
11) Pupus Pisang Ambon
12) Gula Batu (Ampo) dan Degan Kelapa Ijo
13) Lumbu Ireng
14) Bedak, Cermin, Minyak wangi duyung,
15) Alang-alang (Atep)
Aksesoris yang digunakan oleh para pemain Kuda Lumping dan Barongan :
“Kuda Lumping”
1) Selendang
2) Benting
3) Jarit
4) Celana pendek, kaos
5) Jangkang, sumping, sabuk, dan
6) Kacamata hitam
“Barongan”
1) Kepala barongan
2) Selimut barongan
3) Celana barongan Panjang
4) Kaos
Untuk mengiringi tarian ini selalu digunakan lagu-lagu lama seperti :
1) Ricik-ricik
2) Gudril
3) Blendrong
4) Lung gadung
5) Sholawatan

D. Nilai Luhur yang terkandung dalam kesenian tradisi Kuda Lumping dan
Barongan

1) Nilai Religius
Nilai Religius (Ketuhanan) merupakan nilai mutlak yang bersumber pada
keyakinan manusia. Nilai Religius tercermin dari adanya doa-doa yang
dilakukan diawal dan diakhir dalam pertunjukan kesenian kuda lumping.

2) Nilai Hiburan
Nilai Hiburan merupakan nilai permainan dan waktu senggang yang dapat
menyeimbangkan pada penggayaan kehidupan. Kesenian kuda lumping dan
barongan saat sekarang ini mulai disukai karena dapat memberikan suatu
hiburan batu yang dapat dinikmati oleh segala kalangan.

3) Nilai Sosial
Nilai Sosial dapat dilihat dari makna yang terkandung dalam kesenian kuda
lumping dan barongan, dimana manusia tersebut terlahir tidak lepas dengan
lingkungan alam dan membutuhkan kehidupan yang lebih baik, manusia juga
sangat berkecimpung dan bersosialisasi dengan yang lain dan berbagai ragam.
4) Nilai Estetika
Nilai Estetika adalah nilai yang berhungan dengan keindahan. Keindahan-
keindahan dalam kesenian kuda lumping dan barongan terdapat pada gerakan,
tata rias, tata busana, property, dan iringan musik.

5) Nilai Historis
Nilai Historis merupakan nilai sejarah dari suatu objek tertentu nilai sejarah
dari kesenian kuda lumping menceritakan tentang perjuangan Raden Patah,
yang dibentuk oleh Sunan Kalijaga melawan penjajah Belanda.

E. Upaya yang dilakukan untuk mempertahankan Kesenian Tradisi Kuda Lumping


dan Barongan

Secara garis besar, begitu banyak keenian serta kebudayaan yang ada di Indonesia
diwariskan secara turun temurun dari nenek moyang bangsa Indonesia sehingga ke generasi
saat ini. Kita sebagai penerus bangsa merupakan pewaris dari seni budaya tradisional yang
sudah semestinya menjaga dan memelihara dengan baik. Tugas kita adalah mempertahankan
dan mengembangkannya, contoh generasi muda yang mengembangkan kesenian budaya
Indonesia yaitu anggota pemuda dan pemudi Restu Budoyo dan Organisasi SBL (Sedulur
Barong Lampura). Selain itu, anggota harus berbenah apa kekurangan dari kesenian ini
supaya tetap berkembang dan bertahan mengikuti kemajuan teknologi yang semakin modern
sehingga mendapat keindahan dan keunikannya, dan juga tetap dicintai masyarakat Indonesia.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Kuda Lumping / Jaranan adalah seni tari yang dimainkan dengan menaiki kuda
tiruan yang terbuat dari anyaman bamboo (kepang). Sedangkan, Barongan adalah seni
tari yang dimainkan dengan menggerakan rampak / kepala barongan menggunakan
tangan dan menggerakan kaki yang sudah memakai celana yang indah sehingga
menambah keunikan dan keindahannya yang terbuat dari kain, sedangkan kepalanya
terbuat dari kayu waru yang sudah di ukir. Dalam memainkan seni ini biasanya
diiringi dengan music khusus yang sederhana yaitu dengan gong, kenong, kendang,
dan selompret (alat musik tradisional). Kuda Lumping atau kerap dikenal sebagai
“Ebeg” merupakan salah satu kesenian yang berkembang di daerah Jawa Tengah
khususnya daerah sebelah Selatan-Barat. Salah satu paguyuban kuda lumping dan
barongan adalah “Restu Budoyo” yang berada di desa Bumi Restu, Kecamatan Abung
Surakarta, Kabupaten Lampung Utara. Paguyuban ini baru terbentuk sekitar tahun
2019 tepatnya pada tanggal 01 Januari 2019.

B. Saran

1. Kesenian kuda lumping dan barongan terus dikembangkan dan ditampilkan secara
lebih menarik dan penuh makna agar kesenian kuda lumping dan barongan tidak
hanya menjadi hiburan semata melainkan juga dapat menjadi media untuk
meningkatkan rasa cinta tanah air Indonesia yang kaya akan budaya.

2. Kesenian kuda lumping dan barongan sebaiknya juga dituliskan dalam sebuah
buku agar memudahkan para pembaca untuk memahami makna-makna yang
terdapat pada kesenian kuda lumping.

3. Dukungan dan Kerjasama dengan pihak pemerintah hendaknya harus terus


ditingkatkan untuk memajukan seni budaya kuda lumping agar tidak direbut oleh
negara lain.

4. Membantu organisasi muda seperti contohnya Organisasi SBL yang pemainnya


pemuda pemudi sehingga lebih menambah pengetahuan generasi muda tentang
seni budaya.

Anda mungkin juga menyukai