Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN

SALAH SATU JENIS ALAT MUSIK DAERAH JAWA BARAT

ANGKLUNG

XI MIPA 2

NAMA KELOMPOK

1. Aprisilia Montolalu
2. Arcella Porajow
3. Gladyzza Wuwung
4. Glorify Purukan
5. Shelonitha Worung
6. Yohanes Wowor
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan
tuntunan, penyertaan dan berkat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan
Seni Budaya ini dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan juga
kami berterima kasih kepada Ibu Marini M. Mamuaja S.Pd. Selaku guru seni budaya
kami yang telah memberikan tugas ini kepada kami.

Kami sangat berharap tugas ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kami. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam
tugas ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna baik segi penyusunan,
bahasa, maupun penulisannya. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik dan saran
demi perbaikan tugas yang akan kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak
ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga laporan sederhana ini dapat menambah wawasan para pembaca dan
bisa bermanfaat untuk perkembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan.

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................

DAFTAR ISI.....................................................................................

PEMBAHASAN..............................................................

A. PENGERTIAN DAN SEJARAH ANGKLUNG........................


B. SENIMAN DAERAH............................................................
C. FUNGSI ANGKLUNG DITENGAH MASYARAKAT...........
D. SUMBER BUNYI.......................................................................
E. ALAT DAN BAHAN PEMBUAT..........................................
F. CARA MEMAINKAN.......................................................
G. KOMPONEN ANGKLUNG......................................................
H. JENIS-JENIS ANGKLUNG...............................
I. LAGU-LAGU............................................................................
J. FOTO/DOKUMENTASI.......................................

DAFTAR PUSAKA.....................................................................
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN ANGKLUNG

Angklung adalah alat musik multitonal yang berkembang dari masyarakat Sunda. Alat
musik ini dibuat dari bambu, dibunyikan dengan cara digoyangkan sehingga
menghasilkan bunyi yang bergetar dalam susunan nada 2, 3, sampai 4 nada dalam
setiap ukuran, baik besar maupun kecil.

SEJARAH ANGKLUNG
Dalam sejarah angklung, tidak ada petunjuk akan sejak kapan angklung
digunakan, tetapi diduga bentuk primitifnya telah digunakan dalam kultur
Neolitikum yang berkembang di Nusantara sampai awal penanggalan modern,
sehingga angklung merupakan bagian dari relik pra-Hinduisme dalam kebudayaan
Nusantara. Tercatat, sejarah penggunaan angklung di Jawa Barat sendiri dimulai
pada masa Kerajaan Sunda, yakni pada sekitar abad ke-12 hingga ke-16. Asal usul
terciptanya musik bambu seperti angklung berdasar pada pandangan hidup
masyarakat Sunda yang agraris dengan sumber kehidupan dari padi sebagai makanan
pokoknya.

Hal ini melahirkan mitos kepercayaan terhadap Nyai Sri Pohaci sebagai lambang
Dewi Padi pemberi kehidupan. Sehingga permainan angklung pada era itu dilakukan
demi pemujaan terhadap Nyai Sri Pohaci sebagai lambang dari Dewi Sri, yakni Dewi
Kesuburan atau Dewi Padi. Selanjutnya, lagu-lagu persembahan terhadap Dewi Sri
tersebut disertai dengan pengiring bunyi tabuh yang terbuat dari batang-batang
bambu yang dikemas sederhana, dan kemudian lahirlah struktur alat musik bambu
yang kita kenal sekarang bernama angklung.

Masyarakat Badui, yang dianggap sebagai sisa-sisa masyarakat Sunda asli,


menerapkan angklung sebagai bagian dari ritual mengawali penanaman padi. Selain
untuk pemujaan, kisah yang tercatat dalam Kidung Sunda juga mengungkap bahwa
alat musik ini dimainkan untuk memacu semangat prajurit saat peperangan. Meski
kegunaannya sangat berbeda dengan saat ini, angklung masih digunakan sebagai alat
musik untuk beragam pertunjukan Asal-usul kata angklung berasal dari kata angka
(nada) dan lung
(patah/hilang), maka tidak aneh apabila ketika mendengar bunyi dari alat musik
angklung itu terdengar seperti terpatah-patah. Karakter bunyi yang khas dari
angklung adalah “klung..klung..”.
B. SENIMAN DAERAH
Dua tokoh yang berperan dalam perkembangan Angklung di Jawa Barat adalah
Daeng Soetigna sebagai Bapak Angklung Diatonis Kromatis dan Udjo Ngalagena
yang mengembangkan teknik permainan berdasarkan laras-laras pelog dan
salendro.
Pada tahun 1938, Daeng Soetigna, menciptakan angklung dengan tangga nada
diatonis.Angklung inovasi Daeng Sutigna tersebut berbeda dengan angklung pada
umumnya yang berdasarkan tangga nada tradisional pelog atau salendro. Inovasi
inilah yang kemudian membuat Angklung dengan leluasa bisa dimainkan
harmonis bersama alat-alat musik Barat, bahkan bisa disajikan dalam bentuk
orkestra. Sejak saat itu, Angklung semakin populer, hingga akhirnya PBB, melalui
UNESCO, pada November 2010, mengakuinya sebagai warisan dunia yang harus
dilestarikan.
Setelah Daeng Soetigna, salah seorang muridnya, Udjo Ngalagena,
meneruskan usaha Sang Guru mempopulerkan Angklung temuannya, dengan
jalan mendirikan “Saung Angklung” di daerah Bandung. Hingga hari ini, tempat
yang kemudian dikenal sebagai “Saung Angklung Udjo” tersebut masih menjadi
pusat kreativitas yang berkenaan dengan Angklung.

Udjo Ngalagena
Lahir : 5 Maret 1929
Meninggal : 3 Mei 2001 (umur 72) Bandung, Jawa Barat
Kebangsaan : Indonesia
Nama lain : Mang Udjo
Pekerjaan : Seniman dan budayawan
Dikenal atas : Pendiri Saung Angklung Udjo
Anak : 10, termasuk diantaranya Sam Udjo

Udjo Ngalagena (5 Maret 1929 – 3 Mei 2001) juga dikenal sebagai Mang
Udjo adalah seniman angklung dan pendiri Saung Angklung Udjo. Ia merupakan
anak keenam dari pasangan Wiranta dan Imi. Pada usia antara empat sampai lima
tahun, Udjo kecil sudah akrab dengan angklung berlaras pelog dan salendro yang
kerap dimainkan di lingkungannya dalam acara mengangkut padi, arak-arak
khitanan, peresmian jembatan, dan acara-acara yang melibatkan keramaian massa
lainnya. Berdirinya Saung Angklung Udjo tidak dapat dilepaskan dari peran Udjo
Ngalagena (5 Maret 1929 – 3 Mei 2001) sebagai pendiri Saung Angklung Udjo.
Bahkan studi tentang Saung Angklung Udjo dapat dikatakan sangat erat kaitannya
dengan studi tentang biografi Udjo Ngalagena dan keluarga.

Selain belajar angklung Ia juga mempelajari pencak silat, gamelan dan lagu-
lagu daerah dalam bentuk kawih dan tembang. Ia mempelajari lagu-lagu bernada
diatonis dari HIS berupa lagu-lagu berbahasa Indonesia dan Belanda. Bakat serta
kemampuannya makin berkembang ketika Ia mulai terjun sebagai guru kesenian
di beberapa sekolah di Bandung. Untuk mempertajam kemampuannya Ia langsung
mendatangi orang yang ahli dalam bidangnya. Teknik permainan kacapi dan lagu-
lagu daerah Ia belajar dari Mang Koko. Gamelan Ia pelajari dari Raden Machjar
Angga Koesoemadinata, dan untuk angklung do-re-mi (diatonis) Ia dapat
bimbingan dari Pak Daeng Soetigna (pencipta angklung bernada Diatonis).

Daeng Soetiga
Lahir: 13 Mei 1908. Garut, Hindia Belanda
Meninggal : 8 April 1984 (umur 75). Bandung, Indonesia
Kebangsaan: Indonesia
Pekerjaan : Pemusik, pemain angklung
Dikenal atas : Pencipta angklung diatonis
Daeng Soetigna (13 Mei 1908 – 8 April 1984) adalah seorang guru yang lebih
terkenal sebagai pencipta angklung diatonis. Karya dia inilah yang berhasil
mendobrak tradisi, membuat alat musik tradisional Indonesia mampu memainkan
musik-musik Internasional. Ia juga aktif dalam pementasan orkes angklung di
berbagai wilayah di Indonesia.

Karya terbesar Pak Daeng Soetigna adalah memodifikasi Angklung yang


tadinya bernada pentatonis menjadi diatonis. Angklung ini kemudian diberi nama
kehormatan sebagai Angklung Padaeng. Selain itu, Pak Daeng juga seorang
komposer yang telah menulis puluhan aransemen lagu angklung.

C. FUNGSI ANGKLUNG DI TENGAH MASYARAKAT

Fungsi Angklung di Tengah Masyarakat

Angklung yang digunakan memiliki fungsi pada tradisinya, yakni sebagai pengiring
ritus bercocok-tanam. Setelah masyarakat di sana menganut Islam, dalam
perkembangannya, kesenian tersebut juga digunakan untuk mengiringi khitanan dan
perkawinan. Di kalangan masyarakat Sunda, keberadaan angklung tradisional terkait
erat dengan mitos Nyai Sri Pohaci atau Dewi Sri sebagai lambang dewi padi.
Angklung tradisional ini dimainkan pada upacara-upacara adat, seperti pesta panen,
turun bumi, seren taun, menyambut tamu kehormatan, dan sebagainya. Angklung
tradisional biasa digunakan dalam ritual atau upacara adat, sedangkan angklung
padaeng lebih sering ditampilkan dalam bentuk pagelaran seni. Melalui pagelaran seni
tersebut, kesenian angklung padaeng berperan sebagai media promosi budaya yang
mengkomunikasikan pesan dan nilai-nilai kultural secara implisit.

Alat Musik Angklung Berdasarkan Fungsinya

Alat musik angklung berdasarkan fungsinya termasuk kedalam alat musik melodis,
yaitu alat musik yang fungsinya untuk memainkan melodi atau lagu dan alat musik
harmonis, yaitu alat musik yang berfungsi untuk mengiringi melodi utama atau
mengharmonisasi.

D. SUMBER BUNYI

Sumber bunyi dalam angklung yaitu tabung yang bergerak ke kanan dan kekiri dalam
sebuah bingkai yang digoyang-goyangkan (shake). Sumber bunyi angklung yaitu idiofon.
Idiofon adalah alat musik yang sumber bunyinya berasal dari alat musik itu sendiri.
Sumber bunyi angklung berasal dari getaran bambu. Bambu yang digunakan dalam
pembuatan angklung memiliki dua bagian penting yang menghasilkan suara: tabung
(tangkai) dan pemegang angklung. Berikut adalah penjelasan lebih detail tentang sumber
bunyi angklung:

Tabung Bambu (Tangkai) : Tabung bambu adalah bagian utama angklung yang
menghasilkan suara. Setiap angklung memiliki tabung bambu dengan panjang dan
diameter yang berbeda, yang akan menghasilkan nada yang berbeda pula. Panjang
tabung menentukan nada yang dihasilkan, semakin panjang tabung, semakin rendah nada
yang dihasilkan. Getaran dalam tabung bambu ini dihasilkan dengan cara memukul atau
menggoyangkan angklung.

Pemegang Angklung (Peg) : Bagian atas tabung bambu dipegang oleh pemegang
angklung, yang biasanya terbuat dari bambu atau bahan lainnya. Pemegang ini
memegang tabung bambu dengan cukup longgar sehingga tabung bisa bergetar dengan
bebas saat dipukul atau digoyangkan. Pemegang angklung juga berfungsi sebagai
pegangan bagi pemain atau penampil saat mereka memainkan angklung.

E. ALAT DAN BAHAN PEMBUAT

Berikut alat, bahan, dan cara pembuatan angklung yang lebih rinci Alat yang diperlukan:
1. Pisau atau gergaji kayu: Digunakan untuk memotong bambu.
2. Palu: Untuk menekuk dan memukul bambu.
3. Gunting: Untuk memotong tali atau benang.
4. Penggaris: Untuk mengukur potongan bambu.
5. Pahat atau alat ukir: Untuk menghaluskan permukaan bambu (opsional).
Bahan-bahan yang diperlukan:
1. Bambu: Pilih bambu yang kuat dan kering. Anda memerlukan beberapa batang bambu
dengan diameter berbeda untuk menciptakan nada yang berbeda.
2. Benang atau tali: Digunakan untuk mengikat angklung.
3. Kayu atau bambu untuk pegangan: Untuk membuat pegangan pada angklung.
4. Cat (opsional): Untuk memberi warna atau hiasan pada angklung.
F. CARA MEMAINKAN ANGKLUNG
Cara memainkan alat musik ini terbagi menjadi dua, yaitu digoyang atau short hit
yang dalam Bahasa Sunda disebut sebagai "centok".

Prinsip ini pun hampir mirip dengan cara memainkan alat musik lain, yaitu biola.
Untuk lebih lengkapnya, berikut teknik dalam memainkan angklung.

1. Teknik cetok/sentak
Cetok atau sentak merupakan teknik menarik tabung dasar menggunakan jari ke
telapak tangan dengan cepat, hingga akhirnya menghasilkan bunyi sebanyak satu kali.

2. Teknik getar/kurulung
Selanjutnya ialah teknik getar atau kurulung yang paling umum digunakan dalam
memainkan angklung. Pertama, gunakan satu tangan untuk memegang rangka angklung
sementara tangan lainnya menggoyangkan alat musik tersebut. Kemudian, angklung
digoyangkan sesuai nada yang dikehendaki sampai tabungnya saling beradu satu sama
lain.

3. Teknik tangkep
Tidak jauh berbeda dari teknik sebelumnya, teknik tangkep ini menahan satu tabung
dengan jari. Hal ini bertujuan agar tabung tersebut tidak terlalu bergetar.

G.KOMPONEN ANGKLUNG
Angklung adalah alat musik tradisional khas Indonesia yang terbuat dari beberapa
komponen utama:
1. Tabung Bambu: Angklung terbuat dari tabung-tabung bambu yang memiliki panjang
dan diameter yang berbeda. Setiap tabung mewakili nada yang berbeda.

2. Tali atau Benang: Untuk menggantung tabung bambu, tali atau benang digunakan.
Benang ini biasanya terbuat dari nilon atau bahan serupa.

3. Pengikat: Pengikat bambu digunakan untuk menggabungkan tabung-tabung bambu


menjadi satu set angklung. Ini bisa berupa benang atau tali yang mengikat tabung-
tabung bersama.

4. Bambu Penyangga: Bambu yang digunakan untuk membuat pegangan angklung.


Penyangga ini membantu pemain dalam memegang angklung dengan nyaman.

5. Badan Angklung: Ini adalah rangkaian bambu yang mendukung tabung-tabung


angklung.
6. Panggul: Ini adalah bagian yang digunakan untuk memainkan angklung. Pemain akan
menggoyangkan angklung pada panggul untuk menghasilkan suara.

7. Papan Nada: Beberapa angklung modern memiliki papan nada yang diletakkan di atas
tabung-tabung angklung. Ini membantu pemain dalam menentukan nada yang
dihasilkan oleh setiap tabung.

8. Hiasan: Angklung sering dihias dengan berbagai dekorasi tradisional atau motif seni
yang khas.

Setiap komponen ini berperan penting dalam menghasilkan suara yang khas dan indah
dari angklung saat dimainkan.

H. JENIS-JENIS ANGKLUNG

Berikut jenis-jenis angklung:

1. Angklung Kanekes

Angklung Kanekes berasal dari Baduy dan ditampilkan hanya saat upacara menanam
padi. Pembuatan angklung pun hanya dilakukan oleh orang suku Baduy Dalam.

2. Anklung Reog
Jenis angklung ini digunakan untuk mengiringi tarian Reog Ponorogo di Jawa Timur.
Angklung ini memiliki ciri khas bentuk dan suara yang berbeda dengan angklung
umum. Suara pada jenis angklung reog lebih keras dan hanya memiliki dua nada.
Angklung Reog juga biasanya digunakan sebagai hiasan. Angklung ini juga dikenal
dengan sebutan klong kluk.

3. Angklung Banyuwangi

Angklung banyuwangi ini memiliki bentuk seperi calung dengan nada budaya
Banyuwangi.

4. Angklung Bali

Angklung Bali memiliki bentuk dan nada yang khas Bali.

5. Angklung Gubrag
Angklung Gubrag terdapat di kampung Cipining, kecamatan Cigudeg, Bogor.
Angklung ini telah berusia tua dan digunakan untuk menghormati dewi padi dalam
kegiatan melak pare (menanam padi), ngunjal pare (mengangkut padi), dan
ngadiukeun (menempatkan) ke leuit (lumbung).Dalam mitosnya angklung gubrag
mulai ada ketika suatu masa kampung Cipining mengalami musim paceklik.

6. Angklung Dogdog Lojor

Dogdog Lojor adalah sebuah tradisi penghormatan kepada tanaman padi. Angklung
jenis ini digunakan hanya pada saat ritual tradisi berjalan. Tradisi ini masih dilakukan
masyarakat Kasepuhan Pancer Pangawinan atau kesatuan adat Banten Kidul.
Masyarakat adat Banten Kidul setiap tahunnya menyelenggarakan tradisi Dogdog
Lojor.Pemain angklung dalam tradisi Dogdog Lojor hanya berjumlah enam orang, di
mana dua orang memainkan angklung Dogdog Lojor, dan empat lainnya memainkan
angklung besar.

7. Angklung Badeng

Berasal dari Garut, angklung Badeng awalnya digunakan sebagai alat musik pengiring
dalam ritual penanaman padi. Seiring dengan masuknya penyebaran Islam pada masa
lampau, terjadi pergeseran fungsi, angklung Badeng digunakan sebagai alat pengiring
dakwah. Dibutuhkan 9 angklung untuk melengkapi proses pengiringan dakwah.
Kesembilan angklung tersebut terdiri dari dua angklung roel, satu angklung kecer,
empat angklung indung, dua angklung anak, dua dogdog, dan dua gembyung.

8. Angklung Padaeng

Jenis angklung ini diperkenalkan pertama kali oleh Daeng Soetigna tahun 1938.
Daeng Soetigna melakukan modifikasi pada struktur batang, sehingga mampu
menghasilkan nada diatonik. Dengan demikian, angklung ini dapat dimainkan
bersama alat musik populer dan modern.

I. LAGU-LAGU
Angklung adalah alat musik tradisional dari Indonesia yang terbuat dari bambu.
Beberapa lagu tradisional Indonesia yang sering dimainkan dengan angklung antara
lain:

Lagu² daerah Jawa Barat :

1. Bubuy bulan (Benny Korda)

2. Panon Hideung ( Ismail Marzuki)

3. Peuyeum Bandung

4. Warung Pojok ( H. Abdul Adjib)

5. Bengawan Solo

6. Walang Kekek

7. Kembang Tanjung

8. Cing Cangkeling
9. Tokecang

10. Manuk Dadali ( Sambas Mangundikarta)

11. Es Lilin (Dipopulerkan oleh Nining Meida)

12. Mojang Priangan

13. Karedok Leunca

14. Tolele

15. Kacu-kacu

16. Kapur sirih

17. Kasih Tak Sampai

18. Neng Geulis

19. Sapu Nyere Pegat Simpay

20. Ka Huma

21. Anjeun

22. Hanjakal

23. Bajing Luncat (Kosaman Djaja)

24. Ole - oleh Bandung

25. Pileuleuyan

26. Mawar Bodas

27. Oray - orayan

28. Tanah Sunda

29. Cing Ciripit

30. Trang Trang Kolentrang

Selain itu, angklung juga dapat dimainkan untuk lagu-lagu populer dan lagu daerah
lainnya. Yang penting, angklung memberikan nuansa tradisional dan indah pada lagu-
lagu tersebut.
J . DOKUMENTASI

J .
DAFTAR PUSAKA

NAPA CELA FOR NGANA :]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]

Anda mungkin juga menyukai