Anda di halaman 1dari 19

TUGAS KELOMPOK I

SENI PERTUNJUKAN INDONESIA

( SAUNG ANGKLUNG UDJO JAWA BARAT )

Disusun Oleh :

Ahmad Fatkhan Rizal ( 206040023 )

Khairul Hafidz Adam ( 206040013 )

Yossy Handika ( 206040014 )

Dosen Pengampu :

Dr. Susi Vivin Astuti, M.Sn

FAKULTAS ILMU SENI DAN MUSIK UNIVERSITAS PASUNDAN BANDUNG


ANGKATAN TAHUN 2020
KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
KATA PENGANTAR

Sebelum kami membahas tentang Seni Pertunjukan Saung angklung Udjo, pertama-tama kami
panjatkan Puji dan Syukur Kehadirat Allah Subhanahu Wata'ala, karena atas izin dari-Nya kami
mampu menyelesaikan Tugas ini dengan baik dan tepat waktu.

Tujuan dari penulisan ini adalah untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Seni Pertunjukan
Indonesia, dan juga bertujuan untuk menambah sedikit wawasan tentang sejarah Seni
Pertunjukan Saung angklung Udjo untuk para pembaca dan juga penulis.

Terimakasih kami sampaikan kepada yang terhormat Ibu Dosen Dr. Susi Vivin Astuti, M.Sn
selaku Dosen Seni Pertunjukan Indonesia Universitas Pasundan yang telah memberikan
kesempatan kepada kami untuk membuat suatu makalah tentang seni pertunjukan.

Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Semoga Makalah yang kami buat ini dapat menambah wawasan untuk para pembaca dan
bermanfaat untuk perkembangan ilmu pengetahuan Seni Pertunjukan Indonesia kedepannya.
Aamiin.

Bandung, Desember 2021


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...................................................................................................

KATA PENGANTAR.............................................................................................................

DAFTAR ISI.........................................................................................................................

DAFTAR GAMBAR

BAB I. PENDAHULUAN....................................................................................................

 Latar Belakang Permasalahan.......................................................


 Rumusan Permasalahan.................................................................................
 Tujuan dan Manfaat..........................................................................................

BAB II. PEMBAHASAN.....................................................................................................

 Sejarah Angklung dan Seni Pertunjukan Saung Angklung Udjo.........


 Saung Angklung Udjo di Tengah Pandemi...............

BAB III. PENUTUP..............................................................................................................

A. KESIMPULAN.................................................................................................
B. REKOMENDASI
 DAFTAR ACUAN ( REFERENSI ) .........................................................................
 LAMPIRAN

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Permasalahan

Indonesia tidak hanya kaya akan alamnya, tapi juga segala budaya, seni, dan pertunjukan yang
beragam dari setiap daerah yang ada, seperti halnya alat musik.

Dari Sabang hingga Merauke, berderet macam-macam alat musik yang memiliki keindahan dan
keunikan. Bunyi atau suara yang diciptakan dari alat-alat musik tradisional dinilai dapat
memikat dan memukau dari segala penjuru dunia. Seperti salah satu alat musik tradisional
Indonesia yang telah mendunia yaitu angklung.

Berada di dalam suatu band dan memainkan salah satu alat musik adalah impian kebanyakan
orang muda. Apalagi di era milenial seperti ini, begitu mudah untuk seseorang menjadi dikenal
oleh banyak orang, apalagi jika orang tersebut memiliki keahlian di bidang seni. Siapa yang tidak
menyukai musik yang bagus? Posisi angklung sebagai alat musik mulai tersisihkan dengan
adanya alat musik yang modern. Padahal angklung merupakan salah satu warisan bangsa yang
harus dijaga dan dilestarikan oleh bangsa Indonesia itu sendiri. Untuk meningkatkan kecintaan
anak bangsa dengan alat musik angklung, pemerintah menjadikan angklung sebagai salah satu
mata pelajaran di beberapa sekolah di Jawa Barat. Bukan hanya itu saja, pemerintah bahkan
menggunakan gambar alat musik angklung di uang logam 1.000 rupiah agar anak muda zaman
sekarang mengetahui bahwa bangsa Indonesia memiliki alat musik yang dapat dibanggakan.
Angklung menjadi salah satu alat musik tradisional khas Jawa Barat khusunya dI Bandung.
Untuk mengenalkan alat musik tradisional tersebut banyak cara yang dapat dilakukan, salah
satunya melalui pariwisata seperti yang dilakukan Saung Angklung Udjo.

Mengenalkan musik tradisional menjadi salah satu hal yang harus dilakukan dengan tujuan
agar semua generasi mengetahui tentang musik tradisional tersebut. Jangan sampai generasi
masa kini lupa atau bahkan tidak mengenal tradisi dan kebudayaan yang kita miliki.
Untuk itu, dalam kesempatan kali ini kami ingin memperkenalkan dan membahas kembali
tentang salah satu seni pertunjukan Indonesia yaitu Saung Angklung Udjo yang ada di Jawa
Barat sebagai bentuk apresiasi cinta kami terhadap salah satu karya bangsa Indonesia.

B. Rumusan Permasalahan

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah kami bahas sebelumnya, terdapat
rumusan permasalahan yang penting untuk kita ketahui bersama, yaitu :

1. Bagaimana sejarah alat musik angklung dan seni pertunjukan musik Saung Angklung
Udjo?
2. Apa saja ciri-ciri seni pertunjukan musik Saung Angklung Udjo?
3. Apa fungsi dari seni pertunjukan musik Saung Angklung Udjo?
4. Apa saja aspek-aspek yang mempengaruhi seni pertunjukan musik Saung Angklung
Udjo?

C. Tujuan dan Manfaat

Adapun tujuan dan manfaat yang kami dapat dari penulisan ini, yaitu :

1. Untuk menambah wawasan tentang kebudayaan nasional.


2. Untuk lebih mengenal alat musik angklung dan seni pertunjukan saung angklung udjo
sebagai warisan kebudayaan.
3. Untuk ikut melestarikan budaya bangsa.
4. Untuk mengetahui sejarah, ciri-ciri, dan aspek yang mempengaruhi seni pertunjukan
saung angklung udjo.

BAB II

PEMBAHASAN
Sejarah Alat Musik Angklung dan Saung Angklung Udjo

Sebelum membahas lebih jauh tentang Saung Angklung Udjo, alangkah baiknya kita mengenal
terlebih dahulu apa itu angklung.

Kata “angklung” sendiri berasal dari bahasa Sunda “angkleung-angkleungan” yang berarti
gerakan pemain angklung dan suara “klung” yang merupakan suara yang dihasilkan dari alat
musik itu sendiri. Angklung adalah salah satu jenis alat musik tradisional di Indonesia, khas Jawa
Barat, yang terbuat dari beberapa pipa bambu dengan berbagai ukuran yang berbeda yang
dirangkai menjadi satu dengan tali rotan. Angklung termasuk ke dalam golongan alat atau
benda yang dalam istilah musik disebut idiophone, yaitu alat yang badannya sendiri
mengeluarkan bunyi atau nada disaat kita ayunkan, dan karena bentuknya yang tegak lurus,
maka angklung ini dimainkan atau dibunyikan dengan cara satu tangan memegang bagian atas
angklung dan tangan lain memegang bagian bawah dari sisi lain angklung, lalu
menggoyangkannya.

Hal itu mengakibatkan pipa-pipa bambu yang tersusun saling berbenturan hingga menghasilkan
suara harmoni yang indah.

Gambar 01. Angklung


Angklung dapat dibuat dari bambu jenis apa pun. Baik itu bambu kuning, hijau, cokelat maupun
yang berwarna hitam. Bambu yang ditebang haruslah berumur sekitar empat sampai enam
tahun. Jika umurnya terlalu muda, batang bambunya biasanya terlalu kecil dan lunak.
Sedangkan bila lebih dari enam tahun, batang bambu cenderung besar dan tebal, sehingga sulit
dibentuk menjadi angklung.

Batang-batang bambu harus melalui proses alam terlebih dahulu hingga menjadi kuat dan
tahan terhadap rayap. Salah satu cara tradisionalnya adalah dengan mencelupkan bambu di
sungai yang mengalir atau memasukan ke air berlumpur atau Balong. Agar tidak terbawa arus
sungai, batang-batang bambu ditahan dengan batu kali yang cukup besar. Proses perendaman
berlangsung selama satu bulan lamanya. Waktu sebulan dianggap cukup untuk menghilangkan
rayap bambu.

Sebelum dibentuk menjadi angklung, batang-batang bambu harus diangin-anginkan di tempat


yang teduh terlebih dahulu selama enam bulan lamanya. Barulah setelah itu bambu dianggap
telah kering dan memiliki suara yang nyaring. Setelah dipilih bambu yang bagus, maka batangan
bambu siap dipotong sesuai ukuran angklung yang akan dibuat.

Pembuatan alat ini membutuhkan lima orang untuk mengerjakan satu oktaf angklung.
Pekerjaan paling sulit adalah menyelaraskan nada atau menyetem batangan angklung.

Tidak semua orang dapat menyetem nada angklung. Hanya orang yang ahli dan tajam
pendengarannya yang dapat menyesuaikan nada angklung menjadi nada diatonis. Tentunya,
bila pendengaran sang ahli tidak bagus, hasil angklungnya pun tidak sesuai nada musik.

Proses terakhir pembuatan angklung adalah memasukkannya ke dalam rangka. Setiap rangka
biasanya berisi minimal satu oktaf atau delapan nada. Selanjutnya angklung pun siap
dimainkan.
Gambar 02. Bagian Angklung

Ada beberapa cara memainkan angklung agar terdengar lebih merdu dan lebih bervariasi.
Menurut Hanifah ( 2015, hlm. 73-75 ) ada tiga cara memainkan angklung, cara memainkannya
adalah sebagai berikut :

1. Menggetarkan ( kurulung )

Menggetarkan ( kurulung ), adalah menggetarkan angklung dengan menggunakan tangan


kanan yang memegang tabung dasar di bagian kanan. Angklung digetarkan secara berlanjut dari
kanan ke kiri, sepanjang lagu.

2. Centok ( sentak )

Centok ( sentak ), adalah teknik membunyikan angklung secara pendek.

Caranya adalah dengan menarik tabung dasar-dasar angklung dengan cepat oleh jari ke telapak
tangan kanan bawah, sehingga angklung akan berbunyi sekali saja ( staccato ). Selain dengan
cara tersebut, terdapat cara lain untuk menghasilkan suara angklung yang pendek. Caranya
adalah dengan menepuk bagian tabung dasar angklung dengan telapak tangan bagian jari.

3. Tangkep

Tangkep merupakan cara menggetarkan sebagian nada pada tabung angklung dengan menahan
salah satu tabung agar tidak ikut bergetar. Hal ini dapat menyebabkan angklung melodi
mengeluarkan nada murni.

Dengan mengetahui cara memegang serta bermain angklung yang benar maka akan lebih
memudahkan proses pembelajaran. Ketiga cara memainkan angklung tersebut dapat dimainkan
sepanjang lagu.
Awalnya, angklung adalah alat musik yang tidak memiliki nada suara. Angklung kuno tidak
memiliki irama dan hanya berbunyi quotgubrakquot. Dahulu kala, angklung yang tak memiliki
nada disebut dengan angklung gubrak. Lain halnya dengan zaman sekarang. Angklung kini
memiliki tangga nada diatonis yang berirama dan dapat dipadukan dengan alat musik modern
seperti dengan biola, gitar, piano, dan alat musik lainnya, sampai menjadi orkestra.

Angklung termasuk satu di antara alat musik tradisional yang mudah dimainkan dan tak
mengenal batasan usia. Bahkan, baik orang dewasa maupun anak-anak dapat memainkan
angklung hanya dalam hitungan menit.

Angklung di Jawa Barat, berdasarkan sejarahnya, berasal dari masyarakat Baduy, yang
dianggap sebagai sisa-sisa masyarakat Sunda asli. Pada waktu itu masyarakat Baduy
menjadikan angklung sebagai bagian dari ritual dalam mengawali penanaman padi. Saat itu,
angklung diciptakan dan dimainkan untuk memikat Nyai Sri Pohaci ( Dewi Pertanian ) turun ke
bumi supaya membuat segala jenis tanaman tumbuh dengan subur.

Selain untuk memikat Nyai Sri Pohaci, angklung pun digunakan untuk membangkitkan
semangat para prajurit yang berperang di era saat itu. Seiring berjalanya waktu, permainan
angklung dijadikan sebagai arak-arakan setiap kali ada perayaan.

Keberadaan angklung di Indonesia tidak terlepas dari peran Guru asal Garut yang bernama
Daeng Soetigna. Daeng Soetigna adalah seorang guru yang terkenal setelah menciptakan
angklung diatonis.
Gambar 03. Daeng Soetigna Bapak Angklung Indonesia

Inspirasi Pak Daeng berawal ketika ada dua orang pengemis memainkan lagu cis kacang buncis
di depan rumah Pak Daeng dengan memakai angklung. Pak Daeng sangat tertarik dan langsung
membeli angklung dari pengemis itu. Angklung tersebut masih bernada pentatonis ( nada
tradisional sunda ). Padahal, supaya dapat digunakan untuk mengajar seni musik barat, maka
diperlukan alat musik bernada diatonis. Karena itulah Pak Daeng bertekad membuat angklung
diatonis.

Pak Daeng kemudian bertemu dengan Pak Djaja, seorang empu pembuat angklung yang
mumpuni. Walau sudah tua dan sebelumnya hanya tahu musik pentatonis, Pak Djaja dengan
senang hati membantu Pak Daeng membuat angklung diatonis. Atas kerjasama mereka berdua,
terciptalah alat musik pribumi yang mudah dibuat, dan murah. Hal itu terjadi pada tahun 1938.

Tangga nada pentatonis hanya terdiri dari lima nada. Biasanya digunakan untuk memainkan
lagu-lagu tradisional Sunda dan Jawa. Sementara tangga nada diatonis terdiri dari tujuh nada
yang berjarak satu dan setengah nada yang kita kenal dengan do re mi fa so la si do. Setelah
penemuan Pak Daeng itu, angklung bisa digunakan untuk memainkan berbagai macam lagu,
termasuk lagu-lagu nasional dan internasional. Sebagai penghormatan bagi Pak Daeng Soetigna,
angklung bernada diatonis ini disebut Angklung Padaeng.

Selanjutnya Daeng Soetigna mengajarkan angklung diatonis ini kepada anak didiknya yang
bernama Udjo Ngalagena. Setelah wafatnya Daeng Sutigna, muridnya yang bernama Udjo
Ngalagena ( Mang Ujo ) meneruskan usaha Sang Guru mempopulerkan Angklung temuannya
dengan jalan mendirikan “Saung Angklung” di daerah Bandung sebagai pusat kreativitas yang
berkenaan dengan Angklung. Lalu tempat itu kemudian dikenal sebagai “Saung Angklung Udjo”.
Gambar 04. Udjo Ngalagena ( Mang Ujo )

Saung Angklung Udjo merupakan sebuah tempat wisata budaya yang menjadikan angklung
sebagai objeknya. Di tempat ini, para pengunjung akan disajikan berbagai fasilitas hiburan yang
berhubungan dengan alat musik tradisional angklung.

Saung Angklung Udjo merupakan penghasil angklung terbesar di dunia. Tidak hanya di
Indonesia, ribuan angklung telah dikirim ke Asia, Eropa, dan Amerika. Bahkan di Belanda,
permainan angklung telah dijadikan program ekstra kurikuler di sekolahan maupun akademis.
Pemerintah Indonesia juga menetapkan bahwa angklung itu termasuk salah satu media
pembelajaran musik yang dipakai di sekolah dasar, menengah, sampai ke jenjang Akademik.

Gambar 05. Angklung dimainkan oleh warga negara asing

Saung Angklung Udjo sudah berdiri sejak tahun 1966 dan terus konsisten bertransformasi
menjadi pusat pelestarian dan pertunjukan kebudayaan tradisional yang ada di Bandung.
Walaupun namanya saung angklung, seni pertunjukan budaya tradisional lainnya juga ada di
tempat ini, seperti adanya penampilan wayang golek, adanya helaran, adanya tari topeng
Cirebon, dan lain sebagainya.
Gambar 06. Gelaran khitanan Saung Angklung Udjo

Gambar 06. Penampilan wayang golek di Saung Angklung Udjo

Wayang golek yang merupakan salah satu kebudayaan sunda bisa disaksikan di Saung Angklung
Udjo. Sandiwara yang di tampilkan dalam pertunjukan wayang golek ini mengandung banyak
pesan moral yang dapat dijadikan sebagai bahan pembelajaran.

Gambar 07. Helaran Khitanan di Saung Angklung Udjo

Helaran adalah upacara khitanan dan panen padi. Helaran diselenggarakan sebagai hiburan
masyarakat dan bentuk rasa syukur kepada Tuhan. Helaran selalu diiringi musik angklung yang
berirama riang.
Gambar 08. Penampilan tari topeng Cirebon di saung angklung Udjo

Tari topeng yang dibawakan di pentas seni saung angklung Udjo ini menjadi pelengkap dari
pertunjukan seni lainnya. Bukan hanya menonton pertunjukan, wisatawan yang datang juga
dapat ikut menari bersama.

Pertunjukan seni tradisional yang ada saung angklung Udjo menjadikan eksistensi tradisi sunda
tetap terjaga dengan baik.

Seni pertunjukan yang ada di saung angklung Udjo lainnya yaitu adanya penampilan angklung
orkestra, bermain angklung bersama, dan menari bersama.

Gambar 09. Pertunjukan angklung orkestra

Angklung Orkestra adalah permainan angklung dengan kolaborasi alat musik lain, seperti piano,
kendang, gitar, gamelan, calung dan lainnya, yang di pimpin oleh seorang dirigen. Angklung
Orkestra ini biasanya dimainkan sebagai musik pengiring di saung angklung Udjo untuk para
pengunjung dengan membawakan beberapa jenis lagu seperti balonku, twinkle-twinkle little
star, lagu-lagu dangdut dan lagu daerah Indonesia lainnya.
Gambar 10. Bermain angklung bersama

Para pengunjung dan penonton tentunya diberi kesempatan untuk ikut berpartisipasi dalam
memainkan angklung bersama anak-anak bimbingan yang sudah terlatih dari saung angklung
Udjo dengan masing-masing nomor atau nada angklung ( Do re mi fa so la si do ), supaya ikut
dapat merasakan betapa indahnya suara angklung yang di mainkan.

Gambar 11. Menari bersama dengan para pengunjung

Disini, saung angklung Udjo mengajak para pengunjung atau penonton untuk menari bersama
dengan di iringi musik tradisional maupun modern, dan tentunya angklung sebagai alat musik
utamanya. Menari bersama bertujuan supaya adanya interaksi sosial sehingga dapat mengenal
satu sama lain.
Karena terkenalnya Saung Angklung Udjo sampai ke Mancanegara, pada tanggal 16 September
2010 UNESCO menetapkan angklung sebagai Representative List of Intangible Cultural Heritage
of Humanity, atau Mahakarya warisan budaya Indonesia

Tempat wisata yang satu ini memberikan edukasi lengkap terkait musik tradisional angklung
dan beberapa kebudayaan sunda lainnya. Edukasi budaya melalui pariwisata dirasa efektif
karena penyampaiannya dilakukan dengan ringan namun tetap bermakna.

Orang yang belajar di tempat wisata edukasi juga lebih merasa nyaman dibandingkan belajar di
kelas-kelas khusus. Bagi anak-anak, proses belajar sambil bermain lebih menarik dan
menyenangkan dibandingkan metode belajar lainnya.

Di sisi lain, Saung Angklung Udjo menyediakan beberapa fasilitas di dalamnya, yang diantaranya
yaitu :

1. Pelataran Parkir yang luas dengan dikelilingi oleh pohon-pohon bambu yang
menjadikan suasana terasa sejuk dan segar.

Gambar 12. Pelataran Parkiran 1 Gambar 13. Pelataran Parkiran 2

2. Tour Guide ( pemandu wisata ) yang bertugas untuk memandu para pengunjung
mengenalkan satu persatu seni dan budaya yang ada di dalam Saung Angklung Udjo.
3. Memiliki tempat duduk yang unik dan khas, yang terbuat dari bahan bambu.
4. Amphiteater, adalah tempat atau panggung pertunjukan terbuka, supaya suara-suara
yang ada di area itu terpantulkan dengan baik.
5. Adanya tempat Penjualan Makanan atau kuliner, yang bertujuan supaya para
pengunjung tidak kelaparan dan kehausan saat berwisata di saung angklung Udjo.
6. Adanya tempat penjualan oleh-oleh atau souvenir, tentunya saung angklung Udjo
menyediakan ini untuk para pengunjung supaya membelinya sebagai kenang
kenangan atau oleh-oleh dari saung angklung Udjo.
7. Toilet di saung angklung Udjo terawat dengan baik yang membuat nyaman para
pengunjung saat ingin menggunakan toiletnya.

Gambar 14. Souvenir atau oleh-oleh

Saung Angklung Udjo selalu memiliki daya tarik tersendiri. Hal yang banyak dinanti ketika
berkunjung ke tempat ini adalah pentas seni atau pertunjukan seni yang aktif di tempat ini.
Pertujukan seni yang ada di tempat ini biasanya di laksanakan sekitar jam 15.30 sampai 17.30
WIB. Namun waktu dapat berubah sewaktu-waktu tergantung pada kebijakan dari pengelola
saung tersebut.

Pentas seni musik angklung dikemas dengan gaya modern dan menyesuaikan selera
penikmatnya. Jika dahulu angklung hanya digunakan untuk mengiringi lagu-lagu sunda, saat ini
angklung dimainkan secara orkestra, mengiringi berbagai jenis lagu termasuk lagu hits kekinian
saat ini.
Hal tersebut menjadi bukti bahwa musik tradisional juga dapat bertransformasi mengikuti
perkembangan zaman tanpa menghilangkan nilai tradisi dan kebudayaan di dalamnya.
Akulturasi di tengah pertunjukan angklung di Saung Angklung Udjo ini menjadi keunikan dan
daya tarik tersendiri bagi para wisatawan dalam menyaksikan pertunjukan angklung yang indah
dan mempesona.

Saung Angklung Udjo Ditengah Pandemi

Covid-19 telah menyebabkan sektor pariwisata saung Angklung Udjo menjadi kurang aktif atau
menurun dalam mempertunjukkan karyanya. Saung Angklung Udjo bahkan terpaksa
mengurangi pegawainya dari ratusan orang menjadi puluhan orang.

Hal tersebut tentu sangat mengkhawatirkan mengingat tempat ini sangatlah melegenda untuk
melestarikan warisan budaya. Jika tidak mampu bertahan di masa pandemi, tempat wisata ini
terancam gulung tikar.

Dukungan dari banyak pihak menjadi salah satu hal yang sangat penting untuk tetap merawat
dan mempertahankan tempat wisata ini. Berbagai kebijakan harus segera diambil dengan cepat
untuk menyesuaikan dengan kondisi pandemi seperti saat ini.

Untuk itu, terobosan terbaru yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan pertunjukan
secara Daring yang dapat mempertahankan eksistensi dari saung angklung legendaris ini.

Gerak cepat untuk menyesuaikan kondisi yang ada sangat dibutuhkan untuk menjaga agar
Saung Angklung Udjo ini tetap dapat dikunjungi supaya kita semua tetap dapat menikmati
setiap pertunjukan seni yang terdapat di Saung Angklung Udjo ini.

Setelah kami bahas latar belakang permasalahan sampai pembahasan makalah ini , selanjutnya
kami akan menutup makalah ini dengan beberapa kesimpulan dan beberapa rekomendasi
mengenai Saung Angklung Udjo.
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Angklung merupakan alat musik khas dari Jawa Barat yang terbuat dari bambu. Di Indonesia,
angklung pertama kalinya diperkenalkan oleh Bapak Daaeng Soetigna. Angklung telah
ditetapkan oleh UNESCO sebagai Mahakarya Warisan Budaya Indonesia. Angklung dimainkan
dengan cara menggetarkannya atau menggoyangkannya, atau di sentak, dan di tangkep.
Angklung yang sering di pakai untuk umum adalah angklung yang cenderung jenisnya bernada
Diatonis. Angklung bisa dikolaborasikan dengan alat musik lainnya seperti gitar, drum, piano,
dan lainnya yang sehingga menjadi angklung orkestra. Angklung dijadikan media oleh
pemerintah sebagai salah satu pembelajaran di sekolah dasar hingga ke akademis. Angklung di
populerkan dan di kembangkan oleh Bapak Udjo Ngalagena, tepatnya di Saung Angklung Udjo,
Bandung, Jawa Barat.

Saung Angklung Udjo mempunyai ciri khas tersendiri, baik itu dari tempatnya serta isinya
maupun seni pertunjukannya, yang diantaranya yaitu: Angklung itu sendiri seperti adanya
angklung orkestra, adanya tradisi budaya yang berbagai macam seperti pencak silat, wayang
golek, tari topeng, helaran, menari bersama dan sebagainya. Kesenian tradisionalnya yang
beraneka ragam seperti adanya gamelan, kecapi, calung dan lain sebagainya. Fasilitasnya yang
beraneka ragam, seperti adanya wisata kuliner, souvenir, toiletnya yang terjaga bersih, tempat
duduknya yang terbuat dari bahan bambu, pelataran parkirnya yang sangat luas, dan lain
sebagainya. Suasana tempatnya yang sangat sejuk dan segar dengan di kelilingi pohon-pohon
bambu. Musik yang dimainkan bersifat semangat dan riang dengan jenis angklung yang
digunakan bernada pentatonis dan diatonis.

Seni Pertunjukan Saung Angklung Udjo memiliki beberapa fungsi, yaitu : Sebagai program
edukasi dan ekstrakurikuler di sekolah-sekolah, mulai dari sekolah dasar sampai ke jenjang
akademis. Sebagai penghasil angklung terbesar di dunia. Sebagai pusat pelestarian dan
pertunjukan kebudayaan tradisional yang ada di Bandung. Sebagai tempat wisata hiburan untuk
umum, mulai dari masyarakat dalam negeri maupun luar negeri. Sebagai Karya Agung Warisan
Budaya Indonesia.

Aspek-aspek yang mempengaruhi seni pertunjukan musik Saung Angklung Udjo yaitu : Tekad
dan Ide dari pendiri Saung Angklung Udjo itu sendiri, yang menjadikan Saung Angklung Udjo
menjadi terkenal sampai ke Mancanegara. Tempatnya yang strategis, mudah di kunjungi.
Fasilitasnya yang berbagai macam. Kemampuan permainan musiknya. Suara Musiknya.
Penampilan panggungnya. Interaksi penonton.

Rekomendasi

 https://www.google.com/amp/s/www.hops.id/daeng-soetigna-pencipta-angklung-
legendaris-yang-mendunia/amp/
 https://buzzerbeezz.com/tag/travel/page/23/

Anda mungkin juga menyukai