MAKALAH
Untuk memenuhi tugas
DISUSUN OLEH:
XI MIPA 5
2019/2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-
Nya kami masih diberikan kesempatan untuk menyelesaikan karya ilmiah ini.
Makalah ini di buat untuk memenuhi tugas mata pelajaran Seni Budaya tentang TARI
JAIPONG. Makalah ini kami buat semaksimal mungkin sehingga memerlukan banyak waktu,
pikiran, dan referensi dari berbagai sumber, selama penyusunan karya ilmiah ini, kami tidak
lepas dari bantuan berbagai pihak.
Penulis menyadari bahwa makalah ini bukanlah hasil karya yang sempurna, baik dari
segi penulisan, bahasan, ataupun penulisannya. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik
dan saran yang sifatnya membangun, khususnya dari guru mata pelajaran Bahasa Indonesia
guna menjadi acuan dalam bekal pengalaman bagi penulis untuk lebih baik di masa yang akan
datang. Amiin.
(Penulis)
DAFTAR ISI
.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seni tari secara umum adalah suatu gerakan secara berirama senada dengan alunan musik,
dilakukan di tempat dan waktu tertentu untuk mengekpresikan perasaan, maksud, dan pikiran
serta menyampaikan pesan tersebut melalui seseorang maupun kelompok.
Tari kreasi adalah jenis tarian yang diinovasi dengan menyesuaikan gerakan tubuh secara
berirama yang dilakukan di tempat dan waktu tertentu.
Tari jaipong adalah sebuah jenis tari pergaulan tradisional masyarakat Sunda, Jawa Barat, yang
cukup populer di Indonesia. Dewasa ini tari Jaipongan boleh disebut sebagai salah satu identitas
keseniaan Jawa Barat, hal ini nampak pada beberapa acara-acara penting yang berkenaan
dengan tamu dari negara asing yang datang ke Jawa Barat, maka disambut dengan pertunjukan
tari Jaipongan. Demikian pula dengan misi-misi kesenian ke manca negara senantiasa dilengkapi
dengan tari Jaipongan. Tari Jaipongan banyak memengaruhi kesenian-kesenian lain yang ada di
masyarakat Jawa Barat, baik pada seni pertunjukan wayang, degung, genjring/terbangan, kacapi
jaipong, dan hampir semua pertunjukan rakyat maupun pada musik dangdut modern yang
dikolaborasikan dengan Jaipong menjadi kesenian Pong-Dut. Jaipongan yang telah diplopori
oleh Mr. Nur & Leni.
Lahirnya tarian Jaipong tidak lepas dari fenomena Di tahun 1961, Presiden Soekarno yang pada
saat itu mulai membatasi budaya asing termasuk musik-musik barat. Beliau justru mendorong
seniman tradisional untuk mau menunjukkan ragam tarian etnik dari daerah-daerah di
Indonesia, di tingkat internasional. Dengan bekal pengetahuan seni tradisional inilah, gerak tari
Jaipong akhirnya tercipta. Namun, Jaipong yang Gugum ciptakan adalah sebuah tarian modern,
sekalipun gerakan dasarnya adalah gerakan yang diambil dari beberapa tari tradisional.
Dalam kehidupan sehari-hari cenderung masih banyak orang yang kurang mengetahui tentang
selu-beluk tari jaipong, khususnya bagi masyarakat Jawa Barat sendiri.
Berdasarkan permasalahan di atas agar dapat lebih menambah wawasan mengenai tari jaipong,
dapat dilakukan dengan membaca dari berbagai sumber buku, membuka internet, maupun
bertanya kepada orang yang lebih tahu, sehingga kita tertarik untuk mempelajari tari jaipong
sebagai salah satu usaha pelestarian kebudayaan Jawa Barat.
Terkait dengan permasalahn di atas, penyusun tertarik untuk membuat makalah yang berjudul
“Tari Jaipong” sebagai langkah peluasan pengetahuan dan wawasan tentang tari jaipong.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dibuat perumusan masalah dari penelitian ini adalah
sebagai berikut:
C. Tujuan
D. Kegunaan Makalah
A. Secara Teoretisis
Secara teoretis, makalah ini berguna sebagai pembelajaran dan memperluas pengetahuan atau
wawasan siswa.
B. Secara Praktis
Secara praktis, makalah ini berguna untuk bekal atau untuk dipraktekkan di masyarakat.
BAB II
PEMBAHASAN
Mungkin di antara kita hanya tahu asal tari jaipong dari Bandung ataupun malah belum
mengetahui dari mana asalnya. Dikutip dari ucapan kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
( Disbudpar ) Karawang, Acep Jamhuri “Jaipong itu asli Karawang. Lahir sejak tahun 1979 yang
berasal dari tepak Topeng. Kemudian dibawa ke Bandung oleh seniman di sana, Gugum Gumilar.
Akhirnya dikemas dengan membuat rekaman. Seniman-seniman Karawang dibawa bersama
Suwanda. Ketika sukses, yang bagus malah Bandung. Karawang hanya dikenal gendangnya atau
nayaga (pemain musik). Makanya sekarang kami di Disbudpar akan mencoba menggali kembali
seni tari Jaipong bahwa ini seni yang sesungguhnya berasal dari Karawang”. Tari ini dibawa ke
kota Bandung oleh Gugum Gumbira, sekitar tahun 1960-an, dengan tujuan untuk
mengembangkan tarian asal karawang dikota bandung yang menciptakan suatu jenis musik dan
tarian pergaulan yang digali dari kekayaan seni tradisi rakyat Nusantara, khususnya Jawa Barat.
Meskipun termasuk seni tari kreasi yang relatif baru, jaipongan dikembangkan berdasarkan
kesenian rakyat yang sudah berkembang sebelumnya, seperti Ketuk Tilu, Kliningan, serta
Ronggeng. Perhatian Gumbira pada kesenian rakyat yang salah satunya adalah Ketuk Tilu
menjadikannya mengetahui dan mengenal betul perbendaharan pola-pola gerak tari tradisi
yang ada pada Kliningan/Bajidoran atau Ketuk Tilu. Gerak-gerak bukaan, pencugan, nibakeun
dan beberapa ragam gerak mincid dari beberapa kesenian menjadi inspirasi untuk
mengembangkan kesenian jaipongan.
Sebelum bentuk seni pertunjukan ini muncul, ada beberapa pengaruh yang melatarbelakangi
terbentuknya tari pergaulan ini. Di kawasan perkotaan Priangan misalnya, pada masyarakat
elite, tari pergaulan dipengaruhi dansa Ball Room dari Barat. Sementara pada kesenian rakyat,
tari pergaulan dipengaruhi tradisi lokal. Pertunjukan tari-tari pergaulan tradisional tak lepas dari
keberadaan ronggeng dan pamogoran. Ronggeng dalam tari pergaulan tidak lagi berfungsi
untuk kegiatan upacara, tetapi untuk hiburan atau cara bergaul. Keberadaan ronggeng dalam
seni pertunjukan memiliki daya tarik yang mengundang simpati kaum pamogoran. Misalnya
pada tari Ketuk Tilu yang begitu dikenal oleh masyarakat Sunda, diperkirakan kesenian ini
populer sekitar tahun 1916. Sebagai seni pertunjukan rakyat, kesenian ini hanya didukung oleh
unsur-unsur sederhana, seperti waditra yang meliputi rebab, kendang, dua buah kulanter, tiga
buah ketuk, dan gong. Demikian pula dengan gerak-gerak tarinya yang tidak memiliki pola gerak
yang baku, kostum penari yang sederhana sebagai cerminan kerakyatan.
Seiring dengan memudarnya jenis kesenian di atas, mantan pamogoran (penonton yang
berperan aktif dalam seni pertunjukan Ketuk Tilu/Doger/Tayub) beralih perhatiannya pada seni
pertunjukan Kliningan, yang di daerah Pantai Utara Jawa Barat (Karawang, Bekasi, Purwakarta,
Indramayu, dan Subang) dikenal dengan sebutan Kliningan Bajidoran yang pola tarinya maupun
peristiwa pertunjukannya mempunyai kemiripan dengan kesenian sebelumnya (Ketuk
Tilu/Doger/Tayub). Dalam pada itu, eksistensi tari-tarian dalam Topeng Banjet cukup digemari,
khususnya di Karawang, di mana beberapa pola gerak Bajidoran diambil dari tarian dalam
Topeng Banjet ini. Secara koreografis tarian itu masih menampakan pola-pola tradisi (Ketuk Tilu)
yang mengandung unsur gerak-gerak bukaan, pencugan, nibakeun dan beberapa ragam gerak
mincid yang pada gilirannya menjadi dasar penciptaan tari Jaipongan. Beberapa gerak-gerak
dasar tari Jaipongan selain dari Ketuk Tilu, Ibing Bajidor serta Topeng Banjet adalah Tayuban dan
Pencak Silat.
Tarian ini mulai dikenal luas sejak 1970-an. Kemunculan tarian karya Gugum Gumbira pada
awalnya disebut Ketuk Tilu perkembangan, yang memang karena dasar tarian itu merupakan
pengembangan dari Ketuk Tilu. Karya pertama Gugum Gumbira masih sangat kental dengan
warna ibing Ketuk Tilu, baik dari segi koreografi maupun iringannya, yang kemudian tarian itu
menjadi populer dengan sebutan Jaipongan.
Kehadiran Jaipongan memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap para penggiat seni tari
untuk lebih aktif lagi menggali jenis tarian rakyat yang sebelumnya kurang perhatian. Dengan
munculnya tari Jaipongan, dimanfaatkan oleh para penggiat seni tari untuk menyelenggarakan
kursus-kursus tari Jaipongan, dimanfaatkan pula oleh pengusaha pub-pub malam sebagai
pemikat tamu undangan, dimana perkembangan lebih lanjut peluang usaha semacam ini
dibentuk oleh para penggiat tari sebagai usaha pemberdayaan ekonomi dengan nama Sanggar
Tari atau grup-grup di beberapa daerah wilayah Jawa Barat, misalnya di Subang dengan
Jaipongan gaya "kaleran" (utara).
Ciri khas Jaipongan gaya kaleran, yakni keceriaan, erotis, humoris, semangat, spontanitas, dan
kesederhanaan (alami, apa adanya). Hal itu tercermin dalam pola penyajian tari pada
pertunjukannya, ada yang diberi pola (Ibing Pola) seperti pada seni Jaipongan yang ada di
Bandung, juga ada pula tarian yang tidak dipola (Ibing Saka), misalnya pada seni Jaipongan
Subang dan Karawang. Istilah ini dapat kita temui pada Jaipongan gaya kaleran, terutama di
daerah Subang. Dalam penyajiannya, Jaipongan gaya kaleran ini, sebagai berikut: 1) Tatalu; 2)
Kembang Gadung; 3) Buah Kawung Gopar; 4) Tari Pembukaan (Ibing Pola), biasanya dibawakan
oleh penari tunggal atau Sinden Tatandakan (serang sinden tetapi tidak bisa nyanyi melainkan
menarikan lagu sinden/juru kawih); 5) Jeblokan dan Jabanan, merupakan bagian pertunjukan
ketika para penonton (bajidor) sawer uang (jabanan) sambil salam tempel. Istilah jeblokan
diartikan sebagai pasangan yang menetap antara sinden dan penonton (bajidor).
Perkembangan selanjutnya tari Jaipongan terjadi pada taahun 1980-1990-an, di mana Gugum
Gumbira menciptakan tari lainnya seperti Toka-toka, Setra Sari, Sonteng, Pencug, Kuntul
Mangut, Iring-iring Daun Puring, Rawayan, dan Tari Kawung Anten. Dari tarian-tarian tersebut
muncul beberapa penari Jaipongan yang handal antara lain Iceu Effendi, Yumiati Mandiri,
Miming Mintarsih, Nani, Erna, Mira Tejaningrum, Ine Dinar, Ega, Nuni, Cepy, Agah, Aa
Suryabrata, dan Asep.
Dewasa ini tari Jaipongan boleh disebut sebagai salah satu identitas keseniaan Jawa Barat, hal
ini tampak pada beberapa acara-acara penting yang berkenaan dengan tamu dari negara asing
yang datang ke Jawa Barat, maka disambut dengan pertunjukan tari Jaipongan. Demikian pula
dengan misi-misi kesenian ke manca negara senantiasa dilengkapi dengan tari Jaipongan. Tari
Jaipongan banyak memengaruhi kesenian-kesenian lain yang ada di masyarakat Jawa Barat, baik
pada seni pertunjukan wayang, degung, genjring/terbangan, kacapi jaipong, dan hampir semua
pertunjukan rakyat maupun pada musik dangdut modern yang dikolaborasikan dengan Jaipong
menjadi kesenian Pong-Dut.Jaipongan yang telah diplopori oleh Mr. Nur & Leni.
Tarian ini biasanya dilakukan secara rampak (berkelompok) dikoreografi, disajikan dalam
panggung untuk kebutuhan tontonan saja.
Rangkaian Ibing Pola tari jaipong dapat dibedakan menjadi empat bagian :
a. Gerakan Bukaan
Merupakan gerakan pembukaan dalam pertunjukan kesenian Jaipongan dari Bandung. Dalam
gerakaan ini sang penari biasanya melakukan jalan berputar disertai dengan memainkan
selendang yang dikenakan pada leher pemain.
b. Pencungan
Pencungan adalah bagian gerakan dari berbagai ragam gerak cepat dalam tarian jaipong.
Gerakan ini didukung dengan tempo lagu atau musik yang bertempo cepat pula.
c. Ngala
Ngala dalam jaipongan adalah salah satu ragam gerakan yang terlihat semacam gerak patah-
patah atau titik pemberhentian dari satu gerakan pada gerakan lain dan dilakukan secara cepat
atau dengan kata lain gerakan ini memiliki tempo cepat.
d. Mincit
Mincit merupakan gerakan perpindahan dari satu ragam gerak ke ragam gerak lain. Gerakan ini
dilakukan setelah ada gerakan ngala dalam sebuah tarian Jaipong.
Penyajian jenis ini populer di kawasan Subang dan Karawang, disebut juga sebagai Bajidor.
Bajidor sendiri sering diasosiasikan sebagai akronim Barisan Jelama Boraka (Barisan Orang-
orang Durhaka). Tarian ini lebih merakyat karena, posisi penonton sejajar dengan penari. Dan
penonton bisa ikut menari.
1. Gerakan Bukaan
Para penari melakukan gerakan jalan berputar dengan memainkan selendang yang ada di
lehernya.
2. Pencungan
Pencungan merupakan gerakan cepat dalam tari Jaipong yang diiringi musik dengan tempo
cepat pula.
3. Ngala
Gerakan ini dilakukan dengan tempo cepat. Gerakan ini adalah titik pemberhentian dari satu
gerakan ke gerakan lain. Oleh karena itu, gerakan ini terlihat seperti gerak patah-patah.
4. Mincit
Gerakan perpindahan dari gerakan satu ke gerakan yang lain. Gerakan ini dilakukan setelah
gerakan Ngala.
a. Rampak sejenis
b. Rampak Berpasangan
1. Sinjang
2. Apok
Apok adalah pakaian atau baju yang dikenakan oleh penari, pada busana wanita pakaian ini juga
kerap disebut dengan nama kebaya. Adapun yang mencirikan pakaian apok terdapat pada
pernik dan ornamen yang terdapat di dalamnya.
3. Sampur
1. Kendang
Kendang terbuat dari kayu
utuh yang di lubangi dan
dipasangi dengan kulit di
kedua sisinya. Ukuran
kendang bermacam-macam.
Satu set kendang terdiri dari 4
kendang kecil dan 1 kendang
besar. Kendang berfungsi sebagai konduktor. Jadi penabuh kendah harus mengetahui alur musik
yang di mainkan. Juga harus mengikuti gerakan tarian sipenari.
2.. Bonang
Berbentuk mangkok dengan kepala berbentuk bundar. Dipasang di atas tali yang dihubungkan
berjejer dengan satu sama lainnya.
3. Gender
Berbentuk seperti Saron tapi
menghasilkan suara rendah terbuat dari
perunggu dan dipasangi silinder
diibawahnya. biasanya terbuat dari bambu.
4. Gambang
5. Gong
6. Suling
Terbuat dari bambu yang terdiri dari 6 lubang. Suling merupakan alat musik dari keluarga alat
musik tiup kayu. Suara suling berciri lembut dan dapat dipadukan dengan alat musik lainnya
dengan baik.
2.8 Fungsi
Sebuah kesenian karya putra bangsa yang satu ini memang wajib kita akui sebagai salah satu
karya besar di bidang seni budaya.
Selain menjadi salah satu hiburan masyarakat pada awal kemunculan nya. Tari jaipong perlahan
menjadi kesenian tradisional khas dari Bandung bahkan dikenal sebagai salah satu kesenian
andalan dari Jawa Barat.
Dengan demikian dapat kita simpulkan fungsi tari jaipong secara garis besar memiliki 2 fungsi
sebagai berikut:
Berbagai acara mulai acara upacara adat hingga pentas seni membuat masyarakat merasa
terhibur dengan adanya pementasan jaipongan. Perkumpulan orang dalam suatu tempat tentu
akan mudah untuk saling bertukar informasi dalam berkomunikasi. Dengan demikian kesenian
yang dikenalkan oleh Gugum Gumbira kepada masyarakat Sunda dapat menjadikan sebuah
hiburan menarik ditengah maraknya hiburan modern yang bermunculan.
Sebagai kesenian andalan dari Jawa Barat dapat menjadikan jaipongan salah satu icon guna
mempromosikan kekayaan daerah terhadap dunia luar baik dalam negeri maupun
mancanegara. Sebut saja Bandung sebagai tempat berkembangnya kesenian ini secara tidak
langsung mendapatkan keuntungan besar dari nama tarian jaipongan tersebut. Tak heran jika
dari tahun 90-an pengunjung obyek wisata di bandung secara perlahan meningkat, sedikit
banyak hal ini disebabkan karena rasa penasaran masyarakat luar terhadap daerah Bandung
yang mengiringi nama tari jaipong.
2.9 Sifat yang Terkandung dalam Tarian Jaipong
1. Heroik
Sifat ini terdapat dalam kesenian Pencak Silat yang merupakan salah satu inspirasi gugum dalam
menciptakan tari Jaipong. Dalam sejarah, Pencak Silat digunakan sebagai cara perlawanan
terhadap penjajah asing.
2. Demokratis
Dalam tarian Ketuk Tilu yang tampak adalah suasana yang demokratis, dalam menggunakan
idiom-idiom geraknya. Setiap penonton dapat melakukan tari dengan bebas tanpa terikat
aturan-aturan normatif yang baku. Yang penting setiap penonton punya kepekaan kuat
terhadap musik (lagu).
3. Erotis
Sudah sangat jelas sifat ini terdapat dalam tarian ketuk Tilu, karena pada setiap pertunjukkan
ketuk tilu selalu ada ronggeng, yakni primadona yang biasanya menari dan menyanyi. Ronggeng
inilah yang selalu mengekspolitasi gerak tubuh yang erotis.
4. Akrobatik
Tiap gerakan dalam seni bela diri Pencak Silat terdapat gerakan akrobatik, dan itu merupakan
aspek olah raga. yang merupakan penyesuaian pesilat antara pikiran dan olah tubuh.