Anda di halaman 1dari 17

TARI JAIPONG

MAKALAH
Untuk memenuhi tugas

Mata pelajaran: Seni Budaya dan Keterampilan

DISUSUN OLEH:

Agya Sukma Arum Pinasti

XI MIPA 5

SMAN 9 KOTA BEKASI

2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-
Nya kami masih diberikan kesempatan untuk menyelesaikan karya ilmiah ini.

Makalah ini di buat untuk memenuhi tugas mata pelajaran Seni Budaya tentang TARI
JAIPONG. Makalah ini kami buat semaksimal mungkin sehingga memerlukan banyak waktu,
pikiran, dan referensi dari berbagai sumber, selama penyusunan karya ilmiah ini, kami tidak
lepas dari bantuan berbagai pihak.

Penulis menyadari bahwa makalah ini bukanlah hasil karya yang sempurna, baik dari
segi penulisan, bahasan, ataupun penulisannya. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik
dan saran yang sifatnya membangun, khususnya dari guru mata pelajaran Bahasa Indonesia
guna menjadi acuan dalam bekal pengalaman bagi penulis untuk lebih baik di masa yang akan
datang. Amiin.

Bekasi, 6 Maret 2020

Agya Sukma Arum Pinasti

(Penulis)
DAFTAR ISI

.
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Seni tari secara umum adalah suatu gerakan secara berirama senada dengan alunan musik,
dilakukan di tempat dan waktu tertentu untuk mengekpresikan perasaan, maksud, dan pikiran
serta menyampaikan pesan tersebut melalui seseorang maupun kelompok.

Tari kreasi adalah jenis tarian yang diinovasi dengan menyesuaikan gerakan tubuh secara
berirama yang dilakukan di tempat dan waktu tertentu.

Tari jaipong adalah sebuah jenis tari pergaulan tradisional masyarakat Sunda, Jawa Barat, yang
cukup populer di Indonesia. Dewasa ini tari Jaipongan boleh disebut sebagai salah satu identitas
keseniaan Jawa Barat, hal ini nampak pada beberapa acara-acara penting yang berkenaan
dengan tamu dari negara asing yang datang ke Jawa Barat, maka disambut dengan pertunjukan
tari Jaipongan. Demikian pula dengan misi-misi kesenian ke manca negara senantiasa dilengkapi
dengan tari Jaipongan. Tari Jaipongan banyak memengaruhi kesenian-kesenian lain yang ada di
masyarakat Jawa Barat, baik pada seni pertunjukan wayang, degung, genjring/terbangan, kacapi
jaipong, dan hampir semua pertunjukan rakyat maupun pada musik dangdut modern yang
dikolaborasikan dengan Jaipong menjadi kesenian Pong-Dut. Jaipongan yang telah diplopori
oleh Mr. Nur & Leni.

Lahirnya tarian Jaipong tidak lepas dari fenomena Di tahun 1961, Presiden Soekarno yang pada
saat itu mulai membatasi budaya asing termasuk musik-musik barat. Beliau justru mendorong
seniman tradisional untuk mau menunjukkan ragam tarian etnik dari daerah-daerah di
Indonesia, di tingkat internasional. Dengan bekal pengetahuan seni tradisional inilah, gerak tari
Jaipong akhirnya tercipta. Namun, Jaipong yang Gugum ciptakan adalah sebuah tarian modern,
sekalipun gerakan dasarnya adalah gerakan yang diambil dari beberapa tari tradisional.

Dalam kehidupan sehari-hari cenderung masih banyak orang yang kurang mengetahui tentang
selu-beluk tari jaipong, khususnya bagi masyarakat Jawa Barat sendiri.

Berdasarkan permasalahan di atas agar dapat lebih menambah wawasan mengenai tari jaipong,
dapat dilakukan dengan membaca dari berbagai sumber buku, membuka internet, maupun
bertanya kepada orang yang lebih tahu, sehingga kita tertarik untuk mempelajari tari jaipong
sebagai salah satu usaha pelestarian kebudayaan Jawa Barat.
Terkait dengan permasalahn di atas, penyusun tertarik untuk membuat makalah yang berjudul
“Tari Jaipong” sebagai langkah peluasan pengetahuan dan wawasan tentang tari jaipong.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dibuat perumusan masalah dari penelitian ini adalah
sebagai berikut:

1. Bagaimanakah sejarah terbentuknya tari jaipong?

2. Bagaimanakah perkembangan tari jaipong di Indonesia?

3. Apa saja gerakan tari jaipong?

4. Apa saja pola tari jaipong?

5. Sebutkan macam-macam penari jaipong!

6. Sebutkan macam-macam kostum dan busana penari jaipong!

7. Sebutkan macam-macam alat musik dalam pertunjukan tari jaipong!

8. Sebutkan fungsi menari jaipong!

9. Sebutkan sifat yang terkandung dalam tarian jaipong!

C. Tujuan

Dalam pembuatan makalah ini bertujuan untuk :

1. Untuk mengetahui sejarah terbentuknya tari jaipong.

2. Untuk mengerahui perkembangan tari jaipong di Indonesia.

3. Untuk mengetahui gerakan tari jaipong.

4. Untuk mengetahui pola tari jaipong.

5. Untuk mengetahui macam-macam penari jaipong.


6. Untuk mengetahui macam-macam kostum dan busana penari jaipong.

7. Untuk mengetahui macam-macam alat musik dalam pertunjukan jaipong.

8. Untuk mengetahui fungsi menari jaipong.

9. Untuk mengetahui sifat yang terkandung dalam tarian jaipong!

D. Kegunaan Makalah

A. Secara Teoretisis

Secara teoretis, makalah ini berguna sebagai pembelajaran dan memperluas pengetahuan atau
wawasan siswa.

B. Secara Praktis

Secara praktis, makalah ini berguna untuk bekal atau untuk dipraktekkan di masyarakat.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Tari Jaipong di Indonesia

Jaipongan terlahir melalui proses kreatif dari


tangan dingin H. Suanda sekitar tahun 1976
di Karawang, jaipongan merupakan
garapan yang menggabungkan beberapa elemen seni tradisi karawang seperti pencak silat,
wayang golek, topeng banjet, ketuk tilu dan lain-lain. Jaipongan di karawang pesat
pertumbuhannya di mulai tahun 1976, di tandai dengan munculnya rekaman jaipongan SUANDA
GROUP dengan instrument sederhana yang terdiri dari gendang, ketuk, kecrek, goong, rebab
dan sinden atau juru kawih. Dengan media kaset rekaman tanpa label tersebut (indie label)
jaipongan mulai didistribusikan secara swadaya oleh H Suanda di wilayah karawang dan
sekitarnya. Tak disangka Jaipongan mendapat sambutan hangat, selanjutnya jaipongan menjadi
sarana hiburan masyarakat karawang dan mendapatkan apresiasi yang cukup besar dari
segenap masyarakat karawang dan menjadi fenomena baru dalam ruang seni budaya karawang,
khususnya seni pertunjukan hiburan rakyat. Posisi Jaipongan pada saat itu menjadi seni
pertunjukan hiburan alternative dari seni tradisi yang sudah tumbuh dan berkembang lebih dulu
di karawang seperti penca silat, topeng banjet, ketuk tilu, tarling dan wayang golek. Keberadaan
jaipong memberikan warna dan corak yang baru dan berbeda dalam bentuk pengkemasannya,
mulai dari penataan pada komposisi musikalnya hingga dalam bentuk komposisi tariannya.

Mungkin di antara kita hanya tahu asal tari jaipong dari Bandung ataupun malah belum
mengetahui dari mana asalnya. Dikutip dari ucapan kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
( Disbudpar ) Karawang, Acep Jamhuri “Jaipong itu asli Karawang. Lahir sejak tahun 1979 yang
berasal dari tepak Topeng. Kemudian dibawa ke Bandung oleh seniman di sana, Gugum Gumilar.
Akhirnya dikemas dengan membuat rekaman. Seniman-seniman Karawang dibawa bersama
Suwanda. Ketika sukses, yang bagus malah Bandung. Karawang hanya dikenal gendangnya atau
nayaga (pemain musik). Makanya sekarang kami di Disbudpar akan mencoba menggali kembali
seni tari Jaipong bahwa ini seni yang sesungguhnya berasal dari Karawang”. Tari ini dibawa ke
kota Bandung oleh Gugum Gumbira, sekitar tahun 1960-an, dengan tujuan untuk
mengembangkan tarian asal karawang dikota bandung yang menciptakan suatu jenis musik dan
tarian pergaulan yang digali dari kekayaan seni tradisi rakyat Nusantara, khususnya Jawa Barat.
Meskipun termasuk seni tari kreasi yang relatif baru, jaipongan dikembangkan berdasarkan
kesenian rakyat yang sudah berkembang sebelumnya, seperti Ketuk Tilu, Kliningan, serta
Ronggeng. Perhatian Gumbira pada kesenian rakyat yang salah satunya adalah Ketuk Tilu
menjadikannya mengetahui dan mengenal betul perbendaharan pola-pola gerak tari tradisi
yang ada pada Kliningan/Bajidoran atau Ketuk Tilu. Gerak-gerak bukaan, pencugan, nibakeun
dan beberapa ragam gerak mincid dari beberapa kesenian menjadi inspirasi untuk
mengembangkan kesenian jaipongan.

Sebelum bentuk seni pertunjukan ini muncul, ada beberapa pengaruh yang melatarbelakangi
terbentuknya tari pergaulan ini. Di kawasan perkotaan Priangan misalnya, pada masyarakat
elite, tari pergaulan dipengaruhi dansa Ball Room dari Barat. Sementara pada kesenian rakyat,
tari pergaulan dipengaruhi tradisi lokal. Pertunjukan tari-tari pergaulan tradisional tak lepas dari
keberadaan ronggeng dan pamogoran. Ronggeng dalam tari pergaulan tidak lagi berfungsi
untuk kegiatan upacara, tetapi untuk hiburan atau cara bergaul. Keberadaan ronggeng dalam
seni pertunjukan memiliki daya tarik yang mengundang simpati kaum pamogoran. Misalnya
pada tari Ketuk Tilu yang begitu dikenal oleh masyarakat Sunda, diperkirakan kesenian ini
populer sekitar tahun 1916. Sebagai seni pertunjukan rakyat, kesenian ini hanya didukung oleh
unsur-unsur sederhana, seperti waditra yang meliputi rebab, kendang, dua buah kulanter, tiga
buah ketuk, dan gong. Demikian pula dengan gerak-gerak tarinya yang tidak memiliki pola gerak
yang baku, kostum penari yang sederhana sebagai cerminan kerakyatan.

Seiring dengan memudarnya jenis kesenian di atas, mantan pamogoran (penonton yang
berperan aktif dalam seni pertunjukan Ketuk Tilu/Doger/Tayub) beralih perhatiannya pada seni
pertunjukan Kliningan, yang di daerah Pantai Utara Jawa Barat (Karawang, Bekasi, Purwakarta,
Indramayu, dan Subang) dikenal dengan sebutan Kliningan Bajidoran yang pola tarinya maupun
peristiwa pertunjukannya mempunyai kemiripan dengan kesenian sebelumnya (Ketuk
Tilu/Doger/Tayub). Dalam pada itu, eksistensi tari-tarian dalam Topeng Banjet cukup digemari,
khususnya di Karawang, di mana beberapa pola gerak Bajidoran diambil dari tarian dalam
Topeng Banjet ini. Secara koreografis tarian itu masih menampakan pola-pola tradisi (Ketuk Tilu)
yang mengandung unsur gerak-gerak bukaan, pencugan, nibakeun dan beberapa ragam gerak
mincid yang pada gilirannya menjadi dasar penciptaan tari Jaipongan. Beberapa gerak-gerak
dasar tari Jaipongan selain dari Ketuk Tilu, Ibing Bajidor serta Topeng Banjet adalah Tayuban dan
Pencak Silat.
Tarian ini mulai dikenal luas sejak 1970-an. Kemunculan tarian karya Gugum Gumbira pada
awalnya disebut Ketuk Tilu perkembangan, yang memang karena dasar tarian itu merupakan
pengembangan dari Ketuk Tilu. Karya pertama Gugum Gumbira masih sangat kental dengan
warna ibing Ketuk Tilu, baik dari segi koreografi maupun iringannya, yang kemudian tarian itu
menjadi populer dengan sebutan Jaipongan.

2.2 Perkembangan Tari Jaipong di Indonesia


Karya Jaipongan pertama yang mulai dikenal oleh masyarakat adalah tari "Daun Pulus Keser
Bojong" dan "Rendeng Bojong" yang keduanya merupakan jenis tari putri dan tari berpasangan
(putra dan putri). Dari tarian itu muncul beberapa nama penari Jaipongan yang handal seperti
Tati Saleh, Yeti Mamat, Eli Somali, dan Pepen Dedi Kurniadi. Awal kemunculan tarian tersebut
sempat menjadi perbincangan, ulgar. Namun dari ekspos beberapa media cetak, nama Gugum
Gumbira mulai dikenal masyarakat, apa lagi setelah tari Jaipongan pada tahun 1980 dipentaskan
di TVRI stasiun pusat Jakarta. Dampak dari kepopuleran tersebut lebih meningkatkan frekuensi
pertunjukan, baik di media televisi, hajatan maupun perayaan-perayaan yang diselenggarakan
oleh pihak swasta dan pemerintah.

Kehadiran Jaipongan memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap para penggiat seni tari
untuk lebih aktif lagi menggali jenis tarian rakyat yang sebelumnya kurang perhatian. Dengan
munculnya tari Jaipongan, dimanfaatkan oleh para penggiat seni tari untuk menyelenggarakan
kursus-kursus tari Jaipongan, dimanfaatkan pula oleh pengusaha pub-pub malam sebagai
pemikat tamu undangan, dimana perkembangan lebih lanjut peluang usaha semacam ini
dibentuk oleh para penggiat tari sebagai usaha pemberdayaan ekonomi dengan nama Sanggar
Tari atau grup-grup di beberapa daerah wilayah Jawa Barat, misalnya di Subang dengan
Jaipongan gaya "kaleran" (utara).

Ciri khas Jaipongan gaya kaleran, yakni keceriaan, erotis, humoris, semangat, spontanitas, dan
kesederhanaan (alami, apa adanya). Hal itu tercermin dalam pola penyajian tari pada
pertunjukannya, ada yang diberi pola (Ibing Pola) seperti pada seni Jaipongan yang ada di
Bandung, juga ada pula tarian yang tidak dipola (Ibing Saka), misalnya pada seni Jaipongan
Subang dan Karawang. Istilah ini dapat kita temui pada Jaipongan gaya kaleran, terutama di
daerah Subang. Dalam penyajiannya, Jaipongan gaya kaleran ini, sebagai berikut: 1) Tatalu; 2)
Kembang Gadung; 3) Buah Kawung Gopar; 4) Tari Pembukaan (Ibing Pola), biasanya dibawakan
oleh penari tunggal atau Sinden Tatandakan (serang sinden tetapi tidak bisa nyanyi melainkan
menarikan lagu sinden/juru kawih); 5) Jeblokan dan Jabanan, merupakan bagian pertunjukan
ketika para penonton (bajidor) sawer uang (jabanan) sambil salam tempel. Istilah jeblokan
diartikan sebagai pasangan yang menetap antara sinden dan penonton (bajidor).
Perkembangan selanjutnya tari Jaipongan terjadi pada taahun 1980-1990-an, di mana Gugum
Gumbira menciptakan tari lainnya seperti Toka-toka, Setra Sari, Sonteng, Pencug, Kuntul
Mangut, Iring-iring Daun Puring, Rawayan, dan Tari Kawung Anten. Dari tarian-tarian tersebut
muncul beberapa penari Jaipongan yang handal antara lain Iceu Effendi, Yumiati Mandiri,
Miming Mintarsih, Nani, Erna, Mira Tejaningrum, Ine Dinar, Ega, Nuni, Cepy, Agah, Aa
Suryabrata, dan Asep.

Dewasa ini tari Jaipongan boleh disebut sebagai salah satu identitas keseniaan Jawa Barat, hal
ini tampak pada beberapa acara-acara penting yang berkenaan dengan tamu dari negara asing
yang datang ke Jawa Barat, maka disambut dengan pertunjukan tari Jaipongan. Demikian pula
dengan misi-misi kesenian ke manca negara senantiasa dilengkapi dengan tari Jaipongan. Tari
Jaipongan banyak memengaruhi kesenian-kesenian lain yang ada di masyarakat Jawa Barat, baik
pada seni pertunjukan wayang, degung, genjring/terbangan, kacapi jaipong, dan hampir semua
pertunjukan rakyat maupun pada musik dangdut modern yang dikolaborasikan dengan Jaipong
menjadi kesenian Pong-Dut.Jaipongan yang telah diplopori oleh Mr. Nur & Leni.

2.3 Gerakan Tari Jaipong


Jaipong memiliki dua kategori dalam gerakannya:

1. Ibing Pola (Tarian Berpola)

Tarian ini biasanya dilakukan secara rampak (berkelompok) dikoreografi, disajikan dalam
panggung untuk kebutuhan tontonan saja.

Rangkaian Ibing Pola tari jaipong dapat dibedakan menjadi empat bagian :

a. Gerakan Bukaan

Merupakan gerakan pembukaan dalam pertunjukan kesenian Jaipongan dari Bandung. Dalam
gerakaan ini sang penari biasanya melakukan jalan berputar disertai dengan memainkan
selendang yang dikenakan pada leher pemain.

b. Pencungan

Pencungan adalah bagian gerakan dari berbagai ragam gerak cepat dalam tarian jaipong.
Gerakan ini didukung dengan tempo lagu atau musik yang bertempo cepat pula.

c. Ngala

Ngala dalam jaipongan adalah salah satu ragam gerakan yang terlihat semacam gerak patah-
patah atau titik pemberhentian dari satu gerakan pada gerakan lain dan dilakukan secara cepat
atau dengan kata lain gerakan ini memiliki tempo cepat.
d. Mincit

Mincit merupakan gerakan perpindahan dari satu ragam gerak ke ragam gerak lain. Gerakan ini
dilakukan setelah ada gerakan ngala dalam sebuah tarian Jaipong.

2. Ibing Saka (Tarian Acak)

Penyajian jenis ini populer di kawasan Subang dan Karawang, disebut juga sebagai Bajidor.
Bajidor sendiri sering diasosiasikan sebagai akronim Barisan Jelama Boraka (Barisan Orang-
orang Durhaka). Tarian ini lebih merakyat karena, posisi penonton sejajar dengan penari. Dan
penonton bisa ikut menari.

2.4 Pola Tari Jaipong


Tahapan gerakan Tari Jaipong ada empat bagian diantaranya:

1. Gerakan Bukaan

Para penari melakukan gerakan jalan berputar dengan memainkan selendang yang ada di
lehernya.

2. Pencungan

Pencungan merupakan gerakan cepat dalam tari Jaipong yang diiringi musik dengan tempo
cepat pula.

3. Ngala

Gerakan ini dilakukan dengan tempo cepat. Gerakan ini adalah titik pemberhentian dari satu
gerakan ke gerakan lain. Oleh karena itu, gerakan ini terlihat seperti gerak patah-patah.

4. Mincit

Gerakan perpindahan dari gerakan satu ke gerakan yang lain. Gerakan ini dilakukan setelah
gerakan Ngala.

2.5 Macam-Macam Penari Jaipong


1. Penari Tunggal

2. Penari Rampak (kolosal)

Penari rampak (kolosal) terdiri dari :

a. Rampak sejenis
b. Rampak Berpasangan

c. Tunggal laki-laki dan tunggal perempuan

d. Berpasangan laki-laki / perempuan

2.5 Kostum atau Busana


Kostum atau busana yang dikenakan dalam sebuah
pementasan tari jaipong sangat beragam. Meskipun
terdapat perbedaan corak antara jaipongan
tradisional dan gaya baru namun Pada umumnya
properti busana yang dikenakan oleh para penari jaipongan merupakan pakaian tradisional.

1. Sinjang

Merupakan sebuah kain panjang yang dikenakan oleh para


penari jaipongan sebagai celana panjang.

2. Apok
Apok adalah pakaian atau baju yang dikenakan oleh penari, pada busana wanita pakaian ini juga
kerap disebut dengan nama kebaya. Adapun yang mencirikan pakaian apok terdapat pada
pernik dan ornamen yang terdapat di dalamnya.

3. Sampur

Sampur merupakan kain panjang yang menjadi properti


utama tari jaipong. Sampur juga disebut juga dengan
selendang yang dikenakan pada leher para penari.
Keberadaan sampur sangat penting karena menjadi
properti yang dimainkan dalam gerakan tari mulai dari
pembukaan hingga akhir.

2.7 Macam-Macam Alat Musik


Tari Jaipong ini biasa dibawakan dengan iringan musik yang khas, yaitu Degung. Arti Degung
sebenarnya hampir sama dengan Gangsa di Jawa
Tengah, Gong di Bali atau Goong di Banten yaitu
Gamelan, Gamelan merupakan sekelompok waditra
dengan cara membunyikan alatnya kebanyakan
dipukul. Musik ini merupakan kumpulan beragam
alat musik. Degung bisa diibaratkan ‘Orkestra’ dalam
musik Eropa/Amerika. Berikut alat-alat musik yang
merupakan bagian dari degung :

1. Kendang
Kendang terbuat dari kayu
utuh yang di lubangi dan
dipasangi dengan kulit di
kedua sisinya. Ukuran
kendang bermacam-macam.
Satu set kendang terdiri dari 4
kendang kecil dan 1 kendang
besar. Kendang berfungsi sebagai konduktor. Jadi penabuh kendah harus mengetahui alur musik
yang di mainkan. Juga harus mengikuti gerakan tarian sipenari.

2.. Bonang

Berbentuk mangkok dengan kepala berbentuk bundar. Dipasang di atas tali yang dihubungkan
berjejer dengan satu sama lainnya.

3. Gender
Berbentuk seperti Saron tapi
menghasilkan suara rendah terbuat dari
perunggu dan dipasangi silinder
diibawahnya. biasanya terbuat dari bambu.

4. Gambang

Terbuat dari Kayu berjajar, berbentuk seperti saron tapi


terdiri dari 4 tangga nada. sehingga si penabuh selalu
memainkan nya sesuai dengan irama musik dan
diselaraskan dengan alunan pesinden dan suling.

5. Gong

Berbentuk bundar dan berukuran besar sekitar 75-100cm diameternya.

6. Suling
Terbuat dari bambu yang terdiri dari 6 lubang. Suling merupakan alat musik dari keluarga alat
musik tiup kayu. Suara suling berciri lembut dan dapat dipadukan dengan alat musik lainnya
dengan baik.

2.8 Fungsi
Sebuah kesenian karya putra bangsa yang satu ini memang wajib kita akui sebagai salah satu
karya besar di bidang seni budaya.

Selain menjadi salah satu hiburan masyarakat pada awal kemunculan nya. Tari jaipong perlahan
menjadi kesenian tradisional khas dari Bandung bahkan dikenal sebagai salah satu kesenian
andalan dari Jawa Barat.

Dengan demikian dapat kita simpulkan fungsi tari jaipong secara garis besar memiliki 2 fungsi
sebagai berikut:

1. Menjadi hiburan sekaligus ajang komunikasi

Berbagai acara mulai acara upacara adat hingga pentas seni membuat masyarakat merasa
terhibur dengan adanya pementasan jaipongan. Perkumpulan orang dalam suatu tempat tentu
akan mudah untuk saling bertukar informasi dalam berkomunikasi. Dengan demikian kesenian
yang dikenalkan oleh Gugum Gumbira kepada masyarakat Sunda dapat menjadikan sebuah
hiburan menarik ditengah maraknya hiburan modern yang bermunculan.

2. Menjadi salah satu kesenian andalan dari Jawa Barat

Sebagai kesenian andalan dari Jawa Barat dapat menjadikan jaipongan salah satu icon guna
mempromosikan kekayaan daerah terhadap dunia luar baik dalam negeri maupun
mancanegara. Sebut saja Bandung sebagai tempat berkembangnya kesenian ini secara tidak
langsung mendapatkan keuntungan besar dari nama tarian jaipongan tersebut. Tak heran jika
dari tahun 90-an pengunjung obyek wisata di bandung secara perlahan meningkat, sedikit
banyak hal ini disebabkan karena rasa penasaran masyarakat luar terhadap daerah Bandung
yang mengiringi nama tari jaipong.
2.9 Sifat yang Terkandung dalam Tarian Jaipong
1. Heroik

Sifat ini terdapat dalam kesenian Pencak Silat yang merupakan salah satu inspirasi gugum dalam
menciptakan tari Jaipong. Dalam sejarah, Pencak Silat digunakan sebagai cara perlawanan
terhadap penjajah asing.

2. Demokratis

Dalam tarian Ketuk Tilu yang tampak adalah suasana yang demokratis, dalam menggunakan
idiom-idiom geraknya. Setiap penonton dapat melakukan tari dengan bebas tanpa terikat
aturan-aturan normatif yang baku. Yang penting setiap penonton punya kepekaan kuat
terhadap musik (lagu).

3. Erotis

Sudah sangat jelas sifat ini terdapat dalam tarian ketuk Tilu, karena pada setiap pertunjukkan
ketuk tilu selalu ada ronggeng, yakni primadona yang biasanya menari dan menyanyi. Ronggeng
inilah yang selalu mengekspolitasi gerak tubuh yang erotis.

4. Akrobatik

Tiap gerakan dalam seni bela diri Pencak Silat terdapat gerakan akrobatik, dan itu merupakan
aspek olah raga. yang merupakan penyesuaian pesilat antara pikiran dan olah tubuh.

Anda mungkin juga menyukai