Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

SENI BUDAYA DAN KETERAMPILAN


TRADISI GAMELAN DEGUNG

Nama : Yola Wildania


NIS/NIS : 00433976285
Kelas : XII IPS 3
DAFTAR ISI

I. Kata Pengantar ……………………………………………………

II. Daftar Isi …………………………………………………………

III. Pendahuluan ………………………………………………………


1. Latar Belakang ………………………………………………...
2. Maksud dan Tujuan ……………………………………………

IV. Pembahasan ……………………………………………………….


1.1 Sejarah Gamelan Degung ……………………………
1.2 Istilah “DEGUNG” ……………………………………….
1.3 Perkembangan Gamelan Degung …………………

V. Penutup ……………………………………………………………
1. Kesimpulan …………………………………………………….
2. Saran …………………………………………………………...

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………..
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan rahmat kepada kami semua,sehingga kami dapat
meyelesaikan makalah ini.Makalah ini kami buat dalam rangka
memenuhi kewajiban untuk menyelesaikan tugas mata pelajaran
Seni Budaya dan Keterampilan (SBK).
Makalah ini juga kami buat untuk menjelaskan mengenai Tradisi
Gamelan “DEGUNG”.Kami berharap makalah ini dapat digunakan
sebagai sarana bahan bacaan dan referensi baik untuk kalangan
pelajar maupun khalayak umum.Dalam pembuatan makalah ini,kami
ingin berterimkasih kepada guru mata pelajaran yang sudah
memberikan tugas ini sehingga kami menjadi semakin memahami
dan mengetahui mengenai materi ini karena telah membaca dan
bertanya dari berbagai sumber.
Dalam mengerjakan makalah ini,kami mendapatkan informasi dan
pengetahuan dari berbagai sumber seperti internet,buku,dan dari
sumber lainnya.Kami memohon maaf apabila di dalam pembuatan
makalah ini masih banyak terdapat kesalahan dan isi yang kurang
berkenan.
Kami juga menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna,oleh karena itu kritik dan saran sangat kami perlukan
untuk menyempurnakan makalah ini.

Majalaya 8 Feb 2022


III. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari banyak pulau
dan memiliki berbagai macam suku bangsa, bahasa, adat istiadat atau yang
sering kita sebut kebudayaan. Keanekaragaman budaya yang terdapat di
Indonesia merupakan suatu bukti bahwa Indonesia merupakan negara yang
kaya akan budaya.
Tidak bisa kita pungkiri, bahwa kita pungkiri bahwa kebudayaan daerah
merupakan faktor utama berdirinya kebudayaan yang lebih global, yang biasa
kita sebut dengan kebudayaan nasional. Maka atas dasar itulah segala bentuk
kebudayaan daerah akan sangat berpengaruk terhadap budaya nasional,
begitu pula sebaliknya kebudayaan nasional yang bersumber dari kebudayaan
daerah, akan sangat berpebgaruh pula terhadap kebudayaan daerah /
kebudayaan lokal.

B. Maksud dan Tujuan


Karena menjaga, memelihara dan melestarikan kebudayaan merupakan
kewajiban setiap individu, maka dalam realisasinya saya mencoba menyusun
makalah yang berjudul Sejarah Gamelan “Degung”, ini bertujuan agar pembaca
mengetahui bahwa suku sunda merupakan suku yang kaya akan budaya serta
menyadari bahwa menjaga dan melestarikan kebudayaan daerah merupakan
kewajiban dari setiap orang.
IV.PEMBAHASAN

1.1 Sejarah Gamelan Degung

Degung merupakan salah satu gamelan khas dan asli hasil pengembangan
masyarakat sunda dari pengaruh Gamelan Jawa.Gamelan yang kini jumlahnya
telah berkembang dengan pesat,diperkirakan awal perkembanganya sekitar
akhir abad ke 18/awal abad ke 19.

Masyarakat Sunda dengan latar belakang kerajaan yang terletak di hulu


sungai, Kerajaan Galuhmisalnya, memiliki pengaruh tersendiri terhadap
kesenian degung, terutama lagu-lagunya yang yang banyak diwarnai kondisi
sungai, di antaranya lagu Manintin, Galatik Manggut, Kintel Buluk, dan Sang
Bango. Kebiasaan marak lauk masyarakat Sunda selalu diringi dengan gamelan
renteng dan berkembang ke gamelan degung.

1.2 Istilah “DEGUNG”


Istilah “degung” memiliki dua pengertian: pertama, adalah nama seperangkat
gamelan yang digunakan oleh masyarakat Sunda, yakni gamelan-degung.
Gamelan ini memiliki karakteristik yang berbeda dengan gamelan pelog-
salendro, baik dari jenis instrumennya, lagu-lagunya, teknik memainkannya,
maupun konteks sosialnya; kedua, adalah nama laras (tangga nada) yang
merupakan bagian dari laras salendro berdasarkan teori R. Machjar Angga
Koesoemahdinata. Dalam teori tersebut, laras degung terdiri dari degung
dwiswara (tumbuk nada mi (2) dan la (5)) dan degung triswara (tumbuk nada
da (1), na (3), dan ti (4)). Karena perbedaan inilah maka Degung dimaklumi
sebagai musik yang khas dan merupakan identitas masyarakat Sunda.

Dihubungkan dengan kirata basa, kata “degung” berasal dari kata “ngadeg”
(berdiri) dan “agung” (megah) atau “pangagung” (menak; bangsawan), yang
mengandung pengertian bahwa fungsi kesenian ini dahulunya digunakan bagi
kemegahan (keagungan) martabat bangsawan. E.Sutisna, salah seorang nayaga
(penabuh) grup Degung “Parahyangan”, mengatakan bahwa gamelan Degung
dulunya hanya dimiliki oleh para pangagung (bupati).

1.3 Perkembangan Gamelan Degung


Perkembangan dari kesenian Gamelan Degung (Sunda), dulu gamelan degung
hanya dimainkan dengan cara ditabuh secara gendingan (instrumental). Bupati
Cianjur RT. Wiranatakusumah V (1912-1920) melarang degung memakai
nyanyian (vokal) karena hal itu membuat suasana menjadikurang serius
(rucah). Ketika bupati ini tahun 1920 pindah menjadi bupati Bandung, maka
perangkat gamelan degung di pendopo Cianjur juga turut dibawa bersama
nayaganya, dipimpin oleh Idi. Sejak itu gamelan degung yang bernama
Pamagersari ini menghiasi pendopo Bandung dengan lagu-lagunya.
Melihat dan mendengarkan keindahan degung, salah seorang saudagar Pasar
Baru Bandung keturunan Palembang, Anang Thayib, merasa tertarik untuk
menggunakannya dalam acara hajatan yang diselenggarakannya. Kebetulan dia
sahabat bupati tersebut. Oleh karena itu dia mengajukan permohonan kepada
bupati agar diizinkan menggunakan degung dalam hajatannya, dan akhirnya
permohonan itu diizinkannya. Mulai saat itulah degung digunakan dalam
hajatan (perhelatan) umum. Permohonan semacam itu semakin banyak, maka
bupati memerintahkan supaya membuat gamelan degung lagi, dan terwujud
degung baru yang dinamakan Purbasasaka, dipimpin oleh Oyo.

Setelah Idi meninggal (tahun 1945) degung tersendat perkembangannya.


Apalagi setelah itu revolusi fisik banyak mengakibatkan penderitaan
masyarakat. Degung dibangkitkan kembali secara serius tahun 1954 oleh Moh.
Tarya, Ono Sukarna, dan E. Tjarmedi. Selain menyajikan lagu-lagu yang telah
ada, mereka menciptakan pula lagu-lagu baru dengan nuansa lagu-lagu degung
sebelumnya. Tahun 1956 degung mulai disiarkan secara tetap di RRI Bandung
dengan mendapatkan sambutan yang baik dari masyarakat. Tahun 1956 Enoch
Atmadibrata membuat tari Cendrawasih dengan musik degung dengan iringan
degung lagu palwa. Bunyi degung lagu Palwa setiap kali terdengar tatkala
pembukaan acara warta berita bahasa Sunda, sehingga dapat meresap dan
membawa suasana khas Sunda dalam hati masyarakat.
Pada tahun 1970—1980-an semakin banyak yang menggarap degung, misalnya
Nano S. dengan grup Gentra Madya (1976), lingkung seni Dewi Pramanik
pimpinan Euis Komariah, degung Gapura pimpinan Kustyara, dan degung gaya
Ujang Suryana (Pakutandang, Ciparay) yang sangat populer sejak tahun 1980-
an dengan ciri permainan sulingnya yang khas.Tak kalah penting adalah Nano
dengan grup Gentra Madya-nya yang memasukan unsur waditra kacapi dalam
degungnya. Nano S. membuat lagu degung dengan kebiasaan membuat intro
dan aransemen tersendiri. Beberapa lagu degung karya Nano S. yang direkam
dalam kaset sukses di pasaran, di antaranya :
1.Panglayungan(1977)
2.Puspit (1978)
3.Naon Lepatna (1980)
4.Tamperan Kaheman (1981)
5.Anjeun (1984)
6.Kalangkang, yang dinyanyikan oleh Nining Meida dan Barman Syahyana
(1986).
Lagu Kalangkang ini lebih populer lagi setelah direkam dalam gaya pop Sunda
oleh penyanyi Nining Meida dan Adang Cengos sekitar tahun 1987.
Berbeda dengan masa awal (tahun 1950-an), para penyanyi degung berasal
dari kalangan penyanyi gamelan salendro pelog (pasinden; ronggeng). Tapi
sekarang para penyanyi degung sejak 1970-an kebanyakan berasal dari
kalangan mamaos (tembang Sunda Cianjuran), baik pria maupun wanita. Juru
kawih degung yang populer dan berasal dari kalangan mamaos di antaranya :
1.Euis Komariah 5. Barman Syahyana
2.Ida Widawati 6. Didin S. Badjuri
3.Teti Afienti 7. Yus Wiradiredja
4.Mamah Dasimah 8. Tati Saleh dan sebagainya.
Lagu degung di antaranya:
1.Palwa
2.Palsiun
3.Bima Mobos (Sancang)
4.Sang Bango
5.Kinteul Bueuk
6.Pajajaran
7.Catrik
8.Lalayaran
9.Jipang Lontang
Sedangkan lagu-lagu degung ciptaan baru yang digarap dengan menggunakan
pola lagu rerenggongan di antaranya:
1.Samar-samar
2.Kembang Ligar
3.Surat Ondangan
4.Hariring Bandung
5.Tepang Asih
6.Kalangkang
7.Rumaos
8.Bentang Kuring, dan sebagainya.
Sedangkan Perkembangan Gamelan Degung (Sunda) di luar Indonesia,
dilakukan oleh perguruan tinggi seni dan beberapa musisi, Di Melbourne,
Australia, ada sebuah set gamelan degung milik University of Melbourne yang
seringkali digunakan oleh sebuah komunitas pencinta musik Sunda untuk
latihan dan pementasan di festival-festival.
V. PENUTUP

1. Kesimpulan
Degung adalah gamelan khas dan asli hasil pengembangan masyarakat
sunda dari pengaruh Gamelan Jawa. awal perkembanganya sekitar akhir
abad ke 18/awal abad ke 19.

Kata “degung” berasal dari kata “ngadeg” (berdiri) dan “agung” (megah)
atau “pangagung” (menak; bangsawan), yang mengandung pengertian
bahwa fungsi kesenian ini dahulunya digunakan bagi kemegahan
(keagungan) martabat bangsawan.

2. Saran
Sebagai kesenian traditional Degung perlahan mulai di lupakan hanya
sebagian kecil remaja dan orang tua yang mengerti dan melestarikan,
sebagian besar lebih memilih mengkonsumsi musik mancanegara dan
meninggalkan musik lokal. Diharapkan baik pemerintah serta
masyarakat terus menanamkan minat akan musik tradisional kepada
anak – anaknya dan pemerintah terus bersinergi dengan pekerja seni
tradisional untuk terus mengadakan acara seni musik tradisional dan
membantu pendanaannya.
DAFTAR PUSTAKA

https://desacibarusahjaya.wordpress.com/2015/08/12/kesenian-
tradisional-sunda-degung/

http://encyclopedia.jakarta-tourism.go.id/post/gamelan-sunda--
degung---seni-musik?lang=id

https://kancasora.wordpress.com/2012/10/10/sejarah-gamelan-
degung-sunda/

Anda mungkin juga menyukai