PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Saat ini sedikit sekali generasi penerus Bangsa yang peduli mengenai
kesenian tradisional. Bahkan mereka tidak tau alat musik tradisional dan
keseniannya itu seperti apa, bagaimana asal-usulnya, bagaimana
perkembangannya, dan apa tujuannya.
Zaman sekarang musik-musik modern lebih membumi di kalangan remaja
bahkan anak-anak sekalipun. Itu adalah pengaruh globalisasi, budaya barat mulai
merasuk ke Negeri kita tercinta ini. Alangkah indahnya jika kita melestarikan
kebudayaan kita sendiri, kebudayaan yang kita miliki, budaya yang seharusnya
selalu kita banggakan.
Adapun yang melatarbelakangi penyusunan makalah ini, yaitu selain untuk
memenuhi tugas juga kami ingin mempunyai wawasan yang luas mengenai seni
angklung yang telah dikemukakan di atas dengan “menikmati” informasi
berlatang belakang ilmu kesenian.
B. RUMUSAN MASALAH
1
C. MAKSUD DAN TUJUAN
Penyusunan makalah ini dilakukan dengan maksud agar kita lebih mengenal
apa yang kita ketahui bahkan mungkin belum kita ketahui. Makalah ini
diharapkan bisa membangkitkan hasrat kita untuk belajar seni lebih jauh lagi.
Adapun tujuan kami membuat makalah ini diantaranya :
1. Untuk memenuhi tugas Seni Budaya.
2. Untuk memperoleh informasi tentang perkembangan alat music di suatu
daerah.
3. Untuk menambah wawasan seni kita.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Angklung merupakan sebuah alat musik tradisional terkenal yang dibuat dari
bambu dan merupakan alat musik asli Jawa Barat, Indonesia. Dulunya, angklung
memegang bagian penting dari aktivitas upacara tertentu, khususnya pada musim
panen. Suara angklung dipercaya akan mengundang perhatian Dewi Sri (Nyi Sri
Pohaci) yang akan membawa kesuburan terhadap tanaman padi para petani dan
akan memberikan kebahagian.
Angklung yang tertua di dalam sejarah yang masih ada disebut Angklung Gubrag
dibuat di Jasinga, Bogor, Indonesia dan usianya telah mencapai 400 tahun.
Sekarang ini, beberapa angklung tersebut disimpan di Museum Sri Baduga,
Bandung, Indonesia.
Dengan berjalannya waktu, Angklung bukan hanya dikenal di seluruh Nusantara,
tetapi juga merambah ke berbagai negara di Asia. Pada akhir abad ke-20, Daeng
3
Soetigna menciptakan angklung yang didasarkan pada skala suara diatonik.
Setelah itu, angklung telah digunakan di dalam bisnis hiburan sejak alat musik ini
dapat dimainkan secara berpadu dengan berbagai macam alat musik lainnya. Pada
tahun 1966, Udjo Ngalagena, seorang siswa dari Tuan Daeng Soetigna
mengembangkan angklung berdasarkan skala suara alat musik Sunda, yaitu
salendro, pelog, dan madenda.
Adapun jenis bambu yang biasa digunakan sebagai alat musik tersebut
adalah awi wulung (bambu berwarna hitam) dan awi temen (bambu berwarna
putih). Purwa rupa alat musik angklung; tiap nada (laras) dihasilkan dari bunyi
tabung bambunya yang berbentuk wilahan (batangan) setiap ruas bambu dari
ukuran kecil hingga besar.
B. ANGKLUNG BADENG
1. Kesenian Badeng lebih menekankan segi musikal dengan angklung sebagai
alat musik pengiring utamanya. Jadi mayoritas yang ditonjolkan adalah angklung
itu sendiri.
6
BAB III
PENUTUPAN
3.1 KESIMPULAN
Sebagai penutup dari makalah ini, kami akan memberikan kesimpulan dari
uraian-uraian yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya sebagai berikut:
3.2 SARAN