Anda di halaman 1dari 11

Tugas makalah Seni Budaya

“KARINDING”

Kelompok:

 Gita suci
 Ira
 Irfan
 Neng siska
 Tisha
 Wina
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................ 1

LATAR BELAKANG ....................................................................................... 2

PEMBAHASAN MATERI ...............................................................................

A. Pengenalan Karinding.................................................................... 3
B. Sejarah Karinding........................................................................... 4
C. Cara Pembuatan Karinding........................................................... 5
D. Cara Memainkan Karinding
E. Melestarikan Alat Musik Karinding...............................................
PENUTUP ........................................................................................................

A. Kesimpulan ................................................................................................

B. Saran ..........................................................................................................

C. Daftar pustaka.............................................................................................
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan karena atas hidayah dan
petunjuk-Nyalah, penyusun dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
Makalah Alat Musik Karinding dari Sunda. Makalah ini dibuat dalam
memenuhi tugas mata pelajaran Seni Budaya Semester 3, SMK FARMASI
BHAKTI KENCANA SOREANG

Dalam menyelesaikan makalah ini, penyusun mendapatkan banyak bantuan dan


dukungan. Maka dari itu penyusun mengucapkan ungkapan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada :

1. Tuhan Yang Maha Esa;

2. Orangtua yang telah mengizinkan dan mendukung kami dalam


menyelesaikan makalah ini;

3. Bapa Agus mustopa selaku pembimbing dalam mata pelajaran Seni


Budaya kelas XI semester tiga,SMK farmasi bhakti kencana soreang

4. Teman-teman kelas X IF-4

Yang telah memberikan bantuan dan dukungan, sehingga makalah ini dapat
diselesaikan dengan tepat waktu.

Diharapkan makalah ini dapat dijadikan sebagai tambahan ilmu pengetahuan


dan wawasan untuk pembaca.

Penyusun menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna karena kemampuan
dan pengetahuan kami yang masih terbatas. Oleh karena itu, segala kritik dan
saran yang membangun dari pihak pembaca sangat diharapkan.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Soreang,13,agustus,20

Penyusun
LATAR BELAKANG

Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar yang memiliki keberagaman


terbanyak di dunia. Keberagaman tersebut berupa bahasa, budaya, hukum adat,
kearifan tradisional, agama hingga ras. Termasuk dalam keberagaman alat
musik tradisionalnya. Setiap daerah pasti mempunyai alat musik tradisional
yang berbeda-beda.

Seiring dengan perubahan dan kemajuan zaman, kesenian tradisional nasional


semakin lama semakin ditinggalkan. Karinding yang merupakan alat music
tradisional dari Jawa Barat ini termasuk dalam kategori salah satu kesenian
rakyat yang masih tetap hidup di daerah Jawa Barat, walaupun keberadaanya
terus mengalami penurunan karena kurang berminatnya para generasi muda
terhadap kesenian karinding. Meski usianya telah lampau, tapi bentuk maupun
suaranya masih terasa asing di telinga masyarakat Sunda pada umumnya.

Oleh karena itu, sebagai generasi bangsa Indonesia kita harus melestarikan dan
mempertahankan tradisi Indonesia agar lebih dikenal keberadaannya teruatama
oleh masyarakat nasional maupun mancanegara yang akhirnya dapat
menumbuhkan kesadaran betapa pentingnya sebuah tradisi lokal yang
mengandung nilai-nilai sosial dan budaya bagi masyarakat. Sehingga tradisi
yang kita miliki tidak diakui secara semena-mena oleh Negara lain atau bahkan
mengalami kepunahan seiring dengan berkembangnya zaman.
PEMBAHASAN MATERI

A. Pengenalan Karinding

Karinding adalah alat musik tradisional suku Sunda, Jawa Barat. Karinding
berasal dari beberapa tempat di Jawa Barat seperti dari Citamiang, Pasir Mukti,
Tasikmalaya, Malangbong (Garut) dan Cikalong Kulon (Cianjur). Di daerah ini
biasanya alat musik tradisional karinding dibuat dari pelepah kawung atau
pohon aren sedangkan dibeberapa tempat seperti di Limbangan dan Cililin,
kebanyakan alat musik karinding dibuat dari bambu.

Alat musik tradisional karinding ini sangat unik, selain dari asal daerah
pembuatan karinding, ternyata pemakai karindingpun mempengaruhi bahan
pembuat karinding itu sendiri. Untuk karinding yang dibuat dari bambu
digunakan oleh perempuan. Bentuknyapun sedikit kecil dan memanjang, konon
alat musik ini juga digunakan sebagai susuk yang diselipkan dalam gelungan
rambut pemakainya. Sedangkan untuk karinding yang terbuat dari pelepah
kawung digunakan oleh pria. Bentuknyapun lebih pendek agar mudah
menyimpan tembako (tembakau)

Karinding merupakan alat musik sunda yang terbilang unik, terbuat dari daun
pelepah kawung atau bilah bambu, getar nadanya tergantung kemampuan
pengolahan rasa dari peniupnya. Kepekaan rasa sangat diperlukan dalam
memainkan alat musik ini, karena tidak tidak memiliki nada-nada permanen
seperti halnya alat tiup lainnya. Alat musik karinding tergantung dari
kemampuan mengolah gema rongga mulut dari peniupnya.

Karinding memiliki tiga bagian yaitu bagian jarum tempat keluarnya nada yang
disebut cecet ucing (buntut kucing), lalu pembatas jarum, dan bagian ujung
yang disebut panenggeul (pemukul). Panenggeul jika dipukul oleh tangan akan
berfungsi untuk menggerakan jarum. Maka, keluarlah bunyi khas dari
karinding.

Disebut karinding karena dari sejenis serangga sawah yang nyaring bunyinya
yaitu Karindingan (kemungkinan serangga jenis ini sudah punah). Pada jaman
dahulu Karinding tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat Pertanian
sunda karena digunakan untuk mengisi kebosanan saat di ladang. Resonansi
suaranya dapat digunakan sebagai pengusir hama. Seni karinding juga
digunakan kaum 'Jajaka' (pemuda) untuk menaklukan hati pujaan hatinya.
B. Sejarah Karinding

Karinding pada awalnya banyak digunakan oleh wanita Sunda, dibuat dari
bambu dan memiliki bentuk seperti tusuk rambut sehingga mudah dibawa
kemana-mana oleh para wanita Sunda jaman dulu.

Awalnya karinding adalah alat yang digunakan oleh para leluhur untuk
mengusir hama di sawah, bunyinya yang low decible sangat merusak
konsentrasi hama. Karena ia mengeluarkan bunyi tertentu, maka disebutlah ia
sebagai alat musik. Bukan hanya digunakan untuk kepentingan bersawah, para
leluhur memainkan karinding ini dalam ritual atau upaca adat. Maka tak heran
jika sekarang pun karinding masih digunakan sebagai pengiring pembacaan
rajah. Bahkan, konon, karinding ini digunakan oleh para kaum lelaki untuk
merayu atau memikat hati wanita yang disukai. Jika keterangan ini benar maka
dapat kita duga bahwa karinding, pada saat itu, adalah alat musik yang popular
di kalangan anak muda hingga para gadis pun akan memberi nilai lebih pada
jejaka yang piawai memainkannya. Mungkin keberadaannya saat ini seperti
gitar, piano, dan alat-alat musik modern-popular saat ini.

Beberapa sumber menyatakan bahwa karinding telah ada bahkan sebelum


adanya kecapi. Jika kecapi telah berusia sekira lima ratus tahunan maka
karinding diperkirakan telah ada sejak enam abad yang lampau. Dan ternyata
karinding pun bukan hanya ada di Jawa Barat atau Priangan saja, melainkan
dimiliki berbagai suku atau daerah di tanah air, bahkan berbagai suku di bangsa
lain pun memiliki alat musik ini, hanya berbeda namanya saja. Di Bali bernama
genggong, Jawa Tengah menamainya rinding, karimbi di Kalimantan, dan
beberapa tempat di “luar” menamainya dengan zuesharp (harpanya dewa Zues).
Dan istilah musik modern biasa menyebut karinding ini dengan sebutan harpa
mulut (mouth harp). Dari sisi produksi suara pun tak jauh berbeda, hanya cara
memainkannya saja yang sedikit berlainan. Ada yang di trim (di getarkan
dengan di sentir), di tap (dipukul), dan ada pula yang di tarik dengan
menggunakan benang. Sedangkan karinding yang di temui di tataran Sunda
dimainkan dengan cara di tap atau dipukul.
C. Cara Pembuatan Karinding

Dalam pembuatannya karinding melalui lima tahap pembuatan sampai bisa


menjadi karinding yang benar-benar bisa dimainkan. Karinding juga disimpan
dalam alat khusus yang juga terbuat dari buluh bambu yang memiliki lubang
udara. Karinding hanya bisa dipadukan dengan alat-alat musik musik tradisional
seperti angklung karena karinding memiliki nada yang ringan dan rendah.

Material yang digunakan untuk membuat karinding (di wilayah Jawa Barat),
ada dua jenis yaitu pelepah kawung dan bambu. Jenis bahan dan jenis disain
bentuk karinding ini menunjukan perbedaan usia, tempat, dan sebagai
perbedaan gender pemakai. Semisal bahan bambu yang lebih menyerupai susuk
sanggul, ini untuk perempuan, karena konon ibu-ibu menyimpannya dengan di
tancapkan disanggul. Sedang yang laki-laki menggunakan pelapah kawung
dengan ukuran lebih pendek, karena biasa disimpan di tempat mereka
menyimpan tembakau. Tetapi juga sebagai perbedaan tempat dimana dibuatnya,
seperti di wilayah Priangan Timur, karinding lebih banyak menggunakan bahan
bambu karena bahan ini menjadi bagian dari kehidupannya.

Karinding umumnya berukuran panjang 10 cm dan lebar 2 cm. Namun ukuran


ini tak berlaku mutlak, tergantung selera dari pengguna dan pembuatnya karena
ukuran ini hanya akan berpengaruh sedikit terhadap bunyi yang dihasilkan.

Karinding terbagi menjadi tiga ruas yaitu ruas pertama menjadi tempat
mengetuk karinding dan menimbulkan getaran di ruas tengah. Di ruas tengah
ada bagian bambu yang dipotong hingga bergetar saat karinding diketuk dengan
jari. Dan ruas ke tiga berfungsi sebagai pegangan.
D. Cara Memainkan Karinding

Cara memainkan karinding cukup sederhana, yaitu dengan menempelkan ruas


tengah karinding di depan mulut yang agak terbuka, lalu memukul atau
menyentir ujung ruas paling kanan karinding dengan satu jari hingga “jarum”
karinding pun bergetar secara intens. Dari getar atau vibra “jarum” itulah
dihasilkan suara yang nanti diresonansi oleh mulut. Suara yang dikeluarkan
akan tergantung dari rongga mulut, nafas, dan lidah. Nada yang dihasilkan
karinding ada empat jenis, yaitu tonggeret, gogondangan, rereogan, dan iring-
iringan.

Cara memainkan karinding ini sangat unik, pertama karinding yang memiliki 3
ruas ini didekatkan kemulut. Kemudian salah satu sisinya dipukul dengan jari
tangan, dan akibat pukulan tersebut akan menghasilkan vibrasi suara. Vibrasi
suara inilah yang akan diolah oleh pemainnya hingga menghasilkan nada-nada.

Permainan karinding biasanya dimainkan lima orang, paling sedikit oleh tiga
orang, satu diantaranya sebagai rythm , biasa disebut juru kawih.
E. Melestarikan Alat Musik Karinding

Satu hal yang menarik dan patut kita cermati dalam melihat fenomena
kembalinya karinding di tengah masyarakat ini adalah bahwa ternyata
“kelahiran” kembali karinding ini tidak bermula di daerah-daerah pedesaan
yang masih bercorak tradisional yang biasanya masih memelihara tradisi dan
karuhun secara agak ketat. Namun, karinding justru kembali hidup dan popular
di perkotaan, di kalangan masyarakat urban, juga generasi muda yang kultur
sosialnya telah sangat modern, dalam arti telah melepaskan sebagian besar
tradisi leluhur dari kehidupan pribadi dan sosialnya.

Sebagian ada yang menilai, seraya berbangga hati melihat fenomena ini. Bagi
mereka ini menunjukkan suatu kebangkitan budaya lokal. Karinding yang
merupakan seni bahkan sanggup eksis dan bersaing dengan alat musik modern
yang cenderung berbau barat.

Kemuculan kembali karinding sebagai alat musik tradisional yang telah ada
enam ratusan tahunan yang lalu merupakan bentuk dari keinginan sebagian
masyarakat untuk kembali terhubung dengan tradisinya sendiri.

Namun, ada juga yang bersikap “biasa saja” bahkan cenderung pesimis dengan
kebangkitan karinding ini. Mereka sama sekali tidak melihat fenomena ini
sebagai kebangkitan seni dan budaya lokal. Masyarakat urban dan generasi
muda sebagai tempat awal kelahirannya kembali telah cukup bukti untuk
menarik kesimpulan bahwa fenomena karinding ini masih termasuk dalam
fenomena modernitas.

Dan juga banyak dari kalangan generasi muda yang memainkannya dengan
irama yang unik, yaitu dengan mengkolaborasikannya dengan alat-alat musik
modern lainnya. Karena karinding hanyalah fenomena modernitas, maka
karinding pun akan cepat dilupakan jika keberadaannya di tengah masyarakat
telah mengalami pergeseran oleh suatu budaya yang lain, yang lebih baru.
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa alat musik


tradisional karinding adalah alat musik tradisional asal suku Sunda yang hampir
punah bila tidak dilestarikan. Dari cara pembuatan dan cara memainkannya pun
unik.

Karinding tidak hanya bisa dipadukan dengam alat-alat musik tradisional seperti
angklung tetapi pada masa kini sudah dapat di padukan dengan alat music
modern oleh generasi muda.

B. Saran

Sebagai generasi muda penerus bangsa, kita memiliki kewajiban dalam


melestarikan budaya serta mempelajari budaya, terutama budaya Indonesia
sendiri, sehingga budaya atau tradisi yang berasal dari Indonesia tidak hilang
bersama dengan berkembangnya zaman.
Daftar pustaka
Sumber https://www.google.co.id/webhp?sourceid=chrome-instant&ion=1&espv=2&ie=UTF-8#q=
%20sni%20budaya%20karinding

http://gwensehara.blogspot.com/2014/01/
-alat-musik-tradisional.htmlhttps://www.google.co.id/search?
q=makalah+seni+budaya+karinding&ie=utf-8&oe=utf-8&rls=org.mozilla:en-
US:official&client=firefox-beta&channel=sb&gws_rd=cr&ei=Z-XKVbPeFsWxuASikajYBQ

Anda mungkin juga menyukai