Anda di halaman 1dari 11

TRADITIONAL ARTIST RECOGNATION

“ASEP NATA DAN KARINDING TOWEL”

TUGAS
ESTETIKA

Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Estetika

Oleh:
Muslim ( 15414119 )
Muhammad Rizal Kurniadi ( 15414118 )
Vici Rahmadi Putra ( 15414135 )
Kelas B (Khusus)

PROGRAM PASCASARJANA

INSTITUT SENI BUDAYA INDONESIA (ISBI)

1
BANDUNG

2016

PENDAHULUAN

Seni tradisional termasuk dalam aspek kebudayaan yang sudah dapat


dirasakan oleh orang banyak dalam rentang perjalanan sejarah peradaban
manusia. Maka dari itu kami mencoba untuk mengamati beberapa aspek seni
tradisional yang menjadi pokok pembahasan di dalam tugas ini, yakni alat
musik Karinding Towel sebagai inovasi dari alat musik karinding yang ada di
Jawa Barat. Karinding sendiri tergolong dalam klasifikasi alat musik
lamellophone, ​yang mana ada banyak sekali alat musik
sejenis ​lamellophone​ di nusantara ini yang secara organologi tidak jauh
berbeda dengan karinding​, contohnya, ​kurinding ​dari Kalimantan Selatan​,
genggong ​Bali dan Lombok​, pikonane ​dari Papua dan lain sebagainya,
bahkan alat musik sejenis ​lamellophone​ dapat di jumpai dari berbagai daerah
di kepulauan Indonesia. Instrument music dengan jenis ​lamellophone
sebenarnya tidak hanya ada diwilayah indonesia saja, namun juga tersebar
hampir di seluruh dunia, khusus nya di asia tenggara. di wilayah eropa
jenis​ lamellophone​ dikenal dengan nama ​Jew’s harp,​ j​ aw harp,​ ​mouth
harp,​ ​Ozark harp,​ ​trump​ ​atau​ ​juice harp.
Karinding Towel, merupakan salah satu jenis dari sekian banyak
​lamellophone ​yang ada di indonesia, Karinding towel ini berbasis pada
jenis ​lamellophone ​yang ada di asia tenggara. Tidak
seperti karinding​ ​tradisional lainnya, Karinding towel adalah inovasi

2
dari karinding​ ​sebelumnya yang tidak memiliki standar pitch nada/tonal yang
jelas. Karinding Towel memiliki ​Pitch atau tonal​ yang mengacu pada standar
nada diatonis, sehingga karinding towel dapat juga masuk kedalam alat
musik tonal. Secara teknis memainkan Karinding towel memiliki perbedaan
dengan karinding tradisional yang dikenal di jawa barat, walaupun
sama-sama menggunakan rongga mulut sebagai resonator bunyi, umum
nya karinding​ ​tradisional dari jawa barat di bunyikan dengan cara di pukul
​ ya sehingga terjadi getaran pada lidah atau yang
pada pangkal karinding​ n
juga disebut sebagai ​lamella​ karinding yang menimbulkan suatu
bunyi. Karinding Towel di bunyikan dengan cara di Towel​ ​atau di colek
menggunakan ujung jari tangan. karinding towel ​tak hanya memiliki satu
nada dalam satu unit instrument, tapi dapat memiliki rangkaian 3 nada
bahkan samapai satu oktav dalam satu rangkaian karinding towel, sesuai
dengan keinginan dan kebutuhannya.
Karinding Towel pada dasarnya merupakan instrumen generik atau
ekstrak dari genggong ​(jews harp) petik tradisional yang dibuat dari bahan
bambu atau pelepah aren. Bentuknya lebih sederhana dan cara
pembuatannya lebih mudah jika dibandingkan dengan Karinding Tradisional
Sunda yang terbilang cukup rumit. Karinding Towèl terbuat dari bahan dasar
bambu surat, bambu hitam dan bambu kuning yang telah melalui proses
pengeringan serta dipotong membentuk persegi panjang dengan ukuran
2x15 cm.
Adapun teknik pembuatannya terbagi menjadi 5 tahap yaitu
membentuk pola, menyerut garis atas, melubangi ceuceut careuh,
membentuk lidah, menipiskan bagian bingkai dan lidah pangkal. Teknik
penalaan Karinding Towèl diantaranya menipiskan bagian bingkai dan lidah

3
pangkal untuk menurunkan nada, dan menipiskan bagian lidah bandul serta
kancingnya untuk meninggikan nada. Alat penala yang digunakan antara lain
kromatik tuner untuk skala nada kromatik, gambang dan bilah saron pada
gamelan untuk skala nada pelog dan salendro.
Berbicara karinding Towel tentunya kita tidak bisa terlepas dari sosok
sang Inovator atau pelopor salah satu jenis ​lamellophone​ asal indonesia ini,
adalah “Asep Nata”, yang merupakan seorang Inovator dan juga
pelopor Karinding towel ini, beliau merupakan salah satu seniman asal Jawa
Barat yang kini masih aktif mengajar sebagai dosen di Jurusan Seni Musik
Universitas Pasundan, Bandung. Bertahun tahun sudah beliau habiskan
waktu dengan alat musik ini. dan akhirnya beliau menemukan Karinding
towel yang sebenarnya inovasi dari karinding​ t​ radisional yang diperkirakan
sudah ada sejak ratusan bahkan ribuan tahun yang lalu. ​Melalui etnografi
yang bersifat deskriptif, proses kreatif musik menurut seorang Asep Nata
menjelaskan bahwa eksistensi instrumen pada musik tradisional akan mudah
untuk selalu bertahan dan terjaga jika kita melakukan pengembangan dan
inovasi pada setiap instrument musik tradisional sebagai bagian dari
kebudayaan kita.
Asep Nata sendiri juga masih aktif dalam memproduksi dan
mempopulerkan Karinding Towel. Karinding Towel ini untuk sementara
hanya di produksi sesuai pesanan. jadi, jika anda tertarik, silakan langsung
menghubungi Asep Nata. Beliau akan dengan senang hati merespon.

4
PEMBAHASAN

Pada peristiwa tahun 2001 di Wisma Seni Taman Budaya Jawa


Tengah di Solo menjadi sebuah titik awal bagi seorang Asep Nata didalam
menemukan formulasi instrumen ​Lamellaphone yang ia ciptakan dengan
nama “Karinding Towel”. Formulasi instrument yang beliau temukan pada
saat itu ketika ia bermain genggong besi bersama I Wayan Sadra, yang
tanpa disadari genggong yang ia mainkan mencedrai giginya. Maka muncul
pemikiran untuk mencari alternatif instrumen yang relatif lebih aman, untuk
gigi, terutama kalau pemainnya anak-anak dan orang tua. Mulailah ia
membuka kembali peristiwa-peristiwa yang tersimpan dalam ingatan,
catatan-catatan lapangan , dan penelitian lapangan di banyak tempat seperti

5
di Solo, Lombok, beberapa tempat di Kalimantan dan beberapa daerah
lainnya.

Gambar 1. Asep Nata


Sumber :
https://www.facebook.com/photo.php?fbid=743009099142255&set=t.1178929018&type=3&t
heater

Asep Nata merupakan seorang etnomusikolog yang namanya sudah


cukup dikenal terutama di kalangan bidang etnomusikologi secara khusus,
dan seni secara non formal, Asep Nata ​lahir di Sumedang, Jawa Barat pada
tanggal 24 Juni 1964​. Ia pernah mengenyam pendidikan etnomusikol di
jurusan Etnomusikologi, pada Fakultas Sastra, Universitas Sumatera Utara,
Medan. Sebagai seorang etnomusikolog, ia telah menginjakkan kakinya di
hamper seantero Nusantara ini untuk melakukan riset dan pendokumentasian
musik tradisi secara khusus, dan seni secara umum. pembuatan Seni Musik
Indonesia, yang terbit d lam 10 volume (sebenarnya seri ini terdiri dari 20
volume, namun 10 volume yang terbit bel kangan tidak diterbitkan versi

6
Indonesianya), Kang Asep menjadi mitra kerja polsky, musikolog
berkebangsaan Amerika Serikat.
Dasar ideologi yang mempengaruhi Asep Nata sebagai seorang
seniman adalah mempertahankan dan melakukan sejumlah inovasi dalam
pada berbagai jenis alat musik tradisi lokal Nusantara. Salah satu hasil
inovasinya ialah instrument jenis ​lamellophone​. Inovasi yang ia lakukan pada
tahun 2001 sebagai sebuah bentuk inovasi. Karinding Towel buatan Asep
Nata sekaligus juga merupakan sebuah bentuk revitalisasi dalam
mempromosikan dan mempopulerkan kembali dalam membangkitkan
kembali kesadaran dan rasa memiliki (sense of belonging) orang-orang
diberbagai wilayah Indonesia, terutama generasi muda terhadap kekayaan
seni dan budaya yang mereka miliki.
Bentuk karya seni yang dikembangkan oleh Asep Nata merupakan
seni yang bersifat seni komunal, yaitu Karinding Towel yang menjadi alat
musik tradisional yang dapat dimainkan oleh seluruh kalangan masyarakat.
Karinding Towel memiliki bentuk yang sangat sederhana dan proses
pembuatannya cukup mudah, sehingga dapat dibuat oleh siapa saja.
Karinding Towel sendiri memiliki beberapa kelebihan yaitu, tinggi rendahnya
bunyi ​(pitch) ​dapat di tala sesuai dengan nada yang diinginkan, misalnya
seperangkat Karinding Towel dapat ditala diatonis atau kromatis. Selain itu
Karinding Towel juga yang menghasilkan bunyi pendek dapat lebih variatif
dalam bunyi yang dihasilkan.

7
Gambar 2. Karinding Towel
Sumber : ​http://theinstrumentbuildersproject.com/asep-nata/

Sebagai seorang seniman ​etnomusikolog yang telah mengembangkan


instrument jenis ​lamellophone, karya Asep Nata memberikan sebuah
pengaruh yang positif terhadap perkembangan kesenian alat musik
tradisional yang ada di Indonesia. Karinding Towel merupakan alat musik
tradisional yang memiliki proses karya bersifat orientasi sosial, karena melalui
eksplorasi pengembangan yang cukup panjang serta bersumber dari proses
akulturasi seni budaya tradisional pada instrument musik jenis ​lamellophone
yang ada di nusantara​.

Penerimaan pengaruh dari unsur unsur instrument budaya nusantara


lainnya tidaklah selalu bermakna menghancurkan keaslian dan bentuk nilai
dan fungsinya. Pengaruh berbagai unsur justru dapat membentuk dan
menambah Sikap kultural berkarya yang ada. Proses akulturasi yang ada
pada Karinding Towel telah menjadi inovasi dan kreasi didalam
mempertahankan nilai dan tradisi bahkan dapat menjadi sebuah indikasi

8
proses perkembangan instrument budaya lokal tanpa menghilangkan fungsi
dan nilainya.

Karinding Towel yang sebagai alat musik tradisional yang dapat


dimainkan oleh seluruh kalangan masyarakat telah menjadi sebuah
instrument musik budaya nusantara yang harus dilestarikan. Karena pesan
dari sebuah nilai budaya akan terus bertahan dan terjaga bilamana segala
bentuk budaya dan instrumentnya selalu terjaga dan dipelihara. Karinding
Towel adalah satu dari banyak jenis instrument musik tradisional yang telah
mengalami inovasi. Terdapat adanya harmoni budaya yang mengalami
perkembangan hingga di era sekarang dan diharapkan dengan hasil dari
inovasi seorang Asep Nata ini akan mampu membuat instrument tradisional
selalu terjaga dan terus berkembang.

Gambar 3. Karinding Towel


Sumber : http://theinstrumentbuildersproject.com/asep-nata/

9
PENUTUP

Sebagai seorang seniman ​etnomusikolog​, pengaruhi seorang Asep


Nata sebagai seorang seniman adalah mempertahankan dan melakukan
sejumlah inovasi dalam berbagai jenis alat musik tradisi lokal Nusantara.
Salah satu hasil inovasinya ialah instrument jenis ​lamellophone ​yang disebut
Karinding Towel.

Karinding Towel merupakan alat musik tradisional yang memiliki


proses karya bersifat orientasi sosial, karena melalui eksplorasi
pengembangan yang cukup panjang serta bersumber dari proses akulturasi
seni budaya tradisional pada instrument musik jenis ​lamellophone yang ada
di nusantara​. ​Terdapat adanya harmoni budaya yang mengalami
perkembangan hingga di era sekarang dan diharapkan dengan hasil dari
inovasi seorang Asep Nata ini akan mampu membuat instrument tradisional
selalu terjaga dan terus berkembang.

Proses akulturasi yang ada pada Karinding Towel telah menjadikan


inovasi dan kreasi didalam mempertahankan nilai dan tradisi bahkan dapat
Menjadi sebuah indikasi proses perkembangan instrument budaya lokal
tanpa menghilangkan fungsi dan nilainya.

10
DAFTAR PUSTAKA

Rice, Timothy :​ ​Ethnomusicological Encounters with Music and Musicians:


Essays in Honor of Robert Garfias. 
http://totalperkusi.com/wp-content/uploads/2014/06/SUPLEMEN-ARTIKEL-FI
NISHED-WORKSHOP-KARINDING_pdf.pdf

https://tatabuhan.wordpress.com/2011/12/14/karinding-towel/

http://m.inilah.com/news/detail/2089219/karinding-towel-hasil-eksplorasi-buda
ya-buhun

Narasumber: Asep Nata

11

Anda mungkin juga menyukai