TUGAS
ESTETIKA
Oleh:
Muslim ( 15414119 )
Muhammad Rizal Kurniadi ( 15414118 )
Vici Rahmadi Putra ( 15414135 )
Kelas B (Khusus)
PROGRAM PASCASARJANA
1
BANDUNG
2016
PENDAHULUAN
2
dari karinding sebelumnya yang tidak memiliki standar pitch nada/tonal yang
jelas. Karinding Towel memiliki Pitch atau tonal yang mengacu pada standar
nada diatonis, sehingga karinding towel dapat juga masuk kedalam alat
musik tonal. Secara teknis memainkan Karinding towel memiliki perbedaan
dengan karinding tradisional yang dikenal di jawa barat, walaupun
sama-sama menggunakan rongga mulut sebagai resonator bunyi, umum
nya karinding tradisional dari jawa barat di bunyikan dengan cara di pukul
ya sehingga terjadi getaran pada lidah atau yang
pada pangkal karinding n
juga disebut sebagai lamella karinding yang menimbulkan suatu
bunyi. Karinding Towel di bunyikan dengan cara di Towel atau di colek
menggunakan ujung jari tangan. karinding towel tak hanya memiliki satu
nada dalam satu unit instrument, tapi dapat memiliki rangkaian 3 nada
bahkan samapai satu oktav dalam satu rangkaian karinding towel, sesuai
dengan keinginan dan kebutuhannya.
Karinding Towel pada dasarnya merupakan instrumen generik atau
ekstrak dari genggong (jews harp) petik tradisional yang dibuat dari bahan
bambu atau pelepah aren. Bentuknya lebih sederhana dan cara
pembuatannya lebih mudah jika dibandingkan dengan Karinding Tradisional
Sunda yang terbilang cukup rumit. Karinding Towèl terbuat dari bahan dasar
bambu surat, bambu hitam dan bambu kuning yang telah melalui proses
pengeringan serta dipotong membentuk persegi panjang dengan ukuran
2x15 cm.
Adapun teknik pembuatannya terbagi menjadi 5 tahap yaitu
membentuk pola, menyerut garis atas, melubangi ceuceut careuh,
membentuk lidah, menipiskan bagian bingkai dan lidah pangkal. Teknik
penalaan Karinding Towèl diantaranya menipiskan bagian bingkai dan lidah
3
pangkal untuk menurunkan nada, dan menipiskan bagian lidah bandul serta
kancingnya untuk meninggikan nada. Alat penala yang digunakan antara lain
kromatik tuner untuk skala nada kromatik, gambang dan bilah saron pada
gamelan untuk skala nada pelog dan salendro.
Berbicara karinding Towel tentunya kita tidak bisa terlepas dari sosok
sang Inovator atau pelopor salah satu jenis lamellophone asal indonesia ini,
adalah “Asep Nata”, yang merupakan seorang Inovator dan juga
pelopor Karinding towel ini, beliau merupakan salah satu seniman asal Jawa
Barat yang kini masih aktif mengajar sebagai dosen di Jurusan Seni Musik
Universitas Pasundan, Bandung. Bertahun tahun sudah beliau habiskan
waktu dengan alat musik ini. dan akhirnya beliau menemukan Karinding
towel yang sebenarnya inovasi dari karinding t radisional yang diperkirakan
sudah ada sejak ratusan bahkan ribuan tahun yang lalu. Melalui etnografi
yang bersifat deskriptif, proses kreatif musik menurut seorang Asep Nata
menjelaskan bahwa eksistensi instrumen pada musik tradisional akan mudah
untuk selalu bertahan dan terjaga jika kita melakukan pengembangan dan
inovasi pada setiap instrument musik tradisional sebagai bagian dari
kebudayaan kita.
Asep Nata sendiri juga masih aktif dalam memproduksi dan
mempopulerkan Karinding Towel. Karinding Towel ini untuk sementara
hanya di produksi sesuai pesanan. jadi, jika anda tertarik, silakan langsung
menghubungi Asep Nata. Beliau akan dengan senang hati merespon.
4
PEMBAHASAN
5
di Solo, Lombok, beberapa tempat di Kalimantan dan beberapa daerah
lainnya.
6
Indonesianya), Kang Asep menjadi mitra kerja polsky, musikolog
berkebangsaan Amerika Serikat.
Dasar ideologi yang mempengaruhi Asep Nata sebagai seorang
seniman adalah mempertahankan dan melakukan sejumlah inovasi dalam
pada berbagai jenis alat musik tradisi lokal Nusantara. Salah satu hasil
inovasinya ialah instrument jenis lamellophone. Inovasi yang ia lakukan pada
tahun 2001 sebagai sebuah bentuk inovasi. Karinding Towel buatan Asep
Nata sekaligus juga merupakan sebuah bentuk revitalisasi dalam
mempromosikan dan mempopulerkan kembali dalam membangkitkan
kembali kesadaran dan rasa memiliki (sense of belonging) orang-orang
diberbagai wilayah Indonesia, terutama generasi muda terhadap kekayaan
seni dan budaya yang mereka miliki.
Bentuk karya seni yang dikembangkan oleh Asep Nata merupakan
seni yang bersifat seni komunal, yaitu Karinding Towel yang menjadi alat
musik tradisional yang dapat dimainkan oleh seluruh kalangan masyarakat.
Karinding Towel memiliki bentuk yang sangat sederhana dan proses
pembuatannya cukup mudah, sehingga dapat dibuat oleh siapa saja.
Karinding Towel sendiri memiliki beberapa kelebihan yaitu, tinggi rendahnya
bunyi (pitch) dapat di tala sesuai dengan nada yang diinginkan, misalnya
seperangkat Karinding Towel dapat ditala diatonis atau kromatis. Selain itu
Karinding Towel juga yang menghasilkan bunyi pendek dapat lebih variatif
dalam bunyi yang dihasilkan.
7
Gambar 2. Karinding Towel
Sumber : http://theinstrumentbuildersproject.com/asep-nata/
8
proses perkembangan instrument budaya lokal tanpa menghilangkan fungsi
dan nilainya.
9
PENUTUP
10
DAFTAR PUSTAKA
https://tatabuhan.wordpress.com/2011/12/14/karinding-towel/
http://m.inilah.com/news/detail/2089219/karinding-towel-hasil-eksplorasi-buda
ya-buhun
11