Anda di halaman 1dari 12

KARAWITAN

Anggota
Haritz Bintang
Hawa Tanazza
Nabila Choirunisa
Nazwa Nurul
Shella Claudia
Wibi Adi Setyo
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keragaman seni budaya nusantara merupakan pembentuk
kebudayaan nasional. Kita ketahui bahwa salah satu bagian dari
kebudayaan itu di antaranya kesenian. Dengan demikian, dapat
diambil kesimpulan bahwa kesenian daerah merupakan unsur
penting dalam pembentuk kesenian nasional. Apabila diteliti
secara seksama tentang kesenian daerah yang ada di Indonesia
sangat beraneka ragam bentuk, hal ini merupakan salah satu di
antaranya. Karawitan merupakan salah satu bentuk kesenian yang
ada di Indonesia. Seperti kita kenal ada Karawitan Jawa,
Karawitan Sunda, dan Karawitan Bali serta banyak lagi jenis-
jenis karawitan lainnya.
Karawitan sunda mempunyai ciri tersendiri, pertumbuhan,
dan perkembangannya sangat dipengaruhi oleh keberadaan orang
Sunda serta aspek sosial kehidupannya. Istilah karawitan dalam
Bahasa Sunda merupakan istilah baru, tetapi cepat meluas
sehingga istilah karawitan dianggap sebagai istilah yang telah
baku dalam kesenian Sunda.

Pengertian yang telah memasyarakat tentang karawitan adalah


seni suara daerah yang berpedoman pada laras Selog dan
Salendro. Banyak juga pendapat-pendapat lain tentang
karawitan, seperti pendapat para ahli karawitan (pangrawit)
Sunda. Yang perlu kita ketahui bahwa istilah karawitan itu
berasal dari Bahasa Jawa, mengingat sekitar kurang lebih tahun
1920, istilah karawitan dipergunakan pada sebuah kursus
menabuh gamelan di Keraton Surakarta.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian karawitan?

2. Bagaimana sejarah karawitan?

3. Bagaimana pembagian karawitan?

4. Apa fungsi karawitan?

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Karawitan

Karawitan adalah segala bentuk kesenian yang berakar dari


kebudayaan tradisional Indonesia. Tentu saja di dalamnya
terdapat bentuk-bentuk seni, kesenian, dan alat kesenian yang
secara harfiah dikatakan dan masuk dalam kategori tradisi
seperti, kendang, goong, gamelan, kacapi, suling, celempung,
dll. Karawitan tidak hanya hidup di tatar Parahyangan (Sunda),
akan tetapi hidup pula di Jawa, Bali, Madura, Dayak, Batak.
Istilah karawitan dalam bahasa Sunda dapat dikatakan sebagai
bentuk yang baru. Akan tetapi, pemakaiannya cepat sekali
meluas dan digunakan secara bebas, sehingga istilah ini tidak
terdengar asing baik di kalangan seniman maupun di kalangan
pendidik.

Istilah karawitan pertama digunakan dalam bahasa Jawa, sekitar


tahun 1920. Istilah tersebut mengacu pada seni suara, yang
digunakan sebagai nama untuk kursus menabuh gamelan di
Museum Radya Pustaka Keraton Surakarta. Orang Sunda
menggunakan istilah karawitan untuk jenis kesenian Degung,
Cianjuran, Kiliningan, Calung, Celempungan, dan berbagai
jenis seni suara lainnya yang memiliki ciri tradisi Sunda seperti
sekar kawih, sekar kapasindenan, sekar tembang serta seni
suara yang dititik beratkan pada panggunaan laras salendro,
pelog, degung, dan madenda.

Di bawah ini ada beberapa pengertian kerawitan menurut para


ahli, yang ditinjau dari segi keilmuan, kebahasaan, dan sejarah
karawitan sendiri. Tentu saja bentuk karawitan itu adalah
sesuatu yang kita kenal dalam kehidupan sehari-hari tetapi kita
tidak tahu tentang pengertian karawitan itu sendiri.

1. Menurut Ki Sindoe Soewarno (Seorang Ahli Karawitan Jawa)

Karawitan berasal dari kata ka–rawit–an. Ka- dan -an adalah


awalan dan akhiran. Rawit berarti halus. Jadi karawitan berarti
kumpulan segala hal yang halus dan indah. Karawitan juga
dapat diartikan sebagai kesenian yang mempergunakan bunyi-
bunyian dan seni suara. Tegasnya, karawitan sama dengan seni
dan suara sama dengan musik. Tetapi kata musik sudah
terlanjur menimbulkan gambaran lain di dalam pengertian kata
yaitu bunyi-bunyian Eropa.
2. Menurut R.M.A. Kusumadinata (Seorang Ahli Karawitan
Sunda)

Selain sependapat dengan ki Sindoe Soewarno beliau juga


berpendapat bahwa kata karawitan berasal dari kata rawit yang
akar katanya bermula dari Ra = sinar matahari = cahaya = seni
dan Wit = weda = pengetahuan. Jadi karawitan adalah
pengetahuan kesenian yang meliputi seni tari, seni rupa, seni
suara, seni padalangan, seni drama, seni sastra, dan sebagainya.

3. Menurut Udjo Ngalagena, dkk.

Secara etimologis kata karawitan berasal dari ka–rawit–an. Ka


dan an awalan dan akhiran. Rawit berarti cabai kecil yang
sangat pedas, halus, indah, seni, dalam arti yang luas karawitan
= kehalusan atau kasenian, meliputi: seni tari, seni padalangan,
seni rupa, dan seni sastra. Dalam arti yang khusus, karawitan
adalah seni suara daerah yang berlaras pelog atau salendro.

4. Menurut Kamus Basa Sunda

Menurut kamus basa Sunda (LBBS) pengertian karawitan adalah


ilmu yang mempelajari seni swara baik yang menggunakan
laras pelog, degung, salendro ataupun madenda.

5. Pengertian Karawitan Secara Umum

Karawitan secara umum adalah seni suara daerah di Indonesia


yang berlaras pelog maupun salendro.

6. Pengertian Karawitan Secara Khusus

Karawitan dalam arti yang khusus berarti seni suara yang


mempergunakan alat–alat gamelan, yang memakai laras pelog
dan salendro.
B. Sejarah Karawitan

Gamelan Jawa merupakan seperangkat instrumen sebagai


pernyataan musikal yang sering disebut dengan istilah
karawitan. Karawitan berasal dari bahasa Jawa rawit berarti
rumit, berbelit-belit, tetapi rawit juga berarti halus, cantik,
berliku-liku dan enak. Kata Jawa karawitan khususnya dipakai
untuk mengacu kepada musik gamelan, musik Indonesia yang
bersistem nada nondiatonis (dalam laras slendro dan pelog)
yang garapan-garapannya menggunakan sistem notasi, warna
suara, ritme, memiliki fungsi, pathet dan aturan garap dalam
bentuk sajian instrumentalia, vokalia dan campuran yang indah
didengar.

Seni gamelan Jawa mengandung nilai-nilai historis dan filosofis


bagi bangsa Indonesia. Dikatakan demikian sebab gamelan
Jawa merupakan salah satu kebudayaan Indonesia yang
diwariskan oleh para pendahulu dan sampai sekarang masih
banyak digemari serta ditekuni. Secara Hipotesis, masyarakat
Jawa sebelum adanya pengaruh Hindu telah mengenal sepuluh
keahlian, di antaranya adalah wayang dan gamelan. Dahulu
pemilikan gamelan ageng Jawa hanya terbatas untuk kalangan
istana. Kini siapapun yang berminat dapat memilikinya
sepanjang bukan gamelan-gamelan Jawa yang termasuk
kategori pusaka. Secara filosofis gamelan Jawa merupakan satu
bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Jawa.
Hal demikian disebabkan filsafat hidup masyarakat Jawa
berkaitan dengan seni budayanya yang berupa gamelan Jawa
serta berhubungan dekat dengan perkembangan religi yang
dianutnya.
Istilah gamelan telah lama dikenal di Indonesia, sudah disebut
pada beberapa kakawin Jawa Kuno. Arti kata gamelan, sampai
sekarang masih dalam dugaan-dugaan. Mungkin juga kata
gamelan terjadi dari pergeseran atau perkembangan dari kata
gembel. Gembel adalah alat untuk memukul. Karena cara
membunyikan instrumen itu dengan dipukul-pukul. Barang
yang sering dipukul namanya pukulan, barang yang sering
diketok namanya ketokan atau kentungan, barang yang sering
digembal namanya gembelan. Kata gembelan ini bergeser atau
berkembang menjadi gamelan. Mungkin juga karena cara
membuat gamelan itu adalah perunggu yang dipukul-pukul atau
dipalu atau digembel, maka benda yang sering dibuat dengan
cara digembel namanya gembelan, benda yang sering
dikumpul-kumpulkan namanya kempelan dan seterusnya
gembelan berkembang menjadi gamelan. Dengan kata lain
gamelan adalah suatu benda hasil dari benda itu digembel-
gembel atau dipukul-pukul.

Bagi masyarakat Jawa gamelan mempunyai fungsi estetika yang


berkaitan dengan nilai-nilai sosial, moral dan spiritual. Kita
harus bangga memiliki alat kesenian tradisional gamelan.
Keagungan gamelan sudah jelas ada. Dunia pun mengakui
bahwa gamelan adalah alat musik tradisional timur yang dapat
mengimbangi alat musik barat yang serba besar. Di dalam
suasana bagaimanapun suara gamelan mendapat tempat di hati
masyarakat. Gamelan dapat digunakan untuk mendidik rasa
keindahan seseorang. Orang yang biasa berkecimpung dalam
dunia karawitan, rasa kesetiakawanan tumbuh, tegur sapa
halus, tingkah laku sesuai norma kesopanan. Semua itu karena
jiwa seseorang menjadi sehalus gending-gending.

Berdasarkan sejarah, keberadaan gamelan sudah berabad-abad


lamanya. Hal ini dapat dibuktikan dari tulisan-tulisan, maupun
prasasti-prasasti di dinding candi yang ditemukan.
Perkembangan selanjutnya dari masa ke masa mengalami
perubahan, baik bentuk, jenis, maupun fungsinya. Dari yang
sangat sederhana, menjadi sederhana, kemudian menjadi lebih
komplit. Bukti tertua mengenai keberadaan alat-alat musik
tradisional Jawa dan berbagai macam bentuk permainannya
dapat ditemukan pada piagam Tuk Mas yang bertuliskan huruf
Pallawa. Kesederhanaan bentuk, jenis dan fungsinya tentu
berkaitan erat dengan pola hidup masyarakat pada waktu itu.
Pada piagam tersebut terdapat gambar sangka-kala, yaitu
semacam trompet kuno yang digunakan untuk perlengkapan
upacara keagamaan.

Kehidupan seni karawitan sejauh ini sudah mengalami perjalanan


sejarah yang panjang bersamaan dengan munculnya kerajaan-
kerajaan besar, seperti Kerajaan Majapahit dan Kerajaan
Mataram. Di bawah kekuasaan kerajaan-kerajaan tersebut,
gamelan (seni karawitan) mengalami perkembangan yang
sangat pesat. Sehingga menarik para ilmuwan asing untuk
mempelajari dan mendokumentasikan. Banyak penemuan-
penemuan hasil penelitian yang dilakukan oleh ilmuwan asing.
Sebagian hasil penemuan tersebut selanjutnya digunakan untuk
mempelajari seni karawitan.

Perkembangan yang terjadi pada dunia seni karawitan


menggambarkan bahwa seni karawitan merupakan suatu
produk kebudayaan yang selalu ingin berkembang,
menyesuaikan dengan kondisi jaman. Hal ini sesuai dengan
kodratnya, bahwa seni karawitan sebagaimana cabang seni
pertunjukan tradisi lainnya dikategorikan dalam jenis seni
komunal, yaitu seni yang lahir dari, oleh, dan untuk
masyarakat. Keberadaan dan perkembangannya tergantung
pada kondisi masyarakat. Dalam konteks yang lain dapat
dikategorikan dalam bentuk seni yang patronage, yaitu seni
jenis yang mengabdi kepada sesuatu atau seseorang yang
dianggap sebagai payungnya. Sehingga keberadaan dan
perkembangannya tergantung pada penguasa.

Pada jaman kerajaan perkembangan seni karawitan berjalan pesat.


Peran Raja sebagai penguasa tunggal sangat menentukan hidup
dan matinya suatu bentuk seni. Seperti yang diutarakan dalam
puisi abad ke-14 kakawin Negarakertagama, Kerajaan
Majapahit mempunyai lembaga khusus yang bertanggung
Jawab mengawasi program seni pertunjukan. Begitu
pentingnya seni pertunjukan (karawitan) sebagai suatu pertanda
kekuasaan raja adalah keterlibatan gamelan dan seni teater pada
upacara-upacara atau pesta-ria kraton.

Perkembangan seni karawitan berlanjut dengan munculnya


Kerajaan Mataram. Pada jaman ini dianggap sebagai tonggak
seni karawitan, terutama untuk gaya Yogyakarta dan Surakarta.
Tidak hanya penambahan jenis-jenis gamelan saja, melainkan
fungsi seni karawitan pun mengalami perkembangan. Di
samping sebagai sarana upacara, seni karawitan juga berfungsi
sebagai hiburan. Dahulu seni karawitan produk kraton hanya
dinikmati di lingkungan kraton. Selanjutnya karena
keterbukaan kraton dan palilah Dalem, seni karawitan produk
kraton sudah berbaur dengan masyarakat pendukungnya.

Dari realitas tersebut terlihat begitu kuatnya peran penguasa


dalam menentukan keberadaan suatu bentuk kesenian. “Sabda
pandhito ratu” merupakan kebiasaan yang tidak dapat dihindari
dalam kehidupan pada saat itu. Eksistensi dan perkembangan
kesenian di masyarakat, keadaannya, penciptaannya,
pelaksanaannya tergantung pada kegiatan para pendukung, dan
adat kebiasaan yang berlaku. Popularitas suatu cabang seni
bertalian erat dengan kegemaran orang banyak pada suatu
waktu, hidup suburnya berkaitan dengan penghargaan, bantuan
materiil dari.
C. Pembagian Karawitan

1. Karawitan Sekar (Vokal)


Yang dimaksud dengan karawitan vokal atau lebih dikenal
dalam istilah karawitan sunda dengan sekar ialah seni suara
yang substansi dasarnya menggunakan suara manusia. Tentu
saja dalam penampilannya akan berbeda dengan bicara biasa
yang juga mempergunakan suara manusia. Sekar merupakan
pengolahan yang khusus untuk menimbulkan rasa seni yang
sangat erat berhubungan langsung dengan indra
pendengaran. Vokal sangat erat bersentuhan dengan nada,
bunyi, atau alat-alat pendukung lainnya yang selalu akrab
berdampingan. Menurut bentuknya sekar dibagi menjadi 2
bagian, yaitu:
• Sekar irama merdika (bebas irama), contoh: pupuh,
bawa sekar, kakawen, nyandra, murwa, macapat.
• Sekar tandak (ajeg, tetap), contoh: panambih dalam
tembang, lagu kawih, kapasindenan.
2. Karawitan Gending (Instrumental)
Karawitan Gending secara harfiah dapat diartikan sebagai
bentuk kesenian yang di dalamnya terdapat sebuah iringan
musik instrumentalia, pada dasarnya ansamble yang
digunakan dalam karawitan gending adalah gamelan yang
berlaraskan pelog, salendro, degung, dan madenda. Akan
tetapi di dalam karawitan sunda gending diterapkan ke
dalam bentuk luas, gending tidak hanya digunakan untuk
waditra bernada dan berlaras seperti gamelan dan kacapi
akan tetapi digunakan pula pada waditra non-gamelan dan
tidak berlaras seperti dogdog, kohkol, keprak, dsb. Di dalam
bentuknya karawitan gending pun dibagi menjadi 2 yaitu:
• Gending maat bebas: yaitu gending yang tidak terikat
oleh ketukan, seperti masieupan, dsb.
• Gending tandak: yaitu gending yang bertempo ajeg,
seperti: lagu gendu, banjaran, dsb.
3. Karawitan Campuran (Sekar Gending)
Sekar gending atau disebut pula karawitan campuran
merupakan bentuk sekaran yang diiringi dengan gendingan.
Dalam penyajiannya karawitan sekar gending dibagi dalam
2 bagian yaitu:
• Sekaran, ialah karawitan campuran yang menonjolkan
sekarnya saja, misalnya: kiliningan, celempungan, dsb.
• Sekar gending, ialah karawitan campuran di mana
hidangan sekar dengan gendingnya saling mendukung
sehingga menjadi harmonis.

D. Fungsi Karawitan
1. Sebagai pengiring lagu atau nyanyian.
2. Untuk mengiringi tarian terutama tari Sunda.
3. Untuk pengisi suasana dalam suatu adegan sendra tari
atau gending karesmen.
4. Sebagai ungkapan rasa etika.
5. Sebagai pencerminan jiwa.
6. Sarana hiburan yang bersifat sosial bersifat sosial
maupun komersial.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perangkat musik gamelan lengkap yang kita ketahui
sekarang pada mulanya hanya diawali dengan satu alat
bunyi saja yaitu Gong. Kemudian pada perkembangannya,
ada penambahan sejenis gong kecil yang disebut kempul
namun jumlahnya masih terbatas lalu seiring dengan
kebutuhan musikalitas dari jaman ke jaman yang
berkembang, barulah ada penambahan alat-alat lainnya. Seni
mengolah bunyi benda atau alat bunyi-bunyian (instrumen)
tradisional gamelan disebut Seni Karawitan.
Asal kata Karawitan itu sendiri berasal dari bahasa
sansekerta, yakni rawit, yang mempunyai arti keharmonisan,
elegan dan kehalusan. Namun menurut pendapat yang lain,
karawitan berasal dari kata pangrawit yang berarti orang
atau subjek yang memiliki perasaan harmonis dan halus.
Adapula yang berpendapat bahwa karawitan itu berasal dari
kata ngerawit yang dalam bahasa Jawa artinya sangat rumit.
Jadi memainkan karawitan itu tidak hanya sekedar
menghasilkan bunyi-bunyian tapi memang harus
memaknainya secara mendalam melalui gending (lagu-lagu)
yang dibawakan dalam seni karawitan karena gending-
gending tersebut berpengaruh pada sikap kehidupan
manusia, misalnya ada nama gending yang merujuk pada
keselamatan dan permintaan.
B. Saran
Penulis hanya bisa memberi saran kepada pembaca
bahwasanya seni dan budaya masih sangatlah dibutuhkan
karna hidup tanpa seni tak akan indah dan hidup tanpa
mengenal budaya sering kali terjerumus ke arah jurang
kehidupan.

Anda mungkin juga menyukai