Anda di halaman 1dari 7

PEMBUKA

1.Karawitan

Karawitan adalah sebuah mahakarya warisan nenek moyang Bangsa


Indonesia. Cabang seni ini dikenal memiliki nilai estetika yang tinggi atau dalam
istilah Jawa adiluhung. Istilah Karawitan dalam percaturan musik dunia mungkin
kurang begitu dikenal, mengingat orang luar lebih familier dengan istilah
gamelan. Oleh karenanya festival yang sering diadakan adalah festival gamelan
internasional dan bukan festival karawitan internasional.
Ketika kraton masih menjadi pusat perkembangan kebudayaan (jaman
kerajaan), istilah karawitan sebenarnya bukan hanya digunakan untuk menyebut
satu cabang seni seperti yang berlaku sekarang ini, melainkan digunakan untuk
menyebut beberapa cabang kesenian seperti tari, gamelan, ukir wayang,
pedalangan, seni suara, ukir dan yang sejaisnya. Penggunaan istilah karawitan
yang begitu luas tersebut, bukan tanpa alasan mengingat karawitan secara
harafiah berasal dari kata rawit. Rawit memiliki makna sesuatu yang rumit penuh
dengan permasalahan yang kompleks. Oleh karena itu cabang seni yang memilki
kerumitan serta kompleksitas yang tinggi dikategorikan sebagai karawitan. Seperti
ang dijelaskan Supanggah (2002 : 12) menyebutkan bahwa Istilah “karawitan”
yang digunakan untuk merujuk pada kesenian gamelan banyak dipakai oleh
kalangan masyarakat Jawa. Istilah tersebut mengalami perkembangan penggunaan
maupun pemaknaannya. Banyak orang memaknai “karawitan” berangkat dari kata
dasar “rawit” yang berarti kecil, halus atau rumit. Konon, di lingkungan kraton
Surakarta, istilah karawitan pernah juga digunakan sebagai payung dari beberapa
cabang kesenian seperti: tatah sungging, ukir, tari, hingga pedhalangan.
Saat Kraton Surakarta kraton membuka diklat atau kursus menabuh
gamelan untuk masyarakat umum di Museum Radyapustaka pada tahun 1920-an,
istilah karawitan ini diperkenalkan. Mulai saat itu istilah karawitan
penggunaannya lebih sempit hanya digunakan untuk menyebut sebuah seni suara
yang menggunakan laras slendro dan pelog baik yang menggunakan ricikan-
ricikan gamelan maupun yang tidak menggunakan ricikan gamelan.
Perkembangan selanjutnya penggunaan istilah karawitan menjadi lebih
luas lagi ketika sekolah formal kesenian dibuka pemerintah. Seperti ASKI Padang
Panjang, ASKI Surakarta, penggunaan karawitan pada kasus ini digunakan untuk
menyebut musik-musik etnik aindonesia. Walupun sebenarnya istilah karawitan
pada kasus ini lebih bersifat istilah administratif saja.
Selanjutnya pengertian karawitan dibatasi pada cabang seni suara yang
menggunakan laras slendro dan atau laras pelog, baik yang menggunakan ricikan
gamelan maupun yang tanpa ricikan gamelan. Seperti yang dijelaskan Supanggah
(2002 : 12) bahwa pengertian karawitan dalam pengertian sempit digunakan
untuk menyebut suatu jenis seni suara atau musik yang mengandung salah satu
atau kedua unsur beriku: 1) menggunakan alat musik sebagian atau seluruhnya
baik berlaras slendro atau pelog sebagian atau seluruhnya; 2) menggunakan laras
slendro dan/atau pelog baik instrumental gamelan atau non-gamelan maupun
vocal atau carnpuran dari keduanya.

2. Karawitan Tari

Karawitan tari adalah istilah yang digunakan untuk menyebut karawitan


yang kehadirannya sebagai pendukung sajian tari. Sudah barang tentu karawitan
dengan karawitan tari secara substansi memiliki materi atau unsur-unsur atau
elemen yang sama. Keduanya dibedakan pada sajiannya. Ketika karawitan
disajikan secara mandiri tidak tarikat oleh kepentingan apapun maka sajiannya
sering disebut klenengan, Ketika karawitan hadir untuk keperluan lain seperti
mendukung sajian seni yang lain, seperti sajian tari maka dikenal dengan sebutan
karawitan tari, sajian wayang dikenal dengan sebutan karawitan pakeliran atau
karawitan wayang dll. Oleh karena itu Ketika kita ingin mempelajari atau
mendalami tentang karawitan tari, maka sesungguhnya kita mempelajari
karawitan itu sendiri, karena materinya sama.
Secara substansi atau materi antara karawitan dengan karawitan tari
adalah sama, yang membedakan adalah dari segi garapnya. Garap merupakan
istilah yang digunakan untuk menyebut bagaimana sebuah gending itu disajikan.
Kalau dalam usik Barat sering disebut aransemen. Garap karawitan tari
sepenuhnya tergantung dari kebutuhan tari, baik itu pemilihan instrumen
gamelan, pemilihan laras, pemilihan gending, implementasi irama, laya, volume,
serta patet.

Kehadiran musik dalam tarian dapat dibedakan dalam tiga jenis, yakni

1. Musik sebagai pengiring tari, bila hadirnya musik hanya diperankan untuk
mengiringi sebuah tarian.
2. Musik sebagai ilustrasi, bila hadirnya musik sekedar berperan sebagai bentuk
ilustrasi dari sebuah tarian.
3. Musik sebagai partner gerak, bila hadirnya musik dalam tari bukan semata
mengiringi, atau menjadi latar, namun lebih memiliki karakter untuk dapat
bersama-sama mengekspresikan maksud dari tarian.
Begitu juga karawitan tari tidak berbeda jauh dengan hal tersebut di atas,
karena karawitan hadir sebagai iringan tari, sehingga substansinya juga sebagai
musik iringan.

3. Instrumentasi.

Karawitan tari operasionalnya menggunakan perangkat gamelan Jawa


seperti halnya karawitan. Gamelan adalah ensamble musik tradisional yang
terdapat di Jawa, Sunda, Bali, Kalimantan Selatan, dan Sumatera Selatan. Nama
gamelan berasal dari gambelan. Kata gambel atau gembel yang mempunyai arti
pukul. Jadi di-gambel atau di-gembel sama dengan dipukul. Benda yang dipukul
namanya gembelan. Kata gembelan bergeser dan berkembang menjadi gamelan
yang sampai saat ini sering terdengar.
Secara organologis, gamelan Jawa merupakan ensambel yang bisa
dikatakan paling lengkap, di mana di dalamnya terdapat beberapa kelompok, di
antaranya:
1. Kelompok membranofon, yaitu alat musik yang sumber bunyinya dari selaput
atau membran sebagai penghasil suara, membunyikannya dengan cara
dipukul/ditepuk/dikebuk/ditepak. Yang termasuk dalam kelompok ini adalah
berbagai macam instrument atau ricikan kendhang mulai dari ukuran kecil
sampai ukuran besar.
2. Kelompok cordofon, yaitu alat musik yang sumber bunyinya berasal dari
dawai, membunyikannya dengan cara dipetik atau digesek. Yang termasuk
dalam kelompok ini adalah instrumen gesek dan instrumen petik,
diantaranya adalah instrumen atau ricikan rebab, siter dan clempung.
3. Kelompok Aerofon, yaitu alat musik yang sumber bunyinya berasal dari
hembusan udara pada rongga, membunyikannya dengan cara ditiup dan
suara dihasilkan pada saat kolom udara di dalamnya digetarkan. Yang
termasuk dalam kelompok ini adalah instrument atau ricikan suling.
4. Kelompok Idiofon, yaitu alat musik yang sumber bunyinya berasal dari
bahan dasarnya. Kelompok ini bisa dikatakan kelompok instrumen yang
mendominasi dalam ensamble gamelan. Apabila dilihat dari bahan, ada yang
terbuat dari kayu maupun logam (besi, kuningan, dan perunggu). Bentuknya
serta modifikasi penataannya juga bermacam-macam, ada yang berbentuk
bilah, ada juga yang berbentuk pencon, membunyikannya dipukul dengan
alat pukul atau tabuh. Yang termasuk dalam kelompok ini adalah instrument
atau ricikan slentem, demung, saron barung, saron penerus, bonang barung,
bonang penerus, kenong, kempul, gong, gender barung, gender penerus dan
gambang.

4. Pengelompokan ricikan
Pengelompokan ricikan yang umum dilakukan adalah pengelompokan
secara organologis, karena melihat dan mempertimbangan sumber bunyi dari
instrument, cara memainkannya, bentuk fisiknya serta bahan pembuatannya.
Sudah disebutkan bagian atas bahwa pengelompokan gamelan diantaranya
adalah: berdasar sumber bunyi terdiri dari membranofon, cordofon, aerofon, dan
idiofon. Berdasar bentuknya fisiknya bilah, pencon, gulungan dan piringn.
Berdasar cara memainkannya dipukul, dikebuk, dipetik, digesek dan ditiup.
Namun, dalam gamelan sebenarnya ada pengelompokkan tersendiri yang sudah
diberlakukan sejak puluhan tahun yang lalu yang dilakukan oleh kelompok
pengrawit, akademisi karawitan dan masyarakat. Pengelompokkan ini dilakukan
dengan cara bagaimana setiap kelompok ricikan dimainkan menurut kaidah
komposisi musikal atau mengikuti konvensi tradisi yang sudah ada sejak dulu.

Berdasar pengelompokan tersebut di atas, Supanggah (2007:193)


membagi ricikan gamelan berdsar persepektif garap menjadi tiga kelompok,
yaitu: ricikan balungan, ricikan garap, dan ricikan struktural.

1. Ricikan Balungan.

Ricikan balungan adalah ricikan yang cara memainkannya paling dekat


pada lagu balungan gendhing. Dinamakan ricikan balungan karena dalam
prakteknya dalam dunia karawitan biasa disebut dengan mbalung. Dalam
perangkat gamelan lengkap, ricikan-ricikan yang termasuk dalam kelompok
ini adalah: slenthem, demung, saron barung dan saron penerus.

2. Ricikan Garap.

Sesuai dengan namanya, ricikan garap adalah kelompok ricikan yang


menggarap balungan. Jadi melalui ricikan garap ini, balungan gendhing
dibangun kembali dan disrekonstruksi menjadi semakin menarik. Ricikan
kelompok ini sangat jarang memainkan lagu balungan gendhing, tetapi cara
permainannya tetap mengacu pada alur lagu balungan gendhing.
Permainannya menggunakan pola-pola yang telah ada dalam vokabuler garap
karawitan. Selain memainkan vokabuler yang sudah ada, namun para
pengrawit juga dapat mengembangkan dengan vokabuler-vokabuler baru,
semua tergantung kemampuan, kreatifitas dan pengalaman setiap pemain.
Yang termasuk dalam kelompok ricikan garap adalah: rebab, kendhang,
gender barung, bonang barung, bonang penerus, gender penerus, gambang,
siter, dan suling.
Hubungannya dengan ricikan garap di atas, di dalam gamelan juga ada
klasifikasi yang membedakan tingkat kesulitan garap atau permainan sebuah
ricikan, yaitu disebut dengan istilah ricikan garap ngajeng dan ricikan garap
wingking. Ngajeng berarti depan atau pemuka, wingking mempunyai arti
belakang atau pengikut. Dari istilah kata dasarnya sudah jelas bahwa secara
status yang lebih penting adalah urutan depan dari pada belakang. Garap
ngajeng adalah ricikan-ricikan yang memegang kendali dan mempunyai
inisiatif menentukan vokabuler garap. Sedangkan garap wingking adalah yang
sering dilakukan oleh ricikan dengan sebutan penerus, yaitu ricikan yang
meneruskan dan merespon ide musikal yang dilakukan oleh ricikan garap
ngajeng. Ricikan Yang masuk kelompok garap ngajeng adalah Gender Barung,
Rebab, Bonang Barung Dan Kendang. Sedang ricikan yang masuk kelompok
garap wingking antara lain, gender penerus, bonang penerus, gambang, siter
dan suling.

3. Ricikan Struktural.

Istilah ricikan struktural, dalam dunia karawitan merupakan istilah baru,


salah satunya terlihat bahkan istilah ini tidak mengambil dari khasanah
Bahasa Jawa. Dinamakan ricikan struktural karena perannya bisa dibilang
sangat erat hubungannya kelompok ricikan ini dengan gendhing Jawa. Bisa
juga atau pola penggunaan kata struktur juga termasuk istilah baru, muncul
setelah adanya sekolah-sekolah seni dan tradisi akademik dalam karawitan.
Ricikan ini jalinan pola permainannya membentuk atau menentukan
struktur berdasar bentuk gending. Ricikan yang masuk ke dalam kelompok
ini adalah ricikan Kenong, Ketuk, Kempyang, Kempul, Gong Dan Kendang.

Sedangkan Marto Pengrawit(1977) mengklasifikasi ricikan gamelan


berdasar irama dan lagu yang menjadi isi karawitan itu sendiri. Berdasar irama
dan lagu ricikan gamelan dikelompokan menjadi dua kelompok yaitu ricikan yang
bertugas dalam hal irama dan ricikan yang bertugas dalam hal lagu. Ricikan yang
bertugas dalam hal irama dibedakan menjadi dua yaitu sebagai pamurba
(pengatur dan pentu) irama dan pemangku (penegak) irama. Ricikan yang
bertugas sebagai pamurba irama adalah Kendang, sedang yang bertugas sebagai
penegak irama terdiri dari Ketuk, Kempyang, Kenong, Kempul, Gong dan Kecer.
Selanjutnya ricikan ya g bertugas dalam hal lagu dibedakan menjadi pamurba
lagu dan pemangku lagu. Ricikan sebagai pamurba lagu adalah Rebab, sedang
ricikan yang masuk kelompok pemangku lahu antara lain, Geder, Bonang,
Slentem, Demung, Saron Barung, Saron Penerus, Siter.

Kemudian Sumarsam(2002 ) mengklasifikasi ricikan gamelan menjadi tiga


yaitu, ricikan bagian melodi, ricikan bagian time (irama), dan ricikan bagian
sturcture. Ricikan bagian melodi dibedakan menjadi tiga yaitu: elaboration,
mediation dan abstraction. Yang masuk kelompok elaboration antra lain, Rebab,
Gender Barung, Gender Penerus, Suling, Clempung. Ricikan diation terdiri dari
Bonang Barung, Bonang Penerus dan Saron Penerus. Ricikan abstraction terdiri
dari Slentem, Demung dan Saron Barung. Kemudian ricikan bagian time(irama)
adalah Kendang, kemudian ricikan yang masuk kelompok structure terdiri dari
Kenong Ketuk, Kempyang, Kempul dan Gong.

Anda mungkin juga menyukai