Oleh
Nama : Amelia Nur A
NIM : 161411066
Kelas : 1C – TKI
Data-data tentang keberadaan gamelan ditemukan di dalam sumber verbal yakni sumber –
sumber tertulis yang berupa prasasti dan kitab-kitab kesusastraan yang berasal dari masa Hindu-
Budha dan sumber piktorial berupa relief yang dipahatkan pada bangunan candi baik pada candi-
candi yang berasal dari masa klasik Jawa Tengah (abad ke-7 sampai abad ke-10) dan candi-candi
yang berasal dari masa klasik Jawa Timur yang lebih muda (abad ke-11 sampai abad ke¬15)
(Haryono, 1985). Dalam sumber-sumber tertulis masa Jawa Timur kelompok ansambel gamelan
dikatakan sebagai “tabeh – tabehan” (bahasa Jawa baru ‘tabuh-tabuhan’ atau ‘tetabuhan’ yang
berarti segala sesuatu yang ditabuh atau dibunyikan dengan dipukul). Zoetmulder menjelaskan
kata “gamèl” dengan alat musik perkusi yakni alat musik yang dipukul (1982). Dalam bahasa Jawa
ada kata “gèmbèl” yang berarti ‘alat pemukul’. Dalam bahasa Bali ada istilah ‘gambèlan’ yang
kemudian mungkin menjadi istilah ‘gamelan’. Istilah ‘gamelan’ telah disebut dalam kaitannya
dengan musik. Namur dalam masa Kadiri (sekitar abad ke¬13 Masehi), seorang ahli musik Judith
Becker malahan mengatakan bahwa kata ‘gamelan’ berasal dari nama seorang pendeta Burma dan
seorang ahli besi bernama Gumlao. Kalau pendapat Becker ini benar adanya, tentunya istilah
‘gamelan’ dijumpai juga di Burma atau di beberapa daerah di Asia Tenggara daratan, namun
ternyata tidak.
Gambaran instrument gamelan pada relief candi pada beberapa bagian dinding candi
Borobudur dapat 17 dilihat jenis-jenis instrumen gamelan yaitu: kendang bertali yang dikalungkan
di leher, kendang berbentuk seperti periuk, siter dan kecapi, simbal, suling, saron, gambang. Pada
candi Lara Jonggrang (Prambanan) dapat dilihat gambar relief kendang silindris, kendang
cembung, kendang bentuk periuk, simbal (kècèr), dan suling.
Gambar relief instrumen gamelan di candi-candi masa Jawa Timur dapat dijumpai pada
candi Jago (abad ke -13 M) berupa alat musik petik: kecapi berleher panjang dan celempung.
Sedangkan pada candi Ngrimbi (abad ke – 13 M) ada relief reyong (dua buah bonang pencon).
Sementara itu relief gong besar dijumpai di candi Kedaton (abad ke-14 M), dan kendang silindris
di candi Tegawangi (abad ke-14 M). Pada candi induk Panataran (abad ke-14 M) ada relief gong,
bendhe, kemanak, kendang sejenis tambur; dan di pandapa teras relief gambang, reyong, serta
simbal. Relief bendhe dan terompet ada pada candi Sukuh (abad ke-15 M).
Berdasarkan data-data pada relief dan kitab-kitab kesusastraan diperoleh petunjuk bahwa
paling tidak ada pengaruh India terhadap keberadaan beberapa jenis gamelan Jawa. Keberadaan
musik di India sangat erat dengan aktivitas keagamaan. Musik merupakan salah satu unsur penting
dalam upacara keagamaan (Koentjaraningrat, 1985:42-45). Di dalam beberapa kitab-kitab
kesastraan India seperti kitab Natya Sastra seni musik dan seni tari berfungsi untuk aktivitas
upacara. keagamaan (Vatsyayan, 1968). Secara keseluruhan kelompok musik di India disebut
‘vaditra’ yang dikelompokkan menjadi 5 kelas, yakni: tata (instrumen musik gesek), begat
(instrumen musik petik), sushira (instrumen musik tiup), dhola (kendang), ghana (instrumen musik
pukul).
Pengelompokan yang lain adalah:
1. Avanaddha vadya, bunyi yang dihasilkan oleh getaran selaput kulit karena dipukul.
2. Ghana vadya, bunyi dihasilkan oleh getaran alat musik itu sendiri.
3. Sushira vadya, bunyi dihasilkan oleh getaran udara dengan ditiup.
4. Tata vadya, bunyi dihasilkan oleh getaran dawai yang dipetik atau digesek.
Klasifikasi tersebut dapat disamakan dengan membranofon (Avanaddha vadya), ideofon
(Ghana vadya), aerofon (sushira vadya), kordofon (tata vadya). Irama musik di India disebut
“laya” dibakukan dengan menggunakan pola ‘tala’ yang dilakukan dengan kendang. Irama
tersebut dikelompokkan menjadi: druta (cepat), madhya (sedang), dan vilambita (lamban).
Dibawah ini nama dan bentuk dari alat-alat musik/instrumen gamelan diantaranya:
1. Gendang/Kendhang
Gendang (bahasa melayu) atau Kendhang dalam bahasa jawa terbuat dari bahan kulit hewan
seperti sapi, kerbau dan lainnya.
Kendhang merupakan salah satu yang sangat berperan karena kendhang digunakan untuk
mengatur irama. Cara menggunakan Kendhang yakni dengan cara dikupul dengan tangan secara
langsung tanpa menggunakan alat bantu.
Ada tiga jenis kendang yang biasa digunakan yakni kendang ketipung, kendang ciblon/kebar. dan
yang ketiga kendang gedhe atau juga dikenal dengan sebutan kendang kalih.
2. Peking, Saron dan Demung
Alat memiliki bilahan-bilahan yang disusun diatas bingkai kayu dan biasanya terdiri dari enam
bilah dan ada juga yang terdiri dari tujuh bilah. Fungsi dari ketiga alat ini adalah sebagai resonator.
Cara menggunakan Instrumen ini yaitu dengan cara dipukul dengan menggunakan pemukul yang
terbuat dari kayu. Bila dilihat dari ukuran dan fungsinya, instrumen ini mempunyai tiga jenis yaitu
demung (alat yang paling besar), saron (berukuran sedang) dan, peking (memiliki ukuran paling
kecil).
3. Gong dan Kempul
– Gong
Tidak ketinggalan pula alat yang satu ini disebut dengan nama Gong, kegunaan alat ini adalah
untuk memberikan tanda awal dan juga akhir dari gendhing sehingga terkesan memberikan
keseimbangan pada lirik lagu gendhing yang panjang.
Gong sendiri terdiri dari dua macam yakni: gong ageng (ukurannya agak besar) dan gong
suwukan/gong siyem (ukurannya sedang atau lebih kecil daripada gong ageng).
– Kempul
Kempul juga berbentuk seperti Gong namun ukurannya kecil-kecil. Kempul berfungsi sebagai
penanda aksen-aksen yang penting dalam kalimat lagu gendhing. Pada saat melantunkan lagu
gending kempul dimainkan dengan nada yang sama seperti nada balungan, walau terkadang
kempul bisa juga mendahului nada balungan.
4. Bonang
Bonang terdiri dari dua jenis yakni bonang barung dan yang satu lagi bonang panerus. Yang
menjadi perbedaan dari kedua jenis bonang ini adalah ukuran dan juga cara menggunakannya.
Bonang barung ukurannya lebih besar daripada bonang penerus dan beroktaf tengah sampai ke
oktaf yang tinggi, bonang barung ini merupakan instrumen pemuka dalam ansambel. Dan untuk
Bonang panerus ukurannya lebih kecil namun mempunyai oktaf yang tinggi, irama yang dihasilkan
oleh bonang panerus dua kali lebih cepat dibandingkan bonang barong.
5. Slenthem
Dilihat dari bentuknya slenthem dapat dikatakan masuk dalam jenis gender dan bahkan terkadang
ia juga disebut dengan sebutan gender panembung. Namun slenthem terdiri dari bilah-bilah sama
banyaknya seperti bilah saron. Bila dihubungkan dengan instrumen saron slenthem ini memiliki
oktaf paling rendah.
Dari bentuknya kenong mirip sekali dengan alat musik gong, namun tidak seperti gong yang
digantung kenong disusun secara horisontal yang ditaruh diatas tali yang bentang pada bingkai
kayu.
Sedangkan Kethuk yang bentuknya dan fungsinya sama seperti kenong namun yang
membedakannya adalah terletak dari irama saat alat musik tradisional ini dimainkan.
7. Gender
Alat musik ini terdiri dari bilahan metal yang disusun rapi diatas tali dengan bumbung-bumbung
resonator. Cara memainkan gender ini yaitu dengan cara ditabuh dengan menggunakan alat yang
berbentu bulat dan dilapisi dengan kain dan memiliki tangkai yang cukup pendek. Seperti halnya
bonang gender juga terdiri dari dua jenis yakni barung dan panerus.
8. Gambang
Nah untuk yang satu ini juga sama terdiri dari bilahan-bilahan namun bilahan tersebut berasal
dari dari kayu yang dibingkai pada gerobogan. Bilahan yang ada pada gambang terdiri dari 17-
20 bilah,
9. Rebab
Instrumen yang terbuat dari dua kawat yang diregangkan pada selajur kayu yang memiliki
bentuk seperti hati yang ditutup dengan babad sapi.
10. Siter
Siter yang sumber iramanya berasal dari kawat) yang dimainkan dengan cara dipetik. Untuk jenis-
jenis siter, siter sendiri terdiri dari 3 jenis yakni, siter, siter penerus dengan ukuran lebih kecil
jika dibandingkan dengan siter, clempung ukurannya kebalikan dari siter penerus yakni lebih
besar dari siter
11. Suling
Untuk alat musik gamelan yang satu ini terbuat dari bambu paralon yang dibuat lubang untuk
membuat penentu atau batas nada. Cara menggunakan suling yakni dengan cara ditiup. Dan dari
bentuknya suling terdiri dari 2 jenis, yakni suling slendro yang memiliki 4 lubang dengan jarak
antar lubang sama dan Suling Pelog memiliki 5 lubang namun jarak antar lubang berbeda-
beda. Bahkan ada juga suling yang memiliki 6 buah lubang dan untuk suling yang mempunnyai 6
lubang bisa digunakan sebagai Suling Pelog dan juga Slendro.
D. Kesimpulan
Apresiasi seni musik Nusantara saat ini terus mengalami perkembangan yang amat sangat
pesat. Dengan munculnya berbagai aliran musik modern yang beragam, secara tidak langsung
menggeser eksistensi musik tradisional Nusantara. Bahkan ada sebagian kalangan yang
berargumen bahwa musik tradisional telah ketinggalan zaman. Sebagai generasi muda penerus
bangsa yang cinta tanah air, yang berbangsa dan berbudaya, sudah sepatutnya kita dapat
melestarikan, menghargai, dan mengapresiasi musik tradisi yang masih ada hingga detik ini.
Untuk menumbuhkan rasa cinta kita terhadap musik tanah air, bangsa dan budaya, kita
harus menampilkan sikap apresiatif terhadap keunikan seni musik tradisional yang kita miliki.
Keunikan ini merupakan nilai lebih dari kekayaan budaya kita yang tidak dimiliki bangsa lain.
Sikap apresiatif ini juga yang digunakan sebagai filter untuk mengantisipasi masuknya budaya
asing dari bangsa lain yang dapat menggeser nilai-nilai budaya serta keunikan seni musik
tradisional yang kita miliki. Kebudayaan kita memiliki beragam seni musik tradisional yang unik.
Sebagai contoh kita memiliki seni musik Karawitan yang sangat terkenal di daerah Jawa Timur,
Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Jawa Barat. Seni musik ini menggunakan seperangkat gamelan.
Namun, dalam perkembangannya kini Karawitan sudah mulai memudar dibenak masyarakat
Indonesia. Karena itu, kita harus tetap melestarikannya.
Sebagai seni dan alat musik tradisional yang terpaparkan di atas merupakan segelintir
bagian dari keunikan dan kekayaan budaya yang kita miliki. Kita harus menghargai, melestarikan,
dan mengapresiasi kekayaan seni musik tradisional kita, agar tidak lenyap ditelan waktu, agar tidak
kecewa karena budaya kita diklaim bangsa lain, agar “anak-cucu” kita tidak menangis.
Daftar Pustaka
http://keistimewaannegaraku.blogspot.co.id/2015/03/keistimewaan-gamelan-musik-asli.html
http://sepatoeiblis.blogspot.co.id/2014/02/kehebatan-indonesia-di-mata-dunia.html
https://catatandwikanugraha.wordpress.com/2013/02/09/gamelan-identitas-musik-asli-indonesia-
yang-mendunia
https://jatinangor.itb.ac.id/gamelan-sunda-degung/
https://www.indonesiakaya.com/jelajah-indonesia/detail/gamelan-sunda
http://jatinangor.itb.ac.id/wp-admin/upload.php?item=2538-2543
http://pakuwon.tripod.com/gamelan_degung.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Gamelan
http://yudhipri.wordpress.com/2010/06/15/bagian-alat-musik-gamelan
http://umum.kompasiana.com/2009/10/07/mengenal-alat-musik-tradisonal-gamelan-12739.html
http://www.kompasiana.com/lukman_hr/menampilkan-dan-menumbuhkan-sikap-apresiatif-
terhadap-keunikan-seni-musik-tradisional-nusantara_550d797a8133117422b1e42d