Anda di halaman 1dari 13

Alat Musik Tradisional Khas Indonesia (Gamelan)

Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan

Oleh
Nama : Amelia Nur A
NIM : 161411066
Kelas : 1C – TKI

PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK KIMIA


JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2017
A. Pengertian dan Sejarah Gamelan

Gamelan adalah ensembel musik yang biasanya menonjolkan metalofon, gambang,


gendang, dan gong. Istilah gamelan merujuk pada instrumennya/alatnya, yang mana merupakan
satu kesatuan utuh yang diwujudkan dan dibunyikan bersama.
Gamelan sendiri sebenarnya memiliki beberapa jenis berdasarkan dimana alat musik
tradisional ini dikembangkan. Diantaranya gamelan yang dikenal dalam adat jawa
dinamakan gamelan jawa yang biasanya dapat ditemukan di yogyakarta. Untuk masyarakat bali
mereka mengenal alat musik ini dengan sebutan Gamelan Bali dan untuk yang menggunakan adat
sunda disebut gamelan sunda.
Dari tiga jenis gamelan tersebut mereka memiliki ciri khas masing-masing. Gamelan Jawa
disuguhkan dengan nada yang lembut, sangat kontras jika dibandingkan dengan Gamelan Bali
yang terdengar agak gaduh dan untuk Gamelan Sunda nada yang disajikan mendayu-dayu dan
banyak didominasi dengan suara seruling.
Alat Musik Gamelan merupakan alat musik yang sangat menonjolkan gendang, metalofon,
gambang, dan gong. Istilah untuk alat musik tradisional gamelan pada dasarnya merujuk kepada
alat atau instrumennya, dimana alat musik ini merupakan suatu alat musik yang dimainkan secara
bersama-sama
Gamelan berasal dari kata Gamel dan diakhiri dengan kata an yakni bahasa jawa yang
memiliki arti memukul (menabuh) kemudian diakhiri dengan kata “an” sehingga menjadikan
menjadi kata benda.
Kemunculan alat musik tradisional ini diawali dari kebudayaan Hindu-Budha dan sekarang
dapat katakan bahwa gamelan merupakan salah satu seni yang menjadi ciri khas bangsa
Indonesia. Seiring perkembangan zaman instrumen gamelan juga terus berkembang sampai
seperti yang kita bisa lihat sekarang.
Di Tanah Sunda sendiri terdapat tiga jenis gamelan antara lain, gamelan renteng,
gamelan salendro atau pelog, dan gamelan ketuk tilu. Gamelan salendro biasanya digunakan
untuk mengiringi pertunjukan wayang, tari-tarian, serta kliningan. Karena seringnya digunakan
dalam kesenian, gamelan salendro juga menjadi gamelan yang poluler diantara jenis gamelan
yang lain. Gamelan renteng gamelan ini berkembang di beberapa tempat, salah satunya di Batu
Karut, Cikalong. Melihat bentuk dan interval gamelan renteng, ada pendapat bahwa
kemungkinan besar gamelan sunda yang sekarang berkembang bermula dari gamelan renteng.
Gamelan ketuk tilu gamelan ini biasanya dipakai untuk mengiringi kesenian ketuk tilu,
ronggeng gunung, ronggeng ketuk, doger, dan topeng banjet.
Kemunculan gamelan didahului dengan budaya Hindu–Budha yang
mendominasi Indonesia pada awal masa pencatatan sejarah, yang juga mewakili seni asli
indonesia. Instrumennya dikembangkan hingga bentuknya sampai seperti sekarang ini pada zaman
Kerajaan Majapahit. Dalam perbedaannya dengan musik India, satu-satunya dampak ke-India-an
dalam musik gamelan adalah bagaimana cara menyanikannya. Dalam mitologi Jawa, gamelan
dicipatakan oleh Sang Hyang Guru pada Era Saka, dewa yang menguasai seluruh tanah Jawa,
dengan istana di gunung Mahendra di Medangkamulan (sekarang Gunung Lawu). Sang Hyang
Guru pertama-tama menciptakan gong untuk memanggil para dewa. Untuk pesan yang lebih
spesifik kemudian menciptakan dua gong, lalu akhirnya terbentuk set gamelan.
Gambaran tentang alat musik ensembel pertama ditemukan di Candi
Borobudur, Magelang Jawa Tengah, yang telah berdiri sejak abad ke-8. Alat musik semisal suling
bambu, lonceng, kendhang dalam berbagai ukuran, kecapi, alat musik berdawai yang digesek dan
dipetik, ditemukan dalam relief tersebut. Namun, sedikit ditemukan elemen alat musik logamnya.
Bagaimanapun, relief tentang alat musik tersebut dikatakan sebagai asal mula gamelan.
Penalaan dan pembuatan orkes gamelan adalah suatu proses yang kompleks. Gamelan
menggunakan empat cara penalaan, yaitu sléndro, pélog, “Degung” (khusus daerah Sunda,
atau Jawa Barat), dan “madenda” (juga dikenal sebagai diatonis, sama seperti skala minor
asli yang banyak dipakai di Eropa.
Musik Gamelan merupakan gabungan pengaruh seni luar negeri yang beraneka ragam.
Kaitan not nada dari Cina, instrumen musik dari Asia Tenggara, drum band dan gerakkan musik
dari India, bowed string dari daerah Timur Tengah, bahkan style militer Eropa yang kita dengar
pada musik tradisional Jawa dan Bali sekarang ini.
Interaksi komponen yang sarat dengan melodi, irama dan warna suara mempertahankan
kejayaan musik orkes gamelan Bali. Pilar-pilar musik ini menyatukan berbagai karakter komunitas
pedesaan Bali yang menjadi tatanan musik khas yang merupakan bagian yang tidak dapat
dipisahkan dari kehidupan sehari-hari.
Namun saat ini gamelan masih digunakan pada acara-acara resmi seperti pernikahan,
syukuran, dan lain-lain. tetapi pada saat ini, gamelan hanya digunakan mayoritas masyarakat Jawa,
khususnya Jawa Tengah.
Kebudayaan Jawa setelah masa prasejarah memasuki era baru yaitu suatu masa ketika
kebudayaan dari luar -dalam hal ini kebudayaan India- mulai berpengaruh. Kebudayaan Jawa
mulai memasuki jaman sejarah yang ditandai dengan adanya sistem tulisan dalam kehidupan
masyarakat. Dilihat dari perspektif historis selama kurun waktu antara abad VIll sampai abad XV
Masehi kebudayaan Jawa, mendapat pengayaan unsur-unsur kebudayaan India. Tampaknya unsur-
unsur budaya India juga dapat dilihat pada kesenian seperti gamelan dan seni tari. Transformasi
budaya musik ke Jawa melalui jalur agama Hindu-Budha.

Data-data tentang keberadaan gamelan ditemukan di dalam sumber verbal yakni sumber –
sumber tertulis yang berupa prasasti dan kitab-kitab kesusastraan yang berasal dari masa Hindu-
Budha dan sumber piktorial berupa relief yang dipahatkan pada bangunan candi baik pada candi-
candi yang berasal dari masa klasik Jawa Tengah (abad ke-7 sampai abad ke-10) dan candi-candi
yang berasal dari masa klasik Jawa Timur yang lebih muda (abad ke-11 sampai abad ke¬15)
(Haryono, 1985). Dalam sumber-sumber tertulis masa Jawa Timur kelompok ansambel gamelan
dikatakan sebagai “tabeh – tabehan” (bahasa Jawa baru ‘tabuh-tabuhan’ atau ‘tetabuhan’ yang
berarti segala sesuatu yang ditabuh atau dibunyikan dengan dipukul). Zoetmulder menjelaskan
kata “gamèl” dengan alat musik perkusi yakni alat musik yang dipukul (1982). Dalam bahasa Jawa
ada kata “gèmbèl” yang berarti ‘alat pemukul’. Dalam bahasa Bali ada istilah ‘gambèlan’ yang
kemudian mungkin menjadi istilah ‘gamelan’. Istilah ‘gamelan’ telah disebut dalam kaitannya
dengan musik. Namur dalam masa Kadiri (sekitar abad ke¬13 Masehi), seorang ahli musik Judith
Becker malahan mengatakan bahwa kata ‘gamelan’ berasal dari nama seorang pendeta Burma dan
seorang ahli besi bernama Gumlao. Kalau pendapat Becker ini benar adanya, tentunya istilah
‘gamelan’ dijumpai juga di Burma atau di beberapa daerah di Asia Tenggara daratan, namun
ternyata tidak.
Gambaran instrument gamelan pada relief candi pada beberapa bagian dinding candi
Borobudur dapat 17 dilihat jenis-jenis instrumen gamelan yaitu: kendang bertali yang dikalungkan
di leher, kendang berbentuk seperti periuk, siter dan kecapi, simbal, suling, saron, gambang. Pada
candi Lara Jonggrang (Prambanan) dapat dilihat gambar relief kendang silindris, kendang
cembung, kendang bentuk periuk, simbal (kècèr), dan suling.
Gambar relief instrumen gamelan di candi-candi masa Jawa Timur dapat dijumpai pada
candi Jago (abad ke -13 M) berupa alat musik petik: kecapi berleher panjang dan celempung.
Sedangkan pada candi Ngrimbi (abad ke – 13 M) ada relief reyong (dua buah bonang pencon).
Sementara itu relief gong besar dijumpai di candi Kedaton (abad ke-14 M), dan kendang silindris
di candi Tegawangi (abad ke-14 M). Pada candi induk Panataran (abad ke-14 M) ada relief gong,
bendhe, kemanak, kendang sejenis tambur; dan di pandapa teras relief gambang, reyong, serta
simbal. Relief bendhe dan terompet ada pada candi Sukuh (abad ke-15 M).
Berdasarkan data-data pada relief dan kitab-kitab kesusastraan diperoleh petunjuk bahwa
paling tidak ada pengaruh India terhadap keberadaan beberapa jenis gamelan Jawa. Keberadaan
musik di India sangat erat dengan aktivitas keagamaan. Musik merupakan salah satu unsur penting
dalam upacara keagamaan (Koentjaraningrat, 1985:42-45). Di dalam beberapa kitab-kitab
kesastraan India seperti kitab Natya Sastra seni musik dan seni tari berfungsi untuk aktivitas
upacara. keagamaan (Vatsyayan, 1968). Secara keseluruhan kelompok musik di India disebut
‘vaditra’ yang dikelompokkan menjadi 5 kelas, yakni: tata (instrumen musik gesek), begat
(instrumen musik petik), sushira (instrumen musik tiup), dhola (kendang), ghana (instrumen musik
pukul).
Pengelompokan yang lain adalah:
1. Avanaddha vadya, bunyi yang dihasilkan oleh getaran selaput kulit karena dipukul.
2. Ghana vadya, bunyi dihasilkan oleh getaran alat musik itu sendiri.
3. Sushira vadya, bunyi dihasilkan oleh getaran udara dengan ditiup.
4. Tata vadya, bunyi dihasilkan oleh getaran dawai yang dipetik atau digesek.
Klasifikasi tersebut dapat disamakan dengan membranofon (Avanaddha vadya), ideofon
(Ghana vadya), aerofon (sushira vadya), kordofon (tata vadya). Irama musik di India disebut
“laya” dibakukan dengan menggunakan pola ‘tala’ yang dilakukan dengan kendang. Irama
tersebut dikelompokkan menjadi: druta (cepat), madhya (sedang), dan vilambita (lamban).

B. Bagian dari Instrumen Gamelan

Dibawah ini nama dan bentuk dari alat-alat musik/instrumen gamelan diantaranya:
1. Gendang/Kendhang

Gendang (bahasa melayu) atau Kendhang dalam bahasa jawa terbuat dari bahan kulit hewan
seperti sapi, kerbau dan lainnya.
Kendhang merupakan salah satu yang sangat berperan karena kendhang digunakan untuk
mengatur irama. Cara menggunakan Kendhang yakni dengan cara dikupul dengan tangan secara
langsung tanpa menggunakan alat bantu.
Ada tiga jenis kendang yang biasa digunakan yakni kendang ketipung, kendang ciblon/kebar. dan
yang ketiga kendang gedhe atau juga dikenal dengan sebutan kendang kalih.
2. Peking, Saron dan Demung

Alat memiliki bilahan-bilahan yang disusun diatas bingkai kayu dan biasanya terdiri dari enam
bilah dan ada juga yang terdiri dari tujuh bilah. Fungsi dari ketiga alat ini adalah sebagai resonator.
Cara menggunakan Instrumen ini yaitu dengan cara dipukul dengan menggunakan pemukul yang
terbuat dari kayu. Bila dilihat dari ukuran dan fungsinya, instrumen ini mempunyai tiga jenis yaitu
demung (alat yang paling besar), saron (berukuran sedang) dan, peking (memiliki ukuran paling
kecil).
3. Gong dan Kempul

– Gong
Tidak ketinggalan pula alat yang satu ini disebut dengan nama Gong, kegunaan alat ini adalah
untuk memberikan tanda awal dan juga akhir dari gendhing sehingga terkesan memberikan
keseimbangan pada lirik lagu gendhing yang panjang.
Gong sendiri terdiri dari dua macam yakni: gong ageng (ukurannya agak besar) dan gong
suwukan/gong siyem (ukurannya sedang atau lebih kecil daripada gong ageng).
– Kempul
Kempul juga berbentuk seperti Gong namun ukurannya kecil-kecil. Kempul berfungsi sebagai
penanda aksen-aksen yang penting dalam kalimat lagu gendhing. Pada saat melantunkan lagu
gending kempul dimainkan dengan nada yang sama seperti nada balungan, walau terkadang
kempul bisa juga mendahului nada balungan.

4. Bonang

Bonang terdiri dari dua jenis yakni bonang barung dan yang satu lagi bonang panerus. Yang
menjadi perbedaan dari kedua jenis bonang ini adalah ukuran dan juga cara menggunakannya.
Bonang barung ukurannya lebih besar daripada bonang penerus dan beroktaf tengah sampai ke
oktaf yang tinggi, bonang barung ini merupakan instrumen pemuka dalam ansambel. Dan untuk
Bonang panerus ukurannya lebih kecil namun mempunyai oktaf yang tinggi, irama yang dihasilkan
oleh bonang panerus dua kali lebih cepat dibandingkan bonang barong.
5. Slenthem

Dilihat dari bentuknya slenthem dapat dikatakan masuk dalam jenis gender dan bahkan terkadang
ia juga disebut dengan sebutan gender panembung. Namun slenthem terdiri dari bilah-bilah sama
banyaknya seperti bilah saron. Bila dihubungkan dengan instrumen saron slenthem ini memiliki
oktaf paling rendah.

6. Kethuk dan Kenong

Dari bentuknya kenong mirip sekali dengan alat musik gong, namun tidak seperti gong yang
digantung kenong disusun secara horisontal yang ditaruh diatas tali yang bentang pada bingkai
kayu.
Sedangkan Kethuk yang bentuknya dan fungsinya sama seperti kenong namun yang
membedakannya adalah terletak dari irama saat alat musik tradisional ini dimainkan.
7. Gender

Alat musik ini terdiri dari bilahan metal yang disusun rapi diatas tali dengan bumbung-bumbung
resonator. Cara memainkan gender ini yaitu dengan cara ditabuh dengan menggunakan alat yang
berbentu bulat dan dilapisi dengan kain dan memiliki tangkai yang cukup pendek. Seperti halnya
bonang gender juga terdiri dari dua jenis yakni barung dan panerus.

8. Gambang

Nah untuk yang satu ini juga sama terdiri dari bilahan-bilahan namun bilahan tersebut berasal
dari dari kayu yang dibingkai pada gerobogan. Bilahan yang ada pada gambang terdiri dari 17-
20 bilah,

9. Rebab

Instrumen yang terbuat dari dua kawat yang diregangkan pada selajur kayu yang memiliki
bentuk seperti hati yang ditutup dengan babad sapi.
10. Siter

Siter yang sumber iramanya berasal dari kawat) yang dimainkan dengan cara dipetik. Untuk jenis-
jenis siter, siter sendiri terdiri dari 3 jenis yakni, siter, siter penerus dengan ukuran lebih kecil
jika dibandingkan dengan siter, clempung ukurannya kebalikan dari siter penerus yakni lebih
besar dari siter

11. Suling

Untuk alat musik gamelan yang satu ini terbuat dari bambu paralon yang dibuat lubang untuk
membuat penentu atau batas nada. Cara menggunakan suling yakni dengan cara ditiup. Dan dari
bentuknya suling terdiri dari 2 jenis, yakni suling slendro yang memiliki 4 lubang dengan jarak
antar lubang sama dan Suling Pelog memiliki 5 lubang namun jarak antar lubang berbeda-
beda. Bahkan ada juga suling yang memiliki 6 buah lubang dan untuk suling yang mempunnyai 6
lubang bisa digunakan sebagai Suling Pelog dan juga Slendro.

C. Gamelan di Mata Dunia


Gamelan merupakan alat musik dan kesenian asli milik bangsa Indonesia. Di beberapa
negara-negara Eropa dan Amerika, alat musik ini telah menjadi salah satu kurikulum. Musik tradisi
gamelan dan tarian asal Indonesia yang sudah sejak 15 tahun yang lalu. Bahkan sekarang telah
masuk dalam kurikulum pendidikan dari tingkat taman kanak sampai perguruan tinggi.
Gamelan Jawa telah menjadi salah satu kurikulum tetap di New Zealand School of Music
(NZSM) dengan kode mata kuliah PERF250 - Special Indonesian Gamelan berdasarkan
kesepakatan kerjasama Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Wellington dengan NZSM
pada tahun 1975. Kesepakatan ini ditindak-lanjuti dengan pemberian seperangkat gamelan Pelog
oleh KBRI Wellington dengan status ‘pinjaman permanen'.
Jumlah mahasiswa ‘gamelan course' tahun 2011 mencapai 23 orang. Melebihi batas
maksimal penerimaan mahasiswa khususnya untuk mata kuliah PERF250 sebanyak 18 orang. Ini
menunjukkan besarnya minat mahasiswa NZSM untuk mendalami seni budaya Indonesia
khususnya gamelan. Jangka waktu pengajaran sangat singkat yaitu satu semester atau kurang lebih
13 minggu. Dalam kurun waktu tersebut, selain mahasiswa harus mampu memainkan sebanyak 3
gending gamelan dengan teknik menabuh yang baik, mereka juga harus mendalami teori tentang
sejarah dan perkembangan gamelan.
Kepiawaian para mahasiswa tersebut ditampilkan dalam acara Ujian Akhir mata kuliah
gamelan Jawa bertajuk "Heavenly Gongs: Music from Java" pada Minggu, 12 Juni 2011 lalu yang
diselenggarakan di Adams Concert Room (ACR) NZSM. Acara tersebut mampu membuat kagum
sekitar 200 penonton dari berbagai kalangan seperti mahasiswa, pengajar, masyarakat New
Zealand dan Indonesia.
Festival Gamelan Dunia pertama diadakan tahun 1986 di Kanada. Setidaknya terdapat
ratusan lebih kelompok ensambel dan studi gamelan di Amerika Serikat, belum lagi di negara lain.
Menurut Rahayu Supanggah, penggagas Festival Gamelan Dunia tersebut, Singapura telah
menjadikan gamelan sebagai mata pelajaran wajib di berbagai sekolah dasar pada hampir sebagian
wilayahnya.
Di Amerika, gamelan Jawa sudah terkenal di berbagai universitas unggulan, seperti
Universitas California di Berkeley (gamelan Kyai Udan Mas), San Jose University (gamelan Sekar
Kembar), Lewis and Clark College (Kyai Guntur Sari), Michigan, Wiscounsin, Northern Illinois,
Oberlin, Wesleyan, dan ratusan universitas terkemuka lainnya.

D. Kesimpulan

Apresiasi seni musik Nusantara saat ini terus mengalami perkembangan yang amat sangat
pesat. Dengan munculnya berbagai aliran musik modern yang beragam, secara tidak langsung
menggeser eksistensi musik tradisional Nusantara. Bahkan ada sebagian kalangan yang
berargumen bahwa musik tradisional telah ketinggalan zaman. Sebagai generasi muda penerus
bangsa yang cinta tanah air, yang berbangsa dan berbudaya, sudah sepatutnya kita dapat
melestarikan, menghargai, dan mengapresiasi musik tradisi yang masih ada hingga detik ini.
Untuk menumbuhkan rasa cinta kita terhadap musik tanah air, bangsa dan budaya, kita
harus menampilkan sikap apresiatif terhadap keunikan seni musik tradisional yang kita miliki.
Keunikan ini merupakan nilai lebih dari kekayaan budaya kita yang tidak dimiliki bangsa lain.
Sikap apresiatif ini juga yang digunakan sebagai filter untuk mengantisipasi masuknya budaya
asing dari bangsa lain yang dapat menggeser nilai-nilai budaya serta keunikan seni musik
tradisional yang kita miliki. Kebudayaan kita memiliki beragam seni musik tradisional yang unik.
Sebagai contoh kita memiliki seni musik Karawitan yang sangat terkenal di daerah Jawa Timur,
Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Jawa Barat. Seni musik ini menggunakan seperangkat gamelan.
Namun, dalam perkembangannya kini Karawitan sudah mulai memudar dibenak masyarakat
Indonesia. Karena itu, kita harus tetap melestarikannya.
Sebagai seni dan alat musik tradisional yang terpaparkan di atas merupakan segelintir
bagian dari keunikan dan kekayaan budaya yang kita miliki. Kita harus menghargai, melestarikan,
dan mengapresiasi kekayaan seni musik tradisional kita, agar tidak lenyap ditelan waktu, agar tidak
kecewa karena budaya kita diklaim bangsa lain, agar “anak-cucu” kita tidak menangis.
Daftar Pustaka

http://keistimewaannegaraku.blogspot.co.id/2015/03/keistimewaan-gamelan-musik-asli.html
http://sepatoeiblis.blogspot.co.id/2014/02/kehebatan-indonesia-di-mata-dunia.html
https://catatandwikanugraha.wordpress.com/2013/02/09/gamelan-identitas-musik-asli-indonesia-
yang-mendunia
https://jatinangor.itb.ac.id/gamelan-sunda-degung/
https://www.indonesiakaya.com/jelajah-indonesia/detail/gamelan-sunda
http://jatinangor.itb.ac.id/wp-admin/upload.php?item=2538-2543
http://pakuwon.tripod.com/gamelan_degung.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Gamelan
http://yudhipri.wordpress.com/2010/06/15/bagian-alat-musik-gamelan
http://umum.kompasiana.com/2009/10/07/mengenal-alat-musik-tradisonal-gamelan-12739.html

http://www.kompasiana.com/lukman_hr/menampilkan-dan-menumbuhkan-sikap-apresiatif-
terhadap-keunikan-seni-musik-tradisional-nusantara_550d797a8133117422b1e42d

Anda mungkin juga menyukai