Anda di halaman 1dari 2

Jegog Mebarung

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Alat tabuh Jegog Jegog Mebarung adalah seni menabuh tabuh jegog dengan mebarung. Mebarung artinya bertarung antara dua jegog atau bisa juga bertarung antara tiga jegog, dalam Bahasa Bali disebut jegog barung dua atau jegog barung tiga. Kesenian ini diciptakan oleh seniman yang bernama Kiyang Geliduh dari Dusun Sebual, Desa Dangintukadaya, Jembrana, Bali pada tahun 1912, dan kata jegog diambil dari instrumen Kesenian Gong Kebyar yang paling besar. Jegog mebarung ini biasanya dipertontonkan pada acara-acara syukuran yaitu pada acara suka ria di Desa

Genggong
Dari Wikipedia, ensiklopedia bebas Sebuah genggong. Ujung bebas dari titik lidah ke kiri. String, yang melekat ke dasar lidah, adalah tersentak untuk membuatnya bergetar.

Genggong adalah semacam harpa rahang yang digunakan dalam musik Bali. Ini terdiri dari bingkai kayu dan memotong lidahnya dari satu bagian dari batang daun aren. Ujung kiri dipegang tegas terhadap pipi, sementara string terikat pada ujung kanan adalah tersentak berirama untuk mengatur lidah ke dalam gerakan (kontras dengan kecapi rahang lain di mana lidah sendiri dipetik untuk menghasilkan suara). Harmonik yang berbeda diproduksi oleh mengucapkan suara vokal yang berbeda.

Sangat banyak alat musik rakyat, genggong secara tradisional dimainkan hanya sebagai instrumen solo atau dengan sejumlah kecil genggong lainnya sebagai hiburan informal. Sejak tahun 1930-an, bagaimanapun, genggong telah sering ditampilkan dalam gamelan genggong, sebuah ansambel yang lebih besar dari beberapa genggong bersama dengan suling dan instrumen perkusi.

Gamelan
Gamelan adalah ensembel musik yang biasanya menonjolkan metalofon, gambang, gendang, dan gong. Istilah gamelan merujuk pada instrumennya / alatnya, yang mana merupakan satu kesatuan utuh yang diwujudkan dan dibunyikan bersama. Kata Gamelan sendiri berasal dari bahasa Jawa gamel yang berarti memukul / menabuh, diikuti akhiran an yang menjadikannya kata benda. Orkes gamelan kebanyakan terdapat di pulau Jawa, Madura, Bali, dan Lombok di Indonesia dalam berbagai jenis ukuran dan bentuk ensembel. Di Bali dan Lombok saat ini, dan di Jawa lewat abad ke-18, istilah gong lebih dianggap sinonim dengan gamelan. Kemunculan gamelan didahului dengan budaya Hindu-Budha yang mendominasi Indonesia pada awal masa pencatatan sejarah, yang juga mewakili seni asli indonesia. Instrumennya dikembangkan hingga bentuknya sampai seperti sekarang ini pada zaman Kerajaan Majapahit. Dalam perbedaannya dengan musik India, satu-satunya dampak ke-India-an dalam musik gamelan adalah bagaimana cara menyanikannya. Dalam mitologi Jawa, gamelan dicipatakan oleh Sang Hyang Guru pada Era Saka, dewa yang menguasai seluruh tanah Jawa, dengan istana di gunung Mahendra di Medangkamulan (sekarang Gunung Lawu). Sang Hyang Guru pertama-tama menciptakan gong untuk memanggil para dewa. Untuk pesan yang lebih spesifik kemudian menciptakan dua gong, lalu akhirnya terbentuk set gamelan.[rujukan?] Gambaran tentang alat musik ensembel pertama ditemukan di Candi Borobudur, Magelang Jawa Tengah, yang telah berdiri sejak abad ke-8. Alat musik semisal suling bambu, lonceng, kendhang dalam berbagai ukuran, kecapi, alat musik berdawai yang digesek dan dipetik, ditemukan dalam relief tersebut. Namun, sedikit ditemukan elemen alat musik logamnya. Bagaimanapun, relief tentang alat musik tersebut dikatakan sebagai asal mula gamelan. Penalaan dan pembuatan orkes gamelan adalah suatu proses yang kompleks. Gamelan menggunakan empat cara penalaan, yaitu slndro, plog, "Degung" (khusus daerah Sunda, atau Jawa Barat), dan "madenda" (juga dikenal sebagai diatonis, sama seperti skala minor asli yang banyak dipakai di Eropa. Musik Gamelan merupakan gabungan pengaruh seni luar negeri yang beraneka ragam. Kaitan not nada dari Cina, instrumen musik dari Asia Tenggara, drum band dan gerakkan musik dari India, bowed string dari daerah Timur Tengah, bahkan style militer Eropa yang kita dengar pada musik tradisional Jawa dan Bali sekarang ini. Interaksi komponen yang sarat dengan melodi, irama dan warna suara mempertahankan kejayaan musik orkes gamelan Bali. Pilar-pilar musik ini menyatukan berbagai karakter komunitas pedesaan Bali yang menjadi tatanan musik khas yang merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan sehari-hari.

Anda mungkin juga menyukai