Anda di halaman 1dari 52

NAMA : STEVEN S

KELAS : 16 IPS
NO : 27

MENGENAL LEBIH DALAM GAMELAN JAWA

Gamelan adalah ensembel musik yang biasanya menonjolkan metalofon,


gambang, gendang, dan gong. Istilah gamelan merujuk pada instrumennya /
alatnya, yang mana merupakan satu kesatuan utuh yang diwujudkan dan
dibunyikan bersama. Kata Gamelan sendiri berasal dari bahasa Jawa gamel yang
berarti memukul / menabuh, diikuti akhiran an yang menjadikannya kata benda.
Orkes gamelan kebanyakan terdapat di pulau Jawa, Madura, Bali, dan Lombok di
Indonesia dalam berbagai jenis ukuran dan bentuk ensembel.
Di Bali dan Lombok saat ini, dan di Jawa lewat abad ke-18, istilah gong lebih
dianggap sinonim dengan gamelan.Kemunculan gamelan didahului dengan
budaya Hindu-Budha yang mendominasi Indonesia pada awal masa pencatatan
sejarah, yang juga mewakili seni asli indonesia. Instrumennya dikembangkan
hingga bentuknya sampai seperti sekarang ini pada zaman Kerajaan Majapahit.
Dalam perbedaannya dengan musik India, satu-satunya dampak ke-India-an
dalam musik gamelan adalah bagaimana cara menyanikannya.
Dalam mitologi Jawa, gamelan dicipatakan oleh Sang Hyang Guru pada Era Saka,
dewa yang menguasai seluruh tanah Jawa, dengan istana di gunung Mahendra di
1
Medangkamulan (sekarang Gunung Lawu). Sang Hyang Guru pertama-tama
menciptakan gong untuk memanggil para dewa. Untuk pesan yang lebih spesifik
kemudian menciptakan dua gong, lalu akhirnya terbentuk set gamelan.Gambaran
tentang alat musik ensembel pertama ditemukan di Candi Borobudur, Magelang
Jawa Tengah, yang telah berdiri sejak abad ke-8.
Alat musik semisal suling bambu, lonceng, kendhang dalam berbagai ukuran,
kecapi, alat musik berdawai yang digesek dan dipetik, ditemukan dalam relief
tersebut. Namun, sedikit ditemukan elemen alat musik logamnya. Bagaimanapun,
relief tentang alat musik tersebut dikatakan sebagai asal mula gamelan.Penalaan
dan pembuatan orkes gamelan adalah suatu proses yang kompleks. Gamelan
menggunakan empat cara penalaan, yaitu sléndro, pélog, degung (khusus daerah
Sunda, atau Jawa Barat), dan madenda (juga dikenal sebagai diatonis, sama seperti
skala minor asli yang banyak dipakai di Eropa.
Musik Gamelan merupakan gabungan pengaruh seni luar negeri yang beraneka
ragam. Kaitan not nada dari Cina, instrumen musik dari Asia Tenggara, drum band
dan gerakkan musik dari India, bowed string dari daerah Timur Tengah, bahkan
style militer Eropa yang kita dengar pada musik tradisional Jawa dan Bali sekarang
ini.Interaksi komponen yang sarat dengan melodi, irama dan warna suara
mempertahankan kejayaan musik orkes gamelan Bali. Pilar-pilar musik ini
menyatukan berbagai karakter komunitas pedesaan Bali yang menjadi tatanan
musik khas yang merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan
sehari-hari.Namun saat ini gamelan masih digunakan pada acara-acara resmi
seperti pernikahan, syukuran, dan lain-lain

Instrumen Gamelan
KENDANG

2
Kendang, kendhang, atau gendang adalah salah satu alat musik dalam gamelan
jawa yang berfungsi mengatur irama dan termasuk dalam kelompok
“membranofon” yaitu alat musik yang sumber bunyinya berasal dari selaput kulit
atau bahan lainnya.Menurut bukti sejarah, kelompok membranofon telah populer
di Jawa sejak pertengahan abad ke-9 Masehi dengan nama: padahi, pataha
(padaha), murawaatau muraba, mrdangga, mrdala, muraja, panawa, kahala,
damaru, kendang. Istilah ‘padahi’ tertua dapat dijumpai pada prasasti Kuburan
Candi yang berangka tahun 821 Masehi (Goris, 1930). Seperti yang tertulis pada
kitab Nagarakrtagama gubahan Mpu Prapanca tahun 1365 Masehi (Pigeaud,
1960).
Istilah tersebut terus digunakan sampai dengan jaman Majapahit.Penyebutan
kendang dengan berbagai nama menunjukkan adanya berbagai macam bentuk,
ukuran serta bahan yang digunakan, antara lain : kendang berukuran kecil, yang
pada arca dilukiskan sedang dipegang oleh dewa , kendang ini disebut “damaru“.
Bukti keberadaaan dan keanekaragaman kendang, dapat dilihat pada relief candi-
candi sebagai berikut :
• Candi Borobudur (awal abad ke-9 Masehi), dilukiskan bermacam- macam bentuk
kendang seperti bentuk : silindris langsing, bentuk tong asimetris, bentuk kerucut
(Haryono, 1985; 1986).
• Candi Siwa di Prambanan (pertengahan abad ke-9 Masehi), pada pagar langkan
candi, kendang ditempatkan di bawah perut dengan menggunakan semacam tali.
• Candi Tegawangi, candi masa klasik muda (periode Jawa Timur), sekitar abad 14),
dijumpai relief seseorang membawa kendang bentuk silindris dengan tali yang
dikalungkan pada kedua bahu.
• Candi Panataran, candi masa klasik muda (periode Jawa Timur), sekitar abad 14,
relief kendang digambarkan hanya menggunakan selaput satu sisi dan ditabuh
dengan menggunakan pemukul berujung bulat. Jaap Kunst (1968:35-36)
menyebut instrumen musik ini ‘dogdog‘, Ada hal yang menarik mengenai asal
muasal kendang ini, yaitu adanyakesamaan penyebutan dari sumber tertulis Jawa
Kuno dengan sumber tertulis di India. Hal ini membuktikan bahwa telah terjadi
kontak budaya antara keduanya, termasuk dalam dalam bidang seni pertunjukan.
Namun, tidak dapat ditarik kesimpulan bahwa kendang Jawa adalah pengaruh
kendang India. Karena instrumen musik jenis membranofon ini diperkirakan telah
ada sebelum adanya kontak budaya dengan India, yang digunakan pada acara-
acara ritual. Pada jaman kebudayaan logam prasejarah di Indonesia (kebudayaan

3
perunggu) telah dikenal adanya “moko” dan “nekara”.Nekara pada zamannya
berfungsi sebagai semacam genderang.
Bagaimana kisah lahirnya kendang/drum? Manusia di peradaban awal memiliki
kebiasaan memukul-mukul benda sekitarnya untuk mengekspresikan
kegembiraan, misalnya saat berhasil menangkap binatang buruan.Dalam
ekskavasi di berbagai wilayah di dunia ditemukan kendang/drum tertua dari masa
neolitikum. Misalnya, yang di Moravia diduga dari tahun 6000 SM. Bentuknya
amat sederhana berupa sepotong batang kayu berongga yang ujungnya ditutup
kulit reptil atau ikan. Alat itu dibunyikan dengan cara ditepuk.
Pada masa peradaban berikutnya, muncul kendang/drum kayu dengan kulit
binatang. Stik pukul pun mulai dipakai. Ini ditunjukkan oleh artefak dari Mesir kuno
(4000 SM).Tahun 3000 SM dikenal frame drum raksasa di kalangan bangsa
Sumeria kuno dan Mesopotamia. Selanjutnya, drum “menggelinding” ke Afrika
dan Yunani sekitar tahun 2000 SM. Drum serupa jam pasir tampak pada relief
Bharhut, relief candi India tertua, dari abad 2 SM. Pada masa bersamaan drum
muncul di Romawi. Bahakan Romawilah yang pertama kali menggunakan drum
sebagai pengobar semangat pasukan perang.
Tahun 600-an Persia mengenal genderang pendek dari tanah liat. Lalu
genderang itu mulai dibuat dari logam, terkadang kayu. Genderang itu pun
menyebar ke Eropa, Afrika, dan Asia. Karena dibuat dari tembaga dan berbentuk
ketel sup, namanya pun jadi kettle drum atau timpani.Abad XIII timpani
menunjukkan peran penting dalam musik Eropa. Karena bunyi gemuruhnya bak
geledek, sekitar dua abad kemudian bangsa Inggris juga memanfaatkan timpani di
bidang ketentaraan. Gunanya sebagai penanda waktu, aba-aba serangan, dan
membuat musuh grogi. Saat menjelajah dunia tahun 1500 bangsa Eropa
membawa drum ke Amerika. Maka, cara pakai bangsa Inggris pun menyebar. Tak
ayal tahun 1800-an pasukan militer di berbagai negara mulai mempelajari dan
menggunakan drum dalam pasukan. Malah ada terobosan baru berupa parade
musik pasukan drum band tahun 1813 di Rusia. Itulah salah satu tonggak
munculnya drum band.Keinginan memperkaya musik drum sudah ada sejak 1550.
Namun, baru tahun 1935 para pencinta musik di AS mewujudkannya. Drum pun
tak lagi muncul tunggal. Seperangkat drum biasanya terdiri atas genderang bas,
genderang senar, genderang tenor, dan simbal. Malah tahun 1970-an muncul
drum listrik, yang kualitas bunyinya tak beda dengan gendang, timpani, atau drum
akustik.
Jenis instrumen membranofon lainnya adalah ‘bedug‘ dan ‘trebang‘. Istilah
‘bedug‘ dijumpai pada kitab yang lebih muda yakni Kidung Malat. Dalam Kakawin
Hariwangsa, Ghatotkacasraya, dan Kidung Harsawijaya instrumen sejenis disebut

4
dengan istilah “tipakan”. Selain itu ada istilah ‘tabang-tabang‘ dalam kitab
Ghatotkacasraya dan kitab Sumanasantaka yang kemungkinan berkembang
menjadi istilah ‘tribang‘.Jika data ini benar, berarti yang sebut “trebang” maupun
“bedhug” bukanlah instrumen musik yang muncul setelah masuknya kebudayaan
Islam, melainkan telah ada sejak abad ke-12 M (Zoetmulder, 1983:317-395).
Jika dilihat dari ukurannya, kendang di bagi menjadi beberapa jenis yaitu :
1. Kendang berukuran kecil, jenis ini disebut sebagai “ketipung”.
2. Kendang berukuran sedang, disebut sebagai kendang “ciblon” atau “kebar”.
3. Kendang berukuran besar, kendang jenis ini merupakan pasangan ketipung,
yang dinamakan kendang gedhe, atau biasa disebut sebagai “kendang kalih”.
Kendang ini biasanya dimainkan pada lagu atau gendhing yang berkarakter halus
seperti : ketawang, gendhing kethuk kalih, dan ladrang irama dadi. Bisa juga
dimainkan cepat pada pembukaan lagu jenis lancaran, ladrang irama tanggung.
4. Khusus untuk wayangan ada satu lagi kendhang yang khas yaitu kendhang
kosek.
Kendang, dimainkan hanya dengan menggunakan tangan, tanpa alat bantu
lainnya. Ditangan para pemain gamelan professional yang sudah cukup lama
menyelami budaya jawa, kendang adalah alat musik yang dimainkan dengan
menggunakan naluri. Oleh sebab itu, selalu ada perbedaan nuansa, bunyi,
tergantung kepada orang yang memainkannya.
Cara pembuatan
Pembuatan gendang sebenarnya tidaklah sulit, hanyalah dengan melubangi
bagian kayu menggunakan peralatan tradisional sehingga membentuk dan
menghiasi gendang. Cara tersebut cukup menguras tenaga karena harus
menghaluskan bahan baku agar suaranya bisa bagus.
1. Pilih pohon dengan lingkaran kayu yang besar kemudian di potong
30/35-45cm
2. Lubangi kayu dengan pahat hingga tipis
3. Pada bagian muka tempat menempel kulit dibuat agak tipis kira-kira
setebal ibu jari
4. Pada bagian belakang dibuat agak tebal dan diberi lingkaran setebal
sentengah jari atau 2 jari
Cara memainkan Gendang
Cara memainkan gendang dengan dipukul, baik dengan tangan saja atau dengan
alat pemukul gendang. Gendang mempunyai banyak fungsi, di antaranya sebagai
5
pengiring tarian atau pencak silat, pembawa tempo atau penegasan dinamik
sebuah orkes, atau sering juga hanya sebagai pelengkap untuk lebih meramaikan
suasana.
(Sumber : http://dunia-kesenian.blogspot.co.id/2014/11/pengertian-alat-musik-kendang-
gendang.html )

Rebab

Rebab adalah alat musik gesek tradisional yang sering dipakai dalam karawitan.
Alat musik ini berdawai 2. Bentuk dasar rebab memiliki bagian utama, yaitu
watangan dan bokongan. Watangan adalah bagian leher yang berfungsi sebagai
pegangan. Di ujungnya terdapat 2 telinga kayu sebagai tempat kaitan ujung dawai.
Bokongan adalah bagian di bagian bawah watangan yang berfungsi sebagai kotak
resonansi. Umumnya, bagian ini dibuat dari batok kelapa. Namun, ada juga yang
dibuat dari kayu. Bagian depan bokongan ini ditutup dengan selaput. Di bagian
bawahnya ada standar.

Tinggi rebab sekitar 75 cm. Cara memainkannya dengan menggesek dawainya


menggunakan penggesek kayu. Penggesek ini dibuat dari kayu dan bulu ekor kuda.
Rebab biasanya dimainkan dengan duduk bersimpuh dengan posisi tegak. Tangan
kanan pemain memegang tongkat penggesek, tangan kirinya memegang
watangan. Alat musik gesek ini diperkirakan berasal dari budaya Persia-Arab.
Rebab banyak ditemui di beberapa daerah di Indonesia, terutama di Pulau Jawa.
Rebab merupakan salah satu alat musik tradisional bagi masyarakat Melayu,
khususnya di Kabupaten Bintan Kepulauan Riau.

6
Asal mula rebab berasal dari Timur Tengah kemudian ke Persia dan India dan
barulah mencapai kepulauan Nusantara ini. Jadi alat musik ini pada awalnya,
sebenarnya merupakan alat musik yang datang dari luar namun dalam
perjalanannya dan dalam permainannya alat musik ini memiliki warna tersendiri
yang berbeda dengan permainan musik dari negara asalnya. Permainannya
memiliki ciri khas sendiri yang disesuaikan dengan adat budaya dan tradisi
masyrakat Melayu. Dalam buku Kesenian Tradisional Masyarakat Kepulauan Riau
yang ditulis oleh Evawarni (2006) disebutkan bahwa, Rebab telah disinggung oleh
Al Farabi (870-950 M) didalam bukunya “Kitab Al Musiqi al Kabir”.
Ada yang mengatakan bahwa rebab telah di lukiskan pada dinding Candi
Borobudur (abad ke-11 M).Perkataan rebab pada orang Arab adalah “R a b a b”
dan disempurnakan dengan alat gesek yang kemudian tersebar luas. Melalui pusat
Khalifah Islam di Cordoba (Spanyol) diabad ke 8 Masehi ia lalu menyebar ke Eropah
Barat sehingga berbentuk cello dan kemudian biola seperti sekarang. Melalui Turki
dan Asia Tengah, ia masuk ke Persia dan India juga Tiongkok, kemudian ke Asia
Tenggara ini. Di Afganistan ia disebut “Rubab”, tetapi didalam bahasa Persia
“Rabab” berarti kumpulan alat-alat musik gesek. Di India alat musik yang namanya
“Sarod” berasal dari Rebab yang di bawah dari Timur Tengah. Ahli yang
memainkan ialah penyanyi terkenal, TANSEN (ca.1520-1590), yang menjadi
penyanyi istana Raja Mughal Akbar.

Kepada Tansen ini juga di berikan jasa menciptakan sejenis rebab, agak sedikit
berbeda dengan rebab dari Timur Tengah. Turunan Tansen ini bernama BILAS
KHAN ahli memainkan sebangsa rebab tadi dan dikenal sebagai “rababyah ghar”
(kaum pemain rebab). Meskipun sarod berasal dari rebab tetapi bedanya sarod
dimainkan dengan dipetik sedangkan rebab dengan digesek. Di zaman dahulu kala
di Persia terdapat rebab bertali satu yang digunakan untuk mengiringi deklamasi
disebut “rebab ul Shaer”
Seperti yang sudah disampaikan di atas, bahwa rebab umumnya terbuat dari
tembaga. Akan tetapi seiring dengan perkembangan alat musik tradisional di
negara Indonesia. Alat musik rebab telah mengalami repolusi, bagian-bagian
rebab tidak lagi diciptakan dari tembaga melaikan dari bahan baku yang alami.
Di bagian yang memanjang, rebab dibuat dari kayu nangka. Selanjutnya pada
bagian tubuh yang berbentuk hati tebuat dari kayu yang berongga serta ditutup
dengan kulit, usus, atau kemih lembu yang telah dikeringkan. Sebagai resonator
ataupun pengeras suara. Alat musik rebab ini juga digunakan untuk pengiring
nyanyian sinden. Khususnya pada gamelan. Fungsi dari rebab tidak hanya sebagai
pengiring, akan tetapi juga berfungsi sebagai menuntun arah lagu.

7
Rebab memiliki bunyi yang khas, rebab dimainkan dengan cara digesek. Dengan
bunyi lirih rebab dijadikan salah satu instrument pembuka pada pertunjukkan
kesenian wayang. Tak hanya itu, dengan cakupan wilayah nadanya yang luas serta
bisa masuk ke dalam laras apapun. Instrumen rebab dijadikan sebagai penentu
arah tembang serta juga menuntun alat musik lainnya beralih dari suasana yang
satu menuju yang lain. Tidak heran jika ada yang menyebutkan jika rebab
merupakan pemimpin tembang. Sungguh betapa pentinggnya rebab pada sebuah
tembang bukan? Bagaimana tidak, rebab itu bagaikan sopir dalam kendaraan
motor juga mobil. Bagaikan masinis dalam kereta api, serta bagaikan pilot dalam
pesawat terbang.
Meskipun rebab mempunyai kedudukan yang begitu penting pada sebuah
tembang. Akan tetapi tidak banyak orang yang tertarik dan senang memainkannya
apalagi dikalangan kaum muda. Untuk itu telah saatnya rebab mempunyai
kedudukan yang penting dalam sebuah tembang. Serta dalam perkembangan
musik tradisional di Indonesia, semoga generasi muda tidak akan melupakan alat
musik penting ini. Sampai tembang-tembang serta pertunjukkan-pertunjukkan
yang membutuhkan alunan rebab tetap dapat dinikmati oleh anak, cucu kita pada
masa yang akan datang.

Fungsi alat musik rebab


Sebagai salah satu dari instrumen pemuka, rebab telah diakui sebagai pemimpin
lagu pada ansambel. Terutama pada gaya tabuhan lirih. Pada kebanyakan dari
gendhing-gendhing, instrumen rebab memainkan lagu pembuka gendhing,
menentukan gendhing, laras, serta pathet yang akan dimainkan. Wilayah dari nada
rebab mencakup luas wilayah gendhing apa saja. Maka alur lagu rebab
memberikan petunjuk yang jelas untuk jalan alur lagu gendhing. Nah, Pada
kebanyakan gendhing, rebab juga memberi tuntunan musikal untuk ansambel
untuk beralih dari seksi yang satu ke yang lainnya.

Cara Memainkan Alat Musik Rebab

8
Bisa dibilang alat musik tradisional Jawa Barat ini berumur cukup tua. Rebab
mulai dikenal pada abad ke-9 masehi, dibawa oleh para pedagang Timur Tengah
yang datang ke Indonesia.Pada awalnya Rebab merupakan alat musik berbahan
dasar tembaga yang disertai dua atau tiga dawai. Namun, seiring berjalannya
waktu bahan dasar Rebab berevolusi menjadi kayu.Layaknya sebuah biola, cara
memainkan Rebab adalah dengan menggeseknya. Alat musik tradisional ini
termasuk dalam serangkaian perangkat gamelan yang biasa dipakai dalam
mengiring sebuah pertunjukan kliningan, celempungan, wayang dan pengiring
nyanyian sinden.Khusus dalam gamelan fungsi Rebab tidak sebagai pengiring saja,
lebih dari itu untuk menuntun jalannya sebuah lagu.
Asal Usul Rebab
Rebab adalah salah satu alat musik tradisional bagi masyarakat Melayu,
khususnya di Kabupaten Bintan Kepulauan Riau. Asal mula rebab berasal dari
Timur Tengah kemudian ke Persia dan India dan barulah mencapai kepulauan
Nusantara ini. adi alat musik ini pada awalnya, sebenarnya merupakan alat musik
yang datang dari luar namun dalam perjalanannya dan dalam permainannya alat
musik ini memiliki warna tersendiri yang berbeda dengan permainan musik dari
negara asalnya.
Permainannya memiliki ciri khas sendiri yang disesuaikan dengan adat budaya
dan tradisi masyrakat Melayu. Dalam buku Kesenian Tradisional Masyarakat
Kepulauan Riau yang ditulis oleh Evawarni (2006) disebutkan bahwa, Rebab telah
disinggung oleh Al Farabi (870-950 M) didalam bukunya “Kitab Al Musiqi al
Kabir”.Ada yang mengatakan bahwa rebab telah di lukiskan pada dinding Candi
Borobudur (abad ke-11 M). Perkataan rebab pada orang Arab adalah “R a b a b”
dan disempurnakan dengan alat gesek yang kemudian tersebar luas.Melalui pusat
Khalifah Islam di Cordoba (Spanyol) diabad ke 8 Masehi ia lalu menyebar ke Eropah
9
Barat sehingga berbentuk cello dan kemudian biola seperti sekarang. Melalui Turki
dan Asia Tengah, ia masuk ke Persia dan India juga Tiongkok, kemudian ke Asia
Tenggara ini.
Di Afganistan ia disebut “Rubab”, tetapi didalam bahasa Persia “Rabab” berarti
kumpulan alat-alat musik gesek. Di India alat musik yang namanya “Sarod” berasal
dari Rebab yang di bawah dari Timur Tengah.Ahli yang memainkan ialah penyanyi
t)erkenal, TANSEN (ca.1520-1590), yang menjadi penyanyi istana Raja Mughal
Akbar. Kepada Tansen ini juga di berikan jasa menciptakan sejenis rebab, agak
sedikit berbeda dengan rebab dari Timur Tengah.
Turunan Tansen ini bernama BILAS KHAN ahli memainkan sebangsa rebab tadi
dan dikenal sebagai “rababyah ghar” (kaum pemain rebab). Meskipun sarod
berasal dari rebab tetapi bedanya sarod dimainkan dengan dipetik sedangkan
rebab dengan digesek.Di zaman dahulu kala di Persia terdapat rebab bertali satu
yang digunakan untuk mengiringi deklamasi disebut “rebab ul Shaer”

(Sumber : https://www.kamerabudaya.com/2016/11/mengenal-alat-musik-tradisional-
rebab.html )

Filosofi Rebab
Senar dan tali dalam alat musik rebab diibaratkan sebagai seorang bidadari.
Sedangkan penggeseknya adalah orang yang merindukan bidadari tersebut. Alat
musik rebab berkembang pesat di sekitaran daerah Sumatera dan Jawa. Dalam
gamelan Sunda, sinden bernyanyi dengan tuntunan alunan alat musik rebab.
Di Malaysia, alat musik rebab sering dimainkan saat menangisi anggota keluarga
yang meninggal secara sembunyi atau meratap (meratok). Selain di Indonesia dan
Malaysia, alat musik rebab juga terkenal dalam lagu-lagu India dan Turki.Bentuk
rebab selalu berbeda-beda di setiap negara dan daerah. Alat ini juga digunakan
sebagai pengiring gamelan, sebagai pelengkap untuk mengiringi sinden bernyanyi
bersama-sama dengan kecapi.Dalam gamelan Jawa, fungsi rebab tidak hanya
sebagai pelengkap untuk mengiringi nyanyian sindhen tetapi lebih berfungsi untuk
menuntun arah lagu sindhen.

Proses Pembuatan Rebab

10
Rebab biasanya terbuat dari tembaga, namun seiring dengan perkembangan
alat musik tradisional di Indonesia rebab telah mengalami revolusi, bagian-bagian
rebab tidak lagi terbuat dari tembaga melaikan dari bahan baku alami. Pada bagian
yang memanjang, rebab terbuat dari kayu nangka, kemudian pada bagian tubuh
yang berbentuk hati tebuat dari kayu yang berongga dan ditutup dengan kulit,
usus, atau kemih lembu yang dikeringkan, sebagai resonator atau pengeras suara.
Alat musik ini cukup unik berdasarkan penggunaan di berbagai jenis kayu untuk
menghasilkan rebab. Jenis kayu tersebut seperti tembusu, nangka, sena, dan
belimbing. Selain itu, keunikan rebab ini dilihat dari sudut keindahan ukiran di
bagian kepala rebab yang bermotifkan mahkota.
Bentuk Rebab
Ada dua versi Rebab yang perlu diketahui, yaitu Rebab yang memiliki tangkai di
bagian bawah dan Rebab yang tidak bertangkai sehingga harus dipangku saat
memetiknya. Pada umumnya Rebab berukuran kecil, berbadan bulat dan terbuat
dari kulit domba, dan berleher panjang.Rebab memiliki satu hingga iga senar
dengan busur yang melengkung dan lebih lengkung dari pada busur Biola.
Bentuk rebab mirip dengan biola dengan batang pinggang yang ramping dan
biasanya terbuat dari kayu leban (vitex) dengan ukuran panjang 3 kaki 6 inci dan
diukir pada ujung kepala sampai akhir batang.Kepala rebab atau “kecopang”
berbentuk mirip dengan topi orang Khmer di Kamboja. Di kepala rebab ini terdapat
tiga buah “telinga” sebagai tempat untuk tali (senar) rebabrebab. Alat untuk
menggesek rebab terbuat dari kayu yang diukir, memanjang secara vertikal
melalui badannya yang disebut “tempurung” dan muncul lagi di bawahnya sebagai
kakinya.
Lebar di atas kira-kira 8 inci, sedangkan di bawah sekitar 4,5 inci, dengan
ketebalan 2 inci. Bahan pembuat “tempurung” biasanya dari kulit kerbau.

11
“Tempurung” juga biasa disebut dengan nama “susu”, karena lengket pada kulit
yang digunakan untuk menekan suara (resonansi).Pada bagian kayu penggesek
terdapat perangkat lain yang disebut “cemara”.
“Cemara” terbuat dari ekor kerbau atau sabut kelapa. yang juga diukir. Terdapat
2 buah “telinga” di sebelah kiri dan 1 buah di sebelah kanan.Ukuran rebab
biasanya kecil, badannya bulat, bagian depan yang tercakup dalam suatu
membran seperti perkamen atau kulit domba dan memiliki leher panjang
terpasang. Ada leher tipis panjang dengan pegbox pada akhir dan ada satu, dua
atau tiga senar. Tidak ada papan nada.Alat musik ini dibuat tegak, baik bertumpu
di pangkuan atau di lantai.
Busurnya biasanya lebih melengkung daripada biola. Pada dasarnya, alat musik
rebab mempunyai tiga dawai atau dua dawai yang terbuat dari tali tembaga.Kayu
nangka atau bisa menggunakan tempurung (batok) kelapa untuk bagian badan.
Kemudian bagian badan yang tengahnya bolong itu dilapisi oleh kulit ikan buntal
atau kulit lembu. Kedua kulit penutup badan rebab itu tentunya sudah dikeringkan
terlebih dahulu.
Fungsi kulit yang melapisi badan rebab itu adalah untuk mengeraskan suara.
Secara keseluruhan, bentuk alat musik rebab mirip dengan gitar dan biola. Di atas
badan rebab ada tangkai yang memanjang serta dua pemuntal. Dua pemuntal ini
berfungsi untuk mengatur ketegangan senar/dawai.Beberapa varietas sering
memiliki tangkai di bagian bawah agar rebab dapat bertumpu di tanah, dan
dengan demikian disebut rebab tangkai di daerah tertentu, namun terdapat juga
versi yang dipetik seperti kabuli rebab (kadang-kadang disebut sebagai robab atau
rubab).Sesuai dengan distribusi yang luas, alat musik rebab dibangun dan
dimainkan agak berbeda di daerah berbeda.
Di Asia Tenggara, rebab adalah instrumen besar dengan kisaran mirip dengan
viola da gamba, sedangkan versi dari instrumen yang jauh lebih ke barat
cenderung lebih kecil dan lebih tinggi melengking.Badannya bervariasi dengan
banyak hiasan ukiran, seperti di Jawa, untuk model sederhana seperti “biola
sungai Nil” Mesir 2 senar mungkin memiliki badan yang terbuat dari setengah
tempurung kelapa.
Versi yang lebih canggih memiliki kotak suara logam dan depan mungkin
setengah-ditutupi dengan tembaga yang dipukuli, dan setengah dengan kulit sapi.
Instrumen musik tradisional lainnya yang mempunyai bentuk seperti rebab adalah
Ohyan yang resonatornya terbuat dari tempurung kelapa. Rebab jenis ini dapat
dijumpai di Bali, Jawa dan Kalimantan Selatan.
(Sumber : https://alatmusikindonesia.com/cara-memainkan-alat-musik-rebab/ )

12
Balungan
Yaitu alat musik berbentuk Wilahan (Jawa : bilahan) dengan enam atau tujuh
wilah (satu oktaf) ditumpangkan pada bingkai kayu yang juga berfungsi sebagai
resonator yang ditabuh dengan menggunakan tabuh dari kayu.Dalam memainkan
Balungan ini, tangan kanan memukul wilahan / lembaran logam dengan tabuh,
lalu tangan kiri memencet wilahan yang dipukul sebelumnya untuk menghilangkan
dengungan yang tersisa dari pemukulan nada sebelumnya. Teknik ini disebut
memathet (kata dasar: pathet = pencet) Menurut ukuran dan fungsinya, terdapat
tiga jenis Balungan :
a. Demung

Alat ini berukuran besar dan beroktaf tengah. Demung memainkan balungan
gendhing dalam wilayahnya yang terbatas. Lazimnya, satu perangkat gamelan
mempunyai satu atau dua demung. Tetapi ada gamelan di kraton yang
mempunyai lebih dari dua demung. Demung menghasilkan nada dengan oktaf
terendah dalam keluarga balungan, dengan ukuran fisik yang lebih besar.Lebih
tipis namun lebih lebar daripada wilahan saron biasanya itu merupakan wilayah
relatif dari Demung, sehingga nada yang dihasilkannya lebih rendah.
Tabuh demung biasanya terbuat dari kayu, dengan bentuk seperti palu, lebih
besar dan lebih berat daripada tabuh Saron. Sehingga suaranya lebih besar di saat
di bunyikan. Cara menabuhnya ada yang biasa sesuai nada, nada yang imbal, atau
menabuh bergantian antara demung 1 dan demung 2, menghasilkan jalinan nada
yang bervariasi namun mengikuti pola tertentu. Komando dari kendang dan jenis
gendhingnya menentukan cepat lambatnya dan keras serta lembutnya
penabuhan.

13
Pada gendhing Gangsaran yang menggambarkan kondisi peperangan misalnya,
demung ditabuh dengan keras dan cepat. Pada gendhing Gati yang bernuansa
militer, demung ditabuh lambat namun keras. Ketika mengiringi lagu ditabuh
pelan. Ketika sedang dalam kondisi imbal, maka ditabuh cepat dan keras. Sehingga
harus disesuaikan terlebih dahulu.

b. Saron

Alat ini berukuran sedang dan beroktaf tinggi. Seperti demung, Saron
memainkan balungan dalam wilayahnya yang terbatas. Pada teknik tabuhan
imbal-imbalan, dua saron memainkan lagu jalin menjalin yang bertempo cepat.
Seperangkat gamelan mempunyai dua Saron, tetapi ada gamelan yang punya lebih
dari dua saron.
Dalam satu set gamelan biasanya mempunyai 4 saron, dan semuanya memiliki
versi pelog dan slendro. Saron menghasilkan nada satu oktaf lebih tinggi daripada
demung, dengan ukuran fisik yang lebih kecil. Tabuh saron biasanya terbuat dari
kayu, dengan bentuk seperti palu. Cara menabuhnya ada yang biasa sesuai
nada,nada yang imbal, atau menabuh bergantian antara saron 1 dan saron 2.
Cepat lambatnya dan keras lemahnya penabuhan tergantung pada komando dari
kendang dan jenis gendhingnya.
Pada gendhing Gangsaran yang menggambarkan kondisi peperangan misalnya,
ricik ditabuh dengan keras dan cepat. Pada gendhing Gati yang bernuansa militer,
ricik ditabuh lambat namun keras. Ketika mengiringi lagu ditabuh pelan.Dalam
memainkan saron, tangan kanan memukul wilahan / lembaran logam dengan
tabuh, lalu tangan kiri memencet wilahan yang dipukul sebelumnya untuk

14
menghilangkan dengungan yang tersisa dari pemukulan nada sebelumnya. Teknik
ini disebut memathet (kata dasar:pathet=pencet)
C. Peking

Alat ini berukuran lebih kecil dari pada saron dan suaranya satu oktaf lebih tinggi
dibandingkan saron. Fungsinya adalah sebagai pemberi warna melodi dalam
permainan gamelan. Biasanya peking akan membunyikan melodi yang sama
dengan yang dimainkan saron namun permainannya dibuat terus mengisi
ketukan, sehingga tidak ada tempo yang kosong. Hal ini dapat jelas terlihat dalam
permainan tepo lambat. Irama peking adalah dua kali irama saron dan demung.
Peking dipukul oleh alat pemukul yang biasanya terbuat dari tanduk sapi. Cara
memukulnya pun sama dengan saron dan demung, hanya berbeda temponya saja
(sumber : http://www.adatnusantara.xyz/2017/09/sejarah-alat-musik-
tradisional-gamelan.html)

d.Slenthem

15
Menurut konstruksinya, slenthem termasuk keluarga gender; malahan kadang-
kadang ia dinamakan gender panembung. Tetapi slenthem mempunyai bilah
sebanyak bilah saron.Ia beroktaf paling rendah dalam kelompok instrumen saron
(balungan). Seperti demung dan saron barung, slenthem memainkan lagu
balungan dalam wilayahnya yang terbatas.Slenthem merupakan salah satu
instrumen gamelan yang terdiri dari lembaran lebar logam tipis yang diuntai
dengan tali dan direntangkan di atas tabung-tabung dan menghasilkan dengungan
rendah atau gema yang mengikuti nada saron, ricik, dan balungan bila ditabuh.
Seperti halnya pada instrumen lain dalam satu set gamelan, slenthem tentunya
memiliki versi slendro dan versi pelog. Wilahan Slenthem Pelog umumnya
memiliki rentang nada C hingga B, sedangkan slenthem slendro memiliki rentang
nada C, D, E, G, A, C’. Cara memainkan :
Cara menabuh slenthem sama seperti menabuh balungan, ricik, ataupun saron.
Tangan kanan mengayunkan pemukulnya dan tangan kiri melakukan “patet”, yaitu
menahan getaran yang terjadi pada lembaran logam. Dalam menabuh slenthem
lebih dibutuhkan naluri atau perasaan si penabuh untuk menghasilkan gema
ataupun bentuk dengungan yang baik. Pada notasi C, D, E, G misalnya, gema yang
dihasilkan saat menabuh nada C harus hilang tepat saat nada D ditabuh, dan
begitu seterusnya.Untuk tempo penabuhan, cara yang digunakan sama seperti
halnya bila menggunakan balungan, ricik, dan saron. Namun untuk keadaan
tertentu misalnya demung imbal, maka slenthem dimainkan untuk mengisi
kekosongan antara nada balungan yang ditabuh lambat dengan menabuh dua kali
lipat ketukan balungan. Atau bisa juga pada kondisi slenthem harus menabuh
setengah kali ada balungan karena balungan sedang ditabuh cepat, misalnya
ketika gendhing Gangsaran
Cara Memainkan
Cara menabuh slenthem sama seperti menabuh balungan, ricik, ataupun saron.
Tangan kanan mengayunkan pemukulnya dan tangan kiri melakukan "patet", yaitu
menahan getaran yang terjadi pada lembaran logam. Dalam menabuh slenthem
lebih dibutuhkan naluri atau perasaan si penabuh untuk menghasilkan gema
ataupun bentuk dengungan yang baik. Pada notasi C, D, E, G misalnya, gema yang
dihasilkan saat menabuh nada C harus hilang tepat saat nada D ditabuh, dan
begitu seterusnya.
Untuk tempo penabuhan, cara yang digunakan sama seperti halnya bila
menggunakan balungan, ricik, dan saron. Namun untuk keadaan tertentu misalnya
demung imbal, maka slenthem dimainkan untuk mengisi kekosongan antara nada
balungan yang ditabuh lambat dengan menabuh dua kali lipat ketukan balungan.
16
Atau bisa juga pada kondisi slenthem harus menabuh setengah kali ada balungan
karena balungan sedang ditabuh cepat, misalnya ketika gendhing Gangsaran pada
adegan perangan.
Sumber : https://goblokku.wordpress.com/2011/09/14/gamelan-jawa-tengah-dan-yogyakarta/ )

Bonang

Alat musik ini terdiri dari satu set sepuluh sampai empat-belas gong- gong kecil
berposisi horisontal yang disusun dalam dua deretan, diletakkan di atas tali yang
direntangkan pada bingkai kayu. Pemain duduk di tengah-tengah pada sisi deretan
gong beroktaf rendah, memegang tabuh berbentuk bulat panjang di setiap
tangan.Ada tiga macam bonang, dibeda-bedakan menurut ukuran, wilayah oktaf,
dan fungsinya dalam ansambel. Untuk gamelan Jawa, bonang disini ada 2 jenis
yakni Bonang Barung dan Bonang Penerus/ Penembung

Asal Usul Bonang


Bonang adalah alat musik yang digunakan dalam gamelan Jawa. bonang juga
merupakan instrumen melodi terkemuka di Degung Gamelan Sunda. Ini adalah
koleksi gong kecil (kadang-kadang disebut ceret atau pot) ditempatkan secara
horizontal ke string dalam bingkai kayu (rancak), baik satu atau dua baris lebar.
Semua ceret memiliki bos pusat, tetapi di sekelilingnya yang bernada rendah
memiliki kepala datar, sedangkan yang lebih tinggi memiliki melengkung satu.
Masing-masing sesuai untuk lapangan tertentu dalam skala yang sesuai; sehingga
ada yang berbeda untuk bonang pelog dan slendro.

17
Mereka biasanya dipukul dengan tongkat berlapis (tabuh). Hal ini mirip dengan
gong memeluk lain di gamelan itu, kethuk, kempyang, dan kenong. Bonang dapat
dibuat dari perunggu dipalsukan, dilas dan dingin-dipalu besi, atau kombinasi dari
logam. Selain bentuk gong-berbentuk ceret, bonang ekonomis terbuat dari besi
dipalu atau kuningan pelat dengan mengangkat bos sering ditemukan di desa
gamelan, dalam gamelan Suriname-gaya, dan di beberapa gamelan Amerika.
Jenis Jenis Bonang
a. Bonang Barung
Bonang ini berukuran sedang, dan beroktaf tengah sampai tinggi. Bonang
barung adalah salah satu dari instrumen-instrumen pemuka di dalam ansambel,
khususnya di dalam teknik tabuhan pipilan, pola-pola nada yang selalu untuk
mengantisipasi nada-nada yang akan datang dan dapat menuntun lagu instrumen-
instrumen lainnya. Pada jenis gendhing bonang, bonang barung ini memainkan
pembuka gendhing, yaitu untuk menentukan gendhing yang akan dimainkan dan
untuk menuntun alur lagu gendhing.
Pada teknik tabuhan imbal-imbalan, bonang barung tidak akan berfungsi
sebagai lagu penuntun, bonang ini akan membentuk pola-pola lagu jalin-menjalin
bersama bonang panerus, dan pada aksen aksen penting bonang diperbolehkan
membuat sekaran atau lagu-lagu hiasan, umumnya aksen-aksen lagu-lagu hiasan
ini akan dimainkan pada akhiran kalimat lagu.
b. Bonang Panembung
Bonang Panembung ini merupakan instrumen Bonang yang memiliki nada
terendah. Pada umumnya nada ini dapat ditemui pada gamelan di Yogyakarta dan
Panembung ini hampir sama dengan instrumen slenthem atau juga jenis demung
gabungan.Alat musik bonang panembung ini memiliki satu baris dari enam slendro
atau tujuh ceret yang akan terdengar hampir yang sama dengan slenthem pada
gamelan gaya Solo.
Ukurannya lebih besar dari dua bonang diatas, namun nada yang dihasilkan
nada yang paling rendah. Hal ini lebih sering terjadi pada gamelan gaya
Yogyakarta, seluas sekitar kisaran yang sama dengan slenthem dan demung
gabungan. Ketika hadir dalam gamelan Solo-gaya, mungkin hanya memiliki satu
baris dari enam (slendro) atau tujuh ceret terdengar dalam daftar yang sama
seperti slenthem tersebut. Hal ini dicadangkan untuk repertoire yang paling keras,
biasanya memainkan balungan lain dari itu.
Bagian yang dimainkan oleh bonang barung dan bonang panerus lebih kompleks
dibandingkan dengan banyak instrumen gamelan, sehingga, secara umum

18
dianggap sebagai instrumen mengelaborasi. Kadang-kadang memainkan melodi
berdasarkan balungan, meskipun umumnya diubah dengan cara yang sederhana.
Namun, juga bisa memainkan pola yang lebih kompleks, yang diperoleh dengan
menggabungkan patters barung dan panerus, seperti saling silih bergantinya
bagian (imbal) dan interpolasi pola melodi jerau (Sekarang).
c. Bonang Penerus
Bonang ini merupakan bonang yang paling kecil, dan beroktaf tinggi. Pada saat
menggunakan teknik tabuhan pipilan, bonang panerus ini akan berkecepatan dua
kali lipat dari bonang barung.Walau untuk mengantisipasi nada-nada balungan,
bonang panerus ini tidak berfungsi sebagai lagu tuntunan, dikarenakan kecepatan
dan ketinggian wilayah nadanya.Dalam menggunakan teknik tabuhan imbal-
imbalan saat bekerja sama dengan bonang barung, bonang panerus ini akan
memainkan pola-pola lagu jalin menjalin.

(Sumber : http://dunia-kesenian.blogspot.co.id/2014/11/pengertian-alat-musik-bonang-asal-
jawa.html )

Kenong

Kenong merupakan unsur instrumen pencon gamelan yang paling gemuk,


dibandingkan dengan kempul dan gong yang walaupun besar namun berbentuk
pipih. Kenong ini disusun pada pangkon berupa kayu keras yang dialasi dengan
tali, sehingga pada saat dipukul kenong tidak akan bergoyang ke samping namun
dapat bergoyang ke atas bawah, sehingga menghasilkan suara.
Bentuk kenong yang besar menghasilkan suara yang rendah namun nyaring
dengan timber yang khas (dalam telinga masyarakat Jawa ditangkap berbunyi
ning-nong, sehingga dinamakan kenong). Dalam gamelan, suara kenong mengisi
sela-sela antara kempul.Gamelan ini merupakan instrumen kedua yang paling
penting setelah gong.
19
Kenong membagi gongan menjadi dua atau empat kalimat kalimat kenong, atau
kenongan.Di samping berfungsi menggaris-bawahi struktur gendhing, nada-nada
kenong juga berhubungan dengan lagu gendhing;ia bisa memainkan nada yang
sama dengan nada balungan;dan boleh juga mendahului nada balungan
berikutnya untuk menuntun alun lagu gendhing; atau ia dapat memainkan nada
berjarak satu kempyung dengan nada balungan, untuk mendukung rasa
pathet.Pada kenongan bergaya cepat, dalam ayaka yakan, srepegan, dan sampak,
tabuhan kenong menuntun alur lagu gendhing-gendhing tersebut.

Bentuk Kenong
Kenong merupakan unsur instrumen pencon gamelan yang paling gemuk,
dibandingkan dengan kempul dan gong yang walaupun besar namun berbentuk
pipih. Kenong ini disusun pada pangkon berupa kayu keras yang dialasi dengan
tali, sehingga pada saat dipukul kenong tidak akan bergoyang ke samping namun
dapat bergoyang ke atas bawah, sehingga menghasilkan suara.
Bentuk kenong yang besar menghasilkan suara yang rendah namun nyaring
dengan timber yang khas (dalam telinga masyarakat Jawa ditangkap berbunyi
ning-nong, sehingga dinamakan kenong). Dalam gamelan, suara kenong mengisi
sela-sela antara kempul.
Ciri Ciri Kenong
-Kenong merupakan unsur instrumen pencon Gamelan yang paling gemuk,
dibandingkan dengan kempul dan gong yang walaupun besar namun berbentuk
pipi.
-Kenong ini disusun pada pangkon berupa kayu keras yang dialasi dengan tali,tali
ini biasanya untuk menguatkan suatu susunannya tersebut.
-Pada saat dipukul kenong tidak akan bergoyang ke samping namun dapat
bergoyang ke atas bawah, sehingga menghasilkan suara.
-Bentuk kenong yang besar menghasilkan suara yang renda. Sehingga tidak
semua yang besar itu menghasilkan suara yang tinggi.
-Dan suara yang ditimbulkan juga nyaring dengan timber yang khas atau dalam
telinga masyarakat Jawa ditangkap berbunyi ning-nong, sehingga dinamakan
kenong. Dalam Gamelan, suara kenong mengisi sela-sela antara kempul.

20
Cara Membuat Kenong
1.Terlebih dahulu buatlah kerangka dengan bentuk letter
2.Kemudian extrude menjadi sebuah benda yang memiliki
ketebalan.Lakukan beberapa fillet agar bentuk tidak terlihat kaku
3.Buatlah piringan dengan gabungan atara sphere dan silinder, sebanyak
10 buah
4.Lalu buatlah kaki-kakinya dengan mengextrude kerangka lingkaran path
denganlajurnya agak membentuk seperti pipa.6.
5.Sebagai pemanis buat lagi pemukulnya dengan dudukannya.(secara garis
besar ara membuat pemukul sama dengan yang lainnya merupakan
gabungan duasphere dan silinder.

(Sumber : http://www.adatradisi.xyz/2016/11/alat-musik-tradisional-jawa-tengah.html )

GONG

Gong adalah alat musik yang terbuat dari leburan logam (perunggu dengan
tembaga)dengan permukaan yang bundar (dengan atau tanpa Pencu). Gong dapat
di gantung pada bingkai atau diletakkan berjajar pada rak, atau bisa ditempatkan
pada permukaan yang lunak seperti tikar. Selain itu ada juga gong genggam yang
dimainkan sambil berjalan ataupunmenari. Gong yang memiliki suara rendah,
ditabuh dengan pemukul kayu yang ujungnya di balut dengan karet, katun, atau
benang. Sedangkan untuk permainan melodi diperankan olehgong kecil
Alat ini memiliki fungsi untuk memberi tanda berakhirnya sebuah gatra dan juga
untuk memberi tanda dimulainya serta berakhirnya gendhing. Selain itu berikut
fungsi gong di berbagai daerah di Indonesia, seperti:

21
 Di Jawa alat musik yang satu ini juga pernah dimainkan saat kematian
seseorang dari keluarga kerajaan, akan tetapi anggota kerajaan tidak
diperboleh memainkannya.
 Di daerah Bali biasanya alat musik ini dimainkan pada suatu acara yang
berkaitan dengan ritual keagamaan.
 Untuk di daerah Minakngkabau, gong digunakan pada pesta pernikahan
atau selamatan.
 DI Jawa Barat digunakan pada acara sekuler membawa acara keningratan
dan juga tidak dimiliki oleh semua orang
 Sedangkan di daerah Kalimantan, Sulawesi dan NTT, alat musik gong ini
dimainkan pada acara pengobatan, kematian, dan pernikahan namun tidak
dimiliki oleh banyak orang.

Asal Usul Gong


Agong – gong atau biasa disebut oleh orang Jawa dan Bali sebagai Gong, berasal
dariVietnam. Tahun 1930, bukti peninggalan asal usul gong ditemukan di daerah
pinggiransungai pada Desa Ma provinsi Thanh Hoa, Vietnam Utara. Bukti yang
ditemukan tersebut berbentuk gendang perunggu (tutupnya berasal dari logam)
yang dikisarkan berumur 500 – 100 SM.
Penemuan gong dalam bentuk lain yaitu pada Yunnan (Tiongkok) tahun 200
SM,orang tiongkok sudah memainkan sederet gendang perunggu. Sementara itu
bagaimanadengan asal usul gong di Indonesia? Pada kurun waktu 500 awal
Masehi, gendang perunggumasuk di Indonesia sebagai salah satu alat barter oleh
negara lain. Hal ini dapat didukungdengan adanya gendang perunggu di kepulauan
Indonesia, seperti Sumatra, Jawa, Bali,Sumbawa, Selayar, Seram, kei dan pulau
lain di Maluku, Roti dan pulau lain di NusaTenggara Timur, dan di daerah kepala
burung Irian Barat.
Pembuatan gendang perunggu diIndonesia pada tahun 19 dan 20 Masehi
digunakan sebagai Mahar atau perangkat upacara,sebagai alat perkusi bukan
pembawa melodi.Pakar arkkeologi, Peter Bellwood, mengatakan bahwa terdapat
bukti pembuatanlogam oleh bangsa Indonesia sebelum abad 200 Masehi pada
Bali, dan sebelum 500 Masehi pembuatan logam pada daerah Jawa, Madura, Riau,
Flores, kepulauan Talaud. Meskipun adateori Gong berasal dari gendang
perunggu, tidak menutup kemungkinan gong perunggudiadaptasi dari Gong datar,
kemudian di Indonesia dikembangkan yaitu dengan penambahan pencu. Atau bisa
saja gong yang masuk di Indonesia ada dua macam, yaitu gendang perunggu dan
gong datar.
Pada abad ke 12 para ahli yakin bahwa Gong kecil berpencu sudahmenjadi alat
musik di Jawa. Produk turunan dari Gong ada banyak, seperti Bilahan darilogam
22
yaitu instrumen yang terdiri dari bilahan atau lempengan logam yang digantung
ataudiletakkan pada rongga yang berbentuk tabung atau kotak berongga
berfungsi sebagairesonator (Metalphone atau keyed Methalphone dalam bahasa
ingris). Produk turunanlainnya adalah Bilahan dari Bambu atau kayu, yang
memiliki prinsip sama dengan logam,Idiofon lainnya yang biasanya berukuran kecil
seperti cengceng (Bali), kemanak (Jawa).
Benda turunan lain adalah gamelan, wajan, kapak, perisai yang menggunakan
sistem yangsama dengan gong.Fungsi sosial alat musik gamelan dan ensambel
gong pada Indonesia adalah sebagai bagian dari upacara keluarga, masyarakat,
kerajaan, dan keagamaan. Selain dikenal sebagaialat musik, ensambel gong
dianggap sebagai harta , mas kawin, pusaka, lambang status pemilik, perangkat
upacara, dan lainnya. Jumlah gong sering kali lebih penting dari nadagong (gong
sebagai simbol/ritual), gong sebagai alat komunikasi antarwarga. Di
Jawamemainkan gong saat kematian seseorang atau anggota kerajaan tidak
diperbolehkan, namun pada daerah lain bisa dimainkan pada upacara kematian.
Musik Gong sebagai koran Desa, diSumba.
Seorang pemain gong diperbolehkan untuk memainkan lagu kematian meski
tidak ada orang di desa yang meninggal, namun setelah memainkan lagu tersebut
pemain gongharus memainkan lagu yang riang. Mereka menjelaskan bahwa suara
gong yang terdengar jauh menginformasikan kepada penduduk di daerah sekitar
itu untuk melayat, namun jikalagu riang segera dimainkan maka mereka tidak
perlu melayat. Di Bali, sebagai alat musik yang berhubungan dengan ritual
keagamaan. Di Jawa Tengah, sebagai alat musik saat perayaan agama Islam, gong
dimiliki oleh masyarakat atau lembaga tertentu. DiMinangkabau digunakan pada
pesta – pesta pernikahan atau selamatan, Pada daerah JawaBarat digunakan
untuk acara sekuler membawa acara keningratan dan tidak dimiliki olehsemua
orang. Pada Kalimantan, Sulawesi dan NTT, gong dimainkan untuk acara
pengobatan,kematian, maupun pernikahan namun dimiliki oleh semua orang.
Pembuatan Gong
Pembuatan gong yang sering di jumpai di Jawa dilakukan di sebuah rumah yang
disebut Besalen. Rumah tersebut berukuran 6 x 7 meter dengan tinggi 7 meter,
dinding dibuat dari batu bata dan lantai dari tanah. Pembuatan gong tidak bisa
dilakukan seorang diri melainkan dikerjakan oleh 9 – 10 orang yang biasa disebut
Pandhe Gong
Dalam pembuatan gong juga dilakukan pembagian tugas seperti :

23
Tukang Lamus
Terdiri dari 1 – 2 orang yang mengatur tekanan angin saat pembakaran logam
dengan pompa lamus.
Tukang Alap
Terdiri dari 1 – 2 orang bertugas sebagai pengantar dan mengembalikan logam
antara tempat perapian dan tempat tempa.
Tukang Palu
Terdiri dari 3 – 4 orang bertugas menempa, menipiskan, melebarkan dan
membentuk logam. Pemimpin regu pada tim ini disebut Panji.
Panji juga memiliki tugas yaitu memimpin dan mengontrol proses pengerjaan dari
memasak campuran logam, mengendalikan logam yang sedang dibakar,mengatur
ketepatan tebal tipisnya logam, bentuknya sampai nada yang dikeluarkan.
Disamping itu terdapat pula kelompok Pandhe.
Tukang Kilap
Tukang kilap meneruskan tugas dari tukang pandhe yaitu dengan mengkilapkan
gong.
Gong yang telah ditempa belum dapat ditentukan nadanya. Nada gong baru
terbentuk setelah dibilas dan dibersihkan. Apabila nadanya masih belum sesuai,
gong akan dikerok sehingga lapisan perunggunya menjadi lebih tipis.

Cara Memainkan
Gong di pegang dengan cara ditopang oleh kelima jari dan dimainkan dengan
cara dipukul dengan sebuah stik pendek.Cara memegangnya menggunakan lima
jari, ini ternyata memiliki kegunaan khusus.Satu jari (telunjuk) bisa digunakan
untuk meredam getaran gong dan mengurangi volume suara denting yang
dihasilkan.
Fungsi Gong
Hampir semua orang pasti mengerti dan mengetahui apa itu Gong. Gong adalah
salah satu alat musik tradisonal di Jawa. Gong dapat di gantung pada bingkai atau
diletakkan berjajar pada rak, atau bisa ditempatkan pada permukaan yang lunak
seperti tikar.Salah satu jenis Gong adalah Gong Genggam yang dimainkan sambil
berjalan ataupun menari. Gong yang memiliki suara rendah, ditabuh dengan
pemukul kayu yang ujungnya di balut dengan karet, katun, atau benang

24
Biasanya Gong ini digunakan untuk alat musik tradisional. Gong yang telah
ditempa belum dapat ditentukan nadanya. Nada gong baru terbentuk setelah
dibilas dan dibersihkan. Apabila nadanya masih belum sesuai, biasanya gong
dikerok terlebih dahulu sehingga lapisan perunggunya menjadi lebih tipis.Adapun
fungsi alat musik Gong adalah dimainkan sebagai bagian dari upacara keluarga,
masyarakat, kerajaan, dan keagamaan. Selain dikenal sebagai alat musik, gong
dianggap sebagai harta, mas kawin, pusaka, lambang status pemilik, perangkat
upacara, dan lainnya. Jumlah gong sering kali lebih penting dari nada Gong atau
gong sebagai simbol atau ritual, gong ini dulu juga sebagai alat komunikasi antar
warga.Di Jawa alat musik Gong tidak di perbolehkan dimainkan saat kematian
seseorang atau anggota kerajaan, akan tetapi pada daerah lain bisa dimainkan
pada upacara kematian. Seorang pemain gong diperbolehkan untuk memainkan
lagu kematian meski tidak ada orang di desa yang meninggal, namun setelah
memainkan lagu tersebut pemain Gong harus memainkan lagu yang riang.

(Sumber : https://alatmusikindonesia.com/alat-musik-tradisional-jawa-tengah/#7_Siter )

KETHUK

25
Jadi Kethuk Kempyang ini merupakan dua alat musik yang dari segi bentuk tidak
berbeda jauh dari Kenong dan Bonang, hal ini dikarenakan sejarah Gamelan Jawa
yang menyebar di pulau Jawa masih memiliki keterkaitan yang kuat, hanya saja
untuk Kethuk bentuknya lebih kecil dari Kenong namun lebih tinggi sementara
Kempyang lebih melebar dan besar. Namun keduanya sama-sama memiliki
tonjolan bulat di tengahnya dan jika dipukul akan menghasilkan pola yang
menjalin-jalin. Kedua instrumen ini penempatannya diletakkan di sebuah wadah
bingkai kayu dan disangga oleh tali yang terikat dan dibentangkan secara kuat.
Kethuk juga berfungsi untuk menuntun keajegan irama lagu yang tengah
dimainkan oleh para penabuh (yogo). Ketuk ini biasa dipukul dengan alat yang
agak lunak pula namun keras. Kalau kita mengenal musik tradisional gamelan
Cirebon, waditra tersebut disebut dengan tutukan. Mengenai bentuknya mirip
seperti bonang dan biasanya bersanding dengan kemyang (oleh orang Sunda
maupun Pati) atau kebluk (Cirebon). Anda bisa melihat gambar disamping, yang
kecil ketuk dan yang besar namanya kempyang. Nada ketuk atau tutukan adalah
barang (istilah dalam gamelan Sunda), laras atau susul (istilah dalam gamelan
Cirebon), dan nada kemyang atau kebluk adalah galimer atau sepuluh.
Didalam permainan musik tradisional gamelan, Ketuk dan Kempyang tersebut
biasanya ditabuh secara bersahut-sahutan, yakni sekali ketuk dan sekali
kemyang/kebluk, sehingga terdengar seperti suara tuk-bluk tuk-bluk. Akan tetapi,
di dalam permainan gamelan Cirebon, terutama dalam irama yang lambat
(dodoan) ketuk/tutukan kadang-kadang ditabuh dua kali dan kemyang/kebluk
ditabuh sekali. Dan di masing masing daerah sudah memulai variasi pukul yang
diinginkan. Bisa 1 kali ketuk satu kali kempyang bergantian, bisa ketuk 2 kali,
kempyang 1 kali atau bahakan bisa sebaliknya.

(Sumber : http://yokimirantiyo.blogspot.co.id/2012/09/mengenal-seperangkat-gamelan-
jawa.html )

KEMPUL

26
Kempul merupakan salah satu perangkat alat musik gamelan yang hampir mirip
dengan gong, akan tetapi ukurannya lebih kecil.Sehingga kempul juga sering
disebut ‘gong kecil’. Alat musik yang satu ini memiliki fungsi sebagai pemukau
irama atau menegaskan irama melodi dalam lagu gamelan. Kempul juga
merupakan pengisi akor dalam setiap permainan gamelan. Kempul dalam
penempatannya biasanya digantung bersamaan dengan Gong.
Selain itu kempul juga dapat menghasilkan suara yang lebih tinggi daripada
gong. kempul sering disebut juga dengan gong kecil. Kempul termasuk bagian dari
kelompok instrumen keras dari gamelan. Kempul biasanya digantung di
seperangkat gong dan kempul seperti di gambar, Gong ada 2 yaitu yang paling
besar dan Gong sedang atau suwuk, sedangkan yang lain adalah kempul. Kempul
dimainkan dengan cara dipukul menggunakan pemukul dalam ukuran lebih besar
dari pemukul yang digunakan untuk pemukul kenong tapi lebih kecil dari pada
pemukul gong.
Kempul berfungsi sebagai pengisi akor dalam setiap permainan gamelan.
Kempul juga berfungsi sebagai pemangku irama atau menegaskan irama
melodi.Pemukul Kempul seluruhnya terbuat dari bahan kayu dan yang paling
ujung (untuk memukul) dilapisi kain yang tebal.Satu set kempul terdiri dari
beberapa buah kemplul yang jumlahnya bervariasi, biasanya 8,10 dan 14.Kempul
yang ukurannya lebih kecil memiliki nada yang lebih tinggi daripada kempul yang
ukurannya lebih besar.

(Sumber : https://udfauzi.com/macam-macam-gamelan/ )

GAMBANG

27
Gambang merupakan alat musik instrumen pada gamelan yang dimainkan paling cepat
dalam sebuah lagu. Alat musik ini dibuat dari bilah-bilah kayu dan dibingkai pada
gerobogan yang berfungsi sebagai resonator. Selain itu juga dapat memainkan dengan
beberapa macam ornamentasi lagu dan ritme, seperti permainan 2 nada yang dipisahkan
oleh 2 bilah ataupun permainan 2 nada dipisahkan oleh 6 bilah dan pola lagu dengan
ritme-ritme sinkopasi seperti pada gendhing Janturan atau Suluk.

Gambang memiliki sumber suara sebanyak 18 buah bilah yang terbuat dari kayu atau
bambu. Bentuk resonatornya mirip dengan perahu, yang di atas bibir kotak suara tersebut
tampak beberapa bilah kayu nada dalam bentuk persegi empat panjang tipis. Pada ujung
pangkalnya resonatorgambang terpancang bentuk piramid, sebagai penutup bagian
ujung dan pangkal tersebut. Merupakan Instrumen mirip keluarga balungan yang dibuat
dari bilah – bilah kayu dibingkai pada gerobogan yang juga berfungsi sebagai resonator.

Gambang dimainkan dengan tabuh berbentuk bundar dengan tangkai panjang biasanya
dari tanduk/sungu/ batang fiber lentur. Pada seperangkat instrumen gamelan yang
lengkap terdapat 3 buah gambang, yakni gambang slendro, gambang pelog bem, dan
gambang pelog barang. Namun tidak sedikit yang terdiri hanya dua buah instrumen saja.
Pada gambang pelog, nada 1 dan 7 dapat disesuaikan dengan gendhing yang akan
dimainkan.Kebanyakan gambang memainkan gembyangan (oktaf) dalam gaya pola pola
lagu dengan ketukan ajeg.

Nada Gambang
Alat musik ini mempunyai nada antara 17 sampai 21 bilah dalam satu ancak.
Tangga nada yang digunakan adalah Mayor dan Minor serta Gregorian.
Alat Pemukul
Gambang memiliki alat pemukul yang terdiri atas dua buah. Kedua pemukul
tersebut biasa dipegang tangan kiri dan kanan penabuh. Bentuk pemukulnya bulat
dan dibalut oleh kain atau alat yang mengakibatkan empuk. Sedangkan batang
pemukulnya tersebut berbentuk bulat panjang.Bilah-bilah gambang terbuat dari
kayu jati atau sulangkring (kayu besi). Berikut bentuk bilah dan nadanya :

1. Nada terendah dengan bentuk bilah terpanjang dan terlebar


2. Nada tertinggi dengan bentuk bilah terpendek, tertebal, dan tersempit dan lurus
membentuk trapesium.

Untuk meninggikan nada biasanya dilakukan pemotongan atau


penipisan wilah gambang di bagian ujungnya (bagian simpul), sedang untuk
merendahkan nada dengan menipiskan bilah nada gambang di bagian perutnya.

(Sumber : https://udfauzi.com/macam-macam-gamelan/ )

28
Siter

Alat musik Siter sebenarnya masih satu tipe dengan Celempung, akan tetapi
bedanya terletak di ukuran serta jumlah senar yang digunakan. Jadi instrumen
yang satu ini mempunyai ukuran panjang sekitar 30 cm serta terdapat 11 dan 13
senar yang direntangkan di antara kotak resonator. Kedua jenis senar itu nanti
disetel berbeda, yang pertama untuk nada slendro dan kedua disetel nada pelog.
Siter ini memiliki fungsi sebagai instrumen yang memainkan cengkok. Alat musik
ini juga dimainkan dengan kecepatan yang sama dengan gambang. Dalam
memainkannya juga memiliki pengaruh yang besar dalam gamelan, karena pada
saat memainkan alat musik yang satu ini jika salah sedikit saja maka akan
mempengaruhi alat musik yang lainnya dan akan mengubah ritme permainan
gamelan menjadi tidak teratur. Para pemain Siter sekarang ini juga sudah semakin
langka, bahkan dalam beberapa pertunjukan yang menyajikan Gamelan juga
terkadang instrumen Siter tidak di mainkan.
Adapun cara memainkannya sebenarnya masih sama dengan alat musik
Celempung yaitu dengan menggunakan kedua ibu jari.Yang menjadikannya khas
sebenarnya terletak pada melodi yang dihasilkan, selain itu instrumen siter ini juga
dibuat dalam dua bagian, bagian atas dan bawah yang mana keduanya
mempunyai nada pelog dan slendro.
Umumnya alat musik sitar ini memiliki panjang sekitar kurang lebih 30 cm dan
dimasukkan di dalam sebuah kotak ketika dimainkan. Siter ini dimainkan sebagai
salah satu alat musik yang dimainkan bersama (panerusan), yaitu sebagai
instrumen yang memainkan cengkok (pola melodik berdasarkan balungan). Alat

29
musik Siter dimainkan dengan kecepatan yang sama dengan gambang
(bertemponya cepat).
Kata siter sendiri berasal dari dari bahasa Belanda yaitu citer, dan juga
berhubungan dengan Bahasa Inggris yaitu zither. Senar siter ini dimainkan
menggunakan ibu jari, sedangkan jari lainnya digunakan untuk menahan getaran
saat senar lain dipetik, ini biasanya merupakan ciri khas dari alat musik gamelan.
Siter dan celempung adalah alat musik petik di dalam gamelan Jawa.
Ada hubungannya juga dengan kecapi di gamelan sunda.Siter dan celempung
masing-masing memiliki 11 dan 13 pasang senar, direntang kedua sisinya di antara
kotak resonator. Ciri khasnya satu senar disetel nada pelog dan senar lainnya
dengan nada slendro. Umumnya sitar memiliki panjang sekitar 30 cm dan
dimasukkan dalam sebuah kotak ketika dimainkan, sedangkan celempung
panjangnya kira-kira 90 cm dan memiliki empat kaki, serta disetel satu oktaf di
bawah siter.
Siter dan celempung dimainkan sebagai salah satu dari alat musik yang
dimainkan bersama (panerusan), sebagai instrumen yang memainkan cengkok
(pola melodik berdasarkan balungan). Baik siter maupun celempung dimainkan
dengan kecepatan yang sama dengan gambang (temponya cepat).Nama "siter"
berasal dari Bahasa Belanda "citer", yang juga berhubungan dengan Bahasa Inggris
"zither".
"Celempung" berkaitan dengan bentuk musikal Sunda celempungan. Senar siter
dimainkan dengan ibu jari, sedangkan jari lain digunakan untuk menahan getaran
ketika senar lain dipetik, ini biasanya merupakan ciri khas instrumen gamelan. Jari
kedua tangan digunakan untuk menahan, dengan jari tangan kanan berada di
bawah senar sedangkan jari tangan kiri berada di atas senar. Siter dan celempung
dengan berbagai ukuran adalah instrumen khas Gamelan Siteran, meskipun juga
dipakai dalam berbagai jenis gamelan lain.

(Sumber : https://brainly.co.id/tugas/1022829)

SULING

30
Jenis instrumen gamelan lainnya yang juga berfungsi sebagai pangrengga lagu
adalah suling. Instrumen ini terbuat dari bambu wuluh atau paralon yang diberi
lubang sebagai penentu nada atau laras. Pada salah satu ujungnya yaitu bagian
yang di tiup yang melekat di bibir diberi lapisan tutup dinamakan jamangan yang
berfungsi untuk mengalirkan udara sehingga menimbulkan getaran udara yang
menimbulkan bunyi atau suara Adapun teknik membunyikannya dengan cara di
tiup.

Di dalam tradisi karawitan, suling ada dua jenis, yaitu bentuk suling yang
berlaras Slendro memiliki lubang empat yang hampir sama jaraknya, sedangkan
yang berlaras Pelog dengan lubang lima dengan jarak yang berbeda. Ada pula
suling dengan lubang berjumlah enam yang bisa digunakan untuk laras Pelog dan
Slendro. Untuk suling laras Slendro dalam karawitan Jawatimuran apabila empat
lubang di tutup semua dan di tiup dengan tekanan sedang nada yang dihasilkan
adalah laras lu (3), sedangkan pada karawitan Jawatengahan lazim dengan laras ro
(2).

Cara Memainkan
Untuk Suling lubang enam, diperlukan enam buah jari yaitu 3 jari tangan kiri
tempatkan dibagian lubang Suling atas, dan tiga jari tangan kanan ditempatkan
dibagian lubang suara bawah. Ketiga jari baik tangan kanan maupun kiri itu adalah,
telunjuk, jari tengah dan jari manis. Keenam jari dipergunakan membuka dan
menutup seluruh lubang suara Suling.

Secara garis besar cara meniup Suling ada 3 macam yaitu,


1. Tiupan lembut untuk membunyikan nada-nada rendah.
2. Tiupan sedang untuk membunyikan nada-nada sedang.
3. Tiupan keras untuk membunyikan nada-nada tinggi.

31
Cara Membuat
Bambu yang digunakan Untuk membuat suling Umumnya menggunakan Bambu
semat, sebab memiliki tekstur yang tipis dan mudah dilobangi, Pengambilan
bambu sebagai bahan suling mempunyai tata-cara yang telah turun-temurun,
kebiasaan ini masih dilakukan sampai sekarang. Bambu yang di ambil haruslah
berumur lebih kurang lima tahun hal ini dimaksudkan agar bambu itu benar-benar
tua dan tidak akan keriput ketika telah dikeringkan, waktu pengambilan bambu,
yaitu setiap bulan Juni, Juli dan Agustus karena bulan ini adalah bulan kemarau.

Sehingga kadar air pada bambu sedikit, lebih baik lagi pertengahan bulan
Agustus sebab merupakan puncak dari musim kemarau. Selain itu ada jam-jam
khusu dalam pengambilan bambu ini, yaitu : jika pengambilan dilakukan pada pagi
hari haruslah dilakukan pada jam 10 pagi sampai jam 12 siang dan waktu
berikutnya adalah jam 14 sampai 16 sore. Sebagai logikannya adalah watu jam 10
sampai 12 dan 14 sampai 16 tersebut merupakan saat dimana kadar air didalam
bambu berkurang.
Kemudian penebangan tidak dilakukan dari akarnya, namun disisakan satu
sampai dua ruas dari akar, ini dimaksudkan agar bambu tersebut tumbuh
kembali.Bambu yang telah ditebang kemudian direndam di dalam lumpur sawah
atau kolam ada juga cara lain yaitu menggunakan cairan tembakau. Lama
perendaman ini dilakukan satu sampai dua minggu dengan tujuan agar bahan
menjadi kuat. Setelah perendaman bahan selesai maka mulailah dilakukan
pengeringan yaitu dengan cara di jemur. Teknik penjemuran bahan ini pun
bermacam-macam, ada beberapa cara dalam pengeringan bahan ini,
1. cara pertama yaitu : dengan di jemur di panas matahari, cara ini adalah
cara yang paling baik karena sumber panas yang alami sehingga warna
bambu akan lebih muncul namun jika waktu pengeringannya tidak tepat
bahan akan cepat pecah. Kemudian
2. cara kedua adalah : bambu di garang yaitu dipanaskan diatas tungku
perapian tempat masak orang kampong, kelemahannya tekstur bambu
akan mengalami noda berwarna hitam karena disebabkan oleh asam atau
percik api dari tungku, sehingga keindahan warna suling akan tidak terlihat,
hal ini bisa di atasi dengan cara di ampelas namun membutuhkan waktu
lama, hal baiknya adalah karena faktor pengasapan tadi bambu akan tahan
terhadap serangga,
3. cara ketiga, yaitu : bahan di angin-angin di beranda rumah, kekurangannya
cara ini membutuhkan waktu yang lama kelebihannya bahan akan tahan
terhadap kemungkinan pecah dan yang terakhir adalah di open, cara ini
memang tidak alami namun produksi dalam pembuatan suling lebih efektif
karena proses pengeringannya tidak memerlukan waktu yang lama.

32
seruling / Suling modern mempunyai banyak jenis atau bahan, ada yang terbuat
dari logam aluminium dan bahkan ada juga terbuat dari plastik. Suling modern
untuk para ahli umumnya terbuat dari perak, emas atau campuran keduanya.
Sedangkan suling untuk pelajar umumnya terbuat dari nikel-perak, atau logam
yang dilapisi perak.

Fungsi Alat Musik Tradisional Suling


Dalam fungsinya itu, suling hanya menjadi instrumen pelengkap dalam arti bisa
dipergunakan ataupun tidak sama sekali. Terjadinya perkembangan fungsi suling
tersebut merupakan salah satu fenomena yang sangat menarik dimana suling yang
pada awalnya memiliki fungsi sekunder yaitu instrumen pendukung, berkembang
menjadi instrumen primer yaitu instrumen utama

Keunikan Alat Musik Tradisional Suling

1. Suara dan aura bunyinya khas.


2. Dapat di-orkestrasi dengan sekian puluh, ratus atau ribu pemain dan
sangat unik karena sebuah Orkestra yang tidak dimainkan dengan
Instrumen Barat, tapi dimainkan dengan instrumen yang didominasi oleh
suling bambu
3. Suara suling bambu dapat meliuk-meliuk dengan cengkok dan warna bunyi
yang sangat khas dan alamiah

(Sumber : http://fungsialat.blogspot.co.id/2016/10/fungsi-suling-seruling-alat-musik-
tradisional.html )

SEJARAH GAMELAN JAWA

Bagi masyarakat Jawa khususnya, gamelan bukanlah sesuatu yang asing dalam
kehidupan kesehariannya. Dengan kata lain, masyarakat tahu benar mana yang
disebut gamelan atau seperangkat gamelan. Mereka telah mengenal istilah
33
‘gamelan’, ‘karawitan’, atau ‘gangsa’. Namun barangkali masih banyak yang belum
mengetahui bagaimana sejarah perkembangan gamelan itu sendiri.Sejak kapan
gamelan mulai ada di Jawa?.Seorang sarjana berkebangsaan Belanda bernama Dr.
J.L.A. Brandes secara teoritis mengatakan bahwa jauh sebelum datangnya
pengaruh budaya India, bangsa Jawa telah rnemiliki keterampilan budaya atau
pengetahuan yang mencakup 10 butir (Brandes, 1889):

(1) Wayang

Wayang adalah seni pertunjukkan asli Indonesia yang berkembang pesat


di Pulau Jawa dan Bali. Pertunjukan ini juga populer di
beberapa daerah seperti Sumatera dan Semenanjung Malaya juga memiliki
beberapa budaya wayang yang terpengaruh oleh
kebudayaan Jawa dan Hindu.UNESCO, lembaga yang membawahi kebudayaan
dari PBB, pada 7 November 2003 menetapkan wayang sebagai pertunjukkan
bayangan boneka tersohor dari Indonesia.

Sebuah warisan mahakarya dunia yang tak ternilai dalam seni bertutur
(Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity).Sebenarnya,
pertunjukan boneka tak hanya ada di Indonesia karena banyak pula negara lain
yang memiliki pertunjukan boneka. Namun pertunjukan bayangan boneka
(Wayang) di Indonesia memiliki gaya tutur dan keunikan tersendiri, yang
merupakan mahakarya asli dari Indonesia. Untuk itulah UNESCO memasukannya
ke dalam Daftar Representatif Budaya Takbenda Warisan Manusia pada tahun
2003.

Tak ada bukti yang menunjukkan wayang telah ada sebelum agama Hindu
menyebar di Asia Selatan. Diperkirakan seni pertunjukan dibawa masuk oleh
pedagang India. Namun, kegeniusan lokal dan kebudayaan yang ada sebelum
masuknya Hindu menyatu dengan perkembangan seni pertunjukan yang masuk
memberi warna tersendiri pada seni pertunjukan di Indonesia. Sampai saat ini,
catatan awal yang bisa didapat tentang pertunjukan wayang berasal dari Prasasti
Balitung pada Abad ke 4 yang berbunyi si Galigi mawayang.
Ketika agama Hindu masuk ke Indonesia dan menyesuaikan kebudayaan yang
sudah ada, seni pertunjukan ini menjadi media efektif menyebarkan agama Hindu.
Pertunjukan wayang menggunakan cerita Ramayana dan Mahabharata.Para Wali
Sembilan di Jawa, sudah membagi wayang menjadi tiga. Wayang Kulit di timur,
wayang wong di jawa tengah dan wayang golek di Jawa barat. Adalah Raden Patah
dan Sunan Kali Jaga yang berjasa besar. Carilah wayang di Jawa Barat, golek ono
dalam bahasa jawi, sampai ketemu wong nya isi nya yang di tengah, jangan hanya
ketemu kulit nya saja di Timur di wetan wiwitan.

34
Mencari jati diri itu di Barat atau Kulon atau kula yang ada di dalam dada hati
manusia. Maksud para Wali terlalu luhur dan tinggi filosofi nya. Wayang itu tulen
dari Jawa asli, pakeliran itu artinya pasangan antara bayang bayang dan barang
asli nya. Seperti dua kalimah syahadat. Adapun Tuhan masyrik wal maghrib itu
harus di terjemahkan ke dalam bahasa jawa dulu yang artinya wetan kawitan dan
kulon atau kula atau saya yang ada di dalam. Carilah tuhan yang kawitan pertama
dan yang ada di dalam hati manusia.
Demikian juga saat masuknya Islam, ketika pertunjukan yang menampilkan
“Tuhan” atau “Dewa” dalam wujud manusia dilarang, munculah boneka wayang
yang terbuat dari kulit sapi, di mana saat pertunjukan yang ditonton hanyalah
bayangannya saja. Wayang inilah yang sekarang kita kenal sebagai wayang kulit.
Untuk menyebarkan Islam, berkembang juga wayang Sadat yang
memperkenalkan nilai-nilai Islam.Ketika misionaris Katolik, Bruder Timotheus L.
Wignyosubroto, FIC pada tahun 1960 dalam misinya menyebarkan agama Katolik,
ia mengembangkan Wayang Wahyu, yang sumber ceritanya berasal dari Alkitab.
(Sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/Wayang )

(2) Gamelan
(3) Ilmu irama sanjak
(4) Batik

Batik merupakan warisan budaya nusantara (Indonesia) yang mempunyai nilai


dan perpaduan seni yang tinggi, sarat dengan makna filosofis dan simbol penuh
makna yang memperlihatkan cara berpikir masyarakat pembuatnya. Batik adalah
kerajinan yang telah menjadi bagian dari budaya Indonesia (khususnya Jawa) sejak
dahulu. Keterampilan membatik digunakan sebagai mata pencaharian dan
pekerjaan ekslusif bagi perempuan-perempuan Jawa hingga sampai
ditemukannya batik cap yang memungkinkan masuknya laki-laki dalam pekerjaan
membatik ini.

Tradisi membatik pada mulanya merupakan tradisi turun temurun, sehingga


motif batikannya pun dapat dikenali dan menjadi corak atau motif dari keluarga
atau daerah tertentu. Motif batikan juga dapat menunjukkan status sosial di
masyarakat, karena berdasarkan periode perkembangannya, batik Indonesia
bekembang pada zaman Kerajaan Majapahit, yang notabene hanya dipakai oleh
keluarga kerajaan.

Perkembangan batik di Indonesia memuncak pada tanggal 2 Oktober 2009,


yakni UNESCO --United Nation Educational, Scientific and Cultural Organization--
menetapkan Batik Indonesia sebagai sebuah keseluruhan teknik, teknologi,
pengembangan motif dan budaya yang terkait dengan batik tersebut sebagai
karya agung warisan kemanusiaan untuk budaya lisan dan nonbendawi
35
(Masterpiece of The Oral and Intangible Heritage of Humanity) yaitu pengakuan
internasional bahwa batik Indonesia adalah bagian kekayaan peradaban manusia.

Batik, dari sisi etimologi --cabang ilmu linguistik yang mempelajari asal-usul suatu
kata--, batik merupakan gabungan dari dua kata bahasa Jawa, yaitu “amba” yang
berarti menulis, dan “titik” yang berarti titik (tanda kata, disimbolkan . ). Kata batik
merujuk pada dua hal, yaitu :

 Teknik pembuatan corak


 Pewarnaan kain dengan malam (lilin)

Berdasarkan literatur tekstil Internasional, rujukan dua hal tersebut


memberikan definisi batik sebagai wax-resist dyeing, yaitu bagian kain
tertentu yang ditutupi malam/lilin, sehingga zat pewarna tidak akan
terserap pada bagian kain pada saat pewarnaan.

(5) Pengerjaan logam


(6) Sistem mata uang sendiri
(7) Ilmu teknologi pelayaran
(8) Astronomi
(9) Pertanian Sawah
(10) Birokrasi pemerintahan yang teratur

Sepuluh butir ketrampilan budaya tersebut bukan dari pemberian bangsa Hindu
dari India. Kalau teori itu benar berarti keberadaan gamelan dan wayang sudah
ada sejak jaman prasejarah. Namun tahun yang tepat sulit diketahui karena pada
masa prasejarah masyarakat belum mengenal sistem tulisan. Tidak ada bukti-bukti
tertulis yang dapat dipakai untuk melacak dan merunut gamelan pada masa
prasejarah.

Gamelan adalah produk budaya untuk memenuhi kebutuhan manusia akan


kesenian. Kesenian merupakan salah satu unsur budaya yang bersifat universal.
Ini berarti bahwa setiap bangsa dipastikan memiliki kesenian, namun wujudnya
berbeda antara bangsa yang satu dengan bangsa yang lain. Apabila antar bangsa
terjadi kontak budaya maka keseniannya pun juga ikut berkontak sehingga dapat
terjadi satu bangsa akan menyerap atau mengarn bila unsur seni dari bangsa lain
disesuaikan dengan kondisi seternpat. Oleh karena itu sejak keberadaan gamelan
sampai sekarang telah terjadi perubahan dan perkembangan, khususnya dalam
kelengkapan ansambelnya.

36
Istilah “karawitan” yang digunakan untuk merujuk pada kesenian gamelan
banyak dipakai oleh kalangan masyarakat Jawa. Istilah tersebut mengalami
perkembangan penggunaan maupun pemaknaannya. Banyak orang memaknai
“karawitan” berangkat dari kata dasar “rawit” yang berarti kecil, halus atau rumit.
Konon, di lingkungan kraton Surakarta, istilah karawitan pernah juga digunakan
sebagai payung dari beberapa cabang kesenian seperti: tatah sungging, ukir, tari,
hingga pedhalangan (Supanggah, 2002:5¬6).

Dalam pengertian yang sempit istilah karawitan dipakai untuk menyebut suatu
jenis seni suara atau musik yang mengandung salah satu atau kedua unsur berikut
(Supanggah, 2002:12):
(1) menggunakan alat musik gamelan – sebagian atau seluruhnya baik berlaras
slendro atau pelog – sebagian atau semuanya.
(2) menggunakan laras (tangga nada slendro) dan / atau pelog baik instrumental
gamelan atau non-gamelan maupun vocal atau carnpuran dari keduanya.Gamelan
Jawa sekarang ini bukan hanya dikenal di Indonesia saja, bahkan telah
berkembang di luar negeri seperti di Amerika Serikat, Inggris, Jepang, Canada.
Karawitan telah ‘mendunia’. Oleh karna itu cukup ironis apabila bangsa Jawa
sebagai pewaris langsung malahan tidak mau peduli terhadap seni gamelan atau
seni karawitan pada khususnya atau kebudayaan Jawa pada umumnya. Bangsa
lain begitu tekunnya mempelajari gamelan Jawa, bahkan di beberapa negara
memiliki seperangkat gamelan Jawa. Sudah selayaknya masyarakat Jawa
menghargai karya agung nenek moyang sendiri.
Sumber data tentang gamelan

Kebudayaan Jawa setelah masa prasejarah memasuki era baru yaitu suatu masa
ketika kebudayaan dari luar -dalam hal ini kebudayaan India- mulai berpengaruh.
Kebudayaan Jawa mulai memasuki jaman sejarah yang ditandai dengan adanya
sistem tulisan dalam kehidupan masyarakat. Dilihat dari perspektif historis selama
kurun waktu antara abad VIll sampai abad XV Masehi kebudayaan Jawa, mendapat
pengayaan unsur-unsur kebudayaan India. Tampaknya unsur-unsur budaya India
juga dapat dilihat pada kesenian seperti gamelan dan seni tari. Transformasi
budaya musik ke Jawa melalui jalur agama Hindu-Budha.

Keberadaan gamelan ditemukan di dalam sumber verbal yakni sumber – sumber


tertulis yang berupa prasasti dan kitab-kitab kesusastraan yang berasal dari masa
Hindu-Budha dan sumber piktorial berupa relief yang dipahatkan pada bangunan
candi baik pada candi-candi yang berasal dari masa klasik Jawa Tengah (abad ke-7
sampai abad ke-10) dan candi-candi yang berasal dari masa klasik Jawa Timur yang
lebih muda (abad ke-11 sampai abad ke¬15) (Haryono, 1985). Dalam sumber-
sumber tertulis masa Jawa Timur kelompok ansambel gamelan dikatakan sebagai
“tabeh – tabehan” (bahasa Jawa baru ‘tabuh-tabuhan’ atau ‘tetabuhan’ yang
berarti segala sesuatu yang ditabuh atau dibunyikan dengan dipukul).
37
Zoetmulder menjelaskan kata “gamèl” dengan alat musik perkusi yakni alat
musik yang dipukul (1982). Dalam bahasa Jawa ada kata “gèmbèl” yang berarti
‘alat pemukul’. Dalam bahasa Bali ada istilah ‘gambèlan’ yang kemudian mungkin
menjadi istilah ‘gamelan’. Istilah ‘gamelan’ telah disebut dalam kaitannya dengan
musik. Namur dalam masa Kadiri (sekitar abad ke¬13 Masehi), seorang ahli musik
Judith Becker malahan mengatakan bahwa kata ‘gamelan’ berasal dari nama
seorang pendeta Burma dan seorang ahli besi bernama Gumlao. Kalau pendapat
Becker ini benar adanya, tentunya istilah ‘gamelan’ dijumpai juga di Burma atau di
beberapa daerah di Asia Tenggara daratan, namun ternyata tidak.
Gambaran instrument gamelan pada relief candi

Pada beberapa bagian dinding candi Borobudur dapat 17 dilihat jenis-jenis


instrumen gamelan yaitu: kendang bertali yang dikalungkan di leher, kendang
berbentuk seperti periuk, siter dan kecapi, simbal, suling, saron, gambang. Pada
candi Lara Jonggrang (Prambanan) dapat dilihat gambar relief kendang silindris,
kendang cembung, kendang bentuk periuk, simbal (kècèr), dan suling. Gambar
relief instrumen gamelan di candi-candi masa Jawa Timur dapat dijumpai pada
candi Jago (abad ke -13 M) berupa alat musik petik: kecapi berleher panjang dan
celempung. Sedangkan pada candi Ngrimbi (abad ke – 13 M) ada relief reyong (dua
buah bonang pencon).

Sementara itu relief gong besar dijumpai di candi Kedaton (abad ke-14 M), dan
kendang silindris di candi Tegawangi (abad ke-14 M). Pada candi induk Panataran
(abad ke-14 M) ada relief gong, bendhe, kemanak, kendang sejenis tambur; dan di
pandapa teras relief gambang, reyong, serta simbal. Relief bendhe dan terompet
ada pada candi Sukuh (abad ke-15 M). Berdasarkan data-data pada relief dan
kitab-kitab kesusastraan diperoleh petunjuk bahwa paling tidak ada pengaruh
India terhadap keberadaan beberapa jenis gamelan Jawa. Keberadaan musik di
India sangat erat dengan aktivitas keagamaan. Musik merupakan salah satu unsur
penting dalam upacara keagamaan (Koentjaraningrat, 1985:42-45). Di dalam
beberapa kitab-kitab kesastraan India seperti kitab Natya Sastra seni musik dan
seni tari berfungsi untuk aktivitas upacara, keagamaan (Vatsyayan, 1968). Secara
keseluruhan kelompok musik di India disebut ‘vaditra’ yang dikelompokkan
menjadi 5 kelas.

Yakni:

1. Tata (instrumen musik gesek)

2. Begat (instrumen musik petik)

3. Sushira (instrumen musik tiup)


38
4. Dhola (kendang)

5. Ghana (instrumen musik pukul).

Pengelompokan yang lain adalah:

(1) Avanaddha vadya, bunyi yang dihasilkan oleh getaran selaput kulit karena
dipukul.
(2) Ghana vadya, bunyi dihasilkan oleh getaran alat musik itu sendiri.
(3) Sushira vadya, bunyi dihasilkan oleh getaran udara dengan ditiup.
(4) Tata vadya, bunyi dihasilkan oleh getaran dawai yang dipetik atau
digesek.
Klasifikasi tersebut dapat disamakan dengan membranofon (Avanaddha
vadya), ideofon (Ghana vadya), aerofon (sushira vadya), kordofon (tata
vadya). Irama musik di India disebut “laya” dibakukan dengan
menggunakan pola ‘tala’ yang dilakukan dengan kendang. Irama tersebut
dikelompokkan menjadi: druta (cepat), madhya (sedang), dan vilambita
(lamban).

Filosofi Gamelan Jawa

Secara filosofis gamelan Jawa merupakan satu bagian yang tak


terpisahkan dari ke-hidupan masyarakat Jawa. Hal demikian disebabkan
filsafat hidup masyarakat Jawaberkaitan dengan seni budayanya yang
berupa gamelan Jawa serta berhubungan eratdengan perkembangan religi
yang dianutnya. Pada masyarakat jawa gamelan mempunyai fungsi
estetika yang berkaitan dengan nilai-nilai sosial, moral dan spiritual.

39
Gamelan memiliki keagungan tersendiri, buktinya bahwa dunia pun
mengakui gamelan adalah alat musik tradisional timur yang dapat
mengimbangi alat musikbarat yang ser-ba besar. Gamelan merupakan alat
musik yang luwes, karena dapatberfungsi juga bagi pendidikan.Pada masa
sekarang ini ada kecenderungan perbedaan persepsi yang dilakukanoleh
generasi-generasi muda melalui berbagai atraksi kebudayaan yang pada
segi-segilain kelihatan agak menonjol, tetapi ditinjau dari segi yang lain lagi
merupakankemun-duran, terutama yang menyangkut gerak-gerak tari dan
penyuguhan gendhing-gendhing yang dikeluarkan.

Anak muda terlihat tak tertarik gamelan karena tidak adayang


mengenalkan. Selain itu tidak ada yang mengajarkan. Itu tidak bisa
disalahkankarena mayoritas orang tua, bahkan lingkungan sekolah, tidak
mendukung anak mengenal gamelan. Bagi generasi muda, gamelan sulit
diminati kalau dibunyikan seperti masa-masa dulu pada era orang tua atau
kakek dan nenek mereka. Anak mudasekarang lebih menyukai jika
membunyikan gamelan sesuka mereka dan dipasangkan dengan alat musik
dan seni apa saja.

Walaupun begitu, lewat cara-cara inilah gamelanmen-dapat jalan untuk


lestari. Gamelan bukan sekadar alat musik tradisional atau obyek, namun
ada spirit di dalamnya, yakni kebersamaan. Yang penting di sini adalah
manusianya, yaitu bagaimana mereka merasa dekat dengan gamelan.
Perludipikirkan pula demi kelestarian kebudayaan kita sendiri yang
sungguh-sungguhAdhi Luhur, penuh dengan estetika, keharmonisan,
ajaran-ajaran, filsafat-filsafat,tatakrama, kemasya-rakatan, toleransi,
pembentukan manusia-manusia yangbermental luhur, tidak lepas pula
sebagai faktor pendorong insan dalam beribadahterhadap Tuhan, yaitu
dengan sarana kerja keras dan itikat baik memetri atau menjagaseni dan
budaya sendiri.

Jangan sampai ada suatu jurang pemisah atau gap dengansesepuh yang
benar-benar mumpuni (ahli). Bahkan komunikasi perlu dijaga sebaik-
baiknya dengan sesepuh sebagai sumber atau gudang yang masih
menyimpanberbagai ilmu yang berhubungan dengan masalah kebudayaan
itu sendiri, terutamapara empu-empu karawitan, tari dsb.Untuk tetap
melestarikan kebudayaan seni musik gamelan di Indonesia agar tidakdicap
sebagai kesenian musik kebudayaan oleh negara lain adalah dengan cara
memperkenalkan seni musik gamelan kepada generasi muda sedini
mungkin, yaitu seni musik gamelan di masukan kedalam mata pelajaran
kesenian atau bahkan di kenalkan dari taman kanak-kanak.

Selain dengan cara memperkenalkan seni musik gamelan sedini mungkin


juga tetap menjalin silahturahmi antara sesepuh yang ahli dalam kesenian
40
gamelan sehingga tidak ada jarak pemisah antara generasi muda dan tua.
Sehingga ada yang mengajari dan yang memperkenalkan kesenian
gamelan agar tetap lestari.

(Sumber : https://shierlymusics.wordpress.com/2012/02/22/filosofi-gamelan- jawa/ )

Nilai Nilai yang terkandung dalam Gamelan

1. Nilai Estetika

Gamelan yang lengkap mempunyai kira-kira 72 alat dan dapat dimainkan oleh
niyaga (penabuh) dengan disertai 10 – 15 pesinden dan atau gerong. Susunannya
terutama terdiri dari alat-alat pukul atau tetabuhan yang terbuat dari logam. Alat-
alat lainnya berupa kendang, rebab (alat gesek), gambang yaitu sejenis xylophon
dengan bilah-bilahnya dari kayu, dan alat berdawai kawat yang dipetik bernama
siter atau celepung. Dari semua perangkat gamelan merupakan karya seni agung
yang indah dari budaya Indnesia. Keindahan music memberikan nuansa keindahan
yang unik yaitu campuran antara nuansa spiritual, etnik buadaya, keluwesan serta
mendidik.

2. Nilai Histori

Menurut sejarahnya, gamelan Jawa juga mempunyai sejarah yang panjang.


Seperti halnya kesenian atau kebudayaan yang lain, gamelan Jawa dalam
perkembangannya juga mengalami perubahan-perubahan. Perubahan terjadi
pada cara pembuatannya, sedangkan perkembangannya menyangkut kualitasnya.
Dahulu pemilikan gamelan ageng Jawa hanya terbatas untuk kalangan istana. Kini
siapapun yang berminat dapat memilikinya sepanjang bukan gamelan-gamelan
Jawa yang termasuk dalam kategori pusaka.

3. Nilai Budaya

Gamelan Jawa merupakan salah satu seni budaya yang diwariskan oleh para
pendahulu dan sampai sekarang masih banyak digemari serta ditekuni. Secara
hipotetis, Brandes (1889) mengemukakan bahwa masyarakat Jawa sebelum
adanya pengaruh Hindu telah mengenal sepuluh keahlian, di antaranya adalah
wayang dan gamelan.

4. Nilai Spiritual/Religius

Nilai spiritual merupakan nilai tertinggi dan bersifat mutlak karena bersumber
pada Tuhan Yang Maha Esa. Segala hal yang berhubungan dengan mistis yang ada
pada gamelan misalnya: perlunya membuat sesaji sebelum pementasan, larangan
41
melangkahi perangkat gamelan, ataupun perlunya memandikan gamelan dalam
waktu-waktu tertentu tidak hanya membutuhkan rasionalisasi, namun juga
normalisasi persepsi.Dipergunakannya gamelan sebagai sarana pengiring upacara
karena esensinya adalah untuk membimbing pikiran umat ketika sedang
mengikuti prosesi agar terkonsentrasi pada kesucian sehingga pada saat
persembahyangan pikiran fokus kepada keberadaan Tuhan (Ida Sang Hyang
Widhi).

Jadi jelas bahwa dalam konteks tersebut gamelan memiliki nilai religius di mana
keberadaan gamelan sebagai pengiring upacara keagamaan di suatu wilayah suci
hal tersebut dapat menambah religiusitas sebuah prosesi keagamaan.Dalam masa
perkembangan Islam di Jawa, gamelan merupakan sarana akulturasi antara nilai
yang terkandung dalam pesan budaya dengan nilai Islam. Seni di manfaatkan
sebagai media transformasi nilai agama dan pemahaman yang empirik, misalnya
pada syair-syairnya.

5. Nilai Demokrasi

Dilihat dari kacamata pancasila, nilai gamelan yang lain akan berhubungan
dengan sila keempat, Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat dalam
Permusyawaratan dan Perwakilan. Dari sini permainan gamelan akan
mencerminkan nilai demokratis. Dalam permainan gamelan terdapat perangkat-
perangkat terciptanya demokratisasi. Kendhang sebagai pemimpin dan
pengendali disini terdapat peran pengaturan yang dianalogikan sebagai eksekutif.
Sementara gong sebagai tanda pemberhentian atau pengawasan terhadap
jalannya permainan. Gong juga berperan menutup sebuah irama musik yang
panjang dan memberi keseimbangan setelah sebelumnya musik dihiasi oleh irama
gending, dianalogikan sebagai yudikatif. Sedangkan kenong adalah legislatif yang
mewakili perangkat lainnya selain kedua alat tadi.

6. Nilai Social

Permainan musik gamelan memberikan nuansa sosial yang merekatkan antar


para pemain gamelan. Kerjasama dan toleransi turut mengisi dalam kebersamaan
dalam suara dalam gamelan. Pada zaman wali songopun gamelan sebagai sarana
untuk mempererat hubungan toleransi antar umat beragama.

7. Nilai Filosofis

Nilai-nilai filosofi dalam gamelan adalah nilai-nilai keharmonisan hubungan


manusia baik secara horizontal maupun vertical dengan sang maha penciptanya.

42
8. Nilai Psykologi

Orang yang biasa berkecimpung dalam dunia karawitan, rasa kesetiakawanan


tumbuh, tegur sapa halus, tingkah laku sopan. Semua itu karena jiwa seseorang
menjadi halus seperti gendhing – gendhing.Lewat nada-nada musik tersebut
manusia melakukan pemujaan dan perenungan spiritual. Nada-nada musik bukan
sekedar seni, tetapi merupakan bahasa jiwa, spirit kehidupan, musik Sang Maha
Pencipta, bahasa pertama yang menjadi asal muasal kehidupan. Melalui media
musik tersebut orang bisa melakukan penjernihan fikir, penjernihan hati dan
pemurnian jiwa yang berujung pada penyembuhan psikologis. Dr. Masaru Emoto
membuktikan bahwa musik dapat mempengaruhi air, sehingga musik yang indah
akan membuat air membentuk kristal hexagonal yang indah.

Memahami bahwa baik manusia, hewan dan tanaman mengandung air, maka
suara musik akan mempengaruhi semua makhluk hidup. Organ-organ manusia
mempunyai getaran dengan berbagai frekuensi. Walau frekuensi yang dapat
didengar manusia berkisar 20 Hz-20 KHz, frekuensi suara berbagai alat gamelan
sangat bervariasi dan memungkinkan terjadinya frekuensi yang sama dengan
organ tubuh. Bila getaran suara Gamelan mempunyai frekuensi yang sama dengan
suatu organ tubuh yang lemah, maka resonansi yang terjadi dapat memperkuat
dan menyembuhkan organ yang bersangkutan.

(Sumber : http://seni-wayang.blogspot.co.id/2014/05/nilai-tersembunyi-dalam-gamelan.html )

Jenis Jenis Gamelan

Gamelan Jawa menurut bahannya ada yang terbuat dari tembaga dan rejasa
(timah putih) dengan perbandingan tembaga 10 rejasa 3 sehingga disebut gangsa
(gamelan) dari kata tiga dan sedasa (sepuluh). Gamelan ini disebut gamelan
perunggu. Selain dari tembaga dan timah putih, ada juga yang dibuat dari bahan
besi dan dari kuningan. Gamelan merupakan unsur penting dalam dunia
pewayangan. Sebagai pengiring pagelaran, diperkirakan gamelan sudah
disertakan sejak awal penciptaan seni wayang, walaupun perangkat gamelan itu
masih sederhana. Selain merupakan perangkat dan pengiring pergelaran wayang,
gamelan juga dimanfaatkan dalam berbagai seni lain, termasuk seni suara, tari,
dan kawaritan

Beberapa jenis gamelan menurut fungsinya :

1. Gamelan Gedhe

Gamelan ini terdiri dari ricikan yang lengkap antara laras slendro dengan
laras pelog. Gamelan ini biasanya digunakan pada keperluan
konser karawitan atau uyon-uyon.

43
2. Gamelan Wayangan

Dilihat dari namanya, gamelan ini biasanya digunakan untung mengiringi


pertunjukan wayang. Di lingkungan Keraton Surakarta, gamelan wayangan terdiri
dari kendang, gender barung, gender penerus, slentrem, saron barung dua buah,
demung, gambang, seruling, siter, kecer, ketuk, kempyang, kenong, kempul, dan
gong suwukan. Sedangkan untuk gamelan laras pelog juga digunakan untung
mengiringi wayang madya dan wayang gedog.

3. Gamelan Pakurmatan

Gamelan ini dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :

– Gamelan Monggang, di lingkungan keraton Surakarta biasanya digunakan


untuk mengiringi Grebeg Mulud pada saat keluarnya gunungan.
– Gamelan Carebaen, gamelan ini dimainkan di kalangan rumah keluarga
keraton pada saat punya hajat sebagai simbol untuk menghormati para tamu
yang datang.
– Gamelan Kodhok Ngorek, di daerah keraton Surakarta biasanya dimainkan
gamelan ini pada saat raja mengkhitankan putranya. Selain itu gending kodhok
ngorek juga digunakan untuk mengiringi acara perkawinan.

4. Gamelan Sekaten

Alat musik ini biasanya hanya dimainkan dalam sekali dalam setahun di keraton
Yogyakarta dan Surakarta yaitu untuk memperingati lahirnya Nabi Muhammad
SAW. Selain itu gamelan ini dimainkan di halaman Masjid Agung pada tanggal 6 –
12 Mulud (pada bulan jawa). Gamelan Sekaten merupakan gamelan jawa yang
ditambah gong yang berlaras pelog terdiri dari tujuh nada yang hampir
mempunyai kemiripan dengan piano dan kebanyakan terbuat dari perunggu, dan
44
terdengar aneh disebagian besar kuping masyarakat Jawa pada saat itu. Gamelan
Sekaten dicetuskan oleh sunan Gunung Jati di Demak dengan membuat dua buah
gamelan, atau pada pertengahan abad 16, tetapi mulai terkenal pada masa sunan
kalijaga. Gamelan Sekaten ini memang dikhususkan untuk penyebaran agama
islam . Gamelan ini biasanya dipakai untuk upacara – upacara kebesaran yang
berkaitan dengan kegiatan Islam.

Sebenarnya Upacar Islam tidak hanya mengamdalkan Gamelan Sekaten saja,


tetapi juga menggunakan Gunungan.
Nilai-nilai filosofis keislaman dari gamelan sekaten pada saat upacar maulidan
diadakan di keratin sebagai tanda bukti menghormati Nabi Muhammad SAW.
Sebenarnya sunan Kalijaga memakai gamelan jawa sebagai alat mediasi untuk
berdakwah saja, tanpa gamelan jawa harus benar-benar disakralkan. Menurut
beliau bahwa kita ingin menyampaikan sesuatu, maka kita mesti tahu budaya
setempat, karena tidak mudah memindahkan prinsip hindu-budha orang
jawa(agama sebelum islam yang masuk ke Jawa). Sunan Kalijaga memaknai bahwa
permainan gamelan yang diakhiri dengan syahadat akan makin menambah
kedekatan atau keimanan dengan sang Tuhan.

Saat Sunan Kalijaga mengajarkan tentang syahadat dan zikir, maka suasana
harus hening dan tenang. Terakadang Sunan Kalijaga membuat doa-doa dengan
bahasa Jawa itu hanya untuk menghargai kebudayaan jawa saja.
Kesimpulannya adalah sebenarnya nilai-nilai filosofi keislaman dari gamelan
sekaten dahulu ( ketika penyebaran islam yang dilakukan oleh sunan Gunung Jati,
sunan Kalijaga, dan sunan Agung) sampai sekarang (melalui pendekatan
masyarakat dengan sang khalik lewat jalan keratin) yang tidak pernah lepas dari
pengaruh sufistik yang berbasis salafi, seperti contoh yaitu ketika sebagian besar
masyarakat jawa yang Beragama islam mengadakan upacara yang sacral (ada
konsep sufi disini), untuk merayakan hari besar kelahiran Nabi Muhammad
(mauled Nabi Muhammad) yang tidak lepas dari syahadat, yang diadakan oleh
keraton)

5. Gamelan Gadhon

45
Jenis gamelan yang satu ini hanya terdiri dari: kendang, siter, gender, slentem,
gambang dan gong saja. Alat musik ini digunakan untuk keperluan orang yang
mempunyai hajad climen (sederhana), seperti khitanan, lima setelah hari
kelahiran anak (sepasaran bayi), pindah rumah, ulang tahun dan lainnya. “ Kunst
“ menyebutkan bahwa gamelan Gadon terdiri dari : Gambang, Rebab, Gender, dan
Kendhang ( Tabuhan Tangan 2 )
6. Gamelan Cokek

Jenis gamelan ini hanya digunakan untuk mengamen saja. Untuk instrumennya
hanya terdiri dari kendang, siter dan gong bumbung (gong dari kayu). dalah
sebuah orkes kecil khas daerah ibu kota, Jakarta. Musik gamelan ini sudah mulai
berkembang saat Jakarta masih
menyandang nama Batavia atau Betawi (menurut logat penduduk asli). Adapun
komponennya terdiri dari sebuah gambang kayu (Inggris:Xylophpne]],
sebuah rebab, sebuah suling ditambah dengan sebuah kempul. Selain alat-alat
tersebut, sering kali pemain juga menambah instrumen musik yang lain,
seperti kenong, ketuk, kecak, dan kendang.
Orkes ini biasanya digunakan sebagai musik pengiring
sebuah permainan rakyat yang dikenal dengan nama wayang cokek.[1]Permainan
yang satu ini merupakan kombinasi antara nyanyian dan tarian yang kerap kali
dilakukan oleh wanita. Menurut pengamatan budayawan Tionghoa yang
bernama David Kwa, wayang ini semula tidak hanya menyanyi, namun juga
membawakan peran dalam sebuah pertunjukan opera. Hal ini diperkuat dengan
adanya riwayat Oei Tamba Sia dalam Kesastraan Melayu Tionghoa dan
Kebangsaan Indonesia jilid 5, di mana Oei digambarkan memiliki hubungan
dengan wayang si Botan.
Para penari dalam orkes kecil ini asal mulanya adalah budak-budak belian
(Inggris:slave girls). Seiring dengan waktu, akhirnya budak-budak tersebut diganti

46
oleh wanita biasa yang berasal
dari kalangan penduduk. Saat pertunjukan, rambut mereka yang panjang terurai
dikepang (koncet), sedang untuk pakaiannya, seringkali menggunakan baju
kurung.
7. Gamelan Senggani (Sengganen)

Gamelan ini dibuat dari besi dan kuningan yang berbentuk dari bilah dengan
ukuran yang lebih kecil, sehingga lebih ringan dan praktis. Alat musik ini terdiri
dari: bonang barung, bonang penerus, demung, saron, slentem, kendang,kenong
dan kempul saja. Fungsi dari gamelan in hanya sebagai latihan karawitan di desa-
desa untuk mengiringi tari tayub.

(Sumber : http://www.hadisukirno.co.id/artikel-detail.html?id=Jenis-Jenis_Gamelan )

Perkembangan Seni Karawitan Jawa di Indonesia

Seni Karawitan Jawa merupakan salah satu karya seni asli masyarakat Indonesia.
Keberadaannya sangat popular pada zaman dahulu sehingga kehadirannya di
tengah-tengah masyarakat jawa dapat mengakar ke dalam setiap jiwa
masyarakatnya pada masa itu. Perkembangan suatu karya seni selalu menjadi
daya tarik tersendiri, bagaimana kesenian tersebut dapat bertahan dalam
perputaran zaman yang semakin modern. Begitu juga seni karawitan jawa yang
merupakan seni klasik yang dapat dianggap juga sebagai music klasiknya orang
barat.

Pada tugas makalah mata kuliah karawitan jawa ini, penulis mencoba untuk
menjabarkan perkembangan seni karawitan jawa di Indonesia. Di mulai dari
pengertian karawitan itu sendiri, sejarah kseni karawitan jawa, kedudukan seni
karawitan jawa di masyarakat, tujuan pelestarian seni karawitan jawa,

47
perkembangan seni karawitan jawa pada zaman sekarang dan kendala-kendala
yang dihadapi dalam upaya pelestarian seni karawitan jawa di Indonesia.

Karawitan secara umum adalah kesenian yang meliputi cabang seni yang
mengandung unsur-unsur keindahan, halus serta rumit atau ngrawit. Pengertian
karawitan secara khusus adalah ekspersi jiwa manusia yang diungkapkan melalui
media suara baik vocal maupun instrumentalyang berlaraskan slendro atau pelog
(Sangarimbun 1992: 14).
Pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa karawitan adalah suatu jenis
karya seni yang merupakan ekspresi jiwa manusia yang melalui media maupun
tidak. Media yang digunakan biasanya secara instrumental, mengiringi, yang
berupa suatu set gamelan jawa. Gamelan ini terdiri dari beberapa alat musik,
seperti gender, slentem, bonang, kenong, kethuk, kendhang, peking, saron, gong
dan masih banyak lagi.
Alat-alat musik itu tidak dapat dimainkan secara sendirian, melainkan bersama-
sama sehingga menimbulkan suatu singkronisasi suara yang indah yang dapat
mengiringi suatu lagu. Seni suara (vokal) yang terdapat di dalam karawitan
biasanya disebut tembang. Tembang sebagai karya sastra dengan patokan-
patokan yang sudah tertentu cara membacanya harus dilagukan. Tembang dalam
penyajiannya dapat dilakukan dengan iringan gamelan atau tanpa iringan
gamelan. (Sangarimbun 1992: 14--15). Unsur atau elemen pokok yang terdapat
dalam karawitan ialah gamelan, laras dan pathet. Gamelan adalah alat music
tradisional jawa, bali dan sunda yang pada dasarnya menggunakan laras, slendro
dan pelog. Laras ialah susunan nada yang di dalam satu oktaf sudah tertentu.
Pathet merupakan wilayah atau susunan nada di dalam laras, dan nada-nada
tersebut mempunyai fungsi dan kedudukan sendiri-sendiri (Sangarimbun 1992:
17--18).

Gamelan Jawa merupakan seperangkat instrumen sebagai pernyataan musikal


yang sering disebut dengan istilah karawitan. Dalam mitologi Jawa, Gamelan
diciptakan oleh Sang Hyang Guru pada Era Saka, Dewa yang menguasai seluruh
tanah Jawa, dengan istana di gunung Mahendra di Medangkamulan (sekarang
Gunung Lawu). Sang Hyang Guru pertama-tama menciptakan gong untuk
memanggil para dewa, dan untuk pesan yang lebih khusus Ia kemudian
menciptakan dua gong, lalu akhirnya terbentuk seperangkat Gamelan. Sebagian
besar alat musik Gamelan terdiri dari alat musik perkusi yang dimainkan dengan
cara dipukul atau ditabuh. Oleh sebab itu pada waktu orang memainkan alat musik
Gamelan biasanya disebut “nggamel”. Nggamel adalah bahasa Jawa yang berarti
Memukul / Menabuh. Inilah sebenarnya asal usul kata gamelan.
Dahulu pemilikan gamelan ageng Jawa hanya terbatas untuk kalangan istana. Kini
48
siapapun yang berminat dapat memilikinya sepanjang bukan gamelan-gamelan
Jawa yang termasuk kategori pusaka.
Secara filosofis gamelan jawa merupakan satu bagian yang tak terpisahkan dari
kehidupan masyarakat Jawa. Hal demikian disebabkan filsafat hidup masyarakat
Jawa berkaitan dengan seni budayanya yang berupa gamelan Jawa serta
berhubungan dekat dengan perkembangan religi yang dianutnya. Bagi masyarakat
Jawa gamelan mempunyai fungsi estetika yang berkaitan dengan nilai-nilai sosial,
moral dan spiritual. Kita harus bangga memiliki alat kesenian tradisional gamelan.
Keagungan gamelan sudah jelas ada. Duniapun mengakui bahwa gamelan adalah
alat musik tradisional timur yang dapat mengimbangi alat musik barat yang serba
besar. Di dalam suasana bagaimanapun suara gamelan mendapat tempat di hati
masyarakat. Gamelan dapat digunakan untuk mendidik rasa keindahan seseorang.
Orang yang biasa berkecimpung dalam dunia karawitan, rasa kesetiakawanan
tumbuh, tegur sapa halus, tingkah laku sopan. Semua itu karena jiwa seseorang
menjadi sehalus gendhing-gendhing. Gamelan dibunyikan atau digunakan untuk
mengiringi pergelaran wayang, mengiringi tari-tarian, mengiringi upacara sekaten,
upacara kenegaraan/keagamaan, mengiringi klenengan untuk hal-hal tertentu
(upacara nikah, ngundhuh mantu dan lain-lain). Seni karawitan (musik pentatonis)
mendapatkan kedudukan yang istimewa di dunia seni pertunjukan Indonesia.
Tentu saja, pernyataan ini tidak sekedar pujian atau basi-basi tanpa alasan. Di
Surakarta dan Yogyakarta (eks ibukota kerajaan) yang hingga sekarang menjadi
pusat budaya (kesenian), seni karawitan dapat berkembang bebas, baik di
lingkungan njeron beteng (kraton) maupun luar kraton. Hampir setiap kelurahan
di Yogyakarta memiliki seperangkat gamelan (alat musik Jawa), bahkan ada yang
lebih dari satu unit. Belum lagi gamelan milik personal, baik dari kalangan
bangsawan kraton, seniman maupun masyarakat biasa. Di sela-sela kesibukan
masyarakat, dapat dipastikan ada aktivitas nabuh gamelan yang dilakukan rutin
berkala. Ada kelompok yang beranggotakan pria dewasa, wanita dewasa, remaja
serta anak-anak.

Tujuan pelestarian seni karawitan jawa sudah jelas, yaitu melestarikan


keberadaan seni karawitan jawa di masyarakat agar tidak punah. Hal ini
dikarenakan seni karawitan jawa merupakan asaet budaya yang besar yang
dimiliki oleh masyarakat Indonesia pada umumnya dan masyarakat jawa pada
khususnya. Suatu asset besar bangsa Indonesia jika hilang atau pun punah akan
menjadi suatu kehilangan yang sangat besar. Sejarah akan sangat kecewa jika pada
akhirnya seni karawitan jawa yang merupakan suatu mahakarya orang-orang
terdahulu tidak diteruskan oleh generasi muda zaman sekarang.

49
Lantas, bagaimanakah perkembangan pelestarian seni karawitan jawa di zaman
sekarang? Upaya pelestarian seni karawitan jawa telah digalakkan oleh berbagai
kalangan. Mengingat begitu pentingnya pelestarian seni karawitan jawa ini.
Upaya-upaya pelestarian diantaranya dengan memasukkan muatan lokal jawa
pada sekolah dasar, memasukkan kurikulum pendidikan jawa pada sekolah
menengah dan lanjutan atas, membuka kelas karawitan jawa pada universitas,
menyediakan seperangkat gamelan pada instansi pemerintah dan lain sebagainya.
Semua hal itu bertujuan untuk melestarikan seni karawitan jawa agar tidak
hilang atau punah. Namun, semua hal itu tidak akan berhasil jika tidak ada
dukungan dari berbagai pihak, terutama pemerintah dan generasi muda yang akan
meneruskan seni karawitan jawa ini. Upaya lain yang dilakukan adalah
mempromosikan seni karawitan jawa pada dunia luar, negara lain, yang akhir-
akhir ini sangat gencar dilakukan untuk mengenalkan salah satu karya seni bangsa
Indonesia. Sebagai contoh yaitu didirikannya sebuah perkumpulan yang khusus
untuk memainkan gamelan di Belanda, Amerika Serikat dan negara-negara lain.
Mereka menikmati setiap alunan musik yang dihasilkan oleh gamelan jawa dan
menyanyikan dengan penuh ketentraman dan semnagat yang tinggi. Dampak
pengenalan pada dunia luar dapat positif maupun negatif. Positif karena seni
karawitan jawa dapat terus dilestarikan dan bahkan lebih luas pengenalannya
hingga mancanegara. Negatif yang ditimbulkan dapat berupa pengakuan dari
negara lain karena merasa lebih melestarikan ataupun sama-sama berasal dari
negaranya. Hal itulah yang harus dihindari agar seni karawitan jawa tetap lestari,
namun tidak diakui negara lain. Upaya tersebut dapat terwujud jika ada dorongan
yang kuat di dalam setiap diri masyarakat Indonesia untuk melestarikan seni
karawitan jawa ini.

Banyak kendala yang ditemui dalam upaya pelestarian seni karawitan jawa di
Indonesia. Kendala-kendala tersebut seperti kurangnya dana untuk membeli
seperangkat gamelan yang cukup mahal. Mahalnya perangkat gamelan jawa
disebabkan karena semakin sedikitnya produsen pembuat perangkat gamelan
jawa dan berkurangnya bahan baku pembuatannya. Selain itu, kurangnya
dukungan pemerintah dalam promosi karawitan jawa kepada masyarakat luas,
terutama masyarakat jawa. Namun, sekarang telah muncul sebuah acara di televis
yang menggunakan perpaduan gamelan jawa dan wayang orang yang dapat
menghibur masyarakat.
Selain menghibur juga dapat sebagai media pengenalan yang efektif. Kendala
lain yaitu minimnya minat generasi muda untuk menekuni seni karawitan jawa
karena lebih memilih menekuni seni lain ataupun seni dari barat. Hal ini
desebabkan karena mereka menganggap karawitan jawa sebagai karya kuno dan

50
ketinggalan zaman daripada musik/seni barat. Kemungkinan ketidakpedulian
masyarakat turutama generasi muda juga dapat menjadi fackor minimnya minat
kepada seni karawitan jawa. Selain beberapa hal yang disebutkan masih terdapat
beberapa faktor yang lain yang merupakan pengembangan dari beberapa faktor
di atas.
Tentunya dengan semakin sering kita berkarawitan, semakin tinggi cinta kita
terhadapnya. Semakin tinggi pula rasa ingin melestarikan. Pelestarian seni
karawitan jawa kini bukanlah sekadar keinginan, namun lebih merujuk kea rah
kebutuhan. Ada upaya dari para seniman jawa untuk menciptakan suasana baru,
yaitu dengan memainkan damelan sebagai instrument musik kontemporer zaman
sekarang. Upaya itu diharapkan akan meningkatkan minat generasi muda untuk
melestarikan seni karawitan jawa. Pelestarian seni kaawitan jawa bukanlah hanya
tanggungjawab para seniman, melainkan semua masyarakat Indonesia karena
karawitan jawa merupakan bagian dari budaya Indonesia yang harus dilestarikan.

(Sumber : https://firilliumchromanidas.blogspot.co.id/2011/05/perkembangan-seni-karawitan-
jawa-di.html )

51
52

Anda mungkin juga menyukai