Anda di halaman 1dari 6

Aransemen

Maulana Ilham Pambudi, S.Pd.

A. Pengertian
Dalam Kamus Bahasa Indonesia, aransemen adalah penggubahan suatu lagu yang disesuaikan

dengan komposisi musik yang ingin diciptakan oleh si pencipta aransemen, pengangkatan lagu atau

musik dari jenis pengungkapan tertentu ke jenis pengungkapan atau susunan pengungkapan yang lain

(Sugono, 2008:88). Dalam Kamus Musik, aransemen adalah gubahan lagu atau musik yang ditujukan

untuk orkes atau kelompok paduan musik, baik itu vokal maupun instrumental (Banoe, 2003:30).

Sementara dalam Ensiklopedia Musik Klasik, aransemen adalah penyesuaian komposisi musik dengan

suara penyanyi atau instrumen lain yang didasarkan pada sebuah komposisi yang telah ada sehingga

esensi musiknya tidak berubah (Syafiq, 2003:13). Menurut Purnomo (2010:25), aransemen merupakan

sebuah gubahan lagu yang ditujukan untuk kelompok musik yang berisikan vokal maupun instrumental.

Aransemen adalah suatu karya musik yang telah diubah, baik itu ditambah maupun dikurangi dari

bagian-bagian komposisi musik awalnya dengan tidak menghilangkan ciri aslinya atau

keorisinalitasannya untuk tujuan agar karya musik tersebut lebih berkualitas, lebih baik secara

komposisi, penyajian maupun estetikanya. Orang yang melakukan aransemen disebut sebagai

seorangarranger, proses aransemennya disebut aransir, dan hasil karya aransemennya disebut aransemen

(Susetyo, 2016:57).Dari berbagai macam definisi di atas tentang aransemen, dapat disimpulkan bahwa

aransemen merupakan suatu penggubahan atau suatu usaha untuk memperindah musik, baik itu vokal

maupun instrumental, sederhana maupun kompleks, dalam berbagai format dan bentuk penyajian untuk

mengadaptasi suatu bentuk musik asli ke dalam bentuk musik lain yang berbeda, namun dengan tetap

menjaga keaslian dan orisinalitas dari musik asli.

B. Tahapan Aransemen
Beberapa hal yang perlu dilakukan dan diperhatikan dalam pembuatan aransemen menurut

Purnomo (2010:25) adalah lagu dan syair, menyanyikan sebuah lagu secara lahiriah sekaligus dengan

hati. Hal lain yang juga perlu diperhatikan dalam penyusunan aransemen adalah melodi pokok, akor,

irama, instrumentasi, dan mencoba hasil aransemen (Purnomo, 2010:125-126). Secara umum terdapat

empat tahapan untuk membuat aransemen, yaitu menentukan ide dasar, membuat rancangan aransemen,

menuangkan ide dasar, dan peyelesaian aransemen.Berikut merupakan penjelasan dari tahapan-tahapan

tersebut.

1. Menentukan ide dasar


Tahap awal dari pembuatan aransemen ini adalah menentukan ide dasar. Ide dasar diperoleh

dari interpretasi terhadap lagu asli yang akan diaransemen. Dalam tahap ini dicari bagaimana tema

lagu, isi lagu, pesan yang akan disampaikan, dan makna yang terkandung dari lagu asli agar dapat

tercipta ide dasar yang sesuai dengan lagu aslinya. Artinya tahap tersebut menjaga agar ide dasar dari

lagu yang akan diaransemen tidak melenceng dengan ide dasar dari lagu asli yang akan diaransemen.

Jika sebuah lagu sudah pernah diaransemen sebelumnya, hendaknya juga dipelajari karakteristik dari

arranger yang mengaransemen lagu tersebut. Tujuannya adalah sebagai referensi dan tolak ukur

untuk aransemen yang akan diciptakan.Dengan mengumpulkan informasi tersebut, diharapkandapat

menciptakan ide dasar yang objektif dan berfungsi sebagai pondasi dari aransemen yang akan

diciptakan, sekaligus menjaga ide dasar dari lagu asli yang diaransemen agar pesan yang terkandung

di dalamnya tetap dapat tersampaikan walaupun dengan bentuk yang berbeda sekalipun.

2. Membuat rancangan aransemen

Setelah ide dasar terbentuk, tahap selanjutnya yang merupakan tahap kedua adalah membuat

rancanganaransemen. Pada tahap ini ditentukan jenis aransemen, format aransemen,

instrumentasi/pembagian suara, bagian lagu yang telah diaransemen, dan pengolahan terhadap unsur

musiknya (irama, melodi, dan harmoni).

Langkah pertama dalam membuat rancangan aransemen adalah menentukan jenis aransemen.

Jenis aransemen terdiri dari tiga jenis yaitu aransemen vokal, aransemen instrumen, dan aransemen

campuran.Aransemen vokal dapat terdiri dari dua suara, tiga suara, atau empat suara. Aransemen

instrumenberbeda dengan aransemen vokal. Aransemen instrumen harus disesuaikan dengan alat-alat

musik yang nantinya dipakai untuk memainkan lagu tersebut. Semakin lengkap alat musik yang

digunakan, semakin banyak pula kemungkinan variasi yang dapat diciptakan. Penyusunan aransemen

instrumen berpedoman pada pengetahuan ilmu harmoni dan akord. Sedangkan aransemen campuran

adalah campuran aransemen vokal dan instrumen. Teknik yang dilakukan adalah menggabungkan

dua jenis aransemen yang telah ada. Pada aransemen campuran, umumnya ditonjolkan aspek

vokalnya, sementara instrumen berfungsi sebagai pengiring sekaligus memeriahkan, sehingga

pertunjukan yang disajikan bertambah sempurna.

Langkah selanjutnya adalah menentukan format aransemen. Format aransemen disesuaikan

dengan jenis aransemen, contohnya format band, ansambel, paduan suara, vokal grup, dan lain-

lain.Setelah jenis aransemen dan format sudah dirancang, langkah selanjutnya adalah menentukan

instrumentasi/pembagian suara. Pemilihan instrumen disesuaikan dengan kebutuhan aransemen dan

kemampuan pemain. Tidak ada aturan baku pemilihan instrumen yang akan digunakan untuk

membuat rancangan aransemen, namun beberapa alat musik dapat diklasifikasikan agar lebih mudah
untuk melakukan pemilihan instrumen. Klasifikasi dapat dilihat berdasarkan fungsi alat musiknya,

yaitu alat musik melodis (recorder, biola, flute, dll), alat musik harmonis (guitar, piano, pianika, dll),

dan alat musik ritmis (drum, cajon, jimbe, dll). Sementara pembagian suara pada vokal

dipertimbangkan dari kebutuhan aransemen dan jumlah orang yang akan menyanyikan

aransemennya, pembagian suara dapat dibagi menjadi satu suara, dua suara, tiga suara, dan empat

suara atau lebih.

Langkah selanjutnya adalah menentukan bagian/struktur lagu secara keseluruhan. Beberapa

bagian yang terdapat pada sebuah lagu menurut Muttaqin (2008:132-134) adalah introduksi, transisi,

retransisi, kodeta, interlude, seksi, episode, disolusi, koda,dan postlude. Introduksi adalah seksi

instrumental di bagian permulaan suatu komposisi yang biasanya diikuti langsung oleh pernyataan

tema atau bagian utama. Transisi adalah bagian penghubung yang bersifat sebagai pengantar di

antara satu bagian ke bagian yang lain. Retransisi adalah bagian penghubung yang mengantarkan

suatu bagian kepada tema atau bagian yang sebelumnya pernah hadir. Kodeta adalah koda kecil yang

mengikuti sebuah bagian, seksi, atau tema. Interlude adalah potongan yang berdiri sendiri di antara

sebuah tema dengan pengulangannya atau di antara dua bagian yang secara umum panjangnya

berkisar di antara satu hingga delapan birama. Seksi adalah porsi komposisi yang memiliki ciri

melodi yang jelas dan diakhiri oleh kadens yang jelas. Episode adalah suatu potongan yang hanya

merupakan sebuah fragmen tematik atau yang menggunakan materi counter-thematik. Disolusi

adalah suatu tipe perluasan khusus yang di dalamnya terdapat satu atau lebih figur-figur dari materi

tematik yang langsung datang sebelumnya dan diolah secara repetisi, sekuen, dan modulasi. Koda

adalah suatu potongan yang datang setelah bagian terakhir dari tema atau bagian yang terakhir.

Postlude adalah suatu seksi yang berdiri sendiri di akhir suatu karya atau lagu yang dapat juga tampil

sebagai bagian akhir dari suatu koda.

Langkah selanjutnya adalah merancang unsur musiknya (irama, melodi, dan harmoni). Dalam

membuat sebuah aransemen, terdapat berbagai macam teknik untuk menambah kualitas hasil

aransemen.Berdasarkan unsur atau elemen musik, beberapa teknik dapat dilakukan saat melakukan

pengolahan aransemen musik. Beberapa teknikdapat dilakukan dengan memberikan pengolahan

terhadap irama, pengolahan terhadap melodi dan pengolahan terhadap harmoninya. Pengolahan dapat

juga dilakukan dari kombinasi pengolahan-pengolahan berdasarkan unsur musiknya.

Pengolahan aransemen dapat dilakukan dengan memberikan sentuhan pada salah satu

unsurnya, yaitu irama. Berikut beberapa contoh dalam pengolahan teknik aransemen ditinjau dari

segi iramanya, yaitu menggunakan teknik ostinato (pola irama yang dinyanyikan atau dibunyikan

atau terdengar berulang-ulang), ostinati (berbagai macam pola irama yang dinyanyikan atau
dibunyikan atau terdengar berulang-ulang), poliritmik (penggunaan beberapa pola irama yang

berbeda-beda secara serentak), dan sinkop (aksen kuat yang berpindah dari pulsa yang seharusnya

mendapat aksen kuat ke tempat pulsa yang tidak mendapatkan aksen) (Jamalus, 1988:14-15).

Pengolahan aransemen juga dapat dilakukan dengan memberikan sentuhan pada unsur

lainnya selain irama, yaitu melodi. Berikut beberapa contoh dalam pengolahan teknik aransemen

ditinjau dari segi melodinya, yaitu monofoni (bentuk melodi tunggal yang tidak memakai iringan),

homofoni (bentuk sebuah garis melodi yang didukung oleh iringan dengan menggunakan akor-akor

ataupun bentuk-bentuk lain), polifoni (bentuk permainan dua atau beberapa melodi yang berbeda,

dimainkan atau dinyanyikan secara bersama, kanon (sebuah lagu dengan jaringan harmonik

berbentuk imitasi dari satu bagian oleh bagian yang lain secara susul menyusl), diskan (melodi

kedua yang ditambahkan di atas melodi asli), drone (bunyi nada bass panjang sebagai iringan)

(Jamalus, 1988:33-34). Menurut Drier, 1984 (dalam Susetyo, 2016:57-58), bagian-bagian komposisi

yang diaransir, yaitu pada melodi asli yang dijadikan suara kedua dengan jarak interval terts,

kemudian suara ketiga dengan jarak interval kwint, suara keempat dengan cara contramelody, suara

bass di ambil dari tonica akor yang mengiringinya dan sebagainya. Cara tersebut dapat dikombinasi

dengan menempatkan not-not asing seperti: passing tone, neightborn, antisipation tone. Bagian-

bagian lain yang perlu dikembangkan adalah dengan membuat introduction (musik awal lagu),

interlude (musik tengah lagu) dan coda (musik akhir lagu) yang kesemuanya tidak boleh melebihi

panjangnya melodi asli. Kemudian birama kosong antara kalimat lagu dapat diisi dengan melodi

filler dan ritme filler.

Selain memberikan pengolahan terhadap irama dan melodinya, pengolahan aransemen juga

dapat dilakukan dengan memberikan sentuhan pada unsur harmoni. Selain menggunakan teknik yang

sudah dijelaskan pada konsep harmoni di atas seperti trinada, berikut beberapa contoh dalam

pengolahan teknik aransemen ditinjau dari segi harmoni, yaitu menggunakan akorseptim, kadens, dan

modulasi. Akor septime diperoleh dari penambahan satu nada dengan interval terts pada sebuah

trinada akor, sehingga secara keseluruhan terdapat empat buah nada dibunyikan secara serentak

(Prier, 2008:68). Teknik berikutnya yang dapat diterapkan adalah kadens. “Kadens ialah suatu pola

harmoni atau gerak rangkaian akor yang muncul pada akhir frase, akhir kalimat lagu, atau akhir

bagian lagu, yang berfungsi sebagai koma atau titik pada kalimat bahasa” (Jamalus, 1988:33).

Menurut Prier (2004:10) terdapat lima kemungkinan untuk mengakhiri suatu gerakan atau

frase/kalimat lagu, yaitu kadens setengah (pergerakan akor dari akor tonika ke akor dominan, kadens

otentik (pergerakan akor dari akor dominan ke akor tonika, kadens subdominan (pergerakan akor dari

akor tonika ke akor subdominan, kadens plagal (pergerakan akor dari akor suddominan ke akor
tonika, dan kadens lengkap (rangkaian dari kadens plagal dan kadens otentik). Sedangkan menurut

Jamalus (1988:33) kadens dapat dikelompokkan menjadi empat, yaitu kadens tidak sempurna

(kadens yang berfungsi sebagai koma, berakhir pada akor dominan atau akor dominan septim),

kadens sempurna (kadens yang berfungsi sebagai titik, berakhir pada akor tonika), kadens otentik

(kadens sempurna yang berakhir dengan susunan akor dominan dan akor tonika), dan kadens plagal

(kadens sempurna yang berakhir dengan susunan akor subdominan dan akor tonika).

Teknikselanjutnya yang juga dapat digunakan atau diterapkan dalam aransemen ditinjau dari segi

harmoni adalah menggunakan teknik modulasi. Modulasi merupakan suatu proses pemindahan atau

perubahan suatu tangga nada yang satu menuju ke tangga nada yang lain dalam sebuah lagu

(Jamalus, 1988:34). Menggunakan teknik modulasi dapat membuat suasa lagu menjadi berbeda.

3. Menuangkan ide dasar

Tahap selanjutnya adalah proses penuangan ide dan kreativitas ke dalam sebuah karya yang

telah terbentuk ide dasar dan rancangannya. Gagasan yang muncul setelah terbentuknya

kerangkaakan dapat diklasifikasikan secara jelas terhadap suatu lagu. Pada tahap ini mulai dilakukan

pengolahan terhadap lagu tersebut, baik pengolahan terhadap irama, pengolahan terhadap melodi,

maupun pengolahan terhadap harmoninya.

4. Penyelesaian aransemen

Tahap terakhir adalah penyelesaian sebuah aransemen. Pada tahap ini sebuah aransemen telah

tercipta dan dapat dilakukan pengujian terhadap hasil aransemen tersebut untuk memastikan dan

melihat secara keseluruhan. Pengujian dapat dilakukan dengan dua cara, pengujian pertama

dapatdilakukan dengan menggunakan software audio, seperti sibelius, finale, musescore, dan lain-

lain. Hal ini dilakukan untuk memastikan bentuk harmonisasi secara keseluruhan terhadap setiap

suasana dalam setiap bagian lagu hasil aransemen. Kemudian untuk pengujian kedua dilakukan

dengan memainkan hasil aransemennya secara langsung untuk melihat secara keseluruhan bagaimana

hasil dari aransemen yang telah diciptakannya. Jika setelah dilakukan pengujian aransemen sudah

terdengar seperti yang diharapkan, maka aransemen telah siap untuk dipublikasikan, namun jika

dirasa ada kekurangan atau kekeliruan di bagian-bagian tertentu maka dapat dilakukan perbaikan agar

terdengar seperti yang diharapkan. Pada tahap ini secara keseluruhan sebuah aransemen sudah

tercipta dan memiliki bangunan atau rangkaian yang jelas, dan harapannya dapat menyampaikan

pesan serta makna dari lagu asli yang terkandung dalam aransemennya.

Anda mungkin juga menyukai