Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Tulisan ini akan membahas tentang arransemen lagu yang mengandung

idiom batak pada lagu O Tano batak, Cikalalepongpong dan Lisoi. Menurut

Sugiharto : Musik adalah bentuk seni yang paling abstrak (bentuknya tak kasat

mata) namun efeknya paling langsung dan konkret, Ia adalah serangkaian

bebunyian yang langsung menyentuh batin, mengkondisikan perasaan, suka

ataupun tidak, mengerti maupun tidak, tanpa peduli ras, suku, budaya, ideologi

ataupun agama, (2013:276). Menurut Safrina (2003: 2) mengatakan bahwa

“musik adalah suatu hasil karya seni bunyi dalam bentuk lagu atau komposisi

musik, yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penciptanya melalui unsur-

unsur musik yaitu irama, melodi, harmoni, bentuk/struktur lagu dan ekspresi”.

Menurut Kusumawati (2004 : 2), komposisi merupakan proses kreatif

musikal yang melibatkan beberapa persyaratan, yaitu bakat, pengalaman, dan nilai

rasa. Pendapat lain mengatakan komposisi adalah gubahan musik instrumental

maupun vokal (Syafiq, 2003 : 165). Dari pendapat tersebut dapat ditarik

kesimpulan bahwa komposisi adalah suatu pengembangan ide musikal dan

penggabungan dari elemen-elemen musik melalui pengetahuan, pengalaman, rasa,

dan estetika untuk menjadikan sebuah sajian musik yang original.

Musik vokal terdiri dari dua aspek, yaitu individual atau solo dan

kelompok seperti duet, trio, kuartet, dan paduan suara. Salah satu bentuk

penyajian vokal ialah dalam bentuk paduan suara. Menurut Soeharto (1982:1),
baik secara vokal maupun instrumental masing-masing masih mempunyai

berbagai bentuk dalam penyajiannya, salah satu bentuk penyajian secara vokal

ialah dalam bentuk paduan suara.

Arransemen berasal dari bahasa Belanda yaitu arrangement yang artinya

susunan. Menurut KBBI (1988: 47) Istilah aransemen berasal dari kata

arrangement yang berarti penyesuaian komposisi musik dengan nomor suara

penyanyi atau instrumen lain yang didasarkan pada sebuah komposisi yang telah

ada sehingga esensi musiknya tidak berubah. Pengertian yang sama ditegaskan

juga oleh Syafiq, (2003: 13) yang mengatakan nahwa aransemen adalah

penyesuaian komposisi musik dengan nomor suara penyanyi atau instrumen lain

yang didasarkan pada sebuah komposisi yang telah ada sehingga esensi musiknya

tidak berubah. Ammer, (1972: 12) mengemukakan bahwa aransemen adalah

penulisan kembali sebuah komposisi dengan instrumen berbeda dengan aslinya,

dapat dikatakan sebagai transkrip. Secara harafiah defenisi aransemen dapat

diartikan dengan mengadaptasikan satu medium musik dari bentuk asli yang

kemudian disusun menjadi bentuk lain (Scholes, 1938: 53). Aransemen adalah

bentuk kegiatan untuk menggubah, menambah dan mengolah, baik itu iringan

sederhana juga penambahan-penambahan lain yang luas yang tidak terlepas dari

unsur-unsur harmoni, gaya, tekstur, irama ke dalam melodi suatu lagu baik berupa

vokal maupun instrumen. Hal ini sesuai dengan yang tertulis dalam kamus musik,

bahwa aransemen mempunyai arti gubahan lagu untuk orkes atau kelompok

paduan musik, baik vokal maupun instrumental (Banoe, 2003: 30). Arangger juga

sering melakukan hal - hal yang jauh lebih modifikasi yang semestinya,
mengurangi detil - detil karya asli sampai memperoleh karya yang baru dan yang

tidak ada hubungan dengannya dengan karya aslinya (Wilson, 1985: 42-43).

Ditangan para arranger sebuah lagu yang masih polos diberi oxygen kehidupan

sehingga mendapat personifikasinya yang lebih dinamis, berkarakter, dan

berbicara kepada pendengarnya. Ia bukan saja mentransmisikan lagu dari

penciptanya ke pendengar, tetapi juga menerjemahkan dan menafsirkan secara

aspiratif dan analitis struktur anatomi lagu (Hardjana, 2004 : 340-341)

Dari beberapa pengertian yang telah diuraikan di atas, maka penulis dapat

menyimpulkan bahwa pengertian aransemen sangat erat hubunganya dengan

kreatifitas. Seorang arrangger dituntut untuk dapat mengolah sebuah karya musik

yang akan diaransemen, agar karya musik tersebut menjadi lebih artistik dengan

nuansa dan suasana yang baru.

Irama adalah urutan rangkain gerak yang menjadi unsur dalam sebuah

musik (Jamalus, 1988 : 7). Irama dalam musik terbentuk oleh bunyi dan diam,

dengan bermacam-macam lama waktu atau panjang pendeknya, membentuk pola

irama, bergerak menurut pulsa dalam ayunan irama. Irama dapat dirasakan dan

didengar (Soeharto, 1975 : 51). Irama berhubungan dengan panjang pendeknya

not dan berat ringannya tekanan atau aksen pada not. Namun demikian, oleh

teraturnya gerak maka irama tetap dapat dirasakan meskipun melodi diam. Dan

keteraturan gerak ini menyebabkan lagu lebih indah didengar dan dirasakan

(Jamalus, 1988 : 56). ). (sebaiknya tulisan ini di pindahkan ke bagian konsep)

atau dari mulut ke mulut, tapi kini penyebaran dapat dilakukan melalui

media audio, Dari pendapat tersebut, dapat dikatakan bahwa irama adalah urutan
rangkaian gerak dalam sebuah musik yang membentuk pola irama dan bergerak

teratur sehingga menyebabkan lagu enak didengar dan dirasakan. Aransemen lagu

untuk paduan suara campuran (sopran, alto, tenor dan bass) tidak hanya sekedar

dibuat saja akan tetapi selalu berpedoman pada melodi asli dan progresi awal akor

yang melatarbelakangi sebuah lagu. Artinya, mengaransemen sebuah lagu

pertama sekali harus diketahui melodi utama untuk kemudian diidentifikasi

progresi akor yang mengikutinya. Hal ini dimaksudkan agar hasil aransemennya

dapat dipertanggungjawabkan jika dilihat secara vertikal maupun horizontal.

Secara vertikal maksudnya adalah nada-nada tersebut merupakan konstruksi nada

yang membangun trinada akor. Trinada akord merupakan sekumpulan nada yang

disusun secara vertikal dan berdasarkan interval. Ada beberapa macam trinada

yaitu trinada mayor, minor, diminished augmented, dll. Sedangkan secara

horizontal maksudnya adalah alur dari masing-masing garis melodi yang disusun

dalam oktaf yang berbeda-beda, apabila digabungkan dapat menghasilkan bunyi

yang harmonis. Melodi terbentuk dari sebuah rangkaian nada yang disusun secara

horizontal hingga terbentuk sebuah lagu.

Melodi adalah rangkaian dari beberapa nada atau sejumlah nada yang

berbunyi atau dibunyikan secara berurutan (Soeharto, 1992 : 1), lebih lanjut

Miller (penerjemah Bramantya, tanpa tahun : 37) mengatakan bahwa melodi

adalah suatu rangkaian nada-nada, serta nada-nada dari melodi membentuk suatu

ide musikal yang komplit. Melodi adalah susunan rangkaian nada (bunyi dengan

getaran teratur) yang terdengar berurutan serta berirama dan mengungkapkan

suatu pikiran dan perasaan (Jamalus, 1988 : 16).


Dari pengertian-pengertian tersebut, dapat dikatakan bahwa melodi

merupakan rangkain nada-nada yang teratur, yang disusun secara ritmis yang

mengungkapkan suatu pikiran dan perasaan. Dalam pengertian yang singkat,

Ratner (1977 : 29) mengatakan bahwa melodi adalah garis dari nada-nada. Melodi

dapat naik dan turun, serta melodi juga dapat tetap di tempatnya untuk waktu

singkat dan lama dalam satu nada, serta melodi juga mempunyai wilayah nada

yang luas dan sempit. Melodi adalah rangkaian nada (bunyi dengan getaran

teratur) tinggi rendahnya nada yang terdengar berurutan, serta berirama dan

mengungkapkan suatu gagasan. Melodi merupakan sebuah struktur lagu yang

disusun oleh unsur musikal: nada, motif, sub frase, frase, siklus atau periode.

Harmoni atau sering juga disebut paduan nada ialah bunyi nyanyian atau

permainan musik yang menggunakan dua nada atau lebih, yang berbeda oktafnya,

ada yang berbunyi serentak seperti bunyi akor trinada ada juga yang tidak

serentak seperti kontrapung (counterpoint). Harmoni atau paduan nada ialah bunyi

gabungan dua nada atau lebih, yang berbeda tinggi rendahnya dan dibunyikan

secara serentak. Dasar dari paduan nada tersebut ialah trinada (Jamalus, 1988 :

30). Paduan nada tersebut merupakan gabungan tiga nada yang terdiri atas satuan

nada dasar akor, nada terts dan nada kwintnya. Lebih lanjut Kodijat (1986 : 32)

mengatakan harmoni adalah selaras, sepadan, bunyi serentak menurut harmoni,

yaitu pengetahuan tentang hubungan nada-nada dalam akord, serta hubungan

antara masing-masing akord. Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa

harmoni adalah paduan nada-nada yang apabila dibunyikan secara bersama-sama

akan menghasilkan keselarasan bunyi. Miller (penerjemah Bramantyo, tanpa


tahun : 48) mengatakan, bahwa harmoni adalah elemen musikal yang di dasarkan

atas penggabungan secara simultan dari nada-nada, sebagaimana dibedakan oleh

rangkaian nada-nada dari melodi. Melodi merupakan sebuah konsep horizontal,

sedangkan harmoni adalah konsep vertikal.

Dasar harmoni ialah trinada akor (triad chord). Triad (tri nada) ialah

gabungan bunyi dari tiga nada yang terbentuk dari nada alas (root), nada ters dan

nada kwint yang diambil dari susunan atau tingkatan nada pada tangga diatonis.

Setiap nada dalam tangga nada dibubuhi dengan angka Romawi, misalnya I, ii, iii,

IV, V, vii, viio . Jumlah nada pada satu tangga nada sebanyak tujuh buah nada.

Masing-masing nada dapat dijadikan sebagai alas (root) dari akor yang dibentuk.

Banyak arranger atau komponis-komponis Indonesia yang berperan aktif dalam

mengaransemen lagu, baik itu lagu daerah maupun lagu wajib. Bahkan ada yang

mengkhususkan dirinya untuk mengaransemen lagu-lagu daerah.

Kata idiom berasal dari bahasa Yunani `idioma` yang artinya khusus atau

khas. Menurut Chaer (2007:296) idiom adalah satuan ujaran yang maknanya tidak

dapat “diramalkan” dari makna unsur-unsurnya baik secara leksikal maupun

gramatikal.

Dari pengertian di atas Penulis mengartikan idiom itu seperti instrumen

musik, Instrumen berasal dari kata instrument (dalam seni musik) berarti alat

musik atau bunyi – bunyian. Menurut Soewito (1996 : 13) instrumen musik

adalah sarana untuk penampilan suatu kesenian. Dengan demikian, instrumen

musik ialah alat yang digunakan untuk menghasilkan bunyi atau suara dalam

menampilkan suatu produk kesenian. Instrumen musik tradisional adalah


instrumen musik yang khas dan yang hanya terdapat di daerah – daerah tertentu di

seluruh tanah air Indonesia (Soewito, 1996 : 15). Secara umum instrumen musik

apabila ditinjau dari sumber bunyinya (Mudjilah, 76 : 2004) terdiri dari 5 jenis

yaitu instrumen musik pukul, instrumen musik tiup, instrumen musik petik,

instrumen musik gesek dan instrumen vokal.

A Instrumen Perkusi / Pukul (Percussion Instruments) Instrumen perkusi

(pukul) adalah instrumen yang sumber bunyinya dari bahan instrumen tersebut,

atau dapat juga dari membran (Mudjilah, 2004 : 82). Alat musik pukul berfungsi

sebagai alat musik ritmis. Alat musik ini akan mengeluarkan bunyi apabila

ditabuh atau dipukul. Instrumen perkusi (pukul) dibedakan menjadi dua jenis

berdasarkan sumber bunyinya, yaitu :

1) Idiophone, sumber bunyinya dari alat itu sendiri yang dapat

dikelompokkan menjadi: Ogung (gong), yaitu empat buah gong yang

diberi nama oloan, ihutan, doal dan panggora, Saga-saga (few’s harp),

Hesek

2) Membranophone, sumber bunyinya dari instrumen membranophone

adalah membran yang bergetar seperti, Gordang (single headed drum),

Odap (double headed drum)

3) Xylophone adalah satu set perkusi yang terbuat dari bahan kayu dengan

posisi tersusun secara paralel. Cara memainkannya dengan dipukul

menggunakan tongkat pemukul. Xylophone merupakan satu jenis alat

perkusi yang bisa menghasilkan nada seperti, Garantung


4) Aerophone (udara atau satuan udara yang berada dalam alat musik itu

sebagai sumber bunyi). Sordam (long flute), Talatoit (transverse flute),

Sulim (transverse flute), Sarune Etek, Sarune Bolon.

5) Chordophone (senar/dawai yang ditegangkan sebagai sumber bunyi,

Hasapi ende (plucked lute dua senar), Hasapi doal, Tanggetang, hasapi

ende, Hasapi doal

Jadi, penulis dapat menyimpulkan bahwa idiom adalah suatu ungkapan

untuk menyatakan instrumen musik yang terdapat di dalam lagu arransemen dari

karya Ken Steven dan menyatakan sesuatu yang khas dalam lagu O Tano Batak,

Cikalalepongpong, mulai dari Komposisi struktur musikalnya.

Sound adalah parameter musik yang mencakup tekstur, dinamika, dan

timbre. Tekstur adalah rajutan berbagai bunyi horizontal dan/atau vertikal (Roger

Kamien, 2005: 68)dikenal 3 macam tekstur, yaitu:

1. Monophonic: tekstur musik yang terdiri dari satu suara, biasanya dalam

bentuk melodi semata-mata.

2. Polyphonic: tekstur musik yang terdiri lebih dari satu suara. Misalnya

komposisi yang disebut invention atau fuga dari Bach.

3. Homophonic: tekstur musik yang terdiri dari berbagai suara. Misalnya

nyanyian paduan suara atau musik pop, dimana komposisinya terdiri dari

sebuah melodi dengan beberapa iringan.

Macam-macam tanda tempo menurut Miller (penerjemah Bramantyo,

tanpa tahun: 24) yaitu:

 Allegro : Cepat
 Vivace : Hidup

 Moderato : Sedang

 Andante : Agak Lambat

 Adagio : Lebih Lambat dari Andante

 Lento : Lambat – Largo : Sangat Lambat

 Presto : Sangat Cepat

Dinamika adalah kekuatan bunyi, dan tanda dinamika adalah tanda

pernyataan kuat dan lemahnya penyajian bunyi (Soeharto, 1992: 30).Dinamika

memainkan peranan yang besar dalam menciptakan ketegangan (tensi) musik.

Pada umumnya semakin keras suatu musik, maka semakin kuat ketegangan yang

dihasilkan dan sebaliknya, semakin lembut musiknya maka semakin lemah

ketegangannya (Miller, penerjemah Bramantyo, tanpa tahun : 81).

Macam-macam dinamika menurut Miller (penerjemah Bramantyo, tanpa

tahun: 80) yaitu :

 Fortissimo : Sangat Keras

 Forte : Keras

 Mezzo Forte : Agak Keras

 Mezzo Piano : Agak Lembut

 Piano : Lembut

 Pianissimo : Sangat Lembut


Tidak seperti tempo yang dapat dibatasi atau ditentukan dengan pasti dan

tepat dengan petunjuk metronome, dinamika merupakan nilainilai yang relatif,

tidak ada tingkatan yang mutlak untuk piano dan forte. Menurut (Roger Kamien:

2005) dikenal juga istilah perubahan dinamika, diantaranya adalah:

 Crescendo : makin lama makin keras

 Decrescendo : makin lama makin lembut

Pada umumnya paduan suara bernyanyi secara bersama-sama dengan dua

suara atau lebih. Paduan Suara merupakan satuan vokal yang dalam

penampilannya terbagi menjadi beberapa jalur suara, masing-masing suara sopran,

alto, tenor, bass (SATB), (Banoe, 2003). Beranggota delapan orang atau lebih,

sesuai kebutuhan aranger dan pembagian suaranya. Dalam grup vokal, terdiri dari

paduan suara kecil, dan paduan suara besar (Soeharto, 1982). Paduan suara di

Indonesia sangat beragam, di mulai dari usia anak-anak, remaja, dewasa, dan

campuran baik itu lembaga, sekolah menengah, hingga perguruan tinggi. Seiring

berkembangnya teknologi informasi, banyak fenomena tim paduan suara yang

mengikuti event-event dalam negeri sampai luar negeri, seperti Bali International

Choir, Parahyangan International Choir Competition, The 1st Choir Olympics di

Kota Linz Austria, kompetisi di Venesia Itali dan lainnya. Paduan suara yang

sering mendapatkan penghargaan diantaranya PSM UNPAR, PSM Maranatha.

The Resonanz Children Choir. Penghargaan yang diraih bermacam-macam, salah

satu kunci keberhasilannya adalah mengikuti kategori folklor. Folklor sendiri

merupakan unsur tradisi dalam budaya tertentu (Dieter, 1994:13). “Setiap budaya

memiliki bahasa, lagu, tingkah laku dan kehidupan seharihari berbeda yang
menjadi ciri khas dari folklor tersebut. Penyebaran folklor dilakukan dalam

bentuk lisan video, dan cetak. Menurut Danandjaja bahwa folklor adalah sebagian

kebudayaan suatu kolektif, yang tersebar dan diwariskan turun-menurun di antara

kolektif macam apa saja, secara tradisional dalam versi yang berbeda, baik dalam

bentuk lisan maupun contoh yang disertai dengan gerak isyarat atau alat pengingat

(mnemonic device), (1991:2)”

Musik dapat didefinisikan sebagai sebuah cetusan ekspresi atau pikiran

yang dikeluarkan secara teratur dalam bentuk bunyi. Asal kata musik berasal dari

bahasa Yunani yaitu mousike yang diambil dari nama dewa dalam mitologi

Yunani kuno yaitu Mousa yakni yang memimpin seni dan ilmu (Ensiklopedi

National Indonesia, 1990 : 413). Tradisional berasa dari kata Traditio (Latin) yang

berarti kebiasaan yang sifatnya turun temurun. Kata tradisional itu sendiri adalah

sifat yang berarti berpegang teguh terhadap kebiasaan yang turun temurun (Salim

dan Salim, 1991 : 1636). Tradisi berasal dari kata tradisi yang berarti sesuatu yang

turun temurun (adat, kepercayaan, kebiasaan, ajaran) dari nenek moyang. Dengan

kata lain, tradisi adalah kebiasaan yang diwariskan dari satu generasi ke generasi

berikutnya secara turun temurun. Dipertegas lagi oleh Esten (1993 : 11) bahwa

tradisi adalah kebiasaan turun – temurun sekelompok masyarakat berdasarkan

nilai – nilai budaya masyarakat yang bersangkutan. (Ensiklopedi Nasional

Indonesia, 91990 : 4141) mendefinisikan tradisi sebagai kebiasaan yang

diwariskan dari suatu generasi ke generasi berikutnya secara turun temurun,

Kebiasaan yang diwariskan mencakup berbagai nilai budaya, meliputi adat

istiadat, sistem kemasyarakatan, sisstem pengetahuan, bahasa, kesenian dan


sistem kepercayan. Menurut Sedyawati (1992 : 23) musik tradisional adalah

musik yang digunakan sebagai perwujudan dan nilai budaya yang sesuai dengan

tradisi. Musik tradisional menurut Tumbijo (1977 : 13) adalah seni budaya yang

sejak lama turun temurun telah hidup dan berkembang pada daerah tertentu. Maka

dapat dijelaskan bahwa musik tradisional adalah musik masyarakat yang

diwariskan secara turun – temurun dan berkelanjutan pada masyarakat suatu

daerah. Kesenian tradisional pada umumnya juga tidak dapat diketahui secara

pasti kapan dan siapa penciptanya. Hal ini dikarenakan kesenian tradisional atau

kesenian rakyat bukan merupakan hasil kreatifitas individu, tetapi tercipta secara

anonim bersama kreatifitas masyarakat yang mendukungnya (Kayam : 60).

Pengertian tradisional (Sedyawati, 1992 : 26 dalam perkembangan seni

pertunjukan, adalah proses penciptaan seni di dalam kehidupan masyarakat yang

menghubungkan subjek manusia itu sendiri terhadap kondisi lingkungan. Pencipta

seni tradisional biasanya terpengaruh oleh keadaan sosial budaya masyarakat di

suatu tempat. Pendapat di atas dapat dijelaskan bahwa musik tradisional adalah

cetusan ekspresi perasaan melalui nada atau suara dari alat musik sehingga

mengandung lagu atau irama yang diwariskan secara turun temurun dari satu

generasi ke generasi berikutnya. Menurut Purba (2007:2), musik tradisional tidak

berarti bahwa suatu musik dan berbagai unsur-unsur di dalamnya bersifat kolot,

kuno atau ketinggalan zaman. Namun, musik tradisional adalah musik yang

bersifat khas dan mencerminkan kebudayaan suatu etnis atau masyarakat. Musik

tradisional, baik itu kumpulan komposisi, struktur, idiom dan instrumentasinya

serta gaya maupun elemen-elemen dasar komposisinya, seperti ritme, melodi,


modus atau tangga nada, tidak diambil dari repertoire atau sistem musikal yang

berasal dari luar kebudayaan suatu masyarakat pemilik musik yang dimaksud.

Musik tradisional adalah musik yang berakar pada tradisi masyarakat tertentu,

maka keberlangsungannya dalam konteks masa kini merupakan upaya pewarisan

secara turun temurun masyarakat sebelumnya bagi masyarakat selanjutnya.

Tradisi dalam kebudayaan adalah suatu struktur kreativitas yang sudah ada

sebelumnya. Dalam tradisi ini juga mengandung arti keberadaan suatu

kebudayaan yang tidak terpisahkan dengan masa lalu. Tradisi adalah sesuatu yang

menghadirkan masa lalu pada era sekarang. Sehingga kebudayaan suatu

masyarakat dalam konsepsi tradisi merupakan kontinuitas masa lalu bagi masa

kini dan akan datang (Purba, 2007:2). Suatu musik tradisional di dalamnya

terdapat gambaran mentalitas, prinsip-prinsip ekspresif, dan nilai-nilai estetik

suatu jenis masyarakat.

(Tulisan di atas merupakan bagian dalam konsep. Hindari berteori

dalam latar belakang.. Latar belakang ini simple saja deddi. Cukup kamu jelaskan

apa yang kamu lihat dari ketiga lagu aransemen Ken steven sehingga kamu

tertarik untuk membicarakannya secara ilmiah. Perbaiki kembali latar belakangmu

ya.

Termasuk lagu-lagu yang berisi tentang folksong di Indonesia sangat

banyak, yaitu O TANO BATAK, CIKALA LEPONGPONG dan LISOI

Ketiganya berasal dari daerah provinsi Sumatera Utara yang dimana lagu tersebut
menceritakan kisah kehidupan orang batak (kehidupan seperti apa yang dimaksud

dalam lagu itu? Bisa diberikan penjelasan sedikit y dedi.) pada umumnya di

Provinsi Sumatera utara.

Salah satu jenis kesenian rakyat adalah nyanyian rakyat. Baik nyanyian

rakyat maupun permainan rakyat merupakan salah satu bentuk folklor, yaitu

"sebagian kebudayaan secara kolektif, yang tersebar dan diwariskan turun-

temurun, di antara kolektif macam apa saja, secara tradisional dalam versi yang

berbeda, baik dalam bentuk lisan maupun contoh yang disertai gerak atau alat

pembantu pengingat"(Danandjaya, 1991:2). ---- yg ini jg kamu masih berteori

…..

Mengapa tidak langsung ke bagian yang ini ??

Deddi, sebaiknya menulis latar belakang ini to the point ajaa… jelaskan

apa yang ingin kamu teliti dan mengapa itu penting… apa pertanyaan yang ingin

kamu ketahui dari objek penelitian. Itu semua aspek penting dalam latar belakang.

O Tano Batak merupakan sebuah lagu yang menceritakan tentang

kerinduan seorang anak yang sudah merantau di kota lain rindu untuk pulang ke

kampung halaman, yang di Ciptakan oleh komponis Siddik Sitompul, memiliki

tangga Nada Diatonis Mayor Nada dasar C= do dengan meter 4/4 dengan tempo

tenderly, ekpresive yang artinya dengan lemah lembut, dan metronome 60

Lissoi adalah lagu Batak yang diciptakan oleh komponis Nahum

Situmorang. Lagu ini bercerita tentang suasana akrab masyarakat Batak ketika

meminum tuak di kedai-kedai tuak yang biasanya terdapat di tiap daerah di Tanah
Batak, memiliki tangga Nada Diatonis Mayor dengan Nada dasar D= do dengan

meter ¾ dan tempo Moderato yang artinya sedang, dan dengan metronome 80

Cikalalepongpong Merupakan Folksong yang berasal dari kabupaten dairi

yang di ciptakan oleh komponis Daulat Padang lagu cikalalepongpong

Cikala le Pong Pong adalah lagu rakyat Pakpak dari Sumatera Utara,

Indonesia. Hari ini, lagu ini lebih sering dibawakan pada perayaan

pernikahan, dan upacara pembukaan dan acara budaya di daerah. Hal ini

sering disertai dengan tarian tradisi.

Teks lagu tersebut menggambarkan “sesepuh” (orang tua)

menasihati anak perempuan mereka untuk berperilaku baik

dan bertingkah seperti wanita, karena anak perempuan saat ini

tampak lebih agresif daripada anak laki-laki. Pengecualian untuk ini

adalah baris Kade mo lemlem pagemu Pucuk bincoli mo kabir-Kabiren,

yang tidak memiliki makna dan ditulis untuk berima dengan baris

melanjutkan teks.

Dengan menggabungkan efek perkusi seperti hentakan kaki,

tepukan, gertakan, dan memanfaatkan rentang vokal ekstrim melalui

glissandi, arranger telah menciptakan kembali enerjik, fun, dan suasana

ringan yang melekat pada lagu tersebut.

Penyanyi didorong untuk menggunakan suara dada terbuka-terutama di

tingkat rendah dan menengah untuk menangkap warna suara rakyat suku yang

hidup. Perubahan vokal yang berbeda warna dan ketelitian ritmis dalam karya ini

menjanjikan minat berkelanjutan bagi penyanyi muda dan berjanji untuk melayani
sebagai tambahan energik untuk setiap program kinerja, lagu ini memiliki tangga

Nada Diatonis Mayor dengan Nada dasar C= Do dengan meter 4/4 dan tempo

Freely, chant-like.

Ketiganya merupakan Sebuah lagu yang berasal dari Provinsi Sumatera

Utara yang memiliki makna berbeda beda, tentunya dalam setiap perbedaan pasti

akan terdapat ada persamaannya di dalam lagu tersebut, dari ketiga Folksong itu

sama menggunakan tangga nada Diatonis mayor, serta ketiga lagu folksong

tersebut juga banyak memili perbedaannya di antaranya dari segi tempo,

metronome hingga ke struktur musikalnya masing masing memiliki khas yang

berbeda, namun dari Arransemen lagu tersebut penuliss dapat menegetahui hal

yang spesial dalam struktur musikal yang di ciptakan oleh Seorang ken steven,

Setiap arranger ataupun composer pasti memiliki sesuatu yang spesial dari yang di

ciptakannya.

Setiap tim paduan suara biasanya mempunyai ciri atau gaya pada setiap

aransemennya, dimulai dari alunan nada atau melodi yang dirubah, ketukan yang

tidak se-birama dengan aslinya, maupun harmoni yang ditambahkan atau di

kembangkan, sesuai kemauan dari arangernya. Kini banyak karya musik yang

diaransemen baik dari segi melodi, ritme, dan harmoni, dengan tujuan dan maksud

yang berbeda-beda sesuai kreatifitas para musisinya.

Ada salah satu aranger paduan suara di Medan yang memiliki karakter

atau gaya aransemen berbeda dengan aranger lainnya. Beliau bernama Ken

Steven, B.C.M, M.Mus. adalah seorang kondakter, komposer, dan arranger muda

berbakat Indonesia yang telah menorehkan banyak prestasi dalam kancah paduan
suara nasional maupun internasional. . Ia menyelesaikan studi S1 dalam bidang

musik gerejawi dari The Asian Institute for Liturgy and Music, Filipina, dan S2

dalam bidang direksi paduan suara dari California Baptist University, Amerika

Serikat. Ken Steven berangkat dari pengalam dan latar belakang pendidikannya,

kini sudah memimpin tim paduan suara di beberapa tempat, seperti Parahyangan

Catholic University Choir dan banyak Prestasi yang telah di peroleh oleh beliau

sebagai seorang choral conductor, composer, arranger salah satunya yaitu 1st and

2nd Prize of Canticum Novum (Choral Composition Competition) at The 21st

International Choral Competition Cro Patria 2017 di Split, Kroasia. Tidak sedikit

karya aransemen yang Ken Steven buat, salah satu karya aransemen yang sering

dibawakan pada kompetisi paduan suara dan bisa tembus hingga menampilkannya

di luar Negeri yaitu lagu “Lisoi” yang dimana telah mendapat penghargaan

sebagai lagu folksong terbaik, karena komposisi musiknya yang unik seperti

pengembangan harmoni, ritmik, melodi, dan kalimat-kalimat tertentu yang

memiliki gaya tersendiri sehingga lagu tersebut memiliki ciri khas yang berbeda

dari peserta Paduan Suara lain. Kelebihan dari karya aransemen lagu Lisoi,

Cikalalepongpong, O Tano batak yang Ken Steven buat, yaitu tidak memakai alat

musik untuk mengiringinya atau yang disebut acapella, pemakaian huruf vokal

sederhana (A, I, U, E, O) yang dikembangkan di dalam intro dan akhir aransemen

lagu atau terdapat bentuk dan motif yang sama, pembagian harmoni suara yang

sulit ditebak jenis suaranya (SATB), dan memakai bagian anggota tubuh untuk

menyampaikan isi lagu tersebut. Aransemen lagu Lisoi pertama kali dibawakan

oleh Batavia Madrigal Singer dengan seorang conductor Avip Priatna, di 50th
Tolosa International Choral Competition,dan mendapatkan penghargaan sebagai

aransemen terbaik dalam kategori folksong. Lagu-lagu tersebut juga dibawakan

kembali oleh beberapa tim paduan suara, diantaranya PS PP GKPI PADANG

BULAN, e Deum Voice, Gema Sangkakala Female choir, juga tim paduan suara

lain dari luar negeri dalam kompetisi lagu folklor.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti sangat tertarik meneliti aransemen Ken

Steven pada lagu yaitu O TANO BATAK, CIKALA LEPONGPONG dan LISOI

karena mempunyai konsep musikal yang menarik dan unik hingga karyanya dapat

diakui di wilayah Nasional dan Internasional.

Deddi…. Harus paham dulu apa yang sebenarnya ingin kamu ungkapkan

melalui ketiga lagu itu??? Lalu mengapa hal itu menarik untuk kamu ketahui??

Ada apa dgn ketiga lagu itu jika di amati dari sisi idiom musikal yang kamu

maksud?? Apa hal menarik yang ingin kamu angkat dari ketiga lagu itu?? Semua

jawaban2 dari pertanyaan itu lah yang seharusnya kamu muat di dalam latar

belakang. Ingat, lupakan berteori terlebih dahulu. Kita penelitian kualitatif bukan

kuantitatif. Berbicara soal penelitian kualitatif artinya kamu membicarakan suatu

objek apa adanya di lapangan. Diperbaiki yaaa…..

1.2. Pokok Permasalahan

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka penulis

merumuskan beberapa pokok permasalahan di dalam penelitian tersebut antara

lain
1. Bagaimana cara Ken steven memadukan musik tradisi Batak dalam arr

Format paduan suara ?

2. Idom apa saja kah yang terkandung dalam lagu O Tano batak,

Cikalalepongpong dan Lisoi.

3. Bagaimana struktur musikal arr lagu O Tano batak, Cikalalepongpong dan

Lisoi.

Untuk ketiga pokok permasalahan di atas seharusnya ada alasan mengapa

deddi ingin mencari jawaban atas ketiga pertanyaan tersebut. Itulah isi

latar belakangmu. Misalnya, kamu memunculkan pertanyaan pertama

Bagaimana cara Ken steven memadukan musik tradisi Batak dalam arr

Format paduan suara ?’. Tentunya pertanyaan ini gag mungkin muncul

begitu saja dibenakmu tanpa ada alasan ataupun kenyataan dilapangan

sehingga kamu ingin mengetahui bagaimana cara kerja ken steven dalam

mengaransemen lagu. Alasan2 seperti itu seharusnya di muat dalam latar

belakang deddi. Sehingga ada landasan/ alasannya kamu memunculkan

pertanyaan demi pertanyaan dan itu penting untuk dijawab melalui

penelitian ilmiah dgn pendekatan etnomusikologi.

1.3. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui cara seorang Composer Ken steven meramu musik

tradisi batak dalam mengarransemen lagu batak tersebut sehingga dapat di


minati oleh seluruh paduan suara yang ada di indonesia maupun di luar

negeri.

2. Untuk menganalisis Idom apa saja kah yang terkandung dalam lagu O

Tano batak, Cikalalepongpong dan Lisoi tersebut.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah :

1. Secara akademis, untuk memenuhi salah satu syarat ujian sarjana di

Program Studi Etnomusikologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas

Sumatera Utara.

2. Sebagai proses pengaplikasian ataupun pengembangan ilmu yang

diperoleh penulis selama mengikuti perkuliahan di Departemen

Etnomusikologi.

3. Sebagai referensi untuk peneliti lainnya yang mempunyai topik keterkaitan

dengan judul penelitian.

4. Memberikan informasi dan pemahaman tentang komposisi musikal dalam

proses arransemen lagu

5. Untuk menambah dokumentasi mengenai idiom batak di Program Studi

Etnomusikologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.

1.5. Konsep dan Teori

1.5.1. Konsep

Ada beberapa konsep dasar yang perlu dijelaskan dalam penulisan

proposal ini. Konsep merupakan penggabungan atau perbandingan bagian-bagian


dari suatu penggambaran dengan bagian-bagian dari berbagai penggambaran lain

yang sejenis berdasarkan asas-asas tertentu secara konsisten. Tulisan ini akan

menuangkan beberapa konsep dasar sebagai gambaran isi dari skripsi ini

(Koentjaraningrat 2009).

1.5.2. Teori

Untuk menjawab pertanyaan dalam penelitian ini, penulis menggunakan

teori dari Ferdinand de Saussure tentang Peran tanda . Ferdinand de Saussure

(1857-1913). memaparkan “semiotika didalam Course in General Lingustics

sebagai “ilmu yang mengkaji tentang peran tanda sebagai bagian dari kehidupan

sosial. Menurut Saussure tanda-tanda kebahasaan, setidak-tidaknya memiliki dua

buah karakteristik primordial, yaitu bersifat linier dan arbitrer (Budiman, 1999 :

38). Tanda dalam pendekatan Saussure merupakan manifestasi konkret dari citra

bunyi dan sering diidentifikasi dengan citra bunyi sebagai penanda. Jadi penanda

(signifier) dan petanda (signified) merupakan unsur mentalistik. Dengan kata lain,

di dalam tanda terungkap citra bunyi ataupun konsep sebagai dua komponen yang

tak terpisahkan. Hubungan antara penanda dan petanda bersifat bebas (arbiter),

baik secara kebetulan maupun ditetapkan. Arbiter dalam pengertian penanda tidak

memiliki hubungan alamiah dengan petanda. Metode semiotika yang akan

digunakan dalam penelitian ini adalah semiotika dari pemikiran Saussure. Dalam

teori Saussure dijelaskan bahwa tanda memiliki unsur yang saling berhubungan

yaitu penanda (signifier), petanda (signified) Proses ini menghubungkan antara

struktur musikal dengan dunia eksternal yang sesungguhnya, tentang kehidupan


sosial, yang dimana dalam proses arransemen dari lagu O Tano batak,

Cikalalepongpong dan Lisoi

1.6. Metode Penelitian

Dalam melakukan penelitian penulis mengacu pada pendapat Bruno Nettl

yang mengatakan di dalam bukunya Theory and Methods in Ethnomusicology

(1964), mengemukakan tiga cara dalam mendeskripsikan komposisi musikal.

Pertama, systematic approach is the usual procedure of this method is to devide

music into a number of the so-called elements. In the teaching of music theory

these are: most frequently melody, rhythm, meter form and harmony/polyphony

(prosedur yang biasa dilakukan dari metode ini adalah membagi musik menjadi

beberapa yang disebut elemen. Dalam pengajaran teori musik ini adalah: paling

sering melodi, ritme, bentuk meteran dan harmoni/polifoni). Kedua, the intuitive

approach yaitu mencari atau menemukan apa yang menonjol dalam lagu. Dan

yang ketiga, selective approach yaitu memilih bagian tertentu dalam lagu. Untuk

mendeskripsikan struktur musikal idiom dalam lagu O Tano batak,

Cikalalepongpong dan Lisoi, penulis akan mengacu pada pendapat Nettl yang

pertama, yaitu systematic approach


1.6.1. Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan Menurut Mestika Zed (2003), dapat diartikan sebagai

serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka,

membaca dan mencatat serta mengolah bahan penelitian. Artinya studi

kepustakaan perlu dilakukan untuk mendapat dan mengumpulkan berbagai

informasi yang relevan dengan topik pembahasan. Oleh sebab itu pada tahap

sebelum ke lapangan (pra-lapangan), sebelum mengerjakan penelitian, penulis

terlebih dahulu mencari dan membaca serta mempelajari buku-buku, tulisan

tulisan ilmiah, majalah, situs internet, dan catatan yang berkaitan dengan objek

penelitian. Sebagai catatan awal, penulis menemukan sebuah Skripsi oleh Hennils

Tamaela 2018 yang berjudul “EKSPRESI MUSIK ETNIS MALUKU PADA

LAGU TOKI GONG SAMBIL MENARI, HALELUYA KARYA CHRISTIAN

IZAAC TAMAELA” Skirpsi ini lebih fokus membahas Pola ritmis dan ekspresi

tepuk tangan diadopsi dari tradisi musik dan konteks budaya Maluku. Tulisan ini

memberikan kontribusi besar terhadap tulisan si penulis tentang lagu O Tano

batak, Cikalalepongpong dan Lisoi meskipun pembahasannya tidak spesifik

namun penulis jadikan sebagai acuan untuk data awal. selanjutnya sebuah jurnal

oleh Iwan Setiawan yang berjudul “ARANSEMEN LAGU SOLERAM OLEH

JOSU ELBERDIN (TINJAUAN ARANSEMEN PADUAN SUARA)” serta

sebuah laporan dosen oleh Hengki B. Tompo,M. Si yang berjudul “IDIOM-

IDIOM MUSIKAL NUSANTARA DALAM KONTEKS PERKEMBANGAN

MUSIK GEREJAWI” sampai saat ini, penulis belum menemukan kepusatakaan

spesifik yang membahas tentang idiom batak dalam lagu O Tano batak,
Cikalalepongpong dan Lisoi. Namun demikian, tulisan-tulisan tersebut memberi

informasi yang dapat saya gunakan untuk mengidentifikasi idiom batak yang

terkandung dalam lagu tersebut.

1.6.2. Studi Lapangan

Menurut Danang Sunyoto (2013:22), studi lapangan adalah adalah suatu

metode yang dilakukan oleh peneliti dengan cara pengamatan langsung terhadap

kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan ”. studi lapangan menjadi hal penting

yang harus dilakukan dalam penelitian ini. Melalui studi lapangan, peneliti dapat

mengetahui apakah permasalahan yang telah dirumuskan memang benar sesuai

dengan kondisi sesungguhnya yang terjadi di lapangan. Selain itu, studi lapangan

juga menyediakan pengalaman melalui objek, situasi, tempat dan hubungan antar

manusia yang tidak dapat ditemukan dalam sebuah studi pustaka. Dalam

melakukan studi lapangan (field work) ada beberapa langkah yang penulis

lakukan, yakni: observasi, wawancara, perekaman langsung ke daerah penelitian

serta kerja laboratorium

1.6.3. Observasi

Observasi merupakan salah satu metode pengumpulan data yang dilakukan

dengan cara mengamati atau meninjau secara langsung di lokasi penelitian untuk

mengetahui dan membuktikan kebenaran dari sebuah penelitian yang sedang

dilakukan. Penulis melibatkan diri secara langsung ke lapangan untuk melihat dan

mengamati idiom batak yang terkandung dalam lagu O Tano batak,

Cikalalepongpong dan Lisoi oleh ken steven sebagai objek kajian dalam

penelitian ini.
1.6.4. Wawancara

Wawancara menurut S. Nasution (2010 : 113) adalah “ Suatu bentuk

komunikasi atau percakapan yang bertujuan untuk memperoleh informasi dalam

keadaan saling berhadapan atau melalui telepon ”. Dalam pelaksanaannya, ada

dua jenis wawancara yang penulis lakukan terkait wawancara, pertama

wawancara terstruktur (structured interview) yaitu wawancara yang sedang

berlangsung dan mengacu pada pertanyaan yang telah disusun sebelumnya.

Kedua, wawancara tidak terstruktur (unstructured interview) yakni mengajukan

pertanyaan secara spontan yang belum disusun sebelumnya. Wawancara tidak

terstruktur yang muncul ketika seorang pewawancara ingin mengetahui lebih

lanjut terhadap penelitian yang dilakukan. Pada penelitian ini penulis akan

mengumpulkan informasi dengan melakukan wawancara kepada seorang

Composer dan Seorang arranger yang bisa memberikan informasi faktual terkait

dengan lagu yang di arransemen oleh Ken Steven yang dimana Bapak Ken Steven

adalah Seorang kepala sekolah dan Guru seni Musik di perguruan Methodist

Charles wesley polonia. Penulis mewawancarai beliau dengan harapan beliau

akan memberikan penjelasan yang faktual kepada penulis untuk meneliti idiom

batak yang terkandung dalam lagu arransemen O Tano batak, Cikalalepongpong

dan Lisoi.

1.6.5. Kerja Laboratorium

Pada tahap akhir penulis melakukan kerja laboratorium, yaitu tahap

menyeleksi dan menganalisis berbagai data yang terkumpul dari hasil observasi

serta wawancara. Kemudian hasil analisisnya dilkasifikasikan lagi untuk


menghindari data yang bertumpang tindih, mempermudah penulis dalam

mengolah data,serta untuk menjawab pertanyaan sesuai kebutuhan penulis.

1.6.6. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian yang dilakukan oleh penulis berada di sekretariat paduan

suara Medan Comunnity Choir yang beralamat di jalan Letda Sujono No. 117

Kecamatan Medan Tembung Kota Medan.


DAFTAR PUSTAKA

Nettle, Bruno. 1964. Teori dan Metode dalam Etnomusikologi. (alihbahasa

Nathalian H.P.D.P) Jayapura: Jayapura Center of Music

Ritawati, H. T., Darsono, A., & Stefani, E. (2018). Analisis Bentuk Lagu Sik Sik

Sibatumanikan Arransemen Pontas Purba Dalam Paduan Suara di Cantabile

PekanBaru Provinsi Riau. Jurnal KOBA, 5(1), 53–67

Koentjaradiningrat. 2002. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Pt.Rineka Cipta

Sakinah, F. N. (2018). Bentuk Lagu Paris Barantai Aransemen Ken Steven. Solah,

8(2)

Almanda, H. H. (2020). Interpretasi Lagu “Segalariak” Karya Josu Elberdin Oleh

Yosafat Rannu Lepong Dalam Tinjauan Conducting. Jurnal Repertoar, 1(1).

Tamaela, Henills.2018 EKSPRESI MUSIK ETNIS MALUKU PADA LAGU

TOKI GONG SAMBIL MENARI, HALELUYA KARYA CHRISTIAN IZAAC

TAMAELA (Skripsi)

Seeger, C. 1958. Prescriptive and descriptive music-writing. The Musical

Quarterly, 44(2), 184-195.

Medica, R. S. (2018). “Aransemen Agustinus Bambang Jusana Pada Lagu Yamko

Rambe Yamko Untuk Paduan Suara”, Skripsi, Bandung: Universitas Pendidikan

Indonesia.
Hutagalung, M. J. Roy. (2018). KLASIFIKASI INSTRUMEN MUSIK PADA

ENSEMBEL MUSIK TRADISIONAL BATAK TOBA.

Outline Skripsi
ANALISIS ARRANSEMEN LAGU O TANO BATAK, CIKALA
LEPONGPONG, LISOI KARYA KEN STEVEN YANG MENGANDUNG
IDIOM BATAK
Bab I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
1.2 Pokok Permasalahan
1.3 Tujuan Penelitian
1.4 Manfaat Penelitian
1.5 Konsep dan Teori
1.5.1 Konsep
1.5.2 Teori
1.6 Metode Penelitian
1.6.1 Studi Kepustakaan
1.6.2 Studi Lapangan
1.6.3 Observasi
1.6.4 Wawancara
1.6.5 Kerja Laboratorium
1.6.6 Lokasi Penelitian

Anda mungkin juga menyukai