LANDASAN TEORITIS
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Musik Tradisional
10
turun-temurun. Dipertegas lagi oleh Esten (1993:11) bahwa tradisi adalah
kebiasaan turun-temurun sekelompok masyarakat berdasarkan nilai–nilai budaya
masyarakat yang bersangkutan. (Ensiklopedi Nasional Indonesia, 91990:4141)
mendefinisikan tradisi sebagai kebiasaan yang diwariskan dari suatu generasi ke
generasi berikutnya secara turun–temurun, Kebiasaan yang diwariskan mencakup
berbagai nilai budaya, meliputi adat istiadat, sistem kemasyarakatan, sistem
pengetahuan, bahasa, kesenian dan sistem kepercayaan.
Menurut Purba (2007:2), musik tradisional tidak berarti bahwa suatu musik
dan berbagai unsur–unsur di dalamnya bersifat kolot, kuno atau ketinggalan zaman.
Namun, musik tradisional adalah musik yang bersifat khas dan mencerminkan
kebudayaan suatu etnis atau masyarakat. Musik tradisional, baik itu kumpulan
komposisi, struktur, idiom (ungkapan) dan instrumentasinya serta gaya maupun
elemen–elemen dasar komposisinya, seperti ritme, melodi, modus atau tangga
nada, tidak diambil dari repertoire atau sistem musikal yang berasal dari luar
kebudayaan suatu masyarakat pemilik musik yang dimaksud. Musik tradisional
adalah musik yang berakar pada tradisi masyarakat tertentu, maka
keberlangsungannya dalam konteks masa kini merupakan upaya pewarisan secara
turun temurun masyarakat sebelumnya bagi masyarakat selanjutnya.
Tradisi dalam kebudayaan adalah suatu struktur kreativitas yang sudah ada
sebelumnya. Dalam tradisi ini juga mengandung arti keberadaan suatu kebudayaan
yang tidak terpisahkan dengan masa lalu. Tradisi adalah sesuatu yang
menghadirkan masa lalu pada era sekarang. Sehingga kebudayaan suatu masyarakat
dalam konsepsi tradisi merupakan kontinuitas masa lalu bagi masa kini dan akan
datang (Purba, 2007:2). Suatu musik tradisional di dalamnya terdapat gambaran
mentalitas, prinsip–prinsip ekspresif, dan nilai–nilai estetik suatu jenis masyarakat.
11
Peranan Desain Komunikasi Visual Dalam Perancangan Buku...../ Bayu Adityawarman
2.1.2 Unsur - Unsur Musik
Irama atau ritme adalah dinamika bunyi yang bergerak secara teratur serta
berhubungan dengan panjang pendeknya not, berat ringannya aksen (tekanan) pada
not sehingga dapat dirasakan (Sijaya, 1984:1). Irama berbeda dengan birama. Irama
tidak tampak dalam penulisan lagu, tetapi dirasakan saat lagu dimainkan. Birama
menurut Jamalus (1988:56) terlihat pada penulisan lagu, irama sebagai unsur
keteraturan dalam musik menyebabkan lagu enak di dengar dan di rasakan.
Dari pendapat di atas dapat dijelaskan bahwa ritme meliputi durasi dan
aksentuasi dalam musik, di mana durasi dalam hal ini berarti tentang panjang–
pendek suara dan panjang pendek diam atau tanpa suara tetapi dalam hitungan
waktu tertentu, sedangkan aksentuasi tentang berat–ringannya suara.
2.1.2.2. Melodi
12
Peranan Desain Komunikasi Visual Dalam Perancangan Buku...../ Bayu Adityawarman
2.1.2.3. Harmoni
13
Peranan Desain Komunikasi Visual Dalam Perancangan Buku...../ Bayu Adityawarman
Permainan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002:41) mengandung
arti suatu pertunjukan dan tontonan. Dalam hal ini, permaina dapat diartikan
sebagai perwujudan suatu pertunjukan karya seni yang disajikan secara utuh dari
mulai pertunjukan sampai akhir pertunjukan. Setianingsih (2007 – 19) menjelaskan
bahwa teknik permainan merupakan gambaran mengenai pola yang dipakai dalam
suatu karya seni musik berdasarkan cara memainkan instrumen beserta
pengulangan dan perubahannya, sehingga menghasilkan suatu komposisi musik
yang bermakna.
Instrumen berasal dari kata instrument (dalam seni musik) berarti alat
musik atau bunyi–bunyian. Menurut Soewito (1996:13) instrumen musik adalah
sarana untuk penampilan suatu kesenian. Dengan demikian, instrumen musik ialah
alat yang digunakan untuk menghasilkan bunyi atau suara dalam menampilkan
suatu produk kesenian.
Sebelum mempelajari teknik permainan instrumen musik tradisional
Keroncong, maka perlu dipelajari terlebih dahulu tentang pengertian daripada
instrumen musik tradisional itu sendiri. Instrumen musik tradisional adalah
instrumen musik yang khas dan yang hanya terdapat di daerah–daerah tertentu di
seluruh tanah air Indonesia (Soewito, 1996:15). Secara umum instrumen musik
apabila ditinjau dari sumber bunyinya (Mudjilah, 76:2004) terdiri dari 5 jenis yaitu
instrumen musik pukul, instrumen musik tiup, instrumen musik petik, instrumen
musik gesek dan instrumen vokal.
14
Peranan Desain Komunikasi Visual Dalam Perancangan Buku...../ Bayu Adityawarman
2.1.4.1 Instrumen Perkusi / Pukul (Percussion Instruments)
15
Peranan Desain Komunikasi Visual Dalam Perancangan Buku...../ Bayu Adityawarman
2.1.4.2 Instrumen Tiup (Wind Instruments)
16
Peranan Desain Komunikasi Visual Dalam Perancangan Buku...../ Bayu Adityawarman
2.1.4.3 Instrumen Petik (Quotation Instrument)
Alat musik petik menghasilkan suara ketika senar digetarkan dengan cara
dipetik. Tinggi rendah nada dihasilkan dari panjang pendeknya dawai (Seni Musik
SMP, 2006:126) yaitu:
17
Peranan Desain Komunikasi Visual Dalam Perancangan Buku...../ Bayu Adityawarman
b. Machina (cak), Instrumen musik cak pada umumnya mempunyai 4
pasang dawai yang terbuat dari senar baja, di mana penempatan dua
senar paling atas berjarak sangat dekat dibandingkan dengan senar
lainnya dan mempunyai nada yang sama. Steming instrument cak
yaitu: Senar nomor tiga (2 senar paling atas dengan nada yang sama,
D2), senar nomor dua dengan nada Fis1, sedangkan senar nomor satu
nadanya B1. Semua senar yang digunakan pada alat musik cak
berjenis steel atau logam baja.
Instrumen cak termasuk jenis alat petik dan berfungsi sebagai
pengiring maupun pemegang ritmis, di mana intonasi nada atau
range yang lebih tinggi jika dibandingkan alat petik lainnya, serta
dimainkan secara kontra ritmis dengan cuk. Harmunah, (1987:26)
Pembawaan kontra ritmis cak terjadi pada pukulan syncopation dan
akord yang dimainkan merupakan bentuk petikan rasquado.
18
Peranan Desain Komunikasi Visual Dalam Perancangan Buku...../ Bayu Adityawarman
c. Prounga (cuk), Alat musik cuk dikategorikan sebagai alat musik
dawai, senar yang digunakan pada ukulele (cuk) yaitu senar nylon,
dan instrumen ini biasanya mempunyai 3 utas tali senar, di mana
steming register yang digunakan adalah: senar nomor satu nadanya
- E2, senar nomor dua dengan nada - B1, sedangkan senar nomor tiga
menggunakan nada lebih tinggi dari lainnya yaitu - G2. Penggunaan
senar nylon pada instrumen ukulele musik keroncong bentuknya
sama persis seperti yang digunakan oleh instrumen gitar nylon.
Instrumen cuk termasuk jenis alat petik dan berfungsi sebagai
pengiring maupun pemegang ritmis dengan intonasi nada atau range
yang lebih rendah jika dibandingkan cak, dan suaranya cenderung
middle serta dimainkan secara kontra ritmis antara cak dan cuk.
Harmunah, (1987:27) Pembawaan kontra ritmis cuk terjadi pada
pukulan pertama dan ketiga, sedangkan akord yang dimainkan
merupakan bentuk petikan rasquado, tirando, trill dengan irama
tenang ajeg serta mempunyai kebebasan pengembangan akord.
Kontra ritmis yang dimaksud pada musik keroncong diantaranya
ialah antara instrumen cak dengan cuk. Jika permainan cuk
dimainkan tepat diketukan pertama menggunakan teknik resquado,
maka cak akan memainkan teknik yang sama akan tetapi dimulai
ketukan ke dua. Apabila instrumen cuk memainkan teknik tremolo
atau trill, maka cuk akan memainkan ritmis syncopation dengan nilai
nada seperdelapan ataupun seperenambelasan, hal ini disesuaikan
iramanya.
19
Peranan Desain Komunikasi Visual Dalam Perancangan Buku...../ Bayu Adityawarman
d. Bass, merupakan alat musik yang ukurannya paling besar di antara
7 instrumen keroncong, dan berfungsi sebagai penjaga irama atau
ritme. Cara memainkan kontra bass pada musik keroncong sama
halnya dengan kontra bass yang dipakai dalam musik pop, jazz,
tetapi senar yang digunakan terbuat dari nylon. Kontra bass memiliki
stem nada: E – A – D – G, menurut pengalaman di lapangan kontra
bass juga dapat diganti dengan bass elektrik. Instrumen bass
termasuk jenis alat petik dan berfungsi sebagai pengendali ritmis
dengan intonasi nada atau range paling rendah jika dibandingkan alat
petik lainnya.
20
Peranan Desain Komunikasi Visual Dalam Perancangan Buku...../ Bayu Adityawarman
2.1.4.4 Instrumen Gesek (String Instrument)
Alat musik gesek menghasilkan suara ketika dawai digesek. Seperti alat
musik petik, tinggi rendah nada tergantung panjang dan pendeknya dawai (Seni
Musik SMP, 2006:127) ialah:
a. Biola, merupakan salah satu alat musik gesek yang dipakai dalam
musik keroncong, yang berperan sebagai melodi lagu pokok maupun
melodi filler. Biola yang dipakai pada musik keroncong
menggunakan stem nada yaitu: G - D1 - A1 - nada E2 terletak di senar
nomor satu, pada nada A1 di urutan nomor dua, sedang nada D2
terletak pada senar nomor tiga, dan nada G di senar nomor empat.
21
Peranan Desain Komunikasi Visual Dalam Perancangan Buku...../ Bayu Adityawarman
b. Cello, Bentuk fisik dari cello gedhog keroncong dan cello yang
dipakai dalam setting instrumen musik klasik mempunyai bentuk
hampir sama, meskipun kedua alat musik ini tergolong alat musik
berdawai, tetapi perbedaan diantara kedua cello ini terletak pada
senar yang digunakan. Cello pada instrumen musik klasik
menggunakan senar logam terbuat dari baja stenleestel dan
dinamakan string, sedangkan cello gedhog keroncong menggunakan
senar yang terbuat dari nylon atau kulit sapi, dalam bahasa jawa di
sebut jangat. Jika instrument Cello string menggunakan empat senar
dengan stem yaitu: C –G – D – A. Sedangkan untuk instrumen Cello
Gedhog ada dua macam stem senar yaitu: C–G–D dan D–G–D,
teknik maupun cara memainkannya dengan cara dipetik (pizzicato),
istilah bahasa jawa dibethot. Instrumen cello gedhog termasuk jenis
alat petik dan berfungsi sebagai pengiring maupun pemegang ritmis
dengan intonasi nada atau range yang lebih rendah jika dibandingkan
alat petik lainnya kecuali bass bethot, serta bentuk permainannya
sangat kontra ritmis dengan bass. Jika digunakan pada jenis musik
keroncong langgam jawa, maka ia beralih fungsi sebagai pengganti
kendang dan pemegang tempo, baik untuk irama cokekan, engkel,
maupun doble.
22
Peranan Desain Komunikasi Visual Dalam Perancangan Buku...../ Bayu Adityawarman
2.1.4.5 Instrumen Vokal (Vocal Instrument)
a. Artikulasi, yaitu pengucapan kata demi kata yang baik dengan jelas.
b. Pernafasan, yaitu usaha untuk menghirup udara sebanyak–banyaknya,
kemudian disimpan, dan dikeluarkan sidikit demi sedikit sesuai dengan
keperluan.
c. Phrasering, adalah aturan pemenggalan kalimat yang baik dan benar
sehingga mudah dimengerti dan sesuai dengan kaidah–kaidah yang
berlaku. (Yulianta, 2010)
23
Peranan Desain Komunikasi Visual Dalam Perancangan Buku...../ Bayu Adityawarman
a. Bagian-Bagian Buku
Cover terdiri atas dua jenis, yaitu softcover dan hardcover. Softcover
pada umumnya paling sering digunakan oleh penerbit-penerbit buku.
Softcover juga biasa disebut sampul lunak atau juga paperback. Sedangkan
jenis kedua adalah hardcover, ukuran kertas jauh lebih tebal dan kuat.
Hardcover cocok digunakan pada perancangan buku narasi visual grup
Musik Krontjong Toegoe ini, karena hardcover biasanya digunakan untuk
menyampuli buku-buku lukis seperti ensiklopedi atau buku-buku yang
diasumsikan akan abadi, buku yang tidak akan ‘basi’ walau zaman terus
berubah.
b. Elemen-elemen Buku
24
Peranan Desain Komunikasi Visual Dalam Perancangan Buku...../ Bayu Adityawarman
2.1.5.2 Teori Desain Komunikasi Visual
25
Peranan Desain Komunikasi Visual Dalam Perancangan Buku...../ Bayu Adityawarman
Secara etimologis kata "Desain" berasal dari kata designo (bahasa Italia)
yang artinya gambar (Jervis, 1984). Kata ini diberi makna baru dalam bahasa
Inggris di abad ke-17, yang dipergunakan untuk membentuk School of Design tahun
1836. Makna baru tersebut dalam praktik kerap semakna dengan kata craft,
kemudian atas jasa Ruskin dan Morris, dua tokoh gerakan anti industri di Inggris
pada abad ke-19, kata “desain” diberi bobot sebagai seni berketerampilan tinggi
(art and craft)
Pada dasarnya desain berasal dari kebutuhan pokok manusia dan hasrat,
sejak dahulu dalam hasrat manusia, yaitu kebutuhan emosional dan pribadi,
termasuk keinginan untuk mencari makna atau arti, kepuasan, pemenuhan diri, dan
keamanan. Sementara tujuan komunikasi mencakup identifikasi, informasi,
promosi (provokasi, persuasi, propaganda, dan sebagainya), dan ambience
(penggarapan lingkungan), menurut Yongky Safanayong dalam bukunya yang
berjudul Desain Komunikasi Visual Terpadu (2006). Beliau juga memaparkan
bahwa proses visual meiliki beberapa tahapan, yaitu merasakan, menseleksi, dan
memahami. Apabila ketiga tahapan tersebut telah dialami maka menghasilkan suatu
penglihatan. (Yongky Safanayong, 2006: 24)
2.1.5.3 Ilustrasi
Ilustrasi merupakan bagian dari ilmu DKV. Istilah ilustrasi berasal dari
bahasa latin ilustrare yang artinya menerangkan sesuatu. Pengertian ilustrasi adalah
proses penggambaran objek, baik visual maupun audio dan lain-lain. Komunikasi
visual merupakan suatu komunikasi melalui wujud yang dapat diserap oleh indera
pengelihatan. Pada media komunikasi, khususnya media cetak, terdiri atas beberapa
unsur yaitu warna, tipografi, ilustrasi, layout, fotografi, dan lain sebagainya.
26
Peranan Desain Komunikasi Visual Dalam Perancangan Buku...../ Bayu Adityawarman
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia (Balai Pustaka, 1996), ilustrasi
dibagi menjadi dua jenis yaitu ilustrasi audio dan ilustrasi visual. Ilustrasi audio
berarti musik yang mengiringi suatu pertunjukan sandiwara di pentas, radio atau
musik yang melatari sebuah film.
Ilustrasi visual atau yang lebih dikenal dengan kata lain ilustrasi yaitu
gambar dapat berupa foto atau lukisan untuk membantu memperjelas isi buku,
karangan, dan sebagainya dapat juga bermakna gambar, desain, diagram untuk
penghias halaman sampul.
27
Peranan Desain Komunikasi Visual Dalam Perancangan Buku...../ Bayu Adityawarman
Musik Keroncong yaitu Krontjong Toegoe. Dalam perancangan buku ilustrasi ini
penulis menggunakan jenis ilustrasi blocking dan colorspot dengan media digital
paint.
28
Peranan Desain Komunikasi Visual Dalam Perancangan Buku...../ Bayu Adityawarman
Gambar 2.1.5 Ilustrasi Colorspot Menggunakan Media Digital Paint
Sumber:
(https://id.pinterest.com/search/pins/illustration%89digital&rs=typed&term_meta%34B%9D=digit
a29%33Ctyped)
29
Peranan Desain Komunikasi Visual Dalam Perancangan Buku...../ Bayu Adityawarman
Gambar 2.1.5 Ilustrasi Blocking menggunakan Media Digital Paint
Sumber:
(https://id.pinterest.com/search/pins/?q=illustration%20digital&rs=typed&term_meta%7B%9D=di
gital%6Ctyped)
30
Peranan Desain Komunikasi Visual Dalam Perancangan Buku...../ Bayu Adityawarman
diartikan sebagai tata letak elemen-elemen desain terhadap suatu bidang dalam
media tertentu untuk mendukung konsep atau pesan yang dibawanya. Definisi
layout dalam perkembangannya sudah sangat meluas dan melebur dengan definisi
desain itu sendiri, sehingga banyak orang mengatakan me-layout itu sama dengan
mendisain.
Adapun prinsip layout antara lain, urutan, penekanan, keseimbangan,
kesatuan, dan konsistensi. Urutan menunjuk pada aliran membaca. Penekanan
menunjuk pada objek-objek penting dalam urutan pembacaan. Keseimbangan
menunjuk pada pembagian berat ruang, termasuk ruang isi dan kosong (ruang sela).
Kesatuan menunjuk pada usaha menciptakan kesatuan objek, termasuk ruang
secara keseluruhan. Konsistensi menunjuk pada kontrol estetik tampilan
keseluruhan. (Surianto Rustan, 2009: 74-75)
Dalam perancangan buku ilustrasi ini, prinsip layout menjadi dasar tata letak
seluruh konten buku. Urutan dapat diterapkan pada informasi, penekanan
diterapkan pada tata letak ilustrasi pemain keroncong dan alat musiknya,
keseimbangan dilihat dari kesinambungan antara penataan halaman satu dan
halaman lainnya, kesatuan dilihat dari keseimbangan letak objek ilustrasi dan ruang
kosong di tiap halaman, serta konsistensi dilihat dari keseluruhan buku.
Tipografi adalah salah satu bahasan dalam Desain Komunikasi Visual yang
tidak berdiri sendiri secara ekslusif, ia sangat erat terkait dengan bidang keilmuan
lain seperti komunikasi, teknologi, psikologi, bahkan elemen lain dalam desain
seperti layout. Secara tradisional, istilah tipografi berkaitan erat dengan setting
huruf dan percetakannya. Pengaruh teknologi digital yang sangat pesat pada masa
kini, membuat makna tipografi semakin meluas. Desain, termasuk tipografi,
bersifat sangat dinamis dan terus mengalami perkembangan di masyarakat.
(Surianto Rustan, 2011: -1; 17)
Legibility dan readability harus dipandang secara luas, tidak hanya
dipengaruhi oleh desain atau bentuk huruf saja, tapi juga dipengaruhi oleh aspek-
aspek, yaitu objektif – teks itu sendiri, subjektif – si pembaca, eksternal – kondisi
31
Peranan Desain Komunikasi Visual Dalam Perancangan Buku...../ Bayu Adityawarman
di luar faktor objektif dan subjektif. Aspek-aspek tersebutlah yang membuat
legibility dan readability menjadi syarat penting dalam sebuah penulisan.
Menurut Surianto pada buku ‘Huruf Font Tipografi’ (2011), legibility
berhubungan dengan kemudahan mengenali dan membedakan masing-masing
huruf atau karakter. Legibility menyangkut desain atau bentuk huruf yang
digunakan. Suatu jenis huruf dikatakan legible apabila masing-masing huruf atau
karakter-karakternya mudah dikenali dan dibedakan dengan jelas satu sama lain.
Readability behubungan dengan tingkat keterbacaan suatu teks. Teks yang readable
berarti keseluruhannya mudah dibaca. Apabila legibility lebih membahas kejelasan
karakter satu-persatu, readability tidak lagi menyangkut huruf atau karakter satu-
persatu, melainkan keseluruhan teks yang telah disusun dalam satu komposisi.
Pemilihan tipografi dalam perancangan buku haruslah sesuai dengan citra
yang ingin ditimbulkan penulis. Pada perancangan buku ini, kesan sejarah dapat
dibangun dengan memilih jenis huruf dengan karakterisitik elegan, atau ingin
menekankan kesan catatan pada sebuah buku jurnal dapat memilih jenis huruf
tulisan tangan. Namun legibility dan readability harus menjadi syarat utama dalam
memilih jenis huruf.
Buku yang berjudul Krontjong Toegoe yang ditulis oleh Victor Ganap
(2000). Dalam bukunya ini, Victor Ganap membahas cukup detail tentang musik
keroncong tugu, baik secara historisnya, maupun diskusi musiknya yang
memberikan wawasan baru bagi penulis khususnya tentang musik keroncong tugu.
Akan tetapi dalam buku ini tidak mendapati ada sebuah pembahasan khusus
mengenai musik keroncong tugu dijadikan media visualisasi yang menarik untuk
dibaca dan dikembangkan oleh kalangan remaja.
Tulisan Philip Yampolsky (2006) dalam buku Musik Populer yang
membahas tentang perjalanan musik keroncong dan perkembangannya dalam
beberapa dekade yang diawali dari zaman kolonial hingga tahun 1950-an. Dalam
tulisan ini dia hanya membahas sedikit tentang musik keroncong tugu, yaitu hanya
32
Peranan Desain Komunikasi Visual Dalam Perancangan Buku...../ Bayu Adityawarman
membahas tentang musik keroncong tugu yang merupakan tradisi musikal
mardijekrs dan keturunannya yang bermukim di Kampung Tugu. Tentu saja tulisan
ini juga sangat bermanfaat bagi penulis sebagai refrensi, namun tulisan ini tidak
membahas mengenai musik keroncong tugu dijadikan media visualisasi yang
menarik untuk dibaca dan dikembangkan oleh kalangan remaja.
Magdalia Alfian (2013) juga membuat sebuah tulisan mengenai musik
keroncong yaitu Keroncong Music Reflects the Identity of Indonesia. Dalam tulisan
ini diceritakan bahwa musik keroncong merupakan musik yang sangat populer di
tahun 70-an hingga 80-an, dan kepopuleran musik keroncong menjadi identitas
yang menggambarkan Indonesia. Namun karena kemajuan teknologi
kepopulerannya mulai berkurang sehingga dilakukan berbagai cara agar musik
keroncong tetap eksis. Salah satu yang dilakukan generasi muda terhadap
pelestarian musik keroncong adalah dengan memasukkan unsur dari genre-genre
musik lain. Keberhasilan musik keroncong bertahan hingga sekarang memberikan
banyak kontribusi terhadap Indonesia sehingga sangat wajar dianggap sebagai
warisan dunia.
Sebuah tulisan dari Chysanti Arumsari (2012) yaitu Keroncong Tugu: The
Beat of Nationalism from Betawi, Jakarta, Indonesia. Hasil penelitian ini
menyimpulkan bahwa keroncong tugu adalah seni musik Betawi yang harus
dikembangkan karena musik keroncong tugu punya karakter tersendiri. Selain itu,
meskipun musik keroncong tugu sudah disahkan sebagai kebudayaan betawi
namun tidak ada rasa kepemilikan serta masih banyak warga DKI yang tidak
mengenal dan tidak perduli terhadap musik keroncong tugu.
Sebuah tulisan terakhir yang berjudul The Dynamics of Keroncong Music
in Indonesia yang ditulis oleh Linda Sunarti dan Wiwin Trinarti (2013). Tulisan ini
memaparkan tentang perjalanan musik keroncong di Indonesia dan dari analisis
mereka didapatkan hasil bahwa musik keroncong di Indonesia mampu terus
bertahan dan dipopulerkan dengan membuat promosi melalui media seperti televisi
dan radio sehingga masyarakat menjadi familiar terhadap musik keroncong. Selain
itu dalam tulisan ini juga disimpulkan bahwa para seniman keroncong harus
melakukan inovasi untuk menarik minat lebih banyak orang.
33
Peranan Desain Komunikasi Visual Dalam Perancangan Buku...../ Bayu Adityawarman
Dari tulisan–tulisan di atas meskipun sudah banyak yang mengkaji
mengenai musik Keroncong Tugu, namun belum ada penulisan yang mengkaji
mengenai narasi visual grup musik Krontjong Toegoe menjadi media buku
visualisasi yang atraktif dan komunikatif agar dapat menyampaikan pesan ke
kalangan remaja untuk lebih mengenali dan mengembangkan kesenian keroncong
agar kesenian budaya musik sendiri memiliki generasi penerus.
34
Peranan Desain Komunikasi Visual Dalam Perancangan Buku...../ Bayu Adityawarman