TINJAUAN PUSTAKA
penerapannya, yaitu kepastian hukum dan keadilan. Hukum tanpa kepastian akan
kehilangan jati diri serta maknanya, karena tidak lagi dapat digunakan sebagai
salah satu tujuan dari hukum. Keteraturan masyarakat berkaitan erat dengan
kepastian dalam hukum, karena keteraturan merupakan inti dari kepastian itu
sendiri.
7
Syafruddin Kalo, Penegakan Hukum yang Menjamin KepastianHukum dan Rasa
keadilan Masyarakat” dikutip dari http://www.academia.edu.comdiakses 8 Desember 2016,
hlm. 4.
8
perundang-undangan yang dibuat oleh pihak yang berwenang sehingga aturan-
aturan itu memiliki aspek yuridis yang dapat menjamin adanya kepastian bahwa
Indonesia 1945 Pasal 28D ayat (1) yang berbunyi “setiap orang berhak atas
pengakuan jaminan perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan
adalah jaminan bahwa hukum dijalankan, bahwa yang berhak menurut hukum
dapat memperoleh haknya dan bahwa putusan dapat dilaksanakan.8 Oleh karena
itu tentang apa arti dari sebuah kepastian hukum merupakan suatu hal yang sangat
penting pula bagi masyarakat. Kepastian hukum yang dituangkan dalam putusan
relevan secara yuridis serta dipertimbangkan dengan hati nurani. Hakim selalu
peraturan lain yang dijadikan dasar untuk diterapkan.9 Hal tersebut sangat penting,
oleh karena dengan adanya kepastian hukum itu akan sangat mempengaruhi
wibawa hakim dan elektabilitas pengadilan itu sendiri. Karena putusan hakim
Dalam menegakkan hukum ada tiga nilai yang harus diperhatikan, yaitu
kepastian hukum, kemanfaatan dan keadilan. Ketiga nilai tersebut harus ada
9
praktek tidak selalu mudah mengusahakan kompromi secara proporsional
seimbang antara ketiga unsur tersebut. Tanpa kepastian hukum orang tidak paham
apa yang harus diperbuatnya dan akhirnya timbul keresahan. Tetapi terlalu
dapat dikemukakan bahwa “summon ius, summa injuria, summa lex, summa crux”
yang artinya adalah hukum yang keras dapat melukai, kecuali keadilan yang dapat
hukum satu-satunya akan tetapi tujuan hukum yang substantive adalah keadilan.10
Kepastian hukum secara normatif adalah ketika suatu peraturan dibuat dan
diundangkan secara pasti karena mengatur secara jelas dan logis. Jelas dalam
artian tidak menimbulkan keragu-raguan (multi tafsir) dan logis. Jelas dalam
artian ia menjadi suatu sistem norma dengan norma lain sehingga tidak
kepada pemberlakuan hukum yang jelas, tetap, konsisten dan konsekuen yang
secara factual mencirikan hukum. Suatu hukum yang tidak pasti dan tidak mau
10
Dosminikus Rato, Filsafat Hukum Mencari dan Memahami Hukum, (Yogyakarta : PT
Presindo, 2010), hlm. 59.
10
adil bukan sekedar hukum yang buruk.11
hanya keadilan, tetapi juga kepastian hukum dan kemanfaatan hukum. Tujuan
hukum adalah mengatur pergaulan hidup secara damai jika ia menuju peraturan
ketiga tujuan hukum tersebut, keadilan merupakan tujuan hukum yang paling
penting, bahkan ada yang berpendapat, bahwa keadilan adalah tujuan hukum satu-
satunya.
11
keseimbangan. Hukum tanpa keadilan tidaklah ada artinya sama sekali.14
Menurut Hans Kelsen menyebut tujuan hukum sebagai Grund norm atau
Basic Norm.15 Tujuan hukum harus dipahami sebagai dasar sekaligus pengikat
dalam tujuan hukum semakin penting artinya, dan secara instrumental berfungsi,
dengan teori cita hukum oleh Gustav Radbruch, dimana ada 3 (tiga) nilai dasar
a. Nilai Kepastian
salah satu syarat yang harus dipenuhi dalam penegakan hukum. Sehingga
14
Rasjuddin, "Hubungan Tujuan Hukum Kepastian Hukum" (Online), (http://rasjuddin.
blogspot.com/2013/06/hubungan-3-tinjauan-hukum-kepastian-hukum.html diakses pada tanggal
15 Desember 2015).
15
Esmi Warasih, Pranata Hukum Sebuah Telaah Sosiologis (Semarang : Suryandaru
Utama, 2005), halaman 46.
16
Theo Hujber, Filsafat Hukum dalam Lintas Sejarah (Yogyakarta : Kanisius, 1995),
halaman 129.
17
Marwan Mas, Pengantar Ilmu Hukum (Jakarta : Ghalia Indonesia, 1997), halaman 73-74.
12
sesuatu yang diharapkan dalam keadaan tertentu.18 Montesquieu
b. Nilai Kemanfaatan
18
Ibid.
19
Ibid.
20
Sudikno Mertokusumo dan A. Pitlo, Bab-bab tentang penemuan hukum (Bandung Citra
Aditya Bakti, 1993), halaman 2.
21
Sudikno Mertokusumo, Kapita Selekta Ilmu Hukum (Jakarta : Liberty, 2011), halaman
74-75
13
sendiri tetapi demi hukum mewakili terpidana.22
Upaya hukum luar biasa tidak dapat dibatasi waktu atau ketentuan
formalitas untuk pengajuan upaya hukum luar biasa, seperti PK, karena
tetapi juga berdimensikan legal justice, moral justice, dan social justice
mengingat keadilan itulah menjadi tujuan utama yang hendak dicapai dari
upaya hukum PK hanya dapat dilakukan satu kali sehingga harus dikaji
para pihak.
c. Nilai Keadilan
lebih dari satu kali yaitu memberikan kebebasan hak dalam mengajukan
14
sebelumnya dalam persidangan maupun PK awal, dan juga benar-benar
memadai bagi pihak yang dirugikan, yaitu pihak terpidana yang telah
bisa bersifat subjektif dan bisa individualistis, artinya tidak bisa disama-
25
Ibid., halaman 101-102.
15
ratakan. Karena adil bagi si A belum tentu adil oleh si B. Oleh karena itu
ilmu lain seperti filsafat, sosiologi dan lain-lain. Kata-kata "rasa keadilan"
terjadi kepada pihak-pihak yang terlibat, yaitu terdakwa, korban, dan pihak
lainnya. Rasa keadilan inilah yang memberikan hak "diskresi" kepada para
ada dalam regulasi yang menjadi landasan hukum. Ini memang ada
menerapkan "rasa keadilan" tadi, karena bisa perangkat hukum yang ada
(perbuatan, perlakuan, dan lain sebagainya) yang adil : sama berat, tidak
1. Suatu karakteristik atau sifat yang terberi secara alami dalam diri
tiap individu manusia.
2. Dalam keadaan ini, keadilan memungkinkan orang mengerjakan
pengkoordinasian (menata) serta member batasan (mengendalikan)
pada tingkat emosi mereka dalam usaha menyesuaikandiri dengan
lingkungan tempat ia bergaul.
3. Keadilan merupakan hal yang memungkinkan masyarakat manusia
menjalankan kodrat kemanusiaannya dalam cara-cara yang utuh
dan semestinya.26
26
Herman Bakri, Filsafat Hukum Desain dan Arsitektur Kesejarahan (Bandung : Refika
Aditama, 2007), halaman 177.
16
Untuk dapat memahami lebih jauh tentang bekerjanya keadilan di
dalam jiwa tiap-tiap individu manusia, Plato menelaah sifat manusia dalam
konteks yang sangat luas, yakni kaitannya dalam sebuah Negara Kota.27
1. Dalam suatu masyarakat yang adil, tiap warga Negara harus dapat
memainkan perannya (fungsi kemasyarakatan) yang paling sesuai
dengan dirinya demikian juga halnya dalam asset-aset ekonomi
perorangan.
2. Keadilan hanya akan menjadi pemenang jika akal (nalar) juga
menang, selera serta nafsu binatang semestinya diletakkan
(dikendalikan) sedemikian rupa pada tempat yang sesuai.
3. Tatanan masyarakat yang berkeadilan hanya akan tercapai
sepanjang akal manusia beserta keseluruhan prinsip-prinsipnya
rasional lainnya dapat memandu penyelenggaraan kehidupan dari
elemen-elemen (masyarakat).
masyarakat.28
17
komunikatif adalah perlakuan kepada seseorang tanpa melihat jasa-
sesuai dengan konstitusi yang mana pembentukan undang-undang pada saat itu
dibuat sendiri oleh Presiden dan DPR hanya menyetujui dan tidak memberikan
koreksi atas undang-undang yang dibuat oleh Presiden. Sejak 13 Agustus 2003
hingga pada saat ini Mahkamah Konstitusi adalah salah satu pelaku kekuasaan
dilakukan oleh masyarakat itu sendiri seperti kejahatan yang makin lama makin
marak dan masyarakat merasa tidak mendapatkan keadilan dan kepastian hukum
30
Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum Sebuah Pengantar (Yogyakarta : Liberty,
2005), halaman 24.
31
Ikhsan Rosyada Parluhutan Daulay, Mahkamah Konstitusi : Memahami Keberadaannya
dalam Sistem Ketatanegaraan Republik Indonesia (Jakarta : Reneka Cipta 2006), halaman 173.
32
Siahaan Maruarar, Hukum Acara Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia (Jakarta :
Sinar Grafika, 2011), halaman 63.
18
jika berurusan dengan aparat penegak hukum. Mahkamah Konstitusi memiliki
wewenang yang dapat digunakan untuk memenuhi rasa keadilan dan kepastian
hukum yang dibutuhkan oleh masyarakat, dengan wewenang yang dimiliki oleh
Tahun 1945 wewenang Mahkamah Konstitusi juga diatur dengan jelas pada Pasal
memenuhi rasa keadilan dan keastian hukum maka melalui wewenang yang
33
Sekretariat Jenderal MPR, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945 (Jakarta : Sekjen MPR RI, 2014).
34
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah
Konstitusi.
19
diberikan oleh Undang-Undang Dasar. Mahkamah Konstitusi dapat mengkaji
Hukum acara pidana di dalam hukum pidana adalah hukum yang mengatur
berkaitan dengan proses beracara atau secara umum dikenal dengan hukum
Secara umum, hukum acara pidana dapat dikatakan sebagai susunan atau tata cara
aturan bagaimana negara serta perantara alat-alat kekuasaan suatu negara tersebut
20
menggunakan haknya untuk memberikan hukuman atau menghukum. Beberapa
seperti:
hukum yang mengatur bagaimana tata cara aparat penegak hukum dalam
35
Pengertian Hukum Acara Pidana Menurut Pakar" (Online), (http://www.pengertianpakar.
com/2014/09/pengertian-hukum-acara-pidana-menurut-html#_ , diakses 21 Desember 2015).
21
maupun tersangka/terdakwa adalah sama-sama manusia yang dependen
kepada Tuhan, sama manusia tergantung kepada kehendak Tuhan. Semua
makhluk manusia tanpa kecuali adalah ciptaan Tuhan, yang kelahirannya
di permukaan bumi semata-mata adalah kehendak dan rahmat Tuhan.36
Tuhan.
tanpa kecuali.
4. Fungsi atau tugas apapun yang diemban oleh setiap manusia, hanya
semata- mata dalam ruang lingkup menunaikan amanat Tuhan Yang Maha
Esa.
Tuhan yang memiliki hak dan martabat kemanusiaan yang harus dilindungi dan
hukum berada dalam ruang lingkup amanat Tuhan, mereka harus berani dan
penegakan hukum.
36
M. Yahya Harahap, Pembahasan Permasalahan Penerapan KUHAP Penyidikan dan
Penuntutan (Jakarta: Sinar Grafika, 2004), halaman 20.
22
Hukum acara pidana itu sendiri dianggap sudah tepat jika dibandingkan
dengan istilah hukum proses pidana atau hukum tuntutan pidana. Belanda
pidana. Istilah itu dipakai menurut Menteri Kehakiman Belanda pada waktu
prosedur acara pidana. Sehingga istilah bahasa inggris Criminal Procedure Law
Hukum acara pidana ruang lingkupnya lebih sempit, yaitu hanya mulai
di Indonesia diadakan kodifikasi dan unifikasi yang lengkap dalam arti seluruh
proses pidana dari awal (mencari kebenaran) sampai pada Kasasi di Mahkamah
Landasan Konstitusional KUHAP adalah UUD NRI 1945 dan Undang- Undang
Pokok Kehakiman Nomor: 14 Tahun 1970. Landasan Hukum yang terdapat dalam
37
Andi Hamzah, Hukum Acara Pidana, (Jakarta : Sinar Grafika, 2009), halaman 2.
38
Ibid, hlm. 3.
39
Andi Hamzah, Hukum Acara Pidana (Jakarta : Ghalia Indonesia, 1985), halaman 30.
23
UUD 1945 antara lain :
Indonesia.
D. Peninjauan Kembali
40
“Peninjauan Kembali #Prinsip Umum PK” (Online),
(http://wikipedia.org/wiki/Peninjauan _Kembali#Prinsip_Umum_PK diakses 21 Desember 2015).
24
lagi untuk dilakukan. Upaya hukum luar biasa terdiri dari kasasi demi
atau dalam Bahasa Belanda dikenal dengan istilah Herziening adalah suatu
mempunyai kekuatan hukum tetap (inkracht van gewjisde). Hal ini sesuai
dengan ketentuan yang terdapat di dalam Pasal 263 ayat (1) Kitab Undang-
setelah semua upaya hukum biasa berupa banding dan kasasi telah tertutup
tetap.
pula putusan PT yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap dan telah
25
kekuatan hukum tetap. Mempunyai kekuatan hukum tetap berarti telah
waktu 180 hari, maka sejak saat itu terbuka jalan untuk
kembali merupakan salah satu upaya hukum luar biasa dalam sistem
dari upaya hukum biasa yaitu persidangan pada Pengadilan Negeri, tingkat
terakhir yang dapat ditempuh untuk mendapatkan keadilan bagi para pihak
terhadap putusan hakim yang sudah berkekuatan hukum tetap atau incrah,
26
dibatasi secara tegas dan pasti agar tidak melanggar berlakunya asas
terampasnya hak-hak dan keadilan, kondisi akibat itu tidak dapat lagi
hukum luar biasa. Luar biasa yang dimaksud dalam hal ini karena upaya
yang diatur dalam Pasal 263 ayat (1) KUHAP, yang menyatakan bahwa :
41
Jimly Asshiddiqie, Cita Negara Hukum Indonesia Kontemporer, Papper.
Disampaikan dalam Wisuda Sarjana Hukum Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya Palemban g,
23 Maret 2 004 dalam Simbur Cahaya No. 25 Tahun IX Mei 2004.
42
Jimly Asshidiqie, Negara Hukum Indonesia (Jakarta : Universitas Jayabaya Press, 2010),
halaman 63.
27
tetap, kecuali putusan bebas atau lepas dari tuntutan hukum, terpidana
hak terpidana yang telah dirampas negara secara tidak sah, bentuk
dosa negara pada terpidana atas kesalahan negara yang telah merampas
keadilan dan hak-haknya secara tidak sah atau negara telah melaukan
harus dilindunginya.
Ketentuan ini diatur dalam Pasal 266 ayat (3) KUHAP yang berbunyi
28
Mahkamah Agung tidak diperkenankan menjatuhkan putusan yang
berkekuatan hukum tetap (BHT). Hal ini berarti bahwa saat putusan
43
Yahya Harahap, Upaya Hukum Luar Biasa : Pembahasan Permasalahan dan
Penerapan KUHAP Pemeriksaan Sidang Pengadilan, Banding, Kasasi, dan Peninjauan Kembali
(Jakarta: Sinar Grafika, 2008), halaman 607.
44
M. Yahya Harahap, Ruang Lingkup Peninjauan Kembali : Kekuasaan Mahkamah Agung
Pemeriksaan Kasasi dan Peninjauan Kembali Perkara Perdata (Jakarta: Sinar Grafika, 2008),
halaman 431.
29
tahun dalam kasus pembunuhan Nasrudin Zulkarnain merasa
dirinya belum mendapat keadilan dengan upaya PK yang
pernah ia lakukan. Dalam persidangan uji materi tersebut
terdapat perdebatan mengenai keadilan dan kepastian
hukum.Apabila PK dapat dilakukan berkali-kali maka
kepastian status hukum seseorang sukar ditentukan.Yusril Ihza
Mahendra yang tampil sebagai saksi ahli dalam sidang uji
materi di MK menerangkan bahwa PK berkali-kali adalah
dalam rangka mencari keadilan materil. Pada 6 Maret 2014
MK memutuskan mengabulkan permohonan Antasari Azhar
yakni PK dapat dilakukan lebih dari satu kali. Putusan ini
mendapat respon kurang baik dari Mahfud MD yang
merupakan mantan Ketua Mahkamah Konstitusi. Mahfud
berpendapat bahwa putusan MK terkait PK berkali-kali
menimbulkan kepastian hukum seseorang menggantung.45
adalah hak yang diberikan pada terpidana atau ahli warisnya. Permintaan
30
waktu. Peninjauan kembali dilakukan secara tertulis dengan alasan-alasan
sebagai berikut:
Apabila pemohon sendiri tidak hadir dan menandatangani berita acara itu,
didukung oleh alat-alat bukti yang sah mengenai tindak pidana yang
46
Luhut M.P. Pangaribuan, Hukum Acara Pidana : Surat resmi advokat di pengadilan,
(Jakarta : Papas Sinar Santika, 2013), halaman 187.
47
Adi Harsanto, Jubair, dan Sulbadana, Upaya Hukum Peninjauan Kembali Dalam
31
Mahkamah Agung adalah pemegang kekuasaan kehakiman yang
tiga orang hakim agung. Putusan dibacakan dan ditandatangani oleh hakim
Perkara Pidana Pasca Putusan Mahkamah Konstitusi, Jurnal Katalogis, Vol. 5, No. 3, Maret 2017,
hlm. 1-11.
32