TINJAUAN PUSTAKA
menyampaikan bahwa hal itu didasarkan pada adanya pendapat dari Gustav
Radbruch bahwa hukum memiliki keharusan untuk memuat tiga nilai dasar
persamaan hak bagi semua orang yang memiliki urusan di ranah pengadilan,
hukum membahas mengenai utility atau nilai guna.9 Dalam hal ini dari ketiga
dalam hal kepastian hukum harus dipenuhi terlebih dahulu karena dalam
hukum bagi seseorang dan kemanfaatan hukum yang menciptakan nilai guna,
maka dari itu penulis disini dalam penelitiannya akan condong dan fokus pada
9
Satjipto Rahardjo, 2012, Ilmu Hukum, Bandung, Citra Aditya Bakti, halaman 19.
18
Kepastian sendiri secara etimologis intinya berasal dari kata pasti dimana
memiliki pengertian tidak dapat dirubah. 10 Selain itu juga memiliki pengertian
kepastian sendiri adalah dalam hal suatu kondisi yang pasti, seyogyanya
hukum juga begitu harus pasti. Selain itu juga dapat dilihat dengan peraturan
dengan jelas dan masuk akal.11 Kepastian sendiri dapat dilihat dengan
penelitian normatif.
yang jelas, masuk akal atau logis dan nantinya tidak akan terjadi keraguan
atau peraturan yang ada serta sesuai dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun
6 huruf i yang pada intinya menyatakan bahwa isi daripada muatan dalam
suatu batasan bagii masyarakat dalam melakukan suatu hal tindakan dari satu
10
W.J.S. Poerwadarminta, 2006, Kamus Umum Bahasa Indonesia Edisi Ketiga, Jakarta, Balai
Pustaka, halaman 847.
11
C.S.T Kansil, 2009, Kamus istilah Hukum, Jakarta, Gramedia Pustaka, halaman 385.
19
orang terhadap orang yang lainnya.12 Adanya batasan di dalam suatu peraturan
dan memiliki banyak makna atau biasa penulis menyebut multitafsir jika
Adapun pendapat para ahli yang digunakan penulis untuk dijadikan dasar
berfikir dan referensi yaitu teori yang dikemukakan Gustav Radbruch yaitu
yakni suatu yang sangat mendasar dimana hukum harus positif, dilaksanakan
dan dipatuhi. 13 Maksud dari pernyataan beliau adalah asas kepastian hukum
yang akan diberlakukan dalam suatu waktu dan tempat tertentu sehingga
tujuan dari kepastian hukum nantinya dapat tercapai dan dapat diterima serta
12
Peter Mahmud Marzuki, 2008, Pengantar Ilmu Hukum, Jakarta, Kencana, halaman 158.
13
O.Notohamidjojo, 2011, Soal-Soal Pokok Filsafat Hukum, Salatiga, Griya Media, halaman 33-
34.
20
c. Fakta dalam suatu kejadian perlu dijelaskan dan diuraikan secara benar
dijalankan.
Faktor-faktor diatas tentu tidak bisa terlepas dengan asas kepastian hukum
jika ditinjau dan dipahami secara seksama, dalam empat faktor tersebut
memiliki korelasi yang saling berkaitan, pada poin yang pertama perundang-
suatu kejadian dan tidak hanya berhenti pada poin tersebut namun korelasi
masih berlaku pada poin selanjutnya dimana setelah fakta ditemukan tentu
Tidak hanya Gustav Radbruch namun ada pendapat kedua yang juga
dilakukan.
pemerintah.
14
Ibid. halaman 292-293.
21
Dengan adanya penjelasan diatas tersebut maka seseorang dapat tahu apa
saja yang dapat dan tidak dapat dibebankan atau dikenakan oleh negara
nantinya tujuan kepastian hukum akan tercipta suatu keamanan hukum bagi
konkret dan cepat dalam hal ini yang dimaksud adalah para pencari keadilan
atau masyarakat pada umumnya dan yang kedua adalah hukum harus memiliki
masyarakat memerlukan kepastian hukum maka hukum itu telah ada dan dapat
dan cepat selanjutnya pada poin kedua menjadi pengingat dalam poin pertama
15
Riduan Syahrani, 1999, Rangkuman Intisari Ilmu Hukum, Bandung, Citra Aditya Bakti,
halaman 23.
16
Shidarta, 2006, Moralitas Profesi Hukum Suatu Tawaran Kerangka Berfikir, Bandung, PT.
Revlika Aditama, halaman 82-83.
22
hukum atau pengaturan tersebut harus tetap memiliki batasan-batasan secara
Maka dari pemaparan dan penjelasan teori dari asas kepastian hukum
diatas adanya asas tersebut maka segala bentuk perbuatan yang dilakukan oleh
seseorang dapat terjamin karena orang akan tahu mana yang dapat dan tidak
dapat dilakukan.17 Dalam hal ini juga dapat digunakan landasan berfikir oleh
Kepastian hukum secara umum telah diatur dalam UUD 1945 pada pasal
28D ayat 1 pada intinya mengatakan tiap warga Negara Republik Indonesia
KUHP menyatakan pada intinya tidak ada tindak pidana yang dapat dipidana
17
Peter Mahmud Marzuki, 2008, Pengantar Ilmu Hukum Edisi Revisi, Jakarta, Kencana Prenada
Media Group, halaman 136.
18
Hans Kelsen, 2007, General Theory Of Law And State (Teori Umum Hukum dan Negara-Dasar-
dasar Ilmu Hukum Normatif Sebagai Ilmu Hukum Deskriptif-Empirik) Alih Bahasa Somardi,
Jakarta, Media Indonesia, halaman 46.
23
kecuali berdasarkan ketentuan hukum pidana yang telah ada sebelum tindak
hukum pidana karena sangat penting dan vital dalam menentukan peraturan
hukum pidana dapat diterapkan pada kejahatan yang dilakukan. Jika ada
tindak pidana, itu bisa dilihat dalam peraturan apakah suda terdapat aturan
yang mengatur tentang tindak pidana yang terjadi pada saat itu. Hal ini
berhubungan dan berkaitan dengan asas lex certa (asas yang digunakan di
dalam hukum harus jelas), asas lex stricaar (asas yang digunakan di dalam
hukum harus tanpa samar-samar) dan asas lex scripta (asas yang digunakan di
Penyataan dari Moeljatno pada poin pertama telah mengacu pada pasal 1
ayat 1 KUHP namun penjelasan kedua dan ketiga beliau lebih menekankan
serta menjelaskan lebih detail mengenai asas legalitas dimana pada poin
pengertian kedua jika terjadi suatu tindak pidana maka untuk menentukan
perbuatan pidana haruslah sesuai fakta dan tidak bisa di analogikan dan
pengertian pada poin ketiga lebih menguatkan pada pengertian kedua dimana
pada poin ketiga beliau mengatakan ketentuan hukum pidana tidak berlaku
surut dimana memiliki pengertian yaitu Jika hukum berubah setelah kejahatan
19
Moeljatno, 2008, Azas-Azas Hukum pidana, Jakarta, Rineka Cipta, halaman 27.
24
dilakukan, ketentuan yang paling menguntungkan akan berlaku untuk
terdakwa dalam atau sering disebut asas retroaktif dimana kembali pada poin
pasal 28D ayat 1 yang nantinya hasil dari rumusan norma tersebut dapat
dijadikan pedoman bagi masyarakat secara jelas tanpa mengurangi hak dan
Jadi hemat penulis jika dilihat penjelasan dan penguraian alur berfikir
dalam bentuk kepastian hukum dapat dibagi menjadi dua aspek yaitu :
dengan cepat.
25
b. Sebagai keamananan hukum yang harus dipastikan terlindungi, dapat
hukum.
disini pasal 27 ayat 3 UU 19/2016 Atas Perubahan ITE harus memiliki batasan
Keadilan memiliki asal dari kata adil dalam bahasa istilahnya dikenal
dengan iustitia, dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adil merupakan
tidak sewenang, tidak memihak, dan tidak berat sebelah kepada siapapun atau
merupakan sifat daripada perbuatan serta perlakuan yang adil. 21 Dalam Kamus
memandang sama kepada siapapun dan berlaku adil dari perbuatan maupun
perlakuan.
20
Shidarta, Loc.cit.
21
KBBI, Makna Adil, https://kbbi.web.id/adil, diakses tanggal 18 November 2021.
26
Sementara menurut pendapat Aristoteles dalam memahami keadilan
terdapat kaitan dengan tingkah laku manusia dalam aspek tertentu yakni
memilih kaitan baik diantara orang-orang dan kesepadanan diantara dua pihak,
orang apa yang menjadi hak nya sesuai dengan kemampuan dan prestasinya.22
keadilan hukum dilihat daripada tingkah laku yang diperbuat oleh seseorang
Keadilan juga memiliki makna suatu hal yang terdapat kaitan terhadap
sikap dan tindakan yang memiliki hubungan antar satu orang dengan
seseorang yang lain, selain itu keadilan dapat diartikan dengan tuntutan
supaya setiap orang bisa melakukan tindakannya sesuai dengan hak dan
tercapainya keadilan itu sendiri agar dalam hubungan manusia satu dengan
manusia lainnya tahu akan hak dan kewajibannya agar keadilan itu tercapai
22
Hyronimus Rhiti, 2015, Filsafat Hukum Edisi Lengkap (Dari Klasik Ke Postmodernisme)
Cetakan Kelima, Yogyakarta, Universitas Atma Jaya, halaman 241.
23
Manullang E. Fernando M, 2007, Menggapai Hukum Berkeadilan, Jakarta, Buku Kompas,
halaman 57.
27
penjelasan bahwasannya seseorang bebas dalam memastikan apa yang mereka
lakukan selama tidak melenceng dari prinsip kebebasan dari setiap orang yang
ada. Dalam kedua teori yang telah dipaparkan oleh kedua ahli tersebut hemat
penulis disini keadilan merupakan hal dapat dikatakan kebijakan yang dapat
memastikan orang bisa mendapatkan apa yang merupakan bagian darinya dan
prinsip kebebasan dari setiap orang, dalam dunia filsata keadilan sering
disebut dengan suum jus, summa injuria, summa lex. summa crux, yang mana
dapat diartikan yaitu sebagai hukum yang kuat akan menciderai kecuali
yang mengatur harus jelas agar dapat menjamin kepastian hukum bagi
masyarakat.
tujuan hidup bersama. Keadilan sendiri didasari dan dijiwai oleh hakikat
24
Ansori dan Abdul Gafur, 2006, Filsafat Hukum Sejarah,Aliran Dan Pemaknaan, Yogyakarta,
Universitas Gajah Mada, halaman 108.
25
M. Agus Santoso, 2014, Hukum, Moral & Keadilan Sebuah Kajian Filsafat Hukum Cetakan
Kedua, Jakarta, Kencana, halaman 86.
28
Selanjutnya keadilan juga disinggung dalam pembukaan UUD 1945
merupakan salah satu dari tujuan dari dibentuknya bangsa dan negara ini yang
harus menitikberatkan keadilan, dalam hal ini tentu peraturan yang dibuat
sebuah peraturan maka sejatinya peraturan akan tercipta secara adil ketika
telah terjamin kepastian hukumnya pasti secara rumusan pasalnya dan pasti
Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, yang menyatakan intinya
26
Lihat Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945.
27
Lihat Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
Undangan Pasal 6 ayat 1 huruf g.
29
perkara pidana, perdata, maupun administrasi serta diadili melalui proses
menggunakan teori dari ahli Aristoteles dimana beliau merupakan filsuf yang
menguraikan bahwa bentuk keadilan yang memiliki artian orang yang menjadi
sama rasa
seseorang sesuai dengan tingkah laku atau perbuatan yang telah seseorang
lakukan dari sisi akibat hukum, cara seseorang tersebut melakukannya, korban
seseorang akan disamaratakan dalam hak atau bagian yang ditujukan atau bisa
disebut dengan sama rata sama rasa. Sementara menurut teori Hans Kelsen
28
Lihat Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia Pasal 17.
30
mengungkapkkan nilai kecocokan ebuah norma adil dan benar.29 Dalam hal
dalam hal ini dapat dikatakan keadilan hukum akan berjalan ketika kepastian
yaitu guna atau faedah.30 Di dalam manfaat itu sendiri dalam pelaksanaannya
masyarakat.31
yang memiliki anggapan bahwa dalam setiap tujuan hukum dapat memberi
29
M. Agus Santoso, Op.cit. halaman 89.
30
KBBI, Makna Manfaat, http://kbbi.web.id/manfaat, diakses tanggal 17 November 2021.
31
Sudikno Mertokusumo dan A. Pitlo, 1993, Bab-Bab Tentang Penemuan Hukum, Bandung, Citra
Aditya Bakti, halaman 2.
32
Said Sampara dkk, 2011, Pengantar Ilmu Hukum, Yogyakarta, Total Media, halaman 40.
31
serta kehidupan yang cenderung terbebaskan dalam kesengsaraan.33 Artinya
Artinya disini menurut Utrecht dalam kemanfaatan hukum yang terjadi dalam
UUD 1945 khususnya pada pasal 28H dalam ayat 2 mengatakan intinya setiap
33
W. Friedman, 1990, Teori dan Filsafat Hukum Idealisme Filosofis dan Problema Keadilan,
diterjemahkan dari buku aslinya Legal Theory oleh Muhamad Arifin, Disunting oleh Achmad
Nasir Budiman dan Suleman Saqib, Jakarta, Rajawali Pers, halaman 112.
34
Said Sampara, Op cit. halaman 45-46.
32
manfaat yang sama.35 Dalam hal ini menurut hemat penulis pengaturan
kemanfaatan hukum telah terwakilkan dalam UUD 1945 dala pasal 28H ayat 2
ketika kesempatan dan manfaat diperoleh maka persamaan dan keadilan akan
tindak pidana.
Dimana dalam hal ini dari tiga bentuk kemanfaatan hukum yang telah
35
Lihat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 pasal 28H ayat 2.
36
Eddy O.S. Hiariej, 2009, Asas Legalitas & Penemuan Hukum dalam Hukum Pidana, Jakarta,
Erlangga, halaman 11.
33
orang.37 Hal tersebut menurut penulis sejalan dengan bentuk daripada
Menurut hemat penulis dari keberadaan ketiga teori diatas penulis lebih
berdasar keadaan hukum yang sungguh dan tidak terdapat istilah yang
(KBBI) adalah suatu perbuatan kejahatan.39 Atau lebih dikenal dengan bahasa
latin yaitu Strafbaarfeit memiliki arti tindak pidana yang dilakukan atas
37
Jeremy Bentham, 2006, Teori Perundang-undangan Prinsip-Prinsip Legislasi, Hukum Perdata
dan Hukum Pidana, Bandung, Nusamedia dan Nuansa, halaman 34.
38
Esmi Warassih, 1991, Implementasi Kebijaksanaan Pemerintah melalui Peraturan Perundang-
Undangan dalam Perspektif Sosiologis, Surabaya, Disertasi Program Pascasarjana Universitas
Airlangga, halaman 85.
39
KBBI, Makna Pidana, https://kbbi.web.id/pidana, diakses tanggal 21 November 2021.
34
perbuatannya sendiri. Strafbaarfeit juga mengandung makna arti tingkah laku
hukum yang dilakukan sengaja maupun tidak sengaja oleh orang dan atas
4. Adanya kesalahan.
Menurut pendapat Simons hemat penulis jika terdapat suatu tindak pidana
maka harus terdapat perbuatan manusia yang melawan hukum dan orang
perbuatannya sesuai pasal yang telah dilanggar tersebut atau dikenal dengan
istilah criminal act dan criminal responsibility, secara khusus unsur hanya
dibagi 2 yaitu unsur subyektif dan unsur obyektif dimana jika unsur subyektif
itu adanya unsur kesalahan yang dapat berupa kesengajaan melakukan sesuatu
40
Tongat, 2012, Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia Dalam Perspektif Pembaharuan, Malang,
UMM Press, halaman 105.
35
perbuatan yang mana telah mengetahui maksud dari perbuatan yang akan atau
telah dilakukan, jika unsur obyektif tentang perbuatan dan obyeknya untuk
atau tidak.
subyektif yaitu dengan sengaja, dalam KUHP tidak ada definisi secara jelas
lalu tanpa hak menurut Hoge Raad melawan hukum artinya tidak memiliki
wewenang atau tanpa hak artinya disini tidak memiliki kewenangan apapun.
Dalam unsur obyektif yaitu setiap orang adalah orang perseorangan.42 Artinya
adanya perbuatan, memenuhi syarat formil dan bersifat melawan hukum atau
dasarnya suatu tindak pidana tetap memiliki unsur yang mengikat diantaranya
41
S.R. Sianturi, 1996, Azas-Azas Hukum Pidana di Indonesia dan Penerapannya, Jakarta, Alumni
AhaemPetehahem, halaman 164.
42
Lihat Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 Tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia
Pasal 1 angka 6.
43
Tongat, Op.cit. halaman 107.
36
dilakukan oleh subyek hukum yang terdiri manusia dan badan hukum dimana
serta ada sebuah kesengajaan dilihat dari niat pelaku tindak pidana ini
hukum.
Kesalahan berasal dari kata dasar salah yang dimaknai dalam Kamus
44
Departemen Pendidikan Nasional, 2008, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi
Keempat, Jakarta, PT Gramedia Pustaka Utama, halaman 1206.
45
Mahrus Ali, 2012, Dasar-Dasar Hukum Pidana Cetakan Kedua, Jakarta, Sinar Grafika,
halaman 157.
46
Ibid.
37
Maka dari itu pengertian kesalahan disini jika dilihat dari segi psikologis
batin dengan perbuatan yang dilakukan oleh seseorang tersebut sehingga akan
pada perbuatannya.
berangkat dari sehat yang dapat mengatur tingkah laku sesuai atau
38
intinya mengenaimelakukan perintah jabatan yang sah. Dan alasan
seseorang akal sehat lahir battin dapat membedakan mana yang baik dan
buruk.49 Maka dalam hal ini terdapat dua faktor dalam menentukan adanya
dimana dapat menyesuaikan tingkah laku dala hal yang diperbolehkan dan
yang normal serta sehat dalam akal sehingga dapat membedakan hal-hal yang
47
Andi Matalatta, 1987, Victimilogy Sebuah Bunga Rampai, Jakarta, Pusat Sinar Harapan,
halaman 41-42.
48
KBBI, Makna Tanggung Jawab, https://kbbi.web.id/tanggung%20jawab, diakses tanggal 21
November 2021.
49
Mahrus Ali, Op.cit. halaman 171.
50
Lihat Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Pasal 44 dan Pasal 45.
39
baik dan buruk dan terdapat juga seseorang yang tidak dapat memberikan
Terdapat dua macam celaan yaitu celaan obyektif dan celaan subyektif,
dimana menurut Sudarto dalam celaan obyektif bahwa dapat dikenakan pidana
kesalahan dan bersalah selain itu juga seseorang harus bertanggungjawab atas
suatu pemidanaan maka harus memenuhi dua celaan diatas yaitu celaan
dengan hukum selain itu juga harus memenuhi celaan subyektif dimana
51
Hanafi Amrani dan Mahrus Ali, 2015, Sistem Pertanggungjawaban Pidana Perkembangan dan
Penerapan, Jakarta, Rajawali Pers, halaman 22.
40
3. Adanya pertanggungjawaban
pidana oleh hakim atas perundangan yang telah diatur dan ditegakkan serta
telah jelas akan sanksi yang akan diterapkan kepada seseorang yang
melakukan kesalahan.
52
Ibid.
53
KBBI, Makna Pidana, https://kbbi.web.id/pidana, diakses tanggal 21 November 2021.
54
Leden Marpaung, 2005, Asas-Teori-Praktik Hukum Pidana, Jakarta, Sinar Grafika, halaman 2.
55
Barda, 2002, Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana, Bandung, Citra Aditya Bakti, halaman
129.
41
Selain itu adapun menurut pendapat ahli yang lain yaitu Andi Hamzah
2. Teori relative atau teori tujuan (doel theorien) yaitu untuk melindungi
(prevention)
56
Tolib, 2010, Pokok-Pokok Hukum Penintesier Indonesia, Bandung, Alfabeta, halaman 21.
57
Adam Chazawi, 2010, Pembelajaran Hukum Pidana Bagian I Stelsel Pidana, Teori-teori
Pemidanaan Dan Batas Berlakuknya Hukum Pidana, Jakarta, PT Raja Grafindo Persada.
halaman 157.
58
Muladi dan Barda Nawawi Arief, 2010, Teori-teori dan Kebijakan Hukum Pidana, Cetakan Ke-
4, Bandung, Alumni, halaman 16.
59
Bambang Poernomo, 1982, Azas-Azas Hukum Pidana, Jakarta, Ghalia Indonesia, halaman 31.
42
b. Bentuk-Bentuk Sanksi Pidana
negara atau kelompok karena adanya suatu pelanggaran. Adapun terdapat dua
jenis sanksi dimana memiliki kedudukan yang sama diantaranya sanksi pidana
dan sanksi tindakan. Dimana sanksi pidana ini jenis sanksi yang paling banyak
Artinya disini adanya sanksi pidana dan sanksi tindakan semata-mata hanya
menjatuhkan hukuman.
Adapun bentuk-bentuk daripada sanksi pidana terdiri atas dua bagian yaitu
pidana pokok dan pidana tambahan, dalam KUHP pasal 10 pidana terdiri atas:
Pidana Pokok :
1. Pidana mati.
2. Pidana penjara.
3. Pidana kurungan.
4. Pidana denda.
5. Pidana tutupan.
Pidana tambahan :
60
Mahrus Ali, Op.cit. halaman 193.
61
Ibid. halaman 195.
43
3. Pengumuman putusan hakim. 62
c. Tujuan Pemidanaan
daripada pidana itu sendiri. Menurut ahli Franz Von List mengatakan tujuan
kepentingan. Hal itu juga dikatakan oleh ahli Hugo De Groot yaitu tujuan
oleh perbuatan jahat.63 Hemat penulis disini terdapat keterkaitan antara kedua
pendapat ahli diatas dimana Franz Von List mengatakan tujuan pemidanaan
dalam system hukum civil law dimana dalam teori ini berpendirian bahwa
penjatuhan pidana saat ini sistem hukum pidana yang berlaku di Indonesia
62
Lihat Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Pasal 10
63
Bambang, 2000, Hukum Pidana Kumpulan karangan Ilmiah, Jakarta, Bina Aksara, halaman 27.
64
Andi Sofyan dan Nur Azisa, 2016, Hukum pidana, Makassar, Pustaka Pena, halaman 85-87
44
No.73 Tahun 1958 Tentang KUHP dimana sistem pemidanaannya masih
praktek pelaksanaannya.
Dalam hal definisi mengenai setiap orang menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) memiliki definisi yaitu yang berkaitan dengan orang secara
pribadi. 65 Selain itu setiap orang memiliki pengertian yang telah dijelaskan
dalam pasal 1 angka 21 intinya orang itu warga negara Indonesia serta warga
negara asing maupun badan hukum. 66 Dalam artian pasal tersebut setiap
65
KBBI, Makna Orang, https://kbbi.web.id/orang, diakses tanggal 21 November 2021.
66
Lihat Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 Atas Perubahan Informasi dan Transaksi
Elektronik Pasal 1 angka 21
45
Adapun tambahan setelah undang-undang tersebut mengalami perubahan
yaitu dalam pasal 1 angka 6 huruf a intinya mengatakan setiap orang itu
pelaku memiliki hubungan kejiwaan yang lebih erat terhadap suatu tindakan
67
Lihat Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 Atas Perubahan Informasi dan Transaksi
Elektronik Pasal 1 angka 6 huruf a
68
KBBI, Makna Sengaja, https://kbbi.web.id/sengaja, diakses tanggal 21 November 2021.
46
atau dilakukan.69 Hemat penulis disini dengan sengaja merupakan suatu
mengetahui akibat daripada atau dampak dari apa yang orang tersebut
lakukan.
dikehendaki dan apa yang diperbuat harus diketahui atas dampak yang nanti
terjadi.
diketahui.
Dalam teori hukum pidana Indonesia demgan sengaja terdiri dari tiga
macam, yaitu :
tindakannya.
69
R. Abdoel Djamali, 2010, Pengantar Hukum Indonesia Edisi Revisi, Jakarta, Rajawali Pers,
halaman 219.
70
Leden Marpaung, Op.cit. halaman 44.
71
Moeljatno, 2008, Asas-asas Hukum Pidana, Jakarta, Penerbit Rineka Cipta, halaman 106.
47
2. Dengan sengaja secara keinsyafan kepastian dimana seseorang
tersebut tahu benar bahwa akibat itu pasti akan mengikuti perbuatan
itu
adalah tidak dengan dan hak adalah mempunyai hak. 73 Dalam hal ini tanpa
hak menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) yaitu tidak dengan hak,
adapun definisi lain mengenai tanpa adalah tidak ada sementara hak adalah
memiliki artian sesuatu yang didapatkan setiap orang yang sejak lahir.74
Hemat penulis tanpa hak memiliki artian hak yang tidak dimiliki
pasal 28F dan UU Nomor 39 Tahun 1999 pasal 14 ayat 2 pada intinya
72
Moeljatno, 1993, Perbuatan Pidana dan Pertanggung jawaban Dalam Hukum Pidana, Jakarta,
Bina Aksara, halaman 46.
73
KBBI, Makna Hak, https://kbbi.web.id/hak, diakses tanggal 22 November 2021
74
Widy Wardhana, Pengertian Hak Dan Keawjiban Warga Negara, http://academia.edu, diakses
tanggal 7 November 2021.
48
mengatakan bahwa setiap orang memiliki hak untuk memencari,
menggunakan haknya. 75 Artinya nanti orang tersebut juga akan terkena oleh
banyak orang atau berbagai pihak melalui Sistem Elektronik. 77 Dalam hal ini
75
R. Tresna.1994, Azas-Azas Hukum Pidana, Jakarta, Pustaka Tinta Mas, halaman 71.
76
KBBI, Makna Distribusi, https://kbbi.web.id/distribusi, diakses tanggal 21 November 2021
77
Lihat Penjelasan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 Atas Perubahan Informasi dan
Transaksi Elektronik Pasal 27
49
dikehendaki. 78 Dalam putusan MK tersebut mendistribusikan diartikan lebih
informasi.
seseorang (benda) kepada orang lain (benda lain).80 Selain itu dalam
ditujukan kepada satu pihak lain melalui sistem elektronik. Dalam hal ini
78
Lihat Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 50/PUU-VI/2008.
79
Departemen Pendidikan Nasional, 2008, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi
Keempat, Jakarta, PT. Gramedia Pustaka Utama, halaman 336.
80
KBBI, Makna Transmisi, https://kbbi.web.id/transmisi, diakses tanggal 21 November 2021
50
dalam jaringan media elektronik yang bisa diakses publik oleh siapa saja
yang tidak dibatasi oleh tempat dan waktu (kapan saja dan di mana saja).
itu tanpa dibatasi tempat dan waktu, hal ini tentu menjadi kekhawatiran
dan meneruskan suatu informasi dalam elektronik dari satu orang kepada
orang lainnya.
81
Departemen Pendidikan Nasional, Op.cit. halaman 1485.
82
KBBI, Makna Akses, https://kbbi.web.id/akses, diakses tanggal 21 November 2021.
51
mentransmisikan melalui sistem elektronik. Artinya di dalam frasa membuat
dapat diaksesnya tidak ada kepastian hukum karena tidak dijelaskan secara
membuat dapat diakses namun hanya dijelaskan akses saja yaitu kegiatan
dalam jaringan. Dalam hal ini tentu tidak dapat digunakan dalam membantu
hal ini tentu jika dapat digunakan cadangan maka batasan dalam membuat
dapat diaksesnya ini menjadi tidak ada, artinya pemaknaan yang terlalu luas
83
Adami Chazawi, 2016, Hukum Pidana Positif Penghinaan Tindak Pidana Menyerang
Kepentingan Hukum Mengenai Martabat Kehormatan dan Martabat Nama Baik Orang Bersifat
Pribadi Maupun Komunal, Surabaya, ITS Press, halaman 284
52
(connective), atau aditif (additive) yang memiliki arti kebersamaan.84
Artinya dan disini dapat dikatakan penyambung antar kalimat. Selain itu
Jika dilihat dari penjelasan diatas maka dapat ditarik pengertian dalam
tersebut diterapkan.
84
Reed Dickerson, 1960, The Difficult Choice Between "And" and "Or” Volume 46, American,
Bar Association, halaman 310.
85
V.C.R.A.C. Crabbe, 1993, Legislative Drafting, London, Cavendish Publishing Limited,
halaman 35.
53
berhubungan dengan alternatif atau pilihan86. Artinya kata “atau” berarti
menyuruh untuk memilih dari salah satu. Jika dilihat dari penjelasan diatas
maka terdapat pilihan yang harus dipilih salah satu dalam mendistribusikan
akan jelas dengan ketentuan hanya ada dua pilihan, meskipun pembaca
menjadi persoalan ketika ada lebih dari dua pilihan, maka jumlah alternatif
diaksesnya akan bertambah menjadi sulit meskipun hemat penulis disini jika
menggunakan dan/atau bisa memakai ketiganya atau bisa memilih salah satu
dapat diaksesnya.
86
Pam Peters, 2004, The Cambridge Guide to English Usage, Cambridge, Cambridge University
Press, halaman 397.
87
Ibid.
54
Menurut pendapat Crabbe simbol dan/atau tidak boleh digunakan dalam
c. Memfitnah (laster).
Dalam hal penghinaan semua telah diatur dalam KUHP Bab XVI buku II
khususnya dalam pasal 310 ayat 1 yang memuat semua unsur yaitu unsur
obyektif dan unsur subyektif, kedua unsur tersebut memiliki penjabaran dan
88
V.C.R.A.C. Crabbe, Op.cit. halaman 37.
89
KBBI, Makna Hina, https://kbbi.web.id/hina, diakses tanggal 21 November 2021.
55
dengan keadaan dimana tindakan dari seseorang itu harus dilakukan
sementara dalam unsur subyektif sendiri yaitu unsur yang melakat pada diri
sendiri memiliki arah yaitu tentang perbuatan dan obyeknya, begitupun juga
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah suatu perbuatan yang dapat
anggapan tersebut selalu dilihat dari sudut pandang orang lain. 92 Artinya
90
P.A.F. Lamintang, 1994, Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia, Bandung, Sinar Baru,
halaman 184.
91
KBBI, Makna Cemar, https://kbbi.web.id/cemar, diakses tanggal 21 November 2021.
92
Mudzakir, 2004, Delik Penghinaan dalam Pemberitaan Pers Mengenai Pejabat Publik Dictum
3, Yogyakarta, Atmajaya Press, halaman 18.
56
suatu perbuatan yang dapat mengotori kepribadian seseorang yang akan
terkait mengenai harga diri orang mengenai nama baik dimana nama baik itu
sendiri merupakan suatu harga diri atau martabat yang didasarkan pada
nama baik hemat penulis disini memiliki arti perbuatan yang dapat
atas citra baik terhadap seseorang oleh orang tersebut atau sebenarnya
yang telah dijelaskan diatas maka dapat ditarik pengertian dalam penghinaan
dan perbuatan yang dapat mengotori kepribadian dan harga diri mengenai
tersebut diterapkan.
93
Adami Chazawi, 2009, Hukum Pidana Positif Penghinaan, Surabaya, ITS Press, halaman 91.
57
13. Tinjauan Tentang Makna Penghinaan atau Pencemaran Nama Baik
seperti yang telah dijelaskan diatas, maka dapat ditarik pengertian dalam
kehormatan atau perbuatan yang dapat mengotori kepribadian atau harga diri
mengenai nama baik. Artinya kata “atau” berarti menyuruh untuk memilih
dari salah satu. Jika dilihat dari penjelasan diatas maka terdapat pilihan yang
harus dipilih salah satu dalam penghinaan atau pencemaran nama baik.
Baik
seperti yang telah dijelaskan diatas maka dapat ditarik pengertian dalam
menggunakan dan/atau bisa memakai ketiganya atau bisa memilih salah satu
58
menyebabkan pelanggaran hukum serta dilakukan secara sengaja dan dapat
yang dilarang oleh suatu aturan hukum yang mana jika dilanggar akan
mendapat sanksi pidana.94 Dari pendapat kedua para ahli dapat dikatakan
hampir memiliki inti yang sama dimana tindak pidana merupakan suatu
perbuatan yang telah dilarang dalam peraturan yang mana jika dilanggar
perbuatan yang menyerang seseorang dengan cara merusak nama baik atau
diserang merasa malu karena seperti yang telah disebutkan diatas suatu
terancam.
bagian yang telah dijabarkan diatas dan klasifikasi 6 bagian tersebut dapat
dituntut jika terdapat pengaduan dari orang yang menjadi korban atau
94
Amir Ilyas, 2012, Asas-Asas Hukum Pidana, Yogyakarta, Rangkang Education, halaman 89.
95
Leden Marpaung, 2007, Tindak Pidana Terhadap Kehormatan, Pengertian dan
Penerapannya, Jakarta, Grafindo Persada, halaman 9.
59
menderita atas perbuatan tersebut atau dalam dunia hukum sering disebut
dengan delik aduan atau jika menurut Drs. P.A.F. Lamintang beliau
menyatakan delik aduan merupakan tindak pidana yang hanya dapat dituntut
apabila ada pengaduan dari orang yang dirugikan. 96 Pada dasarnya berupa
pengaduan suatu tindak pidana yang hanya dapat dilakukan setelah adanya
menjadi 2, secara umum terdapat dalam KUHP Bab XVI pasal 310 dan 311
serta yang secara khusus diatur dalam UU 19/2016 atas perubahan ITE,
berbicara mengenai umum ke khusus maka tidak lepas dari asas lex specialis
secara fisik maupun verbal maka dari itu secara khusus UU 19/2016 atas
96
P.A.F. Lamintang, Op.cit. halaman 217-218.
60
perubahan ITE telah menetapkan 8 pasal sebelum di amandemen, setelah
penambahan pasal 45A dan 45B yang dimana dapat menjerat pelaku
yang pada mulanya paling lama enam tahun menjadi empat tahun sedangkan
perubahan juga terjadi pada denda yang awalnya 1 miliar menjadi 750 juta,
Penghinaan sendiri secara umum diatur dalam KUHP Bab XVI seperti
dimaksud dalam pasal 310 KUHP adalah keadaan dimana seseorang dituduh
sesuatu hal yang tidak sesuai dengan fakta yang sebenarnya dan diketahui
serta integritas seseorang atau hemat penulis jika dilihat dari pasal 311 ayat
sejenisnya maka masuk ke dalam pasal 315 KUHP atau biasa disebut
penghinaan ringan.
61
Berbicara mengenai pengaturan penghinaan dan/atau pencemaran nama
sedikit yang pada mulanya saat disahkan pada tahun 2008 merupakan delik
biasa sehingga bisa diproses secara hukum meskipun tidak ada pengaduan,
namun setelah di amandemen pada tahun 2016 berubah menjadi delik aduan
VI/2008 bahwa tafsir yang berlaku atas pasal 27 ayat 3 UU 19/2016 atas
perubahan ITE tidak dapat dipisahkan oleh pengaturan secara umum dalam
KUHP pasal 310 dan pasal 311 KUHP sebagai genus delict yang setelah di
atau klacht delic kepada pihak yang berwajib agar dapat dituntut serta secara
19/2016 atas perubahan ITE dimana pasal a quo atau pengejewantahan pasal
juga harus ditafsirkan sebagai delik aduan agar dapat dituntut dan dibawa ke
pengadilan terkait.
97
KBBI, Makna Informasi, https://kbbi.web.id/informasi, diakses tanggal 21 November 2021.
62
merupakan sekumpulan data elektronik yang tidak terbatas pada tulisan,
gambar, surat elektronik, telegram atau sejenisnya yang telah diolah dan
ada di dalam elektronik entah gambar atau sejenisnya dan dapat dipahami
Dalam pengertian informasi sendiri memiliki asal usul atau arti sebagai
internet.
Adapun pendapat para ahli yang dijadikan landasan berfikir penulis yaitu
98
Lihat Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 Atas Perubahan Informasi dan Transaksi
Elektronik Pasal 1 angka 1.
99
W.J.S Poerwadarminta, 1999, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka,
halaman 380.
100
M. Arsyad Sanusi, 2005, Hukum dan Teknologi Informasi, Jakarta, Tim Kemas Buku, halaman
6.
63
informasi dengan adanya dinamika sosial yang mengarahkan individu
arahan dan perintah dari atasan akan langsung diteruskan terhadap bawahan
dan memang benar arahan atau perintah pada saat ini dapat dikatakan
informasi.
memiliki pengertian yaitu hal atau benda yang menggunakan alat-alat yang
dibentuk atau bekerja atas dasar elektronika.101 Selain itu elektronik sendiri
melakukan banyak hal terkait apa yang ingin diolah, dianalisis sampai
media elektronik.
pencemaran nama baik ini dibagi menjadi 2 bagian yaitu bisa diutarakan
secara lisan yaitu dengan cara diucapkan atau bisa diutarakan dalam bentuk
101
KBBI, Makna Elektronik, https://kbbi.web.id/elektronik, diakses tanggal 21 November 2021.
102
Lihat Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 Atas Perubahan Informasi dan Transaksi
Elektronik Pasal 1 angka 5.
64
tertulis dimana penghinaan dan/atau pencemaran nama baik tersebut
mayoritas terdapat beberapa orang dan jika dilakukan dalam bentuk tertulis
instagram, dan whatsapp pada pesan percakapan pribadi atau pada pesan
tertulis dan tercetak yang dapat digunakan bukti dan keterangan. 104 Maka
dokumen disini semua catatan yang tertulis baik tercetak maupun tidak yang
dalam bentuk digital atau sejenisnya yang dapat dilihat dan ditampilkan
103
Mudzakir, Op.cit. halaman 17.
104
KBBI, Makna Dokumen, https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/dokumen, diakses tanggal 2
November 2021.
65
dalam sistem elektronik.105 Dokumen elektronik disini juga mencakup semua
catatan baik tertulis maupun tidak tertulis yang dikumpulkan guna dikirimkan
Elektronik
yang telah dijelaskan diatas maka dapat ditarik pengertian dalam informasi
dikirimkan, diterima, disimpan dalam bentuk digital yang dapat dilihat serta
Elektronik
yang telah dijelaskan diatas, maka dapat ditarik pengertian dalam informasi
105
Lihat Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 Atas Perubahan Informasi dan Transaksi
Elektronik Pasal 1 angka 3.
66
dikumpulkan lalu diolah, dianalisis untuk ditampilkan, dikirimkan melalui
dikirimkan, diterima, disimpan dalam bentuk digital yang dapat dilihat serta
untuk memilih dari salah satu. Jika dilihat dari penjelasan diatas maka
terdapat pilihan yang harus dipilih salah satu dalam informasi elektronik atau
dokumen elektronik.
Elektronik
seperti yang telah dijelaskan diatas maka dapat ditarik pengertian dalam
menggunakan dan/atau bisa memakai ketiganya atau bisa memilih salah satu
67