Anda di halaman 1dari 16

PERLINDUNGAN HUKUM PARIWISATA

BERKELANJUTAN DI INDONESIA
Dosen Pengampu : Ferina Ardhi C., S.H., M.H.

DISUSUN OLEH :
1. Amiratul Aulia Hanifah 1111210287
2. Cecilia Prili Rohdearni 1111210165
3. Tiara Tri Indah Sari 1111210179
4. Wilda Febiana Rizka 1111210172
5. Gilbert Arianto S 1111210186
6. Muhammad Rakha P B 1111210193
7. Gichinori Dimetri M 1111210195

KELAS 4E
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Makalah ini disusun
sebagai tugas untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam mata kuliah Hukum
Kepariwisataan.
Kami dengan senang hati mempersembahkan makalah ini dengan judul "Perlindungan
Hukum Pariwisata Berkelanjutan di Indonesia". Makalah ini disusun sebagai bagian dari tugas
akhir kelompok kami dalam mata kuliah Hukum Pariwisata.
Dalam era globalisasi seperti saat ini, pariwisata menjadi salah satu sektor yang
memiliki peranan penting bagi perekonomian Indonesia. Namun, pengembangan pariwisata
harus dilakukan secara berkelanjutan agar dapat memenuhi kebutuhan wisatawan saat ini tanpa
mengorbankan kepentingan generasi mendatang.
Makalah ini membahas mengenai konsep pariwisata berkelanjutan, isu-isu terkait
pariwisata berkelanjutan di Indonesia, serta upaya perlindungan hukum pariwisata berkelanjutan
yang dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat Indonesia.
Semoga makalah ini dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai pentingnya
perlindungan hukum dalam pengembangan pariwisata berkelanjutan di Indonesia. Kami
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan
makalah ini.

Kelompok 5

26 Maret 2023

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................................
BAB I Pendahuluan............................................................................................................................
1.1 Latar Belakang Masalah........................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................................
1.3 Tujuan Masalah.....................................................................................................................
BAB II Konsep Pariwisata Berkelanjutan.........................................................................................
2.1 Definisi Pariwisata Berkelanjutan................................................................................................
2.2 Prinsip-prinsip Pariwisata Berkelanjutan.....................................................................................
2.3 Manfaat Pariwisata Berkelanjutan...............................................................................................
BAB III Peran Hukum Dalam Menjaga Keberlanjutan Pariwisata di Indonesia.........................
3.1 Undang-undang yang mengatur pariwisata di Indonesia..............................................................
3.2 Kebijakan pemerintah terkait pariwisata berkelanjutan...............................................................
3.3 Peran hukum dalam menjaga keberlanjutan pariwisata di Indonesia...........................................
BAB IV Isu-isu Terkait Pariwisata Berkelanjutan di Indonesia.....................................................
4.1 Over-tourism................................................................................................................................
4.2 Dampak lingkungan.....................................................................................................................
4.3 Dampak sosial-budaya.................................................................................................................
4.5 Dampak ekonomi.........................................................................................................................
BAB V PENUTUP...............................................................................................................................
5.1 Kesimpulan..................................................................................................................................
5.2 Saran............................................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................

ii
BAB I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang Masalah
Indonesia adalah sebuah negara yang kaya dengan sumber daya alam seperti lautan,
pegunungan, pantai dan daratan. Jika sumber daya alam tersebut dikelola dengan baik, dapat
memberikan manfaat besar bagi negara. Salah satu cara untuk memanfaatkannya adalah dengan
mengembangkan daerah tersebut sebagai destinasi wisata, seperti yang dijelaskan oleh Setiawan
(2015). Indonesia merupakan salah satu negara dengan kekayaan alam dan budaya yang
melimpah. Kekayaan tersebut menjadi daya tarik bagi wisatawan untuk berkunjung dan
menikmati keindahan alam dan keanekaragaman budaya Indonesia. Pariwisata menjadi sektor
yang memiliki peranan penting dalam perekonomian Indonesia, dengan kontribusi terbesar
dalam devisa negara.
Namun, perkembangan pariwisata di Indonesia juga menimbulkan berbagai isu yang
harus dihadapi, seperti kerusakan lingkungan, kerusakan budaya, dan masalah sosial. Oleh
karena itu, pariwisata harus dikembangkan dengan prinsip-prinsip berkelanjutan, yang mampu
memenuhi kebutuhan wisatawan saat ini tanpa mengorbankan kepentingan generasi mendatang.
Dalam upaya menjaga keberlanjutan pariwisata, perlindungan hukum sangat penting
untuk diterapkan. Hukum dapat memfasilitasi pengembangan pariwisata yang berkelanjutan
melalui regulasi yang jelas dan penegakan hukum yang efektif. Namun, meskipun sudah ada
upaya perlindungan hukum terhadap pariwisata berkelanjutan di Indonesia, masih banyak isu-
isu yang perlu diatasi. Isu-isu tersebut antara lain terkait dengan pemanfaatan sumber daya alam
yang tidak berkelanjutan, permasalahan hak-hak masyarakat adat, dan kurangnya kesadaran
wisatawan dan pelaku pariwisata akan pentingnya menjaga keberlanjutan pariwisata.
Dalam makalah ini, kami akan membahas mengenai perlindungan hukum pariwisata
berkelanjutan di Indonesia, yang mencakup pengertian dan prinsip-prinsip dari pariwisata
berkelanjutan, peran hukum dalam menjaga keberlanjutan pariwisata di Indonesia, serta isu-isu
terkait pariwisata berkelanjutan yang dihadapi di Indonesia.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dan prinsip-prinsip dari pariwisata berkelanjutan?
2. Bagaimana peran hukum dalam menjaga keberlanjutan pariwisata di Indonesia?
3. Apa saja isu-isu terkait pariwisata berkelanjutan yang dihadapi di Indonesia?
1.3 Tujuan Masalah
1. Menjelaskan pengertian dan prinsip-prinsip dari pariwisata berkelanjutan untuk
memahami pentingnya menjaga keberlanjutan pariwisata di Indonesia.
2. Menganalisis peran hukum dalam menjaga keberlanjutan pariwisata di Indonesia untuk
memberikan pemahaman yang lebih mendalam mengenai perlindungan hukum
pariwisata berkelanjutan di Indonesia.
3. Mengidentifikasi isu-isu terkait pariwisata berkelanjutan yang dihadapi di Indonesia
agar pembaca memahami tantangan yang dihadapi dan dapat memperoleh wawasan
mengenai cara mengatasi masalah tersebut.

BAB II
Konsep Pariwisata Berkelanjutan

1
2.1 Definisi Pariwisata Berkelanjutan
Pariwisata berkelanjutan adalah konsep yang mencakup upaya pengembangan industri
pariwisata yang berfokus pada kelestarian lingkungan, ekonomi, dan sosial budaya. Konsep ini
menekankan pentingnya menjaga keseimbangan antara pengembangan pariwisata dan
pelestarian lingkungan dan budaya lokal, serta memastikan manfaat ekonomi yang adil dan
berkelanjutan bagi masyarakat lokal dan pihak lain yang berkepentingan. Dalam konteks
Indonesia, pariwisata berkelanjutan menjadi semakin penting karena kekayaan alam dan budaya
negara, tetapi ada juga tantangan yang dihadapi negara dalam menjaga keberlanjutan pariwisata
dalam konteks perubahan iklim global dan pertumbuhan ekonomi yang cepat. 1 
Pariwisata berkelanjutan didefinisikan sebagai pengembangan pariwisata yang dapat
memenuhi kebutuhan wisatawan dan masyarakat tuan rumah sambil mempertahankan dan
meningkatkan peluang untuk pengembangan di masa depan. Sebagai tanggapan atas kerusakan
yang ditimbulkan oleh pariwisata massal terhadap lingkungan ekologis dan sebagai refleksi,
pariwisata berkelanjutan menarik perhatian semua pemangku kepentingan pariwisata. 2
Pembangunan pariwisata berkelanjutan, Dalam Piagam Pariwisata Berkelanjutan
(1995), merupakan pembangunan yang layak secara ekologis dan pada saat yang sama layak
secara ekonomi serta adil secara etis dan sosial bagi masyarakat. Artinya, Keberlanjutan adalah
upaya menyeluruh dan terorganisasi untuk meningkatkan kualitas hidup melalui pengelolaan
berkelanjutan atas perolehan, pengembangan, penggunaan, dan konservasi sumber daya alam. 
Konsep pembangunan pariwisata berkelanjutan merupakan konsep ideal di negara
berkembang. Konsep ini digunakan untuk menghadapi tantangan era globalisasi ke depan
dengan mempertimbangkan aspek sosial, budaya, ekonomi dan politik. Pembangunan
pariwisata berkelanjutan harus didukung dengan kebijakan pembangunan pariwisata yang
inklusif yang melibatkan masyarakat. 3
2.2 Prinsip-prinsip Pariwisata Berkelanjutan
Prinsip-prinsip pembangunan pariwisata berkelanjutan meliputi menjaga kualitas
lingkungan, memberikan manfaat kepada masyarakat lokal dan wisatawan, menjaga hubungan
dan keharmonisan antara masyarakat lokal, kebutuhan wisatawan, dan lingkungan, menciptakan
kondisi yang dinamis yang sesuai dengan carrying capacity, dan memastikan bahwa semua
stakeholder memiliki misi yang sama dalam membangun pariwisata yang berkelanjutan. 4
Dalam membangun pariwisata yang berkelanjutan, penting untuk memperhatikan
prinsip-prinsip tersebut agar dapat mencapai tujuan pembangunan pariwisata yang
berkelanjutan. Memastikan kualitas lingkungan yang baik dan sehat, serta memberikan manfaat
bagi masyarakat lokal dan wisatawan akan membuat pariwisata menjadi lebih berkelanjutan dan
memberikan dampak positif bagi semua pihak. Selain itu, menjaga hubungan yang harmonis
antara masyarakat lokal, kebutuhan wisatawan, dan lingkungan juga sangat penting untuk
memastikan keberlangsungan pariwisata. Memperhatikan carrying capacity dan menciptakan
kondisi yang dinamis juga merupakan hal yang penting untuk membangun pariwisata yang
berkelanjutan. Terakhir, penting bagi semua pihak yang terlibat dalam pembangunan pariwisata

1
Bramwell, B., & Lane, B. "Critical research on sustainable tourism: definition, themes and direction." Journal of
Sustainable Tourism 27, no. 1 (2019): 1-20.
2
Joko Tri Haryanto, "Model pengembangan ekowisata dalam mendukung kemandirian ekonomi daerah: studi kasus
provinsi DIY," Jurnal Kawistara 4, no. 3 (2014), hal.225–330.
3
Aditama A Musaddad, Okta Y Rahayu, Erry Pratama, Supraptiningsih, dan E. W. (2019). Pariwisata Berkelanjutan
di Indonesia. Dinamika Administrasi: Jurnal Ilmu Administrasi Dan Manajemen, 2(1), 73–93.
4
Burns, Peter M., and Andrew Holden. "Alternative and Sustainable Tourism Development–The Way Forward." The
Earthscan Reader in Sustainable Tourism. Earthscan. London (1997). hal 21-22

2
untuk memiliki misi yang sama dalam membangun pariwisata yang berkelanjutan, agar dapat
mencapai tujuan bersama yang lebih baik dan berkelanjutan.
Kemudian juga pembangunan pariwisata yang berkelanjutan dapat dikenali melalui
prinsip-prinsipnya yang dielaborasi berikut ini:5
1. Partisipasi, Masyarakat setempat harus mengawasi atau mengontrol pembangunan
pariwisata dengan ikut terlibat dalam menentukan visi pariwisata, mengidentifikasi
sumber-sumber daya yang akan dipelihara dan ditingkatkan, serta mengembangkan
tujuan-tujuan dan strategi-strategi untuk pengembangan dan pengelolaan daya tarik
wisata.
2. Keikutsertaan Para Pelaku/Stakeholder Involvement, Para pelaku yang ikut serta dalam
pembangunan pariwisata meliputi kelompok dan institusi LSM (Lembaga Swadaya
Masyarakat), kelompok sukarelawan, pemerintah daerah, asosiasi wisata, asosiasi bisnis
dan pihak-pihak lain yang berpengaruh dan berkepentingan serta yang akan menerima
dampak dari kegiatan pariwisata.
3. Kepemilikan Lokal, Pembangunan pariwisata harus menawarkan lapangan pekerjaan
yang berkualitas untuk masyarakat setempat.
4. Penggunaan Sumber Daya yang Berkelanjutan, Pembangunan pariwisata harus dapat
menggunakan sumber daya dengan berkelanjutan yang artinya kegiatan-kegiatannya
harus menghindari penggunaan sumber daya yang tidak dapat diperbaharui
(irreversible) secara berlebihan.
5. Mewadahi Tujuan-tujuan Masyarakat, Tujuan-tujuan masyarakat hendaknya dapat
diwadahi dalam kegiatan pariwisata agar kondisi yang harmonis antara
pengunjung/wisatawan, tempat dan masyarakat setempat dapat terwujud.
6. Daya Dukung, Daya dukung atau kapasitas lahan yang harus dipertimbangkan meliputi
daya dukung fisik, alami, sosial dan budaya.
7. Monitor dan Evaluasi, Kegiatan monitor dan evaluasi pembangunan pariwisata
berkelanjutan mencakup penyusunan pedoman, evaluasi dampak kegiatan wisata serta
pengembangan indikator-indikator dan batasan-batasan untuk mengukur dampak
pariwisata.
8. Akuntabilitas, Perencanaan pariwisata harus memberi perhatian yang besar pada
kesempatan mendapatkan pekerjaan, pendapatan dan perbaikan kesehatan masyarakat
lokal yang tercermin dalam kebijakan-kebijakan pembangunan.
9. Pelatihan, Pembangunan pariwisata berkelanjutan membutuhkan pelaksanaan program-
program pendidikan dan pelatihan untuk membekali pengetahuan masyarakat dan
meningkatkan keterampilan bisnis, vocational dan profesional.
10. Promosi, Pembangunan pariwisata berkelanjutan juga meliputi promosi penggunaan
lahan dan kegiatan yang memperkuat karakter lansekap, sense of place, dan identitas
masyarakat setempat.
2.3 Manfaat Pariwisata Berkelanjutan
Pariwisata berkelanjutan adalah konsep yang mengedepankan pemberdayaan dan
optimalisasi manfaat kepariwisataan bagi masyarakat dan pelestarian lingkungan, baik
lingkungan fisik maupun lingkungan non fisik di destinasi (Sunaryo, 2013). Manfaat Pariwisata
Berkelanjutan tidak hanya dapat dirasakan oleh industri pariwisata itu sendiri, tetapi juga oleh

5
Kurniawati, Rina, and M. MM., "Modul pariwisata berkelanjutan," (Curugbajing: Petungkriyano, 2013), hal.29-31

3
masyarakat dan lingkungan sekitarnya. Berikut adalah beberapa manfaat dari pariwisata
berkelanjutan :6
1. Meningkatkan perekonomian lokal melalui penciptaan lapangan kerja dan pendapatan
bagi masyarakat lokal.
2. Mendorong pengembangan infrastruktur di daerah wisata, seperti transportasi,
akomodasi, dan restoran, yang dapat membawa manfaat jangka panjang bagi
masyarakat.
3. Mempromosikan dan melestarikan kebudayaan lokal, sehingga membantu memperkuat
identitas dan nilai-nilai budaya masyarakat.
4. Menjaga keaslian lingkungan dan sumber daya alam, yang dapat memberikan manfaat
jangka panjang bagi lingkungan dan masyarakat lokal.
5. Memperkuat kesadaran dan tanggung jawab lingkungan pada wisatawan, sehingga
dapat meningkatkan kesadaran lingkungan pada masyarakat luas.
6. Meningkatkan pendapatan negara melalui penerimaan pajak dan biaya masuk ke objek
wisata, sehingga dapat mendukung pembangunan nasional secara keseluruhan.
7. Meningkatkan kualitas hidup masyarakat sekitar, melalui peningkatan aksesibilitas,
fasilitas umum, dan kemudahan untuk memperoleh kebutuhan sehari-hari
Dalam konteks pariwisata berkelanjutan, manfaat yang dihasilkan tidak hanya terbatas
pada aspek ekonomi, tetapi juga sosial dan lingkungan. Selain itu, manfaat jangka panjang yang
diperoleh dari pariwisata berkelanjutan juga dapat membawa dampak positif bagi masyarakat
dan lingkungan di masa depan. Oleh karena itu, penting bagi pemerintah, pengusaha pariwisata,
dan masyarakat lokal untuk bekerja sama dalam mengembangkan pariwisata berkelanjutan yang
berbasis pada prinsip-prinsip keberlanjutan dan menjaga keseimbangan antara kepentingan
pariwisata, lingkungan, dan masyarakat lokal.
Berdasarkan UU No. 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan, pengembangan kegiatan
pariwisata dapat memberikan manfaat yang besar bagi masyarakat dan negara. Manfaat dari
kegiatan pariwisata berkelanjutan adalah:
1. Menjamin keseimbangan lingkungan pada objek wisata yang menjamin kelestarian
lingkungan alam dan budaya setempat.
2. Meningkatkan rasa cinta atau peduli masyarakat terhadap lingkungan.
3. Meningkatkan devisa negara dari jumlah kunjungan wisatawan asing.
4. Memperluas lapangan kerja yang berorientasi pada faktor pendukung pariwisata
sehingga dapat menyerap banyak angkatan kerja.
5. Meningkatkan pendapatan masyarakat dan penerimaan pajak bagi pemerintah daerah
yang berpotensi meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD).
6. Mendorong pembangunan daerah berbasis kegiatan wisata.
Berdasarkan UU No. 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan, pengembangan kegiatan
pariwisata dapat memberikan manfaat yang besar bagi masyarakat dan negara. Salah satu
manfaat terpenting dari pariwisata berkelanjutan adalah menjaga keseimbangan lingkungan
objek wisata, menjamin kelestarian lingkungan alam dan budaya lokal. Dalam pembangunan
pariwisata berkelanjutan, pengelola pariwisata dan masyarakat harus melindungi lingkungan
dan budaya setempat agar tidak terganggu oleh kegiatan pariwisata. Dalam jangka panjang,
menjaga keseimbangan lingkungan dan budaya setempat akan membawa manfaat positif bagi
pengembangan pariwisata daerah.
6
Agus, Santosa. "Pariwisata Berkelanjutan: Tinjauan Hukum dan Permasalahannya. Jakarta: Prenadamedia Group
(2019). hal. 44-45.

4
Selain itu, pengembangan pariwisata juga dapat meningkatkan kecintaan atau
kepedulian masyarakat terhadap lingkungan. Ketika masyarakat lokal terlibat dalam
pengelolaan dan pengembangan pariwisata, mereka merasa terlibat dan tertarik dengan
lingkungan sekitarnya. Hal ini dapat meningkatkan kesadaran lingkungan pada masyarakat dan
membuat mereka lebih peduli terhadap kelestarian lingkungan.
Pengembangan pariwisata juga dapat membawa manfaat ekonomi bagi masyarakat dan
negara. Dengan bertambahnya jumlah wisatawan maka devisa negara dari sektor pariwisata
dapat meningkat. Selain itu, pengembangan pariwisata juga dapat memperluas kesempatan kerja
terhadap fasilitator pariwisata sehingga dapat menyerap sebagian besar tenaga kerja. Hal ini
akan membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan mengurangi pengangguran di
daerah. Selain manfaat ekonomi, pengembangan pariwisata juga dapat meningkatkan
penerimaan pajak pemerintah daerah yang berpotensi meningkatkan pendapatan asli daerah
(PAD). Hal ini dapat membantu pemerintah daerah mendanai pembangunan infrastruktur dan
pelayanan publik bagi masyarakat setempat.
Terakhir, pengembangan pariwisata juga dapat mendorong pengembangan wilayah
berbasis kegiatan pariwisata. Pengembangan pariwisata dapat memicu pertumbuhan ekonomi di
daerah dan mendorong pengembangan infrastruktur dan infrastruktur yang dapat mendukung
kegiatan pariwisata. Dalam jangka panjang, hal ini akan bermanfaat bagi perkembangan
ekonomi dan kesejahteraan masyarakat setempat.  

BAB III
Peran Hukum Dalam Menjaga Keberlanjutan Pariwisata di Indonesia

3.1 Undang-undang yang mengatur pariwisata di Indonesia


Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak keindahan alam dan
keanekaragaman budaya. Semuanya dapat dimanfaatkan oleh masyarakat yang berkujung.

5
Setiap masyarakat yang berkujung menjadi sumber devisa negara karena dapat meningkatkan
pendapatan negara dan kemajuan melalui sektor pariwisata. Pariwisata bukanlah hal baru bagi
Indonesia, kegiatan ini menjadi objek kebijakan nasional di Indonesia. Penyelenggaraan
pariwisata di Indonesia perlu ditingkatkan agar mempunyai arti strategis dalam pengembangan
ekonomi, sosial dan budaya, yang dapat mendorong peningkatan lapangan kerja.
Maka dalam hal ini pemerintah Indonesia mengeluarkan Undang-Undang Nomor 10
Tahun 2009 tentang Pariwisata bertujuan untuk mengatur pariwisata yang ada di Indonesia.
Kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dengan pariwisata dan bersifat
multidimensi serta multidisiplin yang muncul sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan negara
serta interaksi antara wisatawan dan masyarakat setempat, sesama wisatawan, Pemerintah,
Pemerintah Daerah, dan pengusaha.
3.2 Kebijakan pemerintah terkait pariwisata berkelanjutan
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
(Kemenparekraf/Baparekraf) saat ini tidak hanya terfokus untuk mengejar angka kunjungan
wisatawan di Indonesia saja, tetapi fokus juga terhadap usaha mendorong pariwisata
berkelanjutan atau sustainable tourism di Indonesia. Pariwisata berkelanjutan adalah
pengembangan konsep berwisata yang dapat memberikan dampak jangka Panjang, baik
terhadap lingkungan, sosial, budaya, dan ekonomi untuk masa kini dan masa depan bagi seluruh
masyarakat lokal maupun wisatawan yang dating berkunjung.
Dalam upaya meningkatkan pariwisata berkelanjutan, Kemenparekraf/Baparekraf
memiliki empat pilar fokus yang dikembangkan, yaitu
1. Pengelolaan berkelanjutan (Bisnis Pariwisata),
2. Ekonomi berkelanjutan (Sosio Ekonomi) jangka panjang,
3. Keberlanjutan budaya (Sustainable Culture) yang harus selalu dikembangkan dan dijaga,
4. Aspek lingkungan (Environment Sustainability).
Dengan 4 pilar utama tersebut, pariwisata berkelanjutan akan menjadi kegiatan
berwisata yang banyak diminati oleh para wisatawan sehingga para wisatawan bukan hanya
sekadar berlibur melainkan wisatawan juga dapat tetap memperhatikan protokol berwisata yang
berkaitan dengan kesehatan, keamanan, kenyaman, dan kelestarian alam.
Menariknya, konsep pariwisata berkelanjutan ini bukanlah hal baru di Indonesia. Hal ini
dibuktikan dengan banyaknya destinasi wisata berbasis pariwisata berkelanjutan yang masih
terus bertahan hingga sekarang, salah satu contohnya ialah Taman Nasional Ujung Kulon yang
tidak hanya dikenal sebagai salah satu Situs Warisan Dunia dan rumah bagi Badak Jawa saja,
namun juga dikenal sebagai destinasi wisata yang mengembangkan pariwisata berkelanjutan di
Indonesia. Sangat masuk akal penerapan pariwisata berkelanjutan di Taman Nasional Ujung
Kulon karena hanya tidak sekadar untuk melestarikan alam dan Badak Jawa yang kian langka
saja. Namun, sekaligus memberdayakan masyarakat sekitar guna meningkatkan kesejahteraan
ekonomi. Ada banyak tempat wisata yang dapat dikunjungi di Taman Nasional Ujung Kulon.
Mulai dari bermain kano dan canoeing di Pulau Pamanggangan, snorkeling dan diving di Pulau
Peucang ataupun menikmati kekayaan alam di Kepulauan Handeuleum. 7
3.3 Peran hukum dalam menjaga keberlanjutan pariwisata di Indonesia
Daerah objek wisata memiliki keuntungan yang sangat besar untuk menunjang
sistem perekonomian di daerah tersebut. Dalam hal ini harus ada payung hukum untuk
7
Kemenparekraf RI. (2021). Destinasi Wisata Berbasis Sustainable Tourism di Indonesia,
https://kemenparekraf.go.id/ragam-pariwisata/Destinasi-Wisata-Berbasis-Sustainable-Tourism-di-
Indonesia (diakses pada 26 Maret 2023).

6
melindungi dan melestarikan objek wisata dari orang–orang yang tidak bertanggung
jawab.
Pemahaman mengenai Hukum Pariwisata merupakan faktor yang sangat penting,
terutama bagi para pembuat kebijakan dalam menentukan keberhasilan pembangunan
kepariwisataan yang berkelanjutan (sustainable tourism development). Untuk dapat menyusun
dan mengimplementasikan Hukum Pariwisata yang sesuai dengan tujuan pembangunan
kepariwisataan yang berkelanjutan, perhatian tidak dapat hanya difokuskan kepada teori-teori
yang menyatakan keuntungan pariwisata, yaitu sebagai industri terbesar di dunia dan
berkontribusi terhadap upaya pengentasan kemiskinan, penciptaan lapangan pekerjaan dan
peningkatan perolehan devisa. Hal ini disebabkan pariwisata dapat menjadi “pedang bermata
dua”. 8
Pemerintah menerbitkan Undang–Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang
Kepariwisataan (UU Kepariwisataan). Unsur perlindungan bagi objek pariwisata guna
melindungi dan melestarikan objek wisata sesuai dengan UU Kepariwisataan Pasal 27. Terlepas
dari minimnya upaya sosialisasi yang dilakukan, undang–undang yang berlaku sejak 16 Januari
2009 tersebut tampak memberi penekanan pada pelestarian kekayaan alam, budaya, dan
lingkungan hidup.9 Peran hukum disini telah dicantumkan dalam UU Kepariwisataan pasal 27
ayat (1) dan (2), yaitu:
(1) Setiap orang dilarang merusak sebagian atau seluruh fisik daya tarik wisata,
(2) Merusak fisik daya tarik wisata sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah melakukan
perbuatan mengubah warna, mengubah bentuk, menghilangkan spesies tertentu,
mencemarkan lingkungan, memindahkan, mengambil, menghancurkan, atau memusnahkan
daya tarik wisata sehingga berakibat berkurang atau hilangnya keunikan, keindahan, dan
nilai autentik suatu daya tarik wisata yang telah ditetapkan oleh Pemerintah dan/atau
Pemerintah Daerah.
Dengan adanya undang-undang tersebut, maka baik masyarakat lokal maupun wisatawan harus
menjaga objek wisata yang ada, untuk menjaga keberlanjutan pariwisata di Indonesia.
Sedangkan, tugas paling utama yang harus dilaksanakan oleh pemerintah dalam hal ini para
pembuat kebijakan di suatu destinasi pariwisata adalah melakukan kegiatan “sadar wisata” yang
melibatkan seluruh pemangku kepentingan (stakeholders). Dengan demikian, Pemerintah,
Masyarakat, Wisatawan harus melindungi dan melestarikan objek wisata yang ada, dan
menjalankan perintah dan larangan sebagaimana yang dimaksud dalam Undang-Undang.
Sehingga, Ketegasan hukum dalam berperan memberikan perlindungan terhadap keberadaan
objek-objek wisata yang didukung oleh konsistensi pemerintah terhadap komitmen dalam
menjaga keaslian dan keamanan objek wisata sudah tentu merupakan hal utama yang menjadi
fungsi pokok dalam melestarikan objek wisata terlaksana.

8
I Wayan Paramarta Jaya, I. G. (2014). Peran Undang – Undang Nomor 10 Tahun 2009 Tentang
Kepariwisataan Dalam Perlindungan Dan Pelestarian Objek Wisata. Journal Kertha negara, hlm 4.
9
IGN Parikesit Widiatedja, 2011, Kebijakan Liberalisasi Pariwisata, Udayana University Press,
Denpasar, hlm 83

7
BAB IV
Isu-isu Terkait Pariwisata Berkelanjutan di Indonesia
4.1 Over-tourism
Overtourism adalah suatu kondisi di mana jumlah wisatawan di sebuah destinasi
wisata dianggap terlalu tinggi oleh warga setempat sehingga mulai dirasa
mengganggu.10 Permasalahan timbul setelah warga lokal mulai beranggapan bahwa
wisatawan dan pariwisata sebagai sesuatu yang negatif, mengganggu dan
menyebalkan.Fenomena overtourism sebagai suatu fenomena nyata yang merangkum
narasi tentang persepsi negatif terhadap turis (wisatawan) dan pariwisata. Sebagai
10
Patria, T. A. (2019, November 1). Mengenal Konsep Overtourism. Binus University.

8
dampak dari overtourism, terjadi penurunan dukungan atau bahkan penolakan
masyarakat terhadap pariwisata. potensi dampak negatif dari overtourismtersebut perlu
diwaspadai dan diatas dengan tindakan strategis dan sistematis untuk tetap mewujudkan
pariwisata keberlanjutan di Indonesia.
Terkait dengan dampak negatif yang ditimbulkan dari overtourism adalah
sebagai berikut:11
1. Banyaknya sampah dan limbah yang dihasilkan,
2. Terpolarisasinya budaya dan adat istiadat yang merugikan penduduk lokal
3. Kerusakan fasilitas umum, situs bersejarah dan lingkungan alam hingga
mengganggu kenyamanan warga lokal
4. Perilaku para wisatawan yang secara semena-mena menginvansi ruang
publik,
5. Meningkatnya harga fasilitas akses ke destinasi wisata,
6. Meningkatnya rasa tidak aman dan gangguan gaya hidup warga; dan
7. Penggunaan sumber daya yang berlebihan
Dampak lain yang ditimbulkan berupa gentrifikasi, yang membuat pusat kota
kehilangan lokalitasnya karena warga lokal telah tersingkir ke periferi. Selain
berdampak buruk terhadap warga dan masyaraka lokal, overtourism juga
berdampak negatif terhadap wisatawan, yang mengharapkan suatu kenyamanan dan
suasana mendukung untuk menikmati destinasi wisata yang dikunjunginya.
4.2 Dampak lingkungan
Kegiatan pariwisata semakin meningkat seiring dengan jumlah pengunjung dan
pengembangan infrastruktur untuk memenuhi kebutuhan wisatawan memberikan
dampak terhadap lingkungan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kegiatan pariwisata
yang cenderung terpusat di pusat kota mengakibatkan kemacetan dan kurangnya tempat
parkir. Peningkatan wisatawan diikuti oleh peningkatan timbulan sampah, penggunaan
energi, emisi CO2 dan konsumsi air. 12 Konsekuensi dari kegiatan pariwisata
memberikan kontribusi terhadap lingkungan dari beberapa aspek diantaranya perubahan
tutupan lahan dan penggunaan lahan (akomodasi, infrastruktur transportasi, tempat
rekreasi, erosi dan timbulan sampah), penggunaan energi yang berkontribusi terhadap
emisi CO2, perubahan biotik dan kepunahan spesies liar, pertukaran dan penyebaran
penyakit dan penggunaan air.
Selain dari pada itu, dampak yang ditimbulkan terhadap lingkungan berpengaruh
pada perubahan biotik flora dan fauna. Kerusakan terhadap flora dan gangguan terhadap

11
Harry Sutanto, N. J. (2020). Overtourism Sebagai Keniscayaan Dalam Pengelolaan Pariwisata di
Indonesia. Jurnal ALTASIA, hlm 3.
12
Nofriyaa, A. A. (2019). Dampak Lingkungan Akibat Kegiatan Pariwisata di Kota Bukittinggi. Jurnal
Teknik Lingkungan, hlm 1

9
fauna disebabkan oleh perilaku wisatawan yang tidak mempedulikan himbauan yang
telah diberikan pemerintah. Oleh karena itu, penting adanya pengawasan yang lebih
ketat terhadap perilaku wisatawan dan memberikan sanksi tegas kepada para wisatawan
yang didapati merusak flora dan mengganggu fauna.
4.3 Dampak sosial-budaya
Dampak sosial-budaya dari pariwisata adalah sebagai akibat dari kontak sosial
antara wisatawan dengan masyarakat tuan rumah. Dengan adanya kontak sosial tersebut
maka dampat dipastikan bahwa terdapat dampak negatif yang ditimbulkan secara nyata
yang terjadi akibat kontak sosial tersebut.13
Menurut Jafari, dampak negatif yang ditimbulkan dari kontak sosial tersebut
adalah “premature departure to modernization”, yaitu keadaan dimana nilai danidelogi
asing yang diterima oleh masyarakat mulai mempengaruhi kehidupan dan sikap serta
perilaku masyarakat lokal dan secara perlahan mulai menjauhi budaya dan tradisi
mereka.14
Kemudian dampak negatif tersebut mulai meracuni serta menjauhkan
masyarakat lokal dengan tradisi serta budaya mereka yang berbenturan dengan kontak
sosial yang terjadi dengan wisatawan asing tersebut. Lalu menurut Crandall, segala
bentuk dari seni, budaya, upacara adat dan keagamaan yang dikomersilkan dapat
menghilangkan keasliannya, contohnya seperti Tarian Keagamaan Bali yang semata-
mata hanya untuk kepentingan wisatawan saja. 15Komersialisasi aset budaya ini adalah
bentuk lain dari dampak sosial-budaya yang terjadi akibat kegiatan pariwisata
berkelanjutan.
4.4 Dampak ekonomi
Pariwisata memberikan pengaruh dalam kehidupan perekonomian suatu negara,
bangsa, maupun dunia. Pengaruh tersebut bisa memberikan keuntungan-keuntungan
yang dapat dikelola negara serta memberikan pemasukan kepada negara, akan tetapi hal
tersebut dapat juga menjadi suatu hal yang berdampak buruk terhadap suatu negara.
Menurut Abduracchmat dan E. Maryani, dampak-dampak buruk dari pariwisata
secara ekonomi yaitu:
 Semakin ketatnya persaingan harga antar sector
 Harga lahan yang semakin tinggi
 Mendorong terjadinya inflasi
 Meningkatnya kecenderungan impor
 Menciptakan biaya-biaya yang banyak dan tidak perlu

13
Thamrin B. Bachri, “Dampak Sosial-Budaya Kegiatan Pariwisata”. Jurnal PWK
14
Jafari, Jahar, 1974, “The socio-economic Costs of Tourism of Developing Countries”, Annals Tourism
Research 1(7): 227-259
15
Crandall, Louise, 1987, “The Social Impact of Tourism on Developing Regions” pp. 373-383.

10
 Dan bahaya ketergantungan yang tinggi dari negara atau daerah terhadap
pariwisata16
Dampak-dampak tersebut pernah terjadi di Indonesia saat terjadinya pandemi
covid-19 beberapa tahun lalu yang membuat sebagian daerah di Indonesia yang
bergantung kepada sektor pariwisata menjadi rusak atau gagal beroperasi sebagaimana
semestinya.17Isu dari dampak ekonomi tersebut yang membuat pariwisata berkelanjutan
di Indonesia mengalami kendala cukup hebat dan menjadi masalah yang harus
dipikirkan bersama.

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran

16
Bagja, Waluya, 2011, Dampak Pariwisata, Jurnal Pendidikan UPI.
17
CNN Indonesia, 2020, Saham Sektor Pariwisata Paling Terpukul Corona, CNN Indonesia
https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20200327171330-92-487612/saham-sektor-pariwisata-paling-
terpukul-corona

11
DAFTAR PUSTAKA

Bramwell, B., & Lane, B. (2019). Critical research on sustainable tourism: definition, themes
and direction. Journal of Sustainable Tourism, 27(1), 1-20.
Burns, P. M., & Holden, A. (1997). Alternative and Sustainable Tourism Development–The
Way Forward. The Earthscan Reader in Sustainable Tourism. Earthscan. London.
Haryanto, Joko Tri. "Model pengembangan ekowisata dalam mendukung kemandirian ekonomi
daerah studi kasus provinsi DIY." Jurnal Kawistara 4.3 (2014).
Harry Sutanto, N. J. (2020). Overtourism Sebagai Keniscayaan Dalam Pengelolaan Pariwisata
di Indonesia. Jurnal ALTASIA, hlm 3.
I Wayan Paramarta Jaya, I. G. (2014). Peran Undang – Undang Nomor 10 Tahun 2009 Tentang
Kepariwisataan Dalam Perlindungan Dan Pelestarian Objek Wisata. Journal Kertha
negara.

12
Kurniawati, R., & MM, M. (2013). Modul pariwisata berkelanjutan. Curugbajing:
Petungkriyano.
Musaddad, A. A., Rahayu, O. Y., & Pratama, E. Supraptiningsih, dan EW (2019). Pariwisata
Berkelanjutan di Indonesia. Dinamika Administrasi: Jurnal Ilmu Administrasi Dan
Manajemen, 2(1), 73-93.
Nofriyaa, A. A. (2019). Dampak Lingkungan Akibat Kegiatan Pariwisata di Kota Bukittinggi.
Jurnal Teknik Lingkungan.
Prathama, A., Nuraini, R. E., & Firdausi, Y. (2020). Pembangunan Pariwisata Berkelanjutan
Dalam Prespektif Lingkungan (Studi Kasus Wisata Alam Waduk Gondang Di
Kabupaten Lamongan). Jurnal Sosial Ekonomi Dan Politik (JSEP), 1(3).
Santosa, A. (2019). Pariwisata Berkelanjutan: Tinjauan Hukum dan Permasalahannya. Jakarta:
Prenadamedia Group.
Setiawan, I. (2015). Potensi Destinasi Wisata Di Indonesia Menuju Kemandirian Ekonomi.
Pembangunan Ekonomi, 1(1), 978–979.
Sunaryo, Bambang. 2013. Kebijakan Pembangunan Destinasi Pariwisata: Konsep dan
Aplikasinya di Indonesia. Yogyakarta: Gava Media.
Undang-Undang Republik Indonesia No. 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan.

13

Anda mungkin juga menyukai