Anda di halaman 1dari 13

TUGAS HUKUM PARIWISATA

KEBIJAKAN HUKUM PARIWISATA DI BIDANG EKOWISATA


HUKUM DAN ETIKA PARIWISATA
RP1

OLEH : Gabie Annisa Putrikusumo (193404516003)

JURUSAN PARIWISATA
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS NASIONAL (UNAS) TAHUN 2020
Jl. Sawo Manila, RT.14/RW.3, Ps. Minggu, Kec. Ps Minggu, Kota Jakarta
Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12520.
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya haturkan kehadirat allah swt, karena atas rahmat dan hidayah nya
saya mampu menyelesaikan tugas ini. Dalam penyusunan makalah ini saya mendapat
banyak bantuan berupa informasi melalui media internet, baik berupa jurnal, skripsi, dan
materi lainnya dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu melalui kesempatan ini saya
menyampaikan terimakasih yang tulus kepada dosen pembimbing mata kuliah hukumdan
etika pariwisata. Saya berharap materi ini dapat membantu menambah wawasan saya dan
pembaca. Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan perlu
pendalaman lebih lanjut. Oleh karena itu, saya mengharapkan kritik dan saran dari
pembaca. Terimakasih.
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .............................................................................................................. 2


Daftar isi ……………………………………………………………………………… 5
BAB I PEMBAHASAN ............................................................................................... 6
1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 12
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 19
1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................................ 26
1.4 Manfaat Penelitian ..................................................................................... 32
1.5 Metode Penelitia ........................................................................................ 40
BAB II PEMBAHASAN .............................................................................................. 47
2.1 Bagaimana Kebijakan Hukum Pariwisata dalam Bidang Ekowisata 2.1 . 51
2.2 Dampak Perkembangan Pariwisata Terhadap Ekowisata .......................... 12
BAB III PENUTUP ....................................................................................................... 19
3.1 Kesimpulan ..................................................................................................26
1.1 Latar Belakang
Pariwisata merupakan salah industri terbesar saat ini. Perkembangannya yang begitu
pesat membuat pariwisata kian diminati dari waktu ke waktu. Pariwisata sendiri secara
etimologi berasal dari bahasa sansekerta yaitu “pari” dan “wisata”. Pari sendiri berarti
keliling-keliling atau berputar-putar sementara “wisata” berarti jalan-jalan. Secara garis
besar, etimologi dari pariwisata adalah jalan-jalan keliling berbagai daerah yang punya
destinasi wisata dengan tujuan merefleksikan diri dari aktivitas kantoran yang melelahkan.
Makin ke sini, pariwisata kian berkembang dan menjadi industri yang dimanfaatkan
oleh semua negara, tak terkecuali Indonesia. Industri pariwisata berkembang dengan
lahirnya dan disahkan pariwisata sebagai suatu bidang ilmu yang diperuntukan untuk
mempersiapkan stakeholder di bidang pariwisata yang berkualitas dan berkompeten. Oleh
karena itu, banyak kampus, institut maupun akademi kemudian lahir untuk mendukung hal
tersebut.
Perkembangan pariwisata yang pesat di Negara Indonesia mendorong
perkembangan fisik fasilitas pariwisata dan sarana pendukung lainnya seiring dengan
semakin banyaknya kunjungan wisatawan baik itu wisatawan domestik maupun
mancanegara. Untuk itu pembentukan kebijakan-kebijakan oleh pemerintah dalam hal
produk hukum sangat dibutuhkan untuk membentuk sistem Pariwisata yang kondusif
sehingga nyaman baik untuk para wisatwan maupun untuk masyarakat sekitar daerah
tempat Pariwisata itu sendiri. Dengan kondusifnya keadaan pariwisata dapat
mendatangkan efek positif seperti semakin banyak wisatawan yang datang sehingga
semakin banyak devisa yang didapatkan serta semakin banyak investor yang tertarik dan
percaya untuk berinvestasi di Indonesia. Hal tersebut tentu saja tidak hanya sangat
baik bagi perkembangan disektor pariwisata tapi juga baik bagi pertumbuhan disektor
lainnya seperti sektor ekonomi, sektor pembangunan dan lain-lain. 1
Dengan berkembangnya pariwisata. Maka dasar hukum untuk mengatur dan mengikat
aktivitas pariwisata kemudian dibuat oleh pemerintah republik Indonesia. Yang paling
fundamental adalah Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan yang
disahkan pada era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Aturang-aturan yang mengikat
dan mengatur tersebut mencakup segala aspek di bidang pariwisata. Baik pelaku pariwisata,

1
Anak Agung Aldi Lestar dan Ni Putu Noni Ruharyanti. Jurnal. Kebijakan Pemerintah Indonesia dalam
Pengembangan. Hlm. 1
konsumen, destinasi, juga jenis-jenis pariwisata. Salah satunya adalah ekowisata. Safuridar
dkk dalam (Wibowo 2007) menjelaskan bahwa pengembangan ekowisata seharusnya
memperhatikan keadaan lingkungan agar ekowisata yang ada di suatu daerah bisa
berkelanjutan di masa yang akan datang. Menurut organisasi The Ecotorism Society,
ekowisata merupakan bentuk perjalanan wisata ke daerah alami yang dilakukan dengan
tujuan konservasi lingkungan, melestarikan dan mensejahterakan kehidupan masyarakat
setempat. Oleh karena itu sepatutnya ekowisata layak untuk dikeloloa dan dikembangkan,
agar keberlangsungan ekowisata akan tetap berlangsung dan tetap ada di masa yang akan
datang 2. Aspek-aspek hukum juga harus diperhatikan dalam pengembangan ekowisata itu
sendiri. Sebab itu, dalam penulisan makalah ini, penulis mengambil judul “Kebijakan
Hukum Pariwisata di Bidang Ekowisata”.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.2 Bagaimana Kebijakan Hukum Pariwisata dalam Bidang Ekowisata?
1.2.3 Apa Dampak Perkembangan Pariwisata Terhadap Ekowisata?

1.3 Tujuan Penelitian


Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana kebijkan hukum pariwisata
dalam bidang ekonomi dan dampak perkembangan pariwisata terhadap ekowisata.

1.4. Manfaat Penelitian


Sebagai sarana referensi bagi mahasiswa prodi pariwisata dalam mengembangkan
tulisan.

1.5 Metode Penelitian


Penelitian ini menggunakan metode Studi literatur, yaitu serangkaian kegiatan yang
berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka, membaca dan mencatat, serta
mengelolah bahan penelitian.

2
Safuridar, dkk. 2020. Jurnal. Dampak Pengembangan Ekowisata Hutan Magrove terhadap Sosial dan Ekonomi
Masyarakat di Desa Kuala Langsa, Aceh. Hlm. 2.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Kebijakan Hukum Pariwisata dalam Bidang Ekowisata


Ekowisata atau ekoturisme merupakan salah satu kegiatan pariwisata yang
berwawasan lingkungan dengan mengutamakan aspek konservasi alam, aspek
pemberdayaan sosial budaya ekonomi masyarakat lokal serta aspek pembelajaran dan
pendidikan. Ekowisata dimulai ketika dirasakan adanya dampak negatif pada kegiatan
pariwisata konvensional. Dampak negatif ini bukan hanya dikemukakan dan dibuktikan
oleh para ahli lingkungan tetapi juga para budayawan, tokoh masyarakat dan pelaku bisnis
pariwisata itu sendiri. Pada mulanya ekowisata dijalankan dengan cara membawa
3
wisatawan ke objek wisata alam yang eksotis dengan cara ramah lingkungan.
Mengingat ekowisata sebagai salah satu potensi yang perlu dikembangan dalam dunia
pariwisata, maka kebijakan-kebijakan yang dibuat berdasarkan undang-undang yang
mengatur kepariwisataan sangat penting guna meningkatkan ekowisata tersebut.
Dasar hukum yang berkaitan dengan kepariwisataan sendiri terdiri dari:
UndangUndang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (selanjutnya disebut UU
Penataan Ruang) 2. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah
Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (selanjutnya disebut UU Pengelolaan Wilayah Pesisir) 3.
UndangUndang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (selanjutnya disebut UU
Penerbangan) 4. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan (selanjutnya disebut UU LLAJ) 5. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2009 tentang
Kawasan Ekonomi Khusus (selanjutnya disebut UU Kawasan Ekonomi Khusus) 6.
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya (selanjutnya disebut UU
Cagar Budaya) 7. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian (selanjutnya
disebut UU Keimigrasian) 8. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa
(selanjutnya disebut UU Desa) 9. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan
Undang-

3
Ayu dan Irda. 2017. Jurnal. Implementasi Kebijakan Pembangunan Pariwisata Melalui Program Ecotourism
(Ekowisata) (Studi Pada Dinas Pariwisata Dan Kebudayaan Kota Batu)
Undang Nomor 9 Tahun 2015 (selanjutnya disebut UU Pemerintahan Daerah) 10.
UndangUndang Nomor 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas (selanjutnya disebut
UU Penyandang Disabilitas) 11. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan
Kebudayaan (selanjutnya disebut UU Pemajuan Kebudayaan).
Berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) Tahun
20052025, semua sektor pembangunan di Indonesia harus menerapkan prinsip-prinsip
pembangunan berkelanjutan. Dalam konteks pariwisata, paradigma pembangunan
kepariwisataan telah mengalami evolusi, dari bentuk mass tourism menjadi sustainable
tourism. Berdasarkan Deklarasi Quebec, secara spesifik menyebutkan bahwa ekowisata
hakikatnya merupakan bentuk wisata yang mengadopsi prinsip-prinsip pariwisata
berkelanjutan. Berdasarkan analisis TIES (2000) pertumbuhan pasar ekowisata berkisar
antara 10-30 persen per tahun sedangkan pertumbuhan wisatawan secara keseluruhan
hanya 4 persen. Tahun 1998, WTO memperkirakan pertumbuhan ekowisata sekitar 20%.
Di kawasan Asia Pasifik sendiri angka pertumbuhan tadi berkisar antara 10-25% pada
pertengahan tahun 1990an. 4
Dalam pengembangan ekowisata nasional, sesungguhnya aspek regulasi dan
kebijakan menjadi sangat penting untuk dikaji sebagai dasar orientasi para pihak dalam
mengimplementasikan pembangunan pariwisata di berbagai daerah. Kegagalan
pengembangan ekowisata terjadi karena terjadinya tumpang tindih pengelolaan, disharmoni
kebijakan dan peraturan perundang-undangan dan ego sektoral pada setiap kementerian
selaku penanggungjawab pembangunan ekowisata. Dalam pengembangan ekowisata,
terdapat empat instansi yang memiliki wewenang dalam pengelolaan dan membuat
kebijakan dan perundangundangan tentang ekowisata. Kementerian tersebut, meliputi:
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Kementerian Pariwisata, Kementerian
Dalam Negeri dan Kementerian Kelautan dan Perikanan. Namun demikian, dalam
dinamika regulasi kepariwisataan dan ekowisata di Indonesia, dapat dikatakan belum
mampu mengedepankan ruang objektivitas ilmu dan penerapan visi yang terarah. Selain
itu, adanya indikasi aspek politis dalam perumusan konsep-implementasi pembangunan
ekowisata juga menjadi hal penting yang perlu ditelaah secara kompeherensif. 5

4
R. Hendrik Nasution. Dkk. 2018. Jurnal. Analisis Kebijakan dan Peraturan Perundang-Undangan Ekowisata di
Indonesia. Hlm 2
5
Ibid. Hlm 2
Sehubungan dengan itu, masalah utama yang harus dikaji dengan mendalam yakni
bagaimana pengembangan industri pariwisata dapat harmonis dengan pelestarian fungsi
lingkungan disekitar kawasan pariwisata. Sehingga harus dipikirkan oleh pengambil
kebijakan mengenai harmonisasi antara pembangunan kawasan pariwisata dengan
pelestarian fungsi lingkungan disekitarnya agar tidak terdampak negatif. Pembangunan
industri pariwisata haruslah berorientasi pada sebesar-besarnya kesejahteraan rakyat
sebagaimana termuat dalam ketentuan pasal 33 UUD NRI Tahun 19455 sehingga
kebijakan-kebijakan yang ditetapkan terkait dengan pembangunan industri pariwisata harus
dilakukan sebagai upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat. 6
Atas berbagai dinamika yang telah dipaparkan, maka menjadi sangat esensial untuk
menganalisis kebijakan dan peraturan perundang-undangan terkait ekowisata demi
terwujudnya pembangunan kepariwisataan berkelanjutan. Tujuan dalam penelitian ini
yaitu: 1) menganalisis postur rantai kebijakan dan peraturan perundang-undangan serta
harmonisasi antar peraturan perundang-undangan di bidang ekowisata; 2) melakukan
analisis isi substansi materi perundangundangan ditinjau dari landasan yuridis dalam
kaitannya dengan tujuan ekowisata; 3) melakukan analisis rentang waktu ditetapkannya
undang-undang dan peraturan pelaksanaannya sehingga pembangunan ekowisata dapat
berjalan efektif dan efisien dan analisis isi kebijakan dan peraturan perundang-undangan
ekowisata.
Berdasarkan hasil penelusuran terhadap ketentuan yang mengatur pembangunan
ekowisata, telah ditetapkan undang-undang, yaitu: 1) Undang-Undang Nomor 10 Tahun
2009 tentang Kepariwisataan; 2) Undang- Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang
Konservasi Keanekaragaman Hayati dan Ekosistemnya; 3) Undang-Undang Nomor 41
Tahun 1999 tentang Kehutanan; 4) UndangUndang Nomor 27 Tahun 2007 tentang
Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil; dan 5) UndangUndang Nomor 23
Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.
Secara umum, hasil studi menunjukan bahwa kelengkapan postur kebijakan dan
peraturan dalam peraturan perundang-undangan ekowisata, khususnya Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 1990, terdapat tujuh Peraturan Pemerintah yang telah ditetapkan. Dalam
amanat undang-undang, sedangkan saat ini amanat peraturan tersebut baru ditetapkan
empat Peraturan Pemerintah. Dalam berbagai kriteria, isi substansi materi seluruh

6
Sri Karyati. 2021. Model Kebijakan Pengembangan Ekowisata di Nusa Tenggara Barat. Hlm 3.
kebijakan dan peraturan perundang-undangan ekowisata di Indonesia menunjukan skor 5
atau bermakna agak baik. Nilai yang belum optimal tersebut dapat dikatakan tidak memiliki
kejelasan tujuan yang kompeherensif dan terstruktur sehingga dinamika susbtansi yang
terkandung dan/ atau tertuang dalam undang-undang tersebut masih bersifat parsial.
Berdasarkan hasil penelusuran terhadap dokumen peraturan perundang-undangan meliputi
(UU, Peraturan Pemerintah, Peraturan Presiden, Keputusan Presiden, Peraturan Menteri)
ditemukan bahwa antara peraturan yang mengamanatkan dengan peraturan pelaksananya
tidak ditetapkan dalam jangka waktu ± 2 tahun sebagaimana mestinya atau belum dilakukan
perencanaan dalam penyusunan tindak lanjut dalam amanat peraturan perundang-
undangan. 7

2.2 Dampak Perkembangan Pariwisata Terhadap Ekowisata


Pengembangan pariwisata memiliki banyak sekali dampak. Baik dampak negatif
maupun dampak positif. Dampak ekonomi, sosial, budaya, dan politik juga terasa ketika
kebijakan-kebijkan pariwisata diberlakukan dan dikembangkan. Sementara itu, ekowisata
yang merupakan bagian penting dari pengembangan pariwisata berdampak pada bagaimana
wisatawan dapat berkunjung dan meningkat setiap tahunnya. Tentunya ini merupakan
langkah baik dan bagus.
Ekowisata di daerah sendiri dapat dibedakan menjadi 4 yaitu ekowisata bahari,
ekowisata hutan, ekowisata pegunungan dan / atau ekowisata karst. Sebagaimana yang
dijabarkan melalui Permendagri No 33 Tahun 2009 bahwa prinsip pengembangan
ekowisata meliputi : (1) Kesesuaian antara jenis dan karakteristik ekowisata, (2)
Konservasi, yaitu melindungi, mengawetkan dan memanfaatkan secara lestari sumber daya
alam yang digunakan untuk ekowisata (3) Ekonomis, yaitu memberikan manfaat untuk
manfaat masyarakat setempat dan menjadi penggerak pembangunan ekonomi di
wilayahnya serta memastikan usaha ekowisata dapat berkelanjutan, (4) Edukasi, yaitu
mengandung unsur pendidikan untuk mengubah persepsi seseorang agar memiliki
kepedulian, tangung jawab, dan komitmen terhadap pelestarian lingkungan dan budaya (5)
Memberikan kepuasan dan pengalaman kepada pengunjung, (6) Partisipasi masyarakat
yaitu peran serta masyarakat dalam kegiatan perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian

7
R. Hendrik Nasution. Dkk. 2018. Jurnal. Analisis Kebijakan dan Peraturan Perundang-Undangan Ekowisata di
Indonesia. Hlm 15.
ekowisata dengan menghormati nilai-nilai sosial budaya dan keagamaan masyarakat di
sekitar kawasan, dan (7) Menampung kerarifan lokal.
Untuk memperkuat konsep pengembangan tersebut perlu dilakukan kegiatan
perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian ekowisata. Perencanaan, pemanfaatan dan
pengendalian ekowisata telah dijabarkan melalui Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 33
Tahun 2009 Sedangkan perencanaan pengembangan ekowisata dimulai dari : (i)
Merumuskan kebijakan pengembangan ekowisata Provinsi dengan memperhatikan
kebijakan ekowisata Nasional; (ii) Mengoordinasikan penyusunan rencana pengembangan
ekowisata sesuai dengan kewenangan provinsi; (iii) Memberikan masukan dalam
merumuskan kebijakan pengembangan ekowisata Provinsi dengan memperhatikan
kebijakan ekowisata Nasional (iv) Mengintegrasikan dan memadu serasikan rencana
pengembangan ekowisata Provinsi dengan rencana pengembangan ekowisata kabupaten /
kota, rencana pengembangan ekowisata nasional. 8
Dampak pengembangan ekowisata bersifat positif maupun negatif terhadap
perekonomian maupun sosial masyarakat di sekitar kawasan. Sedangkan pembangunan
berkelanjutan hanya dapat dicapai jika dampak sosial dan lingkungan seimbang dengan
tujuan ekonomi yang dharapkan. Pariwisata dalam hal ini, tidak adanya dampak (zero
impact) sebagai akibat dari wisatawan berupa level pencapaian minimum dari dampak
negatif perlu direncanakan. 9
Peningkatan dari penilaian potensi ekowisata sendiri dapat menimbulkan dampak
yang lebih kompleks. Oleh karena itu diperlukan konsep pengembangan yang tepat untuk
meminimalisir dampak-dampak yang tidak inginkan bagi pengembangan ekowisata
Kawasan Riam Pangar. Adapun beberapa dampak yang dapat ditimbulkan akibat
pengembangan kawasan ekowisata tersebut sesuai dengan harapan yang dimaksud dalam
UU No 10 Tahun 2009 yaitu; (1) meningkatkan pertumbuhan ekonomi, (2) meningkatkan
kesejahteraan masyarakat, (3) menghapus kemiskinan, (4), mengatasi pengangguran, (5)
melestarikan alam, lingkungan dan sumber daya, (6) memajukan kebudayaan. Selain itu,
perlu diperhatikan baik pihak pemerintah masyarakat dan pengelola jika melihat beberapa
pengalaman pengembangan ekowisata sebelumnya, diperkirakan pengembangan kawasan
ekowisata juga dapat berdampak pada tatanan budaya sekitar kawasan. Budaya yang

8
Pramushinta Arum Pynanjung dan Reny Rianti . Jurnal. Dampak Pengembangan Ekowisata Terhadap
Kesejahteraan Masyarakat di Kabupaten Bengkayang: Studi Kasus Kawasan Riam Pangar. Hlm 5
9
Ibid. Hlm. 13
dibawa oleh wisata domestik maupun wisatawan mancanegara dapat beralkulturasi dengan
budaya setempat. Hal ini menjadi sangat penting dalam perencanaan pengembangan
ekowisata dengan tetap melindungi unsur-unsur budaya setempat.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dasar hukum yang berkaitan dengan kepariwisataan sendiri terdiri dari:
UndangUndang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (selanjutnya disebut UU
Penataan Ruang) 2. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah
Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (selanjutnya disebut UU Pengelolaan Wilayah Pesisir) 3.
UndangUndang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (selanjutnya disebut UU
Penerbangan) 4. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan (selanjutnya disebut UU LLAJ) 5. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2009 tentang
Kawasan Ekonomi Khusus (selanjutnya disebut UU Kawasan Ekonomi Khusus) 6.
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya (selanjutnya disebut UU
Cagar Budaya) 7. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian (selanjutnya
disebut UU Keimigrasian) 8. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa
(selanjutnya disebut UU Desa) 9. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan
Undang-
Undang Nomor 9 Tahun 2015 (selanjutnya disebut UU Pemerintahan Daerah) 10.
UndangUndang Nomor 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas (selanjutnya disebut
UU Penyandang Disabilitas) 11. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan
Kebudayaan (selanjutnya disebut UU Pemajuan Kebudayaan).
Ekowisata sendiri dapat menimbulkan dampak yang lebih kompleks. Oleh karena itu
diperlukan konsep pengembangan yang tepat untuk meminimalisir dampak-dampak yang
tidak inginkan bagi pengembangan ekowisata Kawasan Riam Pangar. Adapun beberapa
dampak yang dapat ditimbulkan akibat pengembangan kawasan ekowisata tersebut sesuai
dengan harapan yang dimaksud dalam UU No 10 Tahun 2009 yaitu; (1) meningkatkan
pertumbuhan ekonomi, (2) meningkatkan kesejahteraan masyarakat, (3) menghapus
kemiskinan, (4), mengatasi pengangguran, (5) melestarikan alam, lingkungan dan sumber
daya, (6) memajukan kebudayaan.
DAFTAR PUSTAKA

Ayu dan Irda. 2017. Jurnal. Implementasi Kebijakan Pembangunan Pariwisata


Melalui Program Ecotourism (Ekowisata) (Studi Pada Dinas Pariwisata Dan Kebudayaan
Kota Batu)
Safuridar, dkk. 2020. Jurnal. Dampak Pengembangan Ekowisata Hutan Magrove
terhadap Sosial dan Ekonomi Masyarakat di Desa Kuala Langsa, Aceh
Anak Agung Aldi Lestar dan Ni Putu Noni Ruharyanti. Jurnal. Kebijakan Pemerintah
Indonesia dalam Pengembangan.
R. Hendrik Nasution. Dkk. 2018. Jurnal. Analisis Kebijakan dan Peraturan
Perundang-Undangan Ekowisata di Indonesia.
Sri Karyati. 2021. Model Kebijakan Pengembangan Ekowisata di Nusa Tenggara
Barat.
Pramushinta Arum Pynanjung dan Reny Rianti . Jurnal. Dampak Pengembangan
Ekowisata Terhadap Kesejahteraan Masyarakat di Kabupaten Bengkayang: Studi Kasus
Kawasan Riam Pangar.

Anda mungkin juga menyukai