Anda di halaman 1dari 31

A.

Latar Belakang Masalah

Pengembangan destinasi wisata merupakan salah satu cara untuk

menjadikan lingkungan lebih maju, baik, dan berguna bagi semua

kalangan. Suwantoro (2009) berpendapat beberapa bentuk produk

pariwisata yang berpotensi untuk dikembangkan adalah pariwisata budaya

(cultural tourism), ekowisata (ecotourism), pariwisata bahari (marine

tourism), pariwisata petualangan (adventure tourism), pariwisata agro

(agro tourism), pariwisata pedesaan (village tourism), gastronomy

(culinary tourism), dan pariwisata spiritual (spiritual tourism). Sementara

dalam Permendagri No. 33 Tahun 2009 Tentang Pedoman Pengembangan

Ekowisata di Daerah1 pada Pasal 2 menjelaskan jenis ekowisata di daerah

adalah ekowisata bahari, ekowisata hutan, ekowisata pegunungan, dan

ekowisata karst. Adapun pelaku ekowisata adalah pemerintah, pemerintah

daerah, dunia usaha, dan masyarakat yang bergerak di bidang wisata

(Permendagri No. 33 Tahun 2009, Pasal 1 Ayat 6).

Wisata Limapuluh Kota 1. Nagari Taram Menjadi Pemenang

Lomba Desa dan Kelurahan Berprestasi Juara I Tingkat Regional I

Nasional dari KEMENDAGRI 2. POKDARWIS Kapalo Banda Taram

Sebagai POKDARWIS Terbaik Tingkat Provinsi Sumatera BARAT Dari

GIPI AWARD 2020 SUMATERA BARAT 3. Termasuk salah satu 244

Desa Wisata di Indonesia sampai tahun 2024 masuk Program

1
dalam Permendagri No. 33 Tahun 2009 Tentang Pedoman Pengembangan Ekowisata di Daerah

1
Pendampingan dan Penyaluran bantuan dari Kementerian Pariwisata.

Keberadaan desa wisata saat ini memiliki daya pikat yang baik.

Seperti desa wisata di kapalo banda di Nagari Taram merupakan

salah satu desa yang tergabung dalam klaster destinasi wisata yang

memiliki potensi pengembangan yang sangat pesat. Dilihat dari aspek

Geografis Kapalo Banda hanya berjarak ±10 km dari objek wisata Lembah

Harau yang merupakan Destinasi Unggulan Kabupaten Lima Puluh Kota.

dan dari aksesibilitas Kapalo Banda hanya berjarak ±8 km dari Jalan

Utama Provinsi. Sejak dicanangkannya Nagari Taram sebagai pemenang

Lomba Desa dan Kelurahan Berprestasi Juara I Tingkat Regional I

Nasional dari KEMENDAGRI maka pertumbuhan kunjungan wisatawan

domestik semakin meningkat. Nagari Taram / Kapalo Banda Taram secara

geografis berada pada dataran yang rendah dengan suhu yang relatif dingin

sehingga sangat cocok untuk beristirahat dan melepaskan kesibukan sesaat

bagi Wisatawan. Aktifitas ekowisata dan Wisata air di Kapalo Banda

Taram sangat memungkinkan untuk dikembangkan dengan konsep.

pengembangan dan pemberdayaan berbasis masyarakat (Community based

tourism development).

Namun tak dapat dipungkiri bahwa pengembangan desa

wisata masih dihadapkan pada beberapa persoalan mendasar, yang

berasal dari internal desa, seperti supra struktur desa (pemerintah,

hambatan regulasi). Adapun kendala dan tantangan desa wisata adalah

terbatasnya visi atau persepsi yang jelas dari masyarakat tentang

2
pariwisata, rendahnya interest dan kesadaran masyarakat, rendahnya

kemampuan sumber daya manusia, adanya kendala budaya (cultural

barriers), sering terjadi pemaksaan dan pembohongan terhadap

wisatawan.

Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik akan meneliti,

mengamati, mengkaji dan menganalisa dengan judul “STRATEGI

PENGEMBANGAN DESA WISATA KAPALO BANDA TARAM

KABUPATEN 50 KOTA”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, dapat ditulis identifikasi

masalah sebagai berikut :

1. Buruknya akses ke lokasi wisata Kapalo Banda Taram

sehingga kendraan roda 4 atau lain sebagainya kesulitan untuk

masuk kelokasi wisata.

2. Struktur desa ( pemerintah, hambatan regulasi) yang

menghambat perkembangan wisata Kapalo Banda Taram.

3. Terbatasnya visi/ presepsi yang jelas dari masyarakat mengenai

pariwisata.

3
C. Batasan Masalah

Agar penelitian yang dilakukan dapat menjadi lebih fokus dan tidak keluar

dari jalur pembahasan, lebih sempurna serta lebih mendalam penelitian ini

dibatasi, yaitu terkait dengan “Strategi Pengembagan Desa Wisata Kapalo

Banda Taram Kabupaten 50 Kota”.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada batasan masalah di atas, maka dapat

dibuat dirumuskan pertanyaan yaitu seberapa besarkah strategi

pengembangan desa wisata Kapalo Banda Taram Kabupaten 50 Kota?

E. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui strategi pengembagan desa wisata kapalo banda

kepada masyarakat bahwa ada desa wisata di sumatra barat.

F. Manfaat Penelitian

Sebagaimana yang diuraikan penulis mengenai tujuan penelitian

yang diatas, maka diharapkan penelitian ini memiliki manfaat atau

kegunaan sebagai berikut :

Manfaat secara teoretis :

1. Hasil penelitian ini secara teoretis diharapkan dapat memberikan

sumbangsih pemikiran terhadap kajian ekonomi dan kepariwisataan,

khususnya yang berkaitan dengan pengembangan destinasi wisata dalam

meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar.

4
Kegunaan secara praktis :

1. Bagi Penulis, Untuk Memenuhi salah satu syarat tugas akhir untuk

mencapai gelar Sarjana Ekonomi (S.E), Pada Prodi Pariwisata Syariah

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI) Universitas Negri Isalam

Sjeh M. Djamil Djambek Bukitinggi.

2. Bagi Penulis, untuk menambah wawasan dan pengetahuan penulis

tentang Strategi Pengembagan Desa Wisata Kapalo Banda Taram

Kabupaten 50 Kota yang sedang berkembang sekarang.

3. Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan dapat digunakan sebagai

referensi sekaligus pengembangan penelitian berkaitan yang akan

datang.

4. Bagi Akademik, untuk menambah ilmu pengetahuan dalam kajian

ekonomi dan kepariwisataan sebagai bahan referensi untuk melakukan

penelitian selanjutnya.

5. Untuk membatu pengeloha desa wisata di kapalo banda untuk

meningkat pengujung yang datang maupun perekonomia warga yang

berada di sekitar tempat tersebut supaya meningkat.

G. Penjelasan Judul

Untuk menghindari kesalah pahaman dalam memahami judul

proposal skripsi ini, penulis perlu menguraikan secara singkat mengenai

maksud dari istilah-istilah yang ada pada judul tersebut :

5
Strategi : rencana yang disatukan, luas dan berintegrasi yang

menghubungkan keunggulan strategis perusahaan

dengan tantangan lingkungan, yang dirancang untuk

memastikan bahwa tujuan utama dari perusahaan

yang dapat dicapai melalui pelaksanaan yang tepat

oleh organisasi.

Pengembagan : upaya meningkatkan mutu bahasa agar dapat

dipakai untuk berbagai keperluan dalam kehidupan

masyarakat.

Desa : pembagian wilayah administratif di Indonesia di

bawah kecamatan, yang dipimpin oleh Kepala Desa.

Wisata :  bepergian secara bersama-sama dengan tujuan

untuk bersenang-senang, menambah pengetahuan,

dan lain-lain. Selain itu juga dapat diartikan sebagai

bertamasya atau piknik.

Berdasarkan penjelasan istilah-istilah diatas, maka dapat ditegaskan bahwa

yang dimaksud dengan judul ini adalah : Startegi pengembagan Desa Wisata

Kapalo Banda Taram Kabupaten 50 Kota.

6
H. Landasan Teori

a. Teori Strategi Pengembangan

1. Defenisi Strategi Pegembagan

Pengembangan berasal dari kata kerja “berkembang” yang

berarti mekar terbuka, menjadikan besar, menjadikan maju. Dalam hal

ini, pengembangan adalah membuat atau mengadakan atau mengatur

sesuatu yang belum telah ada. 2


Penulis mendefinisikan

pengembangan sebagai proses perubahan dari sesuatu yang telah baik

atau maju menjadi lebih baik lagi. Pengembangan merupakan wujud

dari aksi dalam menggapai sesuatu di atas harapan yang telah

direncanakan. Pengembangan adalah suatu upaya yang dilakukan

untuk merubah sesuatu yang belum ada menjadi ada atau

mengembangkan sesuatu yang sudah ada. Dalam konteks

pembangunan, pengertian pengembangan selama ini dikenal sebagai

pengembangan sektor ekonomi. Pengembangan dalam konteks

pembangunan pariwisata misalnya pengembangan produk wisata (objek

wisata), pengembangan strategi pemasaran dan lain-lain.

2
Made Heny Urmila Dewi. “Pengembangan Desa Wisata Berbasis Partisipasi
Masyarakat Lokal Di Desa Wisata Jatiluwih Tabanan Bali”, Kawistara, 2 (2013), 132.

7
Dalam arti lain pengembangan adalah meningkatkan kualitas

kehidupan manusia, ada beberapa elemen yang perlu diperhatikan

dalam hal meingkatkn kualitas hidup manusia yaitu :

1. Kebutuhan dasar (makanan, minuman, kesehatan, dan

tempat berlindung).

2. Keamanan (pendapatan dan harga).

3. Iklim sosial (kebebasan sosial, kebebasan budaya).

4. Kemerdekaan (dapat memutuskan pilihan dalam kehidupan).

Jadi Pengembangan destinasi wisata merupakan suatu upaya yang

sssdilakukan untuk merubah sesuatu yang belum ada di suatu destinasi

wisata tersebut menjadi ada atau mengembangkan sesuatu yang sudah ada

didalam suatu destinasi wisata menjadi lebih baik lagi. 3


Pada dasarnya

proses pengembangan destinasi ini akan menghasilkan perubahan dari

sesuatu yang telah baik atau maju di destinasi wisata tersebut dapat

menjadi lebih baik lagi dan dengan tujuan utama adalah untuk

meningkatkan kualitas kehidupan manusia atau perekonomian masyarakat

di sekitar destinasi wisata yang dikembangkan.

3
Direktorat Jendral Pemberdayaan Masyarakat Destinasi Pariwisata, Pedoman
Pengembangan Desa Wisata dan Pembangunan Pariwisata Berkelanjutan, Kementrian Pariwisata
dan Ekonomi Kreatif, h. 17

8
2. Sasaran Stategi Pengembangan

a. Tersusun dan terwujudnya pemantapan kebijakan nasional

pengembangan destinasi pariwisata.

b. Meningkatkan pengembangan kebijakan destinasi pariwisata.

c. Meningkatkan kebijakan pengembangan destinasi pariwisata utama

berkelas dunia.

d. meningkatnya daya saing usaha pariwisata nasional.

e. Meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan nusantara.

f. Tersusunnya standar dan sistem akreditasi produk dan usaha

pariwisata

g. Terlaksananya pengimplementasian standarisasi, akreditasi dan

sertifikasi produk dan usaha pariwisata. 4

Dalam Pengembangan destinasi wisata memerlukan

teknik perencanaan yang baik dan tepat. Teknik pengembangan

itu harus menggabungkan beberapa aspek penunjang kesuksesan

pariwisata. Aspek- aspek tersebut adalah aspek aksesibilitas (transportasi

dan saluran pemasaran), karakteristik infrastuktur pariwisata, tingkat

interaksi sosial, keterkaitan/ kompatibilitas dengan sektor lain, daya tahan

4
Nadia yunita, Strategi Pelaksanaan Program Pengembangan Destinasi Pariwisata di
Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga Aceh Timur. Medan : Skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan
Imu Politik, Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara. 2019

9
akan dampak pariwisata, tingkat resistensi komunitas lokal, dan

seharusnya

b. Teori Desa Wisata

Desa wisata merupakan pengembangan suatu wilayah desa yang

pada dasarnya tidak merubah apa yang sudah ada akan tetapi lebih

cenderung kepada pengembangan potensi desa yang ada dengan

melakukan pemanfaatan kemampuan unsur- unsur yang ada di dalam desa

yang berfungsi sebagai atribut produk wisata dalam skala yang kecil

menjadi rangkaian aktivitas atau kegiatan pariwisata dan mampu

menyediakan serta memenuhi serangkaian kebutuhan perjalanan wisata

baik dari aspek daya tarik maupun sebagai fasilitas pendukung5. Menurut

Priasukmana & Mulyadin, Desa Wisata adalah suatu kawasan pedesaan

yang menawarkan keseluruhan dari suasana yang mencerminkan keaslian

dari pedesaaan itu sendiri mulai dari sosial budaya, 6 adat istiadat,

keseharian, memiliki arsitektur bangunan dan struktur tata ruang desa yang

Pelaksanaan Undang-undang Otonomi Daerah, khas dan dari kehidupan

sosial ekonomi atau kegiatan perekonomian yang unik dan menarik serta

mempunyai potensi untuk dikembangkanya berbagai komponen

kepariwisataan, misalnya atraksi, akomodasi, makanan-minuman,

cinderamata, dan kebutuhan wisata lainnya. Pengembangan pariwisata

pedesaan didorong oleh tiga faktor. Pertama, wilayah pedesaan memiliki


5
A.J, Muljadi, 2012, Kepariwisataan dan Perjalanan. Jakarta: Raja Grafindo Persada, Hlm
12
6
Priasukmana Soetarso dan R. Mohamad Mulyadin, 2013, Pembangunan Desa Wisata :
Pelaksanaan Undang-undang Otonomi Daerah, jurnal, hlm 38

10
potensi alam dan budaya yang relatif lebih otentik daripada wilayah

perkotaan, masyarakat pedesaan masih menjalankan tradisi dan ritual-

ritual budaya dan topografi yang cukup serasi. Kedua, wilayah pedesaan

memiliki lingkungan fisik yang relatif masih asli atau belum banyak

tercemar oleh ragam jenis polusi dibandingankan dengan kawasan

perkotaan. Ketiga, dalam tingkat tertentu daerah pedesaan menghadapi

perkembangan ekonomi yang relatif lambat, sehingga pemanfaatan potensi

ekonomi, sosial dan budaya masyarakat lokal secara optimal merupakan

alasan rasional dalam pengembangan pariwisata pedesaan. Putra 2006

menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan desa wisata adalah suatu

kawasan atau wilayah pedesaan yang bisa dimanfaatkan atas dasar

kemampuan beberapa unsur yang memiliki atribut produk wisata secara

terpadu, dimana desa tersebut menawarkan keseluruhan suasana dari

pedesaan yang memilikan tema keaslian pedesaan, baik dari tatanan segi

kehidupan sosial budaya dan ekonomi serta adat istiadat yang mempunyai

ciri khas arsitektur dan tata ruang desa menjadi suatu rangkaian kegiatan

dan aktivitas pariwisata. 7Sedangkan Nuryanti berpendapat bahwa desa

wisata merupakan suatu bentuk integrasi antara atraksi, akomodasi, dan

fasilitas pendukung yang disajikan dalam suatu struktur kehidupan

masyarakat yang menyatu dengan tata cara dan tradisi yang berlaku.

Ditjenpar mendefinisikan desa wisata sebagai suatu wilayah perdesaan

yang menawarkan keseluruhan suasana yang mencerminkan keaslian

pedesaan, arsitektur bangunan dan tata ruang desa,serta mempunyai


7
Ismayanti, 2013, Pengantar Pariwisata, Jakarta: Grasindo, Hlm 51

11
potensi untuk dikembangkan berbagai komponen kepariwisataan,

misalnya atraksi wisata makanan dan minuman, cinderamata, penginapan,

dan kebutuhan lainnya. Selain keunikan-keunikan tersebut, area atau

kawasan desa wisata juga diharuskan memiliki berbagai fasilitas

penunjang sebagai kawasan tujuan wisata. Beberapa fasilitas ini akan

memudahkan para wisatawan desa wisata dalam melaksanakan kegiatan

wisata. Beberapa fasilitas yang biasanya ada di area atau kawasan desa

wisata antara lain sebagai berikut: sarana transportasi, telekomunikasi,

akomodasi dan kesehatan. Untuk akomodasi, desa wisata dapat

menyediakan tempat penginapan yang berupa Home Stay sehingga

wisatawan dapat merasakan suasana pedesaan yang asli. Disini Sade bisa

dikatakan sebagai Desa Wisata Budaya karena Dusun Sade menawarkan

kegiatan wisata yang menekankan pada unsur pengalaman Ismayanti, dan

bentuk wisata aktif yang melibatkan wisatawan berhubungan langsung

dengan masyarakat setempat. Dengan menonjolkan ciri khas kelokalan

budaya setempat tradisi lokal, pedesaan yang masih alami lengkap dengan

bangunan adat, serta warisan leluhur yang terus dijaga sampai saat ini.

Berdasarkan atas beberapa pendapat para ahli di atas, dapat dijelaskan

bahwa desa wisata merupakan suatu wilayah yang menjadi obyek wisata

dimana area tersebut memiliki ciri khas contohnya seperti keasrian dan

keindahan alamnya, seni budaya dan kebiasaan masyarakat sehari-hari

yang mana para wisatawan dapat ikut terjun langsung merasakan

kehidupan masyarakat di desa tersebut.

12
1. Karaktersitik Desa Wisata

Setiap desa wisata tentunya memiliki karakteristik

tersendiri hal tersebut dilihat dari adanya potensi di desa tersebut

sehingga layak untuk dijadikan sebagai desa wisata. Pengelolaan

suatu desa wisata sebagai objek wisata tidak hanya terbatas pada

penetapannya sebagai desa wisata. Penetapan suatu desa sebagai

desa wisata setidaknya didasarkan atas beberapa komponen

potensial yang mendukung, yaitu27: 1. Adanya atraksi atau daya

tarik yang khas dari desa itu sendiri. 27 Anthonius Ibori, 2013,

Partisipasi Masyarakat Dalam Pelaksanaan Pembangunan Di Desa

Tembuni Distrik Tembuni Kabupaten Teluk Bintuni, Jurnal 27 2.

Adanya fasilitas-fasilitas dan akomodasi pariwisata seperti fasilitas

penginapan, fasilitas makan-minum, pusat jajanan atau

cenderamata, pusat pengunjung. 3. Adanya aktifitas wisata seperti

menenun, menikmati pemandangan dan lainlain. 4. Adanya

pengembangan umum sebagai upaya untuk menciptakan daerah

tujuan wisata yang memberikan pelayanan terbaik bagi wisatawan,

diantaranya: pembagian zona atau area, pengelolaan pengunjung,

dan pelayanan komunikasi. Menurut Priasukmana dan Mulyadin,

penetapan suatu desa menjadi desa wisata harus memenuhi

beberapa persyaratan diantaranya28 : 1. Memiliki akesebilitas yang

baik, sehingga mempermudah wisatawan untuk berkunjung dengan

13
menggunakan berbagai jenis alat transportasi. 2. Harus memiliki

obyek-obyek menarik yang dapat berupa alam, seni budaya,

legenda, makanan lokal, dan sebagainya untuk dikembangkan

sebagai obyek wisata. 3. Masyarakat serta aparatur desanya

memberikan dukungan penuh terhadap desa wisata dan wisatawan

yang berkunjung kedesanya. 4. Keamanan di desa tersebut

terjamin. 5. Tersedia akomodasi, telekomunikasi, dan tenaga kerja

yang cukup memadai. 28 Gumelar S. Sastrayuda, 2010, Konsep

Pengembangan Kawasan Desa Wisata, Jurnal 28 6. Memilki iklim

yang sejuk atau dingin. 7. Memilki hubungan dengan obyek wisata

lainnya yang sudah dikenal oleh masyarakat luas. Beberapa faktor

yang berpengaruh dalam pengembangan desa wisata adalah

sebagai berikut : 1. Pembangunan Sumber daya manusia (SDM)

Pembangunan sumber daya manusia (SDM), dapat dilakukan

melalui kegiatan pendidikan, pelatihan dan keikutsertaan dalam

seminar, diskusi dan lain sebagainya, dan juga di bidang-bidang

kepariwisataan. 2. Kemitraan Adanya kerjasama yang baik dan

saling menguntungkan antara pihak pengelola desa wisata dengan

pengusaha pariwisata di kota atau pihak dinas pariwisata daerah

terkait dalam beberapa bidang usaha yaitu bidang akomodasi,

perjalanan, promosi, pelatihan, dan yang lainnya. 3. Kegiatan

pemerintahan di desa Ada kegiatan yang dilakukan oleh

pemerintah desa, contohnya adalah seperti rapat dinas, pameran

14
pembangunan, dan upacara adat yang dilaksanakan di desa wisata.

4. Promosi Desa wisata harus dipromosikan melalui berbagai

media, oleh karena itu desa atau kabupaten kawasan sekitar desa

wisata harus sering mengundang 29 wartawan dari media cetak

maupun elektronik untuk kegiatan promosi yang dilaksanakan. 5.

Festival/pertandingan Secara berkala di desa wisata harus

dilaksanakan kegiatan-kegiatan yang bisa menarik wisatawan

untuk berkunjung ke desa wisata tersebut, contohnya mengadakan

festival kesenian, pertandingan olahraga, dan lain sebagainya. 6.

Melakukan pembinaan terhadap organisasi warga Penduduk desa

biasanya banyak yang merantau ditempat lain. Padahal mereka

juga dapat diorganisir dan dibina untuk memajukan desa wisata

mereka melalui organisasi kemasyarakatan dan untuk mengurangi

pengangguran didesa. Menurut nuryanti (1993), terdapat tiga

konsep utama dalam komponen desa wisata yaitu sebagai berikut :

akomodasi, atraksi dan keindahan alam. Kajian teori komponen

desa wisata menurut Gumelar (2010), menyebutkan komponen

desa wisata harus mempunyai keunikan, keaslian, sifat khas

Letaknya berdekatan dengan daerah alam yang luar biasa,

Berkaitan dengan kelompok atau masyarakat berbudaya yang

secara hakiki menarik minat pengunjung, Memiliki peluang untuk

berkembang baik dari sisi prasarana dasar, maupun sarana

lainnya29 . 29 Sugiama Gima, 2013, Manajemen Aset Pariwisata,

15
Bandung : Guardaya Intimarta, hlm 51 30 Meurut Putra (2006),

harus memiliki potensi pariwisata, seni, dan budaya khas daerah

setempat, Lokasi desa masuk dalam lingkup daerah pengembangan

pariwisata atau setidaknya berada dalam koridor dan rute paket

perjalanan wisata yang sudah dijual, Diutamakan telah tersedia

tenaga pengelola, pelatih, dan pelaku–pelaku pariwisata, seni dan

budaya. Aksesibilitas dan infrastruktur. mendukung program Desa

Wisata. Terjaminnya keamanan, ketertiban, dan kebersihan.

Pengembangan Desa Wisata Pengembangan Desa Wisata harus

memperhatikan kemampuan dan tingkat penerimaan masyarakat

setempat yang akan di kembangkan menjadi desa wisata. Hal ini di

maksudkan untuk mengetahui karakter dan kemampuan

masyarakat yang dapat di manfaatkan dalam pengembangan desa

wisata, menentukan jenis dan tingkat pemberdayaan masyarakat

secara tepat. Untuk mengetahui pnerimaan masyarakat terhadap

kegiatan pengembangan desa wisata : 1) Tidak bertentangan

dengan adat istiadat budaya masyarakat setempat; 2)

Pengembangan fisik yang di ajukan untuk meningkatkan kualitas

llingkungan desa; 3) memperhatikan unsur kelokalan dan keaslian;

4) Memberdayakan masyarakat desa; 5) Memperhatikan daya

dukung dan daya tampung berwawasan lingkungan.31 30 Ibid,

Hlm 52 31 Antara Made, 2015, 8Pengelolaan Pariwisata Berbasis

8
Memperhatikan daya dukung dan daya tampung berwawasan lingkungan.31 30 Ibid,
Hlm 52 31 Antara Made, 2015,

16
Potensi Lokal, Pustaka Larasan, Hlm 27. 31 9 Menurut Gamal

Suwantoro, unsur pokok yang harus ada untuk menunjang

pengembangan desa wisata meliputi lima unsur sebagai berikut32


10
: 1. Obyek dan daya tarik wisata Umumnya daya tarik suatu

obyek wisata didasarkan pada beberapa hal sebagai berikut :

Adanya sumber daya yang dapat menimbulkan rasa senang, indah,

nyaman dan bersih, Adanya aksesbilitas yang tinggi untuk dapat

mengunjunginya., Adanya ciri khusus/spesifikasi yang bersifat

langka, Adanya sarana/prasarana penunjang untuk melayani para

wisatawan yang hadir, Obyek wisata alam mempunyai daya tarik

tinggi karena keindahan alam pegunungan, sungai, pantai, pasir,

hutan, dan sebagainya, Obyek wisata budaya mempunyai daya

tarik tinggi karena memiliki nilai khusus dalam bentuk atraksi

kesenian, upacara-upacara adat, nilai luhur yang terkandung dalam

suatu obyek buah karya manusia pada masa lampau.2 Prasarana

wisata Prasarana wisata merupakan sumber daya alam dan sumber

daya buatan manusia yang pasti dibutuhkan oleh wisatawan dalam

kunujungannya di daerah tujuan wisata, seperti contohnya jalan,

listrik, air, telekomunikasi, terminal, jembatan, dan lain

sebagainya. 3. Sarana Wisata Sarana wisata adalah kelengkapan

daerah tujuan wisata yang disiapkan untuk melengkapi kebutuhan

wisatawan dalam melakukan kunjungan Made Heny Urmila


9
Pengelolaan Pariwisata Berbasis Potensi Lokal, Pustaka Larasan, Hlm 27. 31
10
Gamal Suwantoro, unsur pokok yang harus ada untuk menunjang pengembangan desa
wisata meliputi lima unsur sebagai berikut32

17
Dewi,2013, Pengembangan Desa Wisata Berbasis Partisipasi

Masyarakat Lokal DiJatiluwih Tabanan Bali, 11Jurnal, hlm 130 32

wisatanya. Contohnya dapat berupa hotel atau penginapan, biro

perjalanan, alat transportasi, pusat pernak-pernik atau cindramata,

rumah makan dan restoran serta sarana pendukung lainnya. 4.

Infrastruktur Infrastruktur merupakan suatu keadaan yang

mendukung fungsi sarana dan prasarana wisata baik itu yang

berupa suatu pengaturan maupun bangunan fisik di atas permukaan

tanah dan di bawah tanah contohnya seperti sistem pengairan,

distribusi air bersih, sistem pembuangan air limbah, sumber listrik

dan energi, sistem jalur angkutan dan terminal, sistem komunikasi

dan sistem keamanan atau pengawasan. 5. Masyarakat Ada tiga

faktor yang terdapat di dalam masyarakat yaitu dari masyarakat

sekitar obyek pariwisata, lingkungan yang merupakan lingkungan

alam di sekitar obyek pariwisata, dan budaya yang ada pada

masyarakat di dalam lingkungan pariwisata. Masyarakat lokal

berperan penting dalam pengembangan desa wisata karena sumber

daya dan keunikan tradisi dan budaya yang melekat pada

komunitas tersebut merupakan unsur penggerak utama kegiatan

desa wisata. Dilain pihak, komunitas lokal yang tumbuh dan hidup

berdampingan dengan suatu objek wisata menjadi bagian dari

sistem ekologi yang saling kait mengait, karena keberhasilan

11
Made Heny Urmila Dewi,2013, Pengembangan Desa Wisata Berbasis Partisipasi
Masyarakat Lokal DiJatiluwih Tabanan Bali,

18
pengembangan desa wisata tergantung pada tingkat penerimaan

dan dukungan masyarakat lokal, Wearing (2001) 33 Masyarakat

lokal berperan sebagai tuan rumah dan menjadi pelaku penting

dalam pengembangan desa wisata secara keseluruhan tahapan

mulai dari tahap perencanaan, pengelolaan, pengawasan dan

evaluasi karena masyarakat lokal berkedudukan sama penting

dengan pemerintah dan swasta sebagai salah satu pemangku

kepentingan dalam pengembangan pariwisata. Soebagyo dalam

pembangunan pariwisata berbasis masyarakat khususnya untuk

pengembangan desa wisata, beberapa permasalahan yang wajib

dipertimbangkan adalah masalah tentang partisipasi, pengambilan

keputusan, pembangunan kapasitas masyarakat, dan akses yang

dilaksanakan ke pasar wisata. Dalam menyususn gagasan atau

konsep kerja pembangunan sebuah desa menjadi desa wisata dapat

dilakukan melalui dua pendekatan yaitu: 1. Pendekatan Pasar

dalam Pengembangan Desa Wisata a. Melalui Interaksi tidak

langsung Model pengembangan ini didekati dengan cara desa

mendapatkan manfaat tanpa harus interaksi langsung dengan

wisatawan contohnya, penulisan buku-buku tentang desa yang

sedang berkembang, kehidupan desa, arsitektur tradisional, sejarah,

dan sebagainya. b. Melalui Interaksi setengah langsung Chasan

Ascholani, 2013, Membangun Desa wisata Sebagai Upaya

19
Pengurangan Kemiskinan, jurnal, hlm 1212 Bentuk-bentuk dengan

one way trip yang dilakukan oleh wisatawan, kegiatan meliputi

kegiatan makan dan melakukan kegiatan bersama penduduk serta

kemudian wisatawan dapat kembali ke tempat akomodasinya. c.

Melalui Interaksi langsung Pengunjung dimungkinkan untuk

tinggal dan bermalam pada jenis-jenis penginapan yang dimiliki

oleh desa tersebut. Dampak yang ditimbulkan dapat dhandle

dengan berbagai pertimbangan yaitu daya dukung dan potensi

masyarakat. 2. Pendekatan Fisik Pengembangan Desa Pendekatan

ini adalah solusi yang sering digunakan untuk mengembangkan

suatu desa melalui sektor pariwisata dengan menggunakan standar

khusus dalam mengendalikan perkembangan dan menerapkan

suatu kegiatan pengembangan dan pelestarian. a. Mengembangkan

dan melestarikan rumah yang memiliki nilai budaya dan arsitektur

yang tinggi serta mengubah fungsi rumah dari tempat tinggal

menjadi suatu museum desa untuk menghasilkan keuntungan yang

dapat digunakan untuk perawatan dari rumah tersebut.

Menyediakan lahan baru untuk mengontrol perkembangan

penduduk desa tersebut dan mengembangkan lahan tersebut

sebagai kawasan pariwisata dengan berbagai fasilitas wisata c.

Mengembangkan beberapa bentuk akomodasi di dalam kawasan

12
Chasan Ascholani, 2013, Membangun Desa wisata Sebagai Upaya Pengurangan
Kemiskinan, jurnal, hlm 12

20
desa tersebut yang dijalankan oleh masyarakat desa sebagai

industri skala kecil.

B. Penelitian Terdahulu

Sebelum melakukan penelitian, maka penulis terlebih dahulu

mengamati dan mencermati penelitian terdahulu yang relevan. Dari

penelusuran yang dilakukan, penulis menemukan pembahasan yang ada

kaitannya dengan judul dan masalah yang akan diteliti, diantaranya :

1. Penelitian di lakukan oleh Putra dan Pitana Salah satu

pilihan tepat adalah membentuk kawasan wisata pedesaan

yang dapat dijadikan daya tarik wisata yang biasa dikenal


13

dengan desa wisata. Menurut desa wisata adalah suatu bentuk

integrasi antara atraksi, akomodasi, dan fasilitas pendukung

yang disajikan dalam suatu struktur kehidupan masyarakat

yang menyatu dengan tata cara dan tradisi yang berlaku.

Dalam batasan ini tersirat bahwa sentral sekali peran

masyarakat setempat

dalam menyajikan daya tarik wisata yang terintegrasi.

United Nations World Tourism Organization (UNWTO)

mendorong Indonesia untuk lebih memaksimalkan

pengembangan pariwisata berbasis desa atau desa wisata.

Selain untuk lebih banyak menarik jumlah wisatawan,

13
oleh Putra dan Pitana Salah satu pilihan tepat adalah membentuk kawasan wisata
pedesaan yang dapat dijadikan daya tarik wisata

21
pengembangan desa wisata juga memberikan dampak

pemerataan pembangunan hingga tingkat desa dan mengangkat

tingkat perekonomian masyarakat.

2. Menurut UU Kepariwisataan nomor 10 Tahun 2009 pasal 23

ayat 1 C14 menjelaskan bahwa “Pemerintah dan Pemerintah

Daerah berkewajiban memelihara, mengem- bangkan, dan

melestarikan aset nasional yang menjadi daya tarik wisata dan

aset potensial yang belum tergali”. Potensi dan daya tarik

wisata yang ada di Desa Cibodas merupakan aset potensial

yang perlu dikembangkan. Sesuai dengan undang-undang

tersebut, pemerintah setempat berkewajiban untuk

mengembangkannya. Pengembangan desa wisata sebagai aset

kepari- wisataan dan aset ekonomi perlu memegang prinsip

tidak bertentangan dengan budaya setempat, pembangunan

fasilitas ditujukan untuk meningkatkan kualitas lingkungan,

dan pemebrdayaan masyarakat. Oleh karena itu, pengembangan

desa wisata Cibodas harus memperhatikan berbagai aspek yang

berkaitan dengan kehidupan sosial, budaya, dan mata

pencaharian masyrakat. Berdasarkan kepada uraian di atas,

permasalah utama dalam penelitian ini adalah bagaimana

strategi pengembangan desa wisata pendidikan di Desa

Cibodas Kabupaten Bandung Barat


14
Menurut UU Kepariwisataan nomor 10 Tahun 2009 pasal 23 ayat 1 C menjelaskan
bahwa “Pemerintah dan Pemerintah Daerah berkewajiban memelihara, mengem- bangkan, dan
melestarikan aset nasional yang menjadi daya tarik wisata dan aset potensial yang belum tergali”.

22
3. Penelitian di lakukan oleh Ni Putu Eka Mahadewi dan I Putu

Sudana15 potensi wisata yang cukup besar di Desa Kenderan

belum termanfaatkan secara optimal dikembangkan sebagai

desa wisata mengingat masih ditemukannya beberapa kendala,

antara lain lemahnya sumber daya manusia yang berkaitan

dengan jiwa kewirausahaan, lemahnya pemahaman terhadap

konsep desa wisata, dan seterusnya. Untuk memanfaatkan dan

memaksimumkan berbagai potensi wisata yang dimiliki,

diperlukan rumusan strategi pengembangan desa wisata di

Desa Kenderan yang bersifat menyeluruh, terpadu, berbasis

masyarakat dan berkelanjutan serta strategi pengembangannya

berdasarkan pada potensi (daya tarik) yang dimiliki serta

didasari oleh analisa kekuatan dan kelemahan dari faktor

internal, dan analisis peluang dan ancaman dari faktor eksternal

4. Menurut ASEAN pada tahun 2017 Salah satu desa wisata

yang popular di Kabupaten Gunung Kidul adalah

Nglanggeran. Keistimewaan Nglanggeran mengantarkan desa

ini ke berbagai ajang penghargaan pariwisata. Tahun 2017,

Desa Nglanggeran memperoleh penghargaan sebagai Desa

Wisata Terbaik I Indonesia dan menerima penghargaan

ASEAN Community Based Tourism Award 2017. Capaian

yang diperoleh Desa Nglanggeran antara lain: mampu

15
Ni Putu Eka Mahadewi dan I Putu Sudana potensi wisata yang cukup besar di Desa
Kenderan belum termanfaatkan secara optimal

23
memberikan kontribusi kesejahteraan sosial, melibatkan

kepengurusan dari masyarakat, menjaga dan meningkatkan

kualitas lingkungan, mendorong terjadinya partisipasi interaktif

antara masyarakat lokal dengan wisatawan, menyediakan jasa

perjalanan wisata dan pramuwisata yang berkualitas. Selain itu,

kualitas makanan, minuman, akomodasi dan kinerja friendly

tour operator (FTO) ikut menunjang perolehan penghargaan

tersebut. Berdasarkan uraian tersebut, maka dirumuskan

permasalahan sebagai berikut 16


bagaimana strategi

pemberdayaan masyarakat dalam pengembangan Desa Wisata

Nglanggeran, Kabupaten Gunung Kidul? Tulisan yang

merupakan hasil penelitian tahun 2017 ini ingin mengkaji

strategi pemberdayaan masyarakat dalam pengembangan Desa

Wisata Nglanggeran, Kabupaten Gunung Kidul. Penelitian

bersifat deskriptif dan dilakukan dengan pendekatan desain

kualitatif. Sesuai pendekatan yang digunakan, pengumpulan

data dilakukan melalui wawancara mendalam, studi

dokumentasi, dan observasi. Observasi dilakukan selama

proses pengumpulan data.

5. Menurut DISBUDPAR Desa Wisata village tourism menurut

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Malang adalah

16
Desa Wisata Nglanggeran Terbaik ASEAN 2017, https://m. tempo.co/read/news/
2017/01/21/242838401/desa-wisata- nglanggeran-terbaik-asean-2017, diakses 27 Februari 2017.

24
suatu wilayah pedesaan yang memiliki potensi keunikan dan

daya tarik wisata yang khas, baik berupa karakter fisik

lingkungan alam pedesaan maupun kehidupan sosial budaya

kemasyarakatan. (Disbudpar Kab. Malang, 2006).Terdapat dua

konsep yang utama dalam komponen desa wisata17,

yaitu :pertama, Akomodasi adalah sebagian dari tempat tinggal

para penduduk setempat dan atau unit-unit yang berkembang

atas konsep tempat tinggal penduduk. Kedua, Atraksi adalah

seluruh kehidupan keseharian penduduk setempat beserta

setting fisik lokasi desa yang memungkinkan berintegrasinya

wisatawan sebagai partisipasi aktif.

6. Menurut Pokdarwis kabupaten Semarang Desa Gemawang

Kecamatan Jambu Kabupaten Semarang merupakan salah satu

desa wisata unggulan di Kabupaten Semarang18. Keberadaan

potensi wisata berupa lanskap alam dan potensi pendukung

lainnya, telah dikemas dan dikelola dengan baik oleh

masyarakat Desa Gemawang. Pengelolaan tersebut diwujudkan

dengan pembentukan kelompok vokasi untuk berbagai

kelompok keahlian dan kelompok sadar wisata (Pokdarwis).

Potensi yang dikelola dengan baik ini telah diketahui oleh

pemerintah daerah dan disenirgikan dengan berbagai program

17
(Disbudpar Kab. Malang, 2006).Terdapat dua konsep yang utama dalam komponen
desa wisata
18
Pokdarwis kabupaten Semarang Desa Gemawang Kecamatan Jambu Kabupaten
Semarang merupakan salah satu desa wisata unggulan di Kabupaten Semarang.

25
pengembangan. Desa Wisata Gemawang juga mewakili

Kabupaten Semarang dalam berbagai perlombaan antar desa.

Potensi wisata di Desa Gemawang dapat antara lain wisata

alam yang didukung dengan lanska alam khas perdesaan. Desa

Gemawang memiliki bentang lahan persahawan yang luas,

yang menghampar.

26
I. METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan penelitian kualitatif.

Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang terstruktur dan

mengkuantifikasikan data untuk dapat di generalisasikan. 19

Melalui pendekatan kualitatif data yang diperoleh lengkap dan

percaya dalam penelitian ini penulis mendeskripsikan tentang Strategi

Pengembangan Desa Wisata Kapala Banda Taram Kabupaten 50 Kota.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada Desa Wisata Kapala Banda Taram

Kabupaten 50 Kota . Dengan alasan karena lokasi penelitian ini mudah

dijangkau dan juga di daerah pusat kota dan peniliti tidak memerlukan

biaya yang tinghi ketika hendak meneliti.

Waktu penelitian ini dilakukan sejak bulan November 2021 hingga

selesai.

C. Jenis Sumber Data

a. Data primer

19
Muslich Anshori dan Sri Iswati, Metodologi Penelitian Kuantitatif, (Surabaya : Airlangga
University Press, 2009) hal. 13

27
Data primer adalah data yang diperoleh dari hasil wawancara,

dan observasi. Dalam penelitian ini penelitian langsung melakukan

wawancara dan observasi secara langsung dengan Desa Wisata Kapala

Banda Taram.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang mendukung permasalahan yang

dibahas yang diperoleh dari kepustakann. Peneliti memperoleh data dari

dokumentasi, buku, internet dan sumber-sumber yang berkaitan dengan

pembahasan dalam penelitian ini.

D. Informan Penelitian

Informan dalam penelitian ini adalah Pengelola Objek Wisata

Kapalo Banda Taram Kabupaten 50 Kota. Pemilihan informan

penelitian dilakukan untuk mengetahui keakuratan data yang diperoleh

peneliti di Desa Wisata Kapala Banda Taram Kabupaten 50 Kota.

E. Teknik Pengumpulan Data

a. Wawancara

28
Wawancara merupakan teknik yang dapat digunakan untuk

mengumpulkan data penelitian.20 Peneliti melakukan wawancara

langsung kepada Desa Wisata Kapala Banda Taram Kabupaten 50

Kota.

b. observasi

Pada penelitian ini yang dilakukan oleh peneliti adalah dengan

cara pengamatan langsung terhadap Strategi Pengembangan Desa

Wisata Kapalo Banda Taram Kabupaten Agam.

c. Dokumentasi

Penulis menggunakan metode ini untuk mendapatkan data-data

yang bersumber dari dokumen yang tertulis sesuai dengan keperluan

penelitian sekaligus pelengkap untuk mencari data yang lebih objektif

dan konkret.21

F. Metode Analisis Data

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif.

Dalam penelitian kualitatif, kedalaman penghayatan terhadap interaksi


20
Muri Yusuf, Metode Penelitian : kuantitatif, kualitatif dan penelitian gabungan, (Jakarta :
Prenadamedia Group, 2014) hal. 372
21
Sandu Siyoto dan M. Ali Sodik, Dasar Metodologi Penelitian, ( Yogyakarta : Literasi
Media Publishing, 2015) hal 122-124

29
antar konsep yang sedang dikaji secara empiris merupakan hal utama

dalam penelitian. Berikut metode yang digunakan dalam melakukan

penelitian kualitatif.

1. Reduksi Data

Rumusan permasalahan pertama menggunakan analisis data

penelitian kualitatif dilakukan sebelum kelapangan dan selama

dilapangan.22 Reduksi data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya

cukup banyak, untuk itu perlu dicatat secara teliti dan rinci.

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,

memfokuskan pada hal yang penting, dicari tema dan polanya dan

membuang yang tidak perlu.

2. Data Display

Data display merupakan kumpulan informasi yang telah

tersusun yang memperoleh penarikan kesimpulan dan pengambilan

tindakan. Bentuk penyajian data dilakukan secara sistematik, yaitu

penguraian secara teratur dan logis sehingga membentuk sistem

yang utuh, terpadu dan menyeluruh agar mampu menjelaskan

berbagai rangkaian sebab akibat terkait objek tertentu.

3. Penarikan Kesimpulan/Verifikasi

Penarikan data yang telah dicatat dan diberikan makna

melalui hasil wawancara. Kesimpulan juga diverifikasi selama

22
Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis Pendekatan Kuantitatif Kualitatif Dan R&D,
Bandung: Alfabeta, 2014), hal. 430-438.

30
penelitian berlangsung. Makna-makna yang muncul juga harus

diuji kebenaran dan kesesuaiannya. Kemudian peneliti mencari

penjelasannya lalu menyusun pola hubungan tertentu yang mudah

dipahami. Data tersebut dihubungkan atau dibandingkan antara

yang satu dengan yang lainnya sehingga mudah ditarik kesimpulan

sebagai jawaban yang benar atas setiap permasalahan yang ada.23

23
Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis Pendekatan Kuantitatif Kualitatif Dan R&D,
Bandung: Alfabeta, 2014), hal. 430-438.

31

Anda mungkin juga menyukai