Anda di halaman 1dari 27

A.

Latar Belakang
Pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan
manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat
Indonesia. Hal itu dapat diartikan bahwa pembangunan tersebut tidak hanya
mengutamakan kemajuan lahiriah seperti sandang, pangan, papan, tetapi
juga batiniah seperti rasa aman, bebas mengeluarkan pendapat, yang
bertanggung jawab maupun pendidikan (Tirtoraharjo, Umar dan La Sula,
2000: 27).
Sumber daya manusia merupakan hal yang sangat penting dalam
pembangunan, namun kualitas sumber daya manusia yang rendah dapat
menjadikan kondisi masyarakat kurang mampu dalam melihat serta
mengatasi masalah hidupnya yang kemudian akan berdampak pada
mengingkatnya jumlah pengangguran. Oleh karena itu usaha
pengembangan sumber daya manusia merupakan hal yang harus dan perlu
dilakukan.
Pariwisata merupakan suatu industri yang banyak menghasilkan
devisa bagi negara, sehingga pemerintah berusaha untuk meningkatkan
sektor ini dengan mengambil langkah-langkah kebijaksanaan pembangunan
pariwisata. Dilihat dari letak geografisnya, Indonesia merupakan Negara
kepulauan yang kaya akan sumber daya alam. Hal ini merupakan
modal untuk mengembangkan industri pariwisata dengan memanfaatkan
potensi alam dan budaya yang besar. Pemandangan alam gunung, lembah,
air terjun, hutan, sungai, danau, goa, dan pantai merupakan sumber daya
alam yang memiliki potensi besar untuk area wisata alam. Dengan
demikian, perekonomian negara dapat meningkat seiring meningkatnya
sektor pariwisata (Chalid Fandeli, 1995: 7).
Pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta yang diwakili Kabupaten
Sleman, Kabupaten Gunung Kidul, dan Kabupaten Bantul menempati
peringkat keempat dan kesepuluh di indeks pariwisata Indonesia versi
Kementerian Pariwisata. Posisi ini menunjukkan Daerah Istimewa
Yogyakarta tergeser oleh daerah-daerah lain yang terus membenahi lokasi
wisatanya. Sebelumnya Daerah Istimewa Yogyakarta pernah menjadi

1
tujuan wisata kedua setelah Bali yang difavoritkan wisatawan baik
nusantara maupun mancanegara.
Pariwisata di negara berkembang sering dianggap tidak membawa
keuntungan ekonomi yang signifikan, baik bagi negara tujuan maupun
bagimasyarakat lokal (Goodwin, 1996). Ukuran keberhasilan pembangunan
pariwisata yang menggunakan konsep berkelanjutan tidak hanya dari aspek
ekonomi (meningkatnya devisa) yang ditentukan dengan lama kunjungan
(lenght of stay) serta eksploitasi lingkungan untuk kegiatan kepariwisataan,
namun dari kelestarian dan pemberdayaan sebagai landasan, yang
mengarah pada kelestarian lingkungan dan sumber daya alam serta nilai
sosiokultural kemasyarakatan dengan penghargaan yang tinggi (Kemen
LH, 2003).
Pengembangan pariwisata suatu daerah akan memberikan dampak
positif maupun dampak negatif. Dampak tersebut akan berpengaruh
terhadap kondisi fisik maupun kehidupan sosial ekonomi penduduk yang
berada di sekitar obyek wisata (Soekadijo, 1996).
Pariwisata Indonesia adalah pariwisata yang berasal dari, oleh dan
untuk rakyat, untuk itu dalam perencanaan pengembangan pariwisata harus
melibatkan masyarakat setempat (lokal) khususnya yang berada di sekitar
destinasi wisata, karena masyarakat setempat merupakan pemilik dan lebih
mengetahui destinasi tersebut (Ridwan, 2012).

Bank Indonesia (BI) menyatakan pariwisata merupakan sektor


yang paling efektif untuk mendongkrak devisa Indonesia. Salah satu
alasannya karena sumberdaya yang dibuthkan untuk mengembangkan
pariwisata terdapat di dalam negeri. Terlebih saat ini, di Indonesia
tersedia beragam destinasi eksotis dan memukau. Tidak hanya wisata
alam yang kaya, wisata budaya serta sejarah di Indonesia memiliki
ratusan suku yang tersebar dari Aceh (Sabang) hingga Papua (Merauke).
Untuk itu Bank Indonesia (BI) bersama pemerintah menargetkan
mampu mengumpulkan devisa sebesar 20 miliar dollar AS atau stara RP
1,8 triliun (1 dolar = Rp 14.000). target tersebut, lebih besar 3 miliar
dollar AS dibandingkan perolehan devisa dari pariwisata tahun lalu yakni

2
17 miliar dollar AS atau Rp 2,3 triliun.Presiden Joko Widodo pun melihat
potensi besar pada pariwisata dan sektor industry yang berkaitan.
Karenanya Jokowi berkomitmen untuk mengembangkan sektor
pariwisata.
Salah satu objek dan daya tarik pariwisata di Daerah Istimewa
Yogyakarta adalah wisata permandian Tirta Budi atau yang sering disebut
Blue Lagoon Jogja yang terletak di Kecamatan Nnngemplak,
Kabupaten Sleman. Untuk mencapai Pemandian Blue Lagoon ini
tidaklah sulit. Jika kita datang dari arah Jogja kota, langsung saja
arahkan kendaraan ke Jalan Kaliurang. Sesampainya di kilometer 13,
kita akan menemukan pertigaan Jalan Raya Besi-Jangkang di sebelah
kanan jalan. Belok dan ikuti saja jalan raya ini hingga sampai di Pasar
Jangkang. Dari pertigaan Pasar Jangkang, ambil arah kanan sekitar 100
meter dan ikuti petunjuk arahnya. Maka kita akan sampai di Blue
Lagoon.

Daya tarik yang dimiliki objek wisata ini adalah keaslian


alamnya, serta aktivitas ekonomi penduduk yang sebagian besar adalah
petani karna lingkungan sekitar Blue Lagon banyak sekali lahan
persawahan, dengan suasana pedesaan dan hamparan sawah yang luas.
Kegiatan pariwisata yang terdapat di Blue Lagon saat ini didukung oleh
kegiatan ekonomi masyarakat lokal yang bertumpu pada pertanian dan
pengelolaan wisata Blue Lagon sendiri. Blue Lagon mulai diperkenalkan
dan dikunjungi wisatawan wisatawan nusantara maupun wisatawan
mancanegara, pada 2014 dan Pemandian Tirta Budi (Blue Lagon) ini
diresmikan menjadi tempat wisata oleh Bupati Sleman Drs. Sri Purnomo
saat Peringatan Hari Air Sedunia pada tanggal 22 Maret 2015.
Salah satu strategi yang memungkinkan dalam
pemberdayaan masyarakat adalah pengembangan pariwisata berbasis
masyarakat yang secara konseptual memiliki ciri-ciri unik serta
sejumlah karakter yang dikemukakan sebagai berikut:

1. Pariwisata berbasis masyarakat menemukan rasionalitasnya dalam


properti dan ciri-ciri unik dan karakter yang lebih unik
diorganisasi dalam skala yang kecil, jenis pariwisata ini pada
3
dasarnya merupakan, secara ekologis aman, dan tidak banyak
menimbulkan dampak negative seperti yang dihasilkan oleh jenis
pariwisata konversional.

2. Pariwisata berbasis komunitas memiliki peluang lebih mampu


mengembangkan obyek-obyek dan atraksi-atraksi wisata
berskala kecil dan oleh karena itu dapat dikelola oleh komunitas-
komunitas dan pengusaha-pengusaha lokal.

Berkaitan dangat erat dan sebagai konsekuensi dari keduanya


lebih dari pariwisata konvensional, dimana komunitas lokal melibatkan
diri dalam menikmati keuntungan perkembangan pariwisata, dan oleh
karena itu lebih memberdayakan masyarakat (Nasikun, 2000: 26-27).
Berdasarkan Latar belakang diatas penulis Tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul “Strategi Promosi dalam
meningkatkan jumlah kunjungan wisata Blue Lagon”

B. Fokus Masalah
Berdasarkan pada uraian yang terdapat di latar belakang diatas,
peneliti memfokuskan masalah pada penelitian ini yaitu tentang :
a. Bagaimana Strategi Promosi dalam meningkatkan jumlah
kunjungan wisata Blue Lagon ?
b. Bagaimana dampak perekonomian masyarakat sekitar dengan
berkembangnya wisata Blue Lagon?

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan fokus masalah diatas ,Peneliti menentukan tujuan dari
penelitian ini adalah
a. Untuk mengetahui bagaimana Strategi Promosi dalam
meningkatkan jumlah kunjungan wisata Blue Lagon ?
b. Untuk mengetahui bagaimana dampak perekonomian
masyarakat sekitar dengan berkembangnya wisata Blue Lagon?

4
D. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah untuk menambah
kajian mengenai minat berkunjung kembali suatu destinasi wisata.
Selain itu hasil penelitian ini juga diharapkan dapat dijadikan acuan bagi
penelitian sejenis untuk menambah pengetahuan dan wawasan yang
berkaitan dengan minat berkunjung kembali wisatawan.

b. Manfaat Praktis

1. Bagi Objek Wisata


Dengan melakukan penelitian ini diharapkan dapat
memberikan masukan serta membantu memberikan informasi
kepada masyarakat Indonesia lebih tepatnya masyarakat
Yogyakarta tentang adanya Desa wisata Blue Lagon. Serta
diharapkan penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan serta
acuan dalam membuat program-program dalam pemberdayaan
masyarakat dalam sektor pariwisata.

2. Bagi Masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menarik minat
masyarakat untuk lebih terlibat di sektor pariwisata.

3. Bagi Sekolah Tinggi Pariwisata AMTA


Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna serta
memberikan kontribusi keilmuan dan dapat digunakan sebagai
bahan informasi untuk penelitian dimasa mendatang. Selain itu,
semoga hasil penelitian ini dapat dapat memperkaya khasanah
kepustakaan khususnya mengenai pemberdayaan masyarakat
dalam pengembangan potensi pariwisata.

4. Bagi penulis

Dengan melakukan penelitian ini menjadikan penambah


pengalaman dan wawasan baru bagi penulis dalam kegiatan
5
pengelolaan organisasi di sektor patiwisata. Penelitian ini juga
merupakan kesempatan bagi penulis untuk lebih mengetahui dan
menerapkan tentang teori-teori yang telah diperoleh oleh penulis
selama di bangku kuliah.

E. Tinjauan Pustaka
1. Pariwisata  
Menurut etimologi kata, pariwisata berasal dari dua suku kata
bahasa  Sansekerta, “pari” yang berarti banyak atau berkali-kali dan
“wisata” yang berarti  perjalanan atau bepergian. Jadi, pari-wisata
diartikan sebagai suatu perjalanan  yang dilakukan berkali-kali. Secara
umum pariwisata merupakan suatu  perjalanan yang dilakukan
seseorang untuk sementara waktu yang  diselenggarakan dari suatu
tempat ke tempat yang lain dengan meninggalkan  tempat semula dan
dengan suatu perencanaan atau bukan maksud untuk mencari  nafkah
di tempat yang dikunjunginya, tetapi semata-mata untuk menikmati 
kegiatan pertamasyaan atau rekreasi untuk memenuhi keinginan yang
beraneka  ragam. 
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang 
kepariwisataan, yang dimaksud dengan pariwisata adalah berbagai
macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan
yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, Pemerintah, dan
Pemerintah Daerah. Menurut  Sinaga (2010), Pariwisata merupakan
suatu perjalanan yang terencana, yang  dilakukan secara individu
maupun kelompok dari satu tempat ke tempat lainnya  dengan tujuan
untuk mendapatkan suatu bentuk kepuasan dan kesenangan  semata.
Sedangkan menurut Hunziker dan Krapf dalam Nurulwaasi (2017),
pariwisata dapat didefinisikan sebagai keseluruhan jaringan dan gejala-
gejala yang berkaitan dengan tinggalnya orang asing di suatu tempat,
dengan syarat  bahwa mereka tidak tinggal disitu untuk melakukan
suatu pekerjaan yang  penting yang memberikan keuntungan yang
bersifat permanen maupun  sementara. 

6
Menurut Ryan dalam Lemy (2018), pariwisata adalah pelajaran
mengenai  permintaan dari pasokan akomodasi dan layanan penunjang
untuk orang yang  berada jauh dari rumah, dan pola yang dihasilkan
dari pengeluaran, pendapatan,  dan pekerjaan. 
Pada hakekatnya berpariwisata adalah suatu proses kepergian
sementara  dari seorang atau lebih menuju tempat lain di luar tempat
tinggalnya. Dorongan  kepergiannya adalah karena berbagai
kepentingan baik kepentingan sosial  maupun kebudayaan. Kegiatan
wisatawan dalam berwisata tentu dipengaruhi oleh  faktor-faktor
tertentu, baik faktor penarik maupun faktor pendorong dalam 
melakukan kegiatan perjalanan pariwisata. Fandeli dalam Sumarni
(2011),  menjelaskan kedua faktor tersebut adalah sebagai berikut:  

1) Faktor Pendorong  
Faktor yang mendorong seseorang untuk berwisata adalah
ingin terlepas,  meskipun sejenak dari kehidupan yang rutin setiap
hari, lingkungan yang  tercemar, kemacetan lalu lintas dan hiruk
pikuk kehidupan kota. 
2) Faktor Penarik  
Faktor ini berkaitan dengan adanya atraksi wisata di daerah
atau di tempat  wisata. Atraksi ini dapat berupa kemashuran akan
obyek wisata, tempat-tempat  yang banyak diperbincangkan orang
serta sedang menjadi berita.  

2. Wisatawan 
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang 
kepariwisataan, yang dimaksud dengan wisatwan adalah orang yang
melakukan  wisata. Menurut Smith dalam Kusumaningrum (2009),
menjelaskan bahwa  wisatawan adalah orang yang sedang dalam
keadaan tidak bekerja, atau sedang  berlibur dan secara sukarela
mengunjungi daerah lain untuk mendapatkan sesuatu  yang lain.
Menurut Norval dalam Yuliani (2013), wisatawan adalah setiap
orang  yang datang di suatu negara yang alasan kedatangannya bukan

7
untuk menetap  atau bekerja di situ secara teratur dan membelanjakan
uang yang diperolehnya  dari negara lain. 
Menurut (WTO) dalam Kusumaningrum (2009), membagi
wisatawan  kedalam tiga bagian yaitu: 

1) Pengunjung adalah setiap orang yang berhubungan ke suatu negara


lain dimana  ia mempunyai tempat kediaman, dengan alasan
melakukan pekerjaan yang  diberikan oleh Negara yang
dikunjunginya. 
2) Wisatawan adalah setiap orang yang bertempat tinggal di suatu
negara tanpa  memandang kewarganegaraannya, berkunjung
kesuatu tempat pada negara yang sama untuk waktu lebih dari 24
jam yang tujuan perjalanannya dapat  diklarifikasikan sebagai
berikut: 
a) Memanfaatkan waktu luang untuk rekreasi, liburan,
kesehatan, pendidikan,  keagamaan dan olahraga. 
b) Bisnis atau mengunjungi kaum keluarga. 

3) Darmawisata atau excursionist adalah pengunjung sementara yang


menetap  kurang dari 24 jam di negara yang dikunjungi, termasuk
orang yang berkeliling  dengan kapal persiar. 
1) Komponen Dasar Pariwisata 
Menurut Inskeep dalam Suryadana dan Octavia (2015),
diberbagai literatur dimuat berbagai macam komponen wisata,
namun ada beberapa  komponen wisata yang selalu ada dan
merupakan komponen dasar dari wisata dimana komponen-
komponen tersebut saling berinteraksi satu sama lain. Komponen
tersebut dikelompokkan sebagai berikut: 
a) Atraksi dan Kegiatan-kegiatan Wisata 
Kegiatan-kegiatan wisata yang dimaksud dapat
berupa semua hal yang  berhubungan dengan lingkungan
alami, kebudayaan, keunikan daerah dan  kegiatan lainnya
yang menarik wisatawan untuk mengunjungi suatu obyek 
wisata. 
8
b) Akomodasi 
Akomodasi yang dimaksud adalah berbagai macam
hotel dan berbagai  jenis fasilitas lain yang berhubungan
dengan pelayanan untuk para wisatawan.

c) Fasilitas dan Pelayanan Wisata 


Fasilitas dan pelayanan wisata yang dimaksud
adalah semua fasilitas yang  dibutuhkan dalam perencanaan
kawasan wisata di dalamnya termasuk tour and  travel
operations (pelayanan penyambutan) misalnya, restoran
dan berbagai jenis tempat makan lainnya, toko
cinderamata, kantor informasi wisata,  fasilitas pelayanan
kesehatan, fasilitas keamanan umum, dan
fasilitas perjalanan untuk masuk dan keluar (seperti kantor
imigrasi dan bea cukai)
Fasilitas dan Pelayanan Transportasi Meliputi
transportasi akses dari dan menuju kawasan wisata,
transportasi  internal yang menghubungkan atraksi utama
kawasan wisata dan kawasan  pembangunan, termasuk
semua jenis fasilitas dan pelayanan yang berhubungan 
dengan transportasi darat, air, dan udara. 
3. Pelaku Pariwisata  
Pelaku pariwisata adalah setiap pihak yang berperan dan terlibat dalam 
kegiatan pariwisata. Adapun yang menjadi pelaku pariwisata menurut Damanik 
dan Weber (2006), adalah sebagai berikut:  
a) Wisatawan 
Wisatawan adalah konsumen atau pengguna produk dan layanan.
Wisatawan  memiliki beragam motif dan latar belakang (minat,
ekspektasi, karakteristik  sosial, ekonomi, budaya, dan sebagainya)
yang berbeda-beda dalam melakukan  kegiatan wisata. Dengan
perbedaan tersebut, wisatawan menjadi pihak yang  menciptakan
permintaan produk dan jasa wisata.

9
4. Desa Wisata

a) Pengertian Desa Wisata

Desa wisata merupakan kawasan perdesaan yang menawarkan


keseluruhan suasana yang mencerminkan keaslian perdesaan baik dari
kehidupan sosial ekonomi, sosial budaya, adat istiadat, keseharian dan
lain sebagainya yang mampu dikembangkan sebagai objek pariwisata
(Hadiwijoyo dalam Fitari dan Ma`arif, 2017). Sejalan dengan
pemahaman tersebut, Muliawan (dalam Atmoko, 2014) mengatakan
bahwa desa wisata memiliki potensi keunikan dan daya tarik wisata
yang khas yang dikelola dan dikemas secara menarik serta alami dengan
pengembangan fasilitas pendukung wisatanya.

Adapun menurut Inskeep dalam Demantoto (2009:24-25)


mendefinisikan desa wisata sebagai “where small group of tourist stay
in or near traditional, often remote village anf learn about village life
and the local environment”, atau suatu bentuk pariwisata dimana
sekelompok kecil wisatawan tinggal di dalam atau di desa tradisional,
sering di desa-desa terpencil dan mempelajari tentang kehidupan desa
dan lingkungan setempat.

Selanjutnya Permatasari (2006:25) mendefinisikan desa wisata


adalah pengembangan suatu wilayah desa, yang pada hakikatnya tidak
merubah apa yang sudah ada, tetapi lebih cenderung kepada penggalian
potensi desa dengan memanfaatkan kemampuan unsur-unsur yang sudah
ada di desa, dan berfungsi sebagai atribut produk wisata dalam skala
kecil menjadi rangkaian aktifitas pariwisata, serta mampu menyediakan
dan memenuhi serangkaian kebutuhan perjalanan wisata, baik dari segi
daya tarik maupun fasilitas pendukung.

Kehidupan desa sebagai tujuan wisata adalah desa sebagai objek


sekaligus juga sebagai subjek dari kepariwisataan yaitu sebagai pihak
penyelenggara sendiri dari berbagai aktivitas kewisataan dan hasilnya
akan dinikmati oleh masyarakat secara langsung. Oleh karena itu peran
aktif masyarakat sangat menentukan kelangsungan kegiataan desa ini.

10
Keberhasilan wisata desa atau desa wisata sangat dipengaruhi oleh
intensitas kegiatan, lokasinya, manajemen dan dukungan dari
masyarakat lokal dan harus sesuai dengan keinginan masyarakat lokal
dan tidak direncanakan secara sepihak. Mendapat dukungan dari
masyarakat setempat bukan hanya dari individu atau suatu kelompok
tertentu. Inisiatif menggerakkan modal usaha, profesionalisme pemasara,
citra yang jelas harus dikembangkan karena keinginan wisatawan adalah
mencari hal yang spesial dan produk yang menarik.

b) Syarat Desa Wisata


Suatu desa akan dapat menjadi sebuah desa wisata jika memenuhi
kriteria/syarat sebagai berikut :
1. Atraksi wisata, yaitu semua yang mencakup alam, budaya dan
hasil ciptaan manusia.
2. Jarak tempuh, yaitu jarak tempuh dari kawasan wisata terutama
tempat tinggal wisatawan dan juga jarak tempuh dari ibukota
provinsi serta ibukota kabupaten.
3. Besaran Desa, menyangkut jumlah penduduk, karakteristik dan
luas wilayah desa. Kriteria ini berkaitan dengan daya dukung
kepariwisataan pada suatu desa.

4. Sistem kepercayaan dan kemasyarakatan, merupakan aspek


penting mengingat adanya aturan-aturan yang khusus pada
komunitas sebuah desa, yang perlu dipertimbangkan adalah
agama yang menjadi mayoritas dan sistem kemasyarakatan yang
ada.
5. Ketersediaan infrastruktur, meliputi fasilitas dan pelayanan
transportasi, fasilitas listrik, jaringan telepon dan sebagainya.
6.

c) Tipe Desa Wisata

Menurut pola, proses dan tipe pengelolaanya, desa atau kampung


wisata di Indonesia terbagi dalam dua tipe yaitu tipe terstruktur dan tipe
11
terbuka.
1. Tipe terstruktur/daerah kantong (enclave), tipe ini ditandai
dengan :
a. Lahan wisata yang dilengkapi dengan infrastruktur yang
spesifik untuk kawasan tersebut. Tipe ini memiliki
kelebihan dalam citra yang ditumbuhkannya, sehingga
mampu menembus pasar Internasional
b. Lokasi pada umumnya terpisah dari masyarakat atau
penduduk lokal, sehingga dampak negatif yang
ditimbulkannya dapat lebih diminimalisir. Selain itu
pencemaran sosial budaya yang ditimbulkan akan terdeteksi
sejak dini.
c. Lahan tidak terlalu besar dan masih dalam
tingkat kemampuan perencanaan yang integratif dan
terkoordinasi. Sehingga diharapkan akan tampil menjadi
semacam agen untuk mendapatkan dana-dana internasional
sebagai unsur utama untuk menangkap servis-servis dari
hotel berbintang.
Tipe terbuka (spontaneous), tipe ini ditandai
dengan karakter-karakter yaitu tumbuh-menyatunya
kawasan dengan struktur kehidupan, baik ruang maupun
pola dengan masyarakat lokal. Distribusi pendapatan yang
didapat dari para wisatawan dapat langsung dinikmati oleh
penduduk lokal. Akan tetapi dampak negatifnya yaitu cepat
menjalar menjadi satu ke dalam penduduk lokal, sehingga
lebih sulit dikendalikan.

5. Strategi
1. Pengertian
Menurut David (2010) Strategi adalah cara untuk mencapai tujuan jangka
panjang, strategi bisnis bisa berupa perluasan geografis, difersifikasi, akusisi,
12
pengembangan produk, penetrasi pasar, rasionalisasi karyawan, divestasi,
likuidasi, dan joint venture.
Menurut Tjiptono (2011) Strategi merupakan sekumpulan cara
keseluruhan yang berkaitan dengan pelaksanaan gagasan, sebuah rencana
dalam kurun waktu yang telah ditentukan. Menurut Anthony, Parrewe, dan
Kacmar (2013) Strategi adalah sebagai formulasi misi dan tujuan organisasi,
termasuk didalamnya adalah rencana aksi untuk mencapai tujuan dengan
secara eksplisit mempertimbangkan kondisi persaingan dan pengaruh
kekuatan dari luar organisasi yang secara langsung atau tidak berpengaruh
terhadap kelangsungan organisasi.
Menurut Tjiptono (2011) menjelaskan strategi dapat didefinisikan
berdasarkan dua perspektif yang berbeda, yaitu dari perspektif apa yang satu
organisasi ingin lakukan dan dari perspektif apa yang organisasi akhirnya
lakukan. Dari pengertian yang telah dijabarkan diatas, dapat disimpulkan
bahwa strategi merupakan proses perencanaan yang dilakukan oleh sebuah
perusahaan atau seseorang maupun pemimpin dengan beberapa pertimbangan
berupa factor faktor internal dan eksternal pada perusahaan untuk mencapai
tujuan yang diinginkan sehingga mampu unggul dari pesaing-pesaingnya.

6. Promosi
Pengertian Promosi Promosi merupakan salah satu dari bauran
pemasaran (marketing mix) yang sangat penting bagi pelaku bisnis untuk
memasarkan produknya baik jasa maupun produk.
Promosi juga merupakan salah satu cara untuk meningkatkan penjualan,
karena promosi dapat menarik perhatian konsumen untuk melakukan keputusan
pembelian suatu produk. Promosi menurut Tjiptono dalam Selang (2013:73)
adalah suatu bentuk komunikasi pemasaran yang merupakan aktivitas pemasaran
yang berusaha menyebarkan informasi, mempengaruhi/membujuk, dan/atau
meningkatkan pasar sasaran atas perusahaan dan produknya agar bersedia
menerima, membeli, dan loyal pada produk yang ditawarkan perusahaan yang
bersangkutan.

13
7. Strategi promosi
Strategi Promosi Menurut Boyd, dkk (2011:150), strategi promosi
adalah sebuah program terkendali dan terpadu dari metode komunikasi dan
material yang dirancang untuk menghadirkan perusahaan dan produk-produknya
kepada calon konsumen, menyampaikan cirri-ciri produk yang memuaskan
kebutuhan untuk mendorong penjualan yang pada akhirnya memberi kontribusi
pada kinerja laba jangka panjang.
Menurut Daryanto (2011:85), strategi promosi adalah suatu rencana
permainan untuk mencapat sasaran yang diinginkan dari suatu unit bisnis. Strategi
promosi merupakan siasat perusahaan dalam menjual produknya agar menarik
perhatian konsumen untuk melakukan keputusan pembelian produk yang
ditawarkan perusahaan. Strategi yang dilakukan setiap perusahaan berbeda-beda
dilihat dari kebutuhan perusahaan itu sendiri. Namun biarpun strateginya berbeda
tetapi tujuan dari setiap perusahaan sama yaitu untuk meningkatkan volume
penjualan.

8. Strategi promosi pariwisata


Pengertian Strategi Promosi Pariwisata Pengertian strategi menurut
Stoner, Freeman, dan Gilbert dalam (Mayasari, 2014:10) diartikan dalam dua
perspektif:
a)Dari apa yang organisasi ingin lakukan, maksudnya sebagai program
untuk menentukan dan mencapai tujuan organisasi dan menerapkan
sebuah misi.
b)Dari apa yang organisasi akhirnya lakukan, maksudnya adalah pola
tanggapan organisasi terhadap lingkungannya sepanjang waktu.
“Strategi adalah rencana dan tindakan dari sebuah organisasi dengan
menggunakan kemampuan dan sumber daya yang mereka miliki untuk
mencapai target sasarannya”.
(Mayasari, 2014:10)
Promosi merupakan salah satu variabel dalam bauran pemasaran
yang sangat penting dilaksanakan oleh perusahaan dalam memasarkan
produk jasa.

14
Kegiatan promosi bukan saja berfungsi sebagai alat komunikasi
antara perusahaan dan konsumen, melainkan juga sebagai alat untuk
mempengaruhi konsumen dalam kegiatan pembelian atau pengguna
jasa sesuai dengan keinginan dan kebutuhannya. Hal ini dilakukan
dengan menggunakan alat-alat promosi (Lupiyoadi, 2013:178).

Menurut Tjiptono dalam (Manafe, 2016: 104) Promosi


pada hakekatnya adalah suatu komunikasi pemasaran,artinya aktifitas
pemasaran yang berusaha menyebarkan informasi,
mempengaruhi/membujuk, dan atau mengingatkan pasar sasaran atas
produknya agar bersedia menerima, membeli dan loyal pada produk
yang ditawarkan perusahaan yang bersangkutan..
Sementara menurut Sistaningrum dalam (Manafe, 2016:
104) mengungkapkan arti promosi adalah suatu upaya atau kegiatan
perusahaan dalam mempengaruhi”konsumen aktual” maupun
”konsumen potensial” agar melakukan pembelian terhadap produk
yang ditawarkan, saat ini atau dimasa yang akan datang. Konsumen
actual merupakan konsumen yang langsung membeli produk yang
ditawarkan pada saat atau sesaat setelah promosi produk tersebut
dilancarkan.
Sedangkan konsumen potensial adalah konsumen yang
berminat melakukan pembelian terhadap produk yang ditawarkan
perusahaan dimasa yang akan datang. Promosi merupakan variable
khusus pemasaran untuk menarik perhatian wisatawan potensial ke
Objek wisata tertentu dan menikmati bermacam-macam kegiatan yang
dirancang dan dikelola dalam parawisata.
Dalam konteks bisnis promosi merupakan cara komunikasi
untuk menginfornasikan, membujuk, dan mengingatkan wisatawan
baik secara langsung maupun tidak langsung tentang suatu produk atau
keunggulan objek wisata yang di tawarkan kepada calon wisatawan
tentang produk yang ditawarkan untuk memberitahukan atau
menginformasikan dimana orang dapat melihat atau melakukan wisata
ke objek tersebut dengan waktu dan tempat yang tepat. Menurut
15
Gromang dalam (Novalina, 2013:20) promosi wisata beranjak dari
prediksi dan berkaitan dengan upaya memicu kemungkinan penjualan
wisata. Promosi wisata ini meliputi seluruh kegiatan yang
direncanakan termasuk dalamnya penyebaran informasi, iklan, film,
brosur, buku panduan, poster dan lain-lain.
Promosi pariwisata merupakan komunikasi dalam pemasaran
pariwisata. Dalam suatu objek wisata atau destinasi wisata, promosi
wajib dilakukan secara baik dan berkesinambungan.
Promosi pariwisata yang diadakan adalah untuk
memberitahukan, membujuk atau meningkatkan konsumen atau
wisatawan supaya wisatawan yang bersangkutan mempunyai
keinginan untuk datang berkunjung ke daerah yang telah
dipromosikan. Oleh karena itu promosi harus dilakukan melalui media
komunikasi yang efektif, sebab orang-orang yang menjadi sasaran
promosi mempunyai selera dan keinginan yang berbedabeda. Promosi
akan lebih efektif melalui bauran promosi, yaitu kombinasi yang
optimal dari pemilihan berbagai jenis kegiatan promosi yang paling
efektif dalam meningkatkan penjualan.
Menurut Soekadijo dalam (Mayasari, 2014:10) bahwa kegiatan
promosi memiliki dua macam promosi, yaitu:
a) Promosi langsung (consumer promotion), promosi lansung
dilakukan oleh semua lembaga yang bersangkutan dengan
pemasaran
b) Promosi tidak langsung (dealer promotion), ditujukan kepada
penyalur produk pariwisata, seperti biro perjalanan umum dan
cabangcabangnya, agen perjalanan, organisasi perjalanan dan
sebagainya.
Menurut Soekadijo dalam Mayasari, 2014:10) ada dua jenis
kegiatan promosi: a. Promosi langsung, ini dilakukan oleh semua
lembaga yang berkaitan dengan pemasaran b. Promosi tidak langsung,
ini di tujukan untuk penyalur produk pariwisata, seperti biro atau agen
perjalanan Menurut (Mayasari, 2014:11) selain promosi ada juga

16
kegiatan publikasi yang harus disampaikan kepada konsumen melalui
media massa, ada dua macam jenis publikasi:
a. Publikasi langsung, inis disampaikan langsung kepada sasaran tetapi
tergantung dari tujuan dan anggaran yang dimiliki. Biasanya
publikasi semacam ini berbentuk leaflet, brosur, dapat juga berupa
pameran, pekan pariwisata, dll.
b. Publikasi melalui media massa, publikasi ini memanfaatkan media
massa untuk menyampaikan pesan ke khalayak juga ke konsumen
potensial, dalam publikasi melalui media ini biasanya berupa harian
dan majalah, poster, radio, bioskop dan televisi
c. Publikasi intern, agar promosi dan publikasi dapat berhasil, maka
kegiatannya juga harus berdasarkan oleh kebijaksanaan umum
mengenai pemasaran, strategi pemasaran yang matang, memilih
taktik pemasaran yang cocok, dan memilih sarana komunikasi yang
sesuai.

F. Penelitian Terdahulu
Penelitian Mangifera Marsya Nurulwaasi (2017), yang berjudul
“Analisis  Strategi Promosi Dalam Pengembangan Pariwisata (Studi Kasus
pada Pariwisata  Kabupaten Pesawaran)”. Tujuan penelitian ini adalah: (1)
Untuk mengetahui dampak  strategi promosi dalam meningkatkan
kunjungan wisatawan, (2) Untuk mengetahui  strategi promosi yang paling
efektif dalam meningkatkan kunjungan wisatawan pada  pariwisata
Kabupaten Pesawaran. Metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif.
Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, observasi langsung,
dan dokumentasi. Analisis data dilakukan melalui pengumpulan data,
reduksi data, sajian data dan penarikan kesimpulan. Pemeriksaan keabsahan
data dilakukan dengan triangulasi data. Hasil dari penelitian ini adalah: (1)
Promosi yang dilakukan oleh Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif adalah
ikut dalam kegiatan festival, pameran, memasang iklan melalui beberapa
media, dan mengadakan event pariwisata. Promosi  melalui media cetak
seperti brosur, pamflet, dan media elektronik sebagai sarana promosi tidak
memberikan dampak yang signifikan dalam meningkatkan kunjungan 
17
wisatawan karena kecenderungan masyarakat saat ini yang lebih banyak 
mengakses internet dibandingkan media konvensional,
Penelitian Widya Agustina (2018), yang berjudul “Analisis
Strategi Promosi  dan Pelayanan Pariwisata Guna Meningkatkan Jumlah
Pengunjung di pantai Sari  Ringgung Pesawaran Dalam Perspektif Etika
Bisnis Islam”. Tujuan penelitian ini  adalah untuk mengetahui strategi
promosi yang dilakukan oleh pengelola dalam  meningkatkan jumlah
pengunjung, untuk mengetahui pelayanan yang dilakukan oleh  pengelola
dalam meningkatkan jumlah pengunjung, dan untuk mengetahui 
pandangan etika Islam dalam strategi promosi dan pelayanan pantai Sari
Ringgung. Metode analisis yang digunakan adalah metode kualitatif yang
bersifat deskriftif  kualitatif. Hasil dari penelitian hasil penelitian
menunjukan bahwa: (1) Strategi  promosi pariwisata di pantai Sari
Ringgung Pesawaran yaitu melakukan langkah langkah promosi yaitu
berupa periklanan melalui televisi pada acara Indahnya dan media 
elektronik lainnya, salles promotion dengan mengadakan event bersama
club-club  mobil, motor dan hiburan lainnya, dan publisitas melalui media
elektronik dan media  cetak, (2) Pariwisata pantai Sari Ringgung
Pesawaran dalam melaksanakan strategi  promosi dan pelayanan sudah
sesuai dengan etika islam yaitu dilihat dari yang  dilaukan pengelola pantai
Sari Ringgung Pesawaran dalam berpromosi sesuai dengan  islam yaitu
dengan tidak mengobral sumpah dalam berpromosi dan beriklan, jujur, 
menjagaagar selalu memenuhi akad dan janji serta kesepakatan-
kesepakatan diantara  kedua belah pihak, menghindari promosi palsu, rela
dengan laba yang sedikit karena  itu akan mengundang kepada kecintaan
manusia dan banyak pelanggan serta  mendapatkan berkah dalam rezeki. 

G. Kerangka pemikiran

18
Kerangka berfikir merupakan model konseptual tentang bagaiman teori
berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah
penting (Sugiyono, 2009). Dalam kerangka berfikir ini menjelaskan tentang peran
masyarakat lokal terhadap pengembangan Desa Wisata Bromonilan, serta apa saja
yang menjadi faktor pendukung dan faktor penghambat dalam pengembangan
Desa Wisata Bromonilan. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dibuat kerangka
pemikiran yang menjelaskan masalah dengan tujuan untuk seluruh teoriyang
digunakan sebagai landasan penelitian. Adapun kerangka pemikiran dalam
penelitian ini sebagai berikut:

Kerangka Pikir
Peningkatan Jumlah STRATEGI PROMOSI
Kunjungan Wisatawan

Rencana & Komunikasi &


Tindakan pendekatan

H. Metode Pnelitian
1. Desain Penelitian
Pada penelitian ini menggunakan metode penelitian pendekatan
deskripsi dengan menggunakan metode kualitatif yaitu dengan melakukan
studi kasus dan bersifat non angka. Selain itu, metode tersebut digunakan
karena dalam penelitian ini peneliti berfokus pada peran masyarakat lokal
terhadap pengembangan. Pendekatan penelitian ini menggunakan pendekatan
studi kasus, pada konteks penelitian kualitatif, studi kasus merupakan proses
pencarian pengetahuan empiris guna menyelidiki dan meneliti berbagai
fonomena dalam konteks kehidupan (Yin:1996).

19
2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi Penelitian : Penelitian ini berlangsung di desa wisata Blue


Lagoon Area Sawah, Widodomartani, Kec Ngemplak, Kab Sleman, Daerah
Istimewa Yogyakarta 55584.

Waktu Penelitian : Waktu penelitian dilaksanakan selama kurang


lebih 2-3 bulan sejak bulan Juli hingga September 2022.

3. Teknik Cuplikan atau subjek penelitian


Teknik cuplikan yang diambil oleh peneliti dalam penelitian
ini adalah teknik cuplikan (sampling) yaitu purposive sampling.
Purposive Sampling Teknik penentuan sampel dengan pertimbangan
tertentu adalah salah satu teknik pengambilan sampel yang sering
digunakan (Sugiyono, 2009:85), selanjutnya menurut Arikunto
(2010:185)

Pemilihan sampel secara purposive pada penelitian ini


berpedoman pada syarat-syarat yang harus dipenuhi sebagai berikut:
a. Pengambilan sampel didasarkan atas ciri-ciri sifat-sifat atau
karakteristik tertentu, yang merupakan ciri-ciri pokok populasi.\
b. Subjek yang diambil sebagai sampel benar-benar merupakan
subjek yang paling banyak mengandung ciri-ciri yang terdapat
pada populasi.
c. Penentuan karakteristik populasi dilakukan dengan cermat dan
dalam.
Alasan menggunakan teknik purposive sampling dalam
penelitian ini karena narasumber berasal dari pengelola desa wisata
yang tentu mengetahui Bagaimana Strategi Promosi dalam
meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan di Desa Wisata Blue
Lagon.

20
4. Sumber Data
Data merupakan hal yang esensi untuk menguatkan suatu permasalahan
dan juga diperlukan untuk menjawab masalah penelitian. Adapun sumber data
yang dibutuhkan dalam penelitian ini dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu
data primer dan data sekunder :

a) Sumber data primer


Data primer yaitu pengambilan data yang dilakukan oleh
peneliti dengan cara melakukan pengamatan atau observasi dan
wawancara yang dilakukan langsung di lapangan.
a) Sumber data sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber lain
berupa studi pustaka seperti buku maupun jurnal penelitian
terdahulu.
5. Metode/Teknik Pengumpulan Data
MetodeTeknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling
utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah
mendapatkan data.

Dalam penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data


berdasarkan :

a. Wawancara
Wawancara ialah proses komunikasi atau interaksi
untuk mengumpulkan informan atau subjek penelitian
(Emzir, 2010:50) Wawancara adalah salah satu cara yang
paling banyak digunakan untuk mengumpulkan data
penelitian kualitatif. Wawancara memungkinkan peneliti
mengumpulkan data yang beragam dari responden dalam
berbagai situasi dan konteks (Sarosa, 2017). Teknik yang
dilakukan yaitu tanya jawab langsung antara peneliti dan
pengelola Desa Wisata Bromonilan.
b. Observasi
Observasi merupakan aktivitas penelitian dalam

21
rangka mengumpulkan data yang berkaitan dengan masalah
penelitian melalui proses pengamatan langsung di lapangan.
Peneliti berada Desa Wisata Bromonilan, untuk
mendapatkan bukti-bukti yang valid dalam laporan yang
akan diajukan. Observasi adalah metode pengumpulan data
dimana peneliti mencatat informasi sebagaimana yang
mereka saksikan selama penelitian (W. Gulo, 2002: 116).
Dalam observasi ini peneliti menggunakan jenis
observasi partisipan, yaitu peneliti melakukan pengamatan
keadaan objek secara langsung di lapangan.
c. Dokumentasi
Penggunaan dokumen sudah lama digunakan dalam
penelitian sebagai sumber data karena dalam banyak hal
dokumen sebagai sumber data dimanfaatkan untuk menguji,
menafsirkan, bahkan untuk meramalkan (Lexy J. Moleong,
2010: 217). Adanya dokumentasi untuk memperoleh dan
mendukung data yang berkaitan dengan gambaran umum
Desa Wisata Blue Legon.
6. Uji Keabsahan Data
Menurut Sugiyono (2012), data penelitian yang dikumpulkan diharapkan
dapat menghasilkan penelitian yang bermutu dan kredibel, oleh karena itu peneliti
melakukan pengabsahan data dengan berbagai hal sebagai berikut :
a) Perpanjangan Pengamatan
Hal ini dilakukan ketika peneliti masih menemukan kekeliruan dari hasil
penelitiannya sehingga mengharuskan untuk melakukan peninjauan kembali
ke lokasi penelitian sehingga bisa mendapatkan informasi yang lebih akurat
lagi dari apa yang sudah didapatkan sebelumnya.
b) Meningkatkan Ketekunan
Lebih mencermati hal yang ingin di teliti dengan cara lebih
memfokuskan diri pada hal yang ingin di teliti sehingga lebih sistematis dan
lebih jelih lagi untuk melihat apakah data yang dikumpulkan itu benar atau
salah.

22
c) Triangulasi
Pengujian kebenaran informasi dengan berbagai cara dan berbagai
kondisi berupa pengujian kebenaran serta akurasi data harus dengan berbagai
cara. Hal ini dilakukan dengan 3 tringulasi, yaitu :
a. Triangulasi Sumber yaitu pengumpulan data yang diperoleh dengan
cara mengecek pada sumber lain keabsahan data yang telah diperoleh
sebelumnya.
b. Triangulasi Teknik yaitu pengumpulan data yang diperoleh dari satu
sumber dengan menggunakan bermacam-macam cara atau teknik
tertentu untuk diuji keakuratan dan ketidak akuratannya.
c. Triangulasi Waktu yaitu triangulasi waktu berkenan dengan waktu
pengambilan data yang berbeda agar data yang diperoleh lebih akurat
dan kredibel dari setiap hasil wawancara yang telah dilakukan pada
informan.

7. Metode Analisis/Pengumpulan Data


Analisis data kualitatif (Bogdan dan Biklen, 1982) adalah upaya yang
dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah –
milahnya menjadi satuan yang dapat di kelola, mensintetiskannya, mencari dan
menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang di pelajari, dan
memutuskan apa yang dapat di ceritakan kepada orang lain. Beberapa tahapan
model analisis interaktif Miles dan Herberman melalui empat tahap, yakni
pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan:
a. Pengumpulan data (data colection)
Data yang diperoleh dari hasil observasi, wawancara dan
dokumentasi dicatat dalam catatan lapangan yang terdiri dari dua aspek,
yaitu deskripsi dan refleksi.
b. Reduksi data (data reduction)
Reduksi data merupakan proses seleksi, penyederhanaan, dan
abstraksi. Cara mereduksi data adalah dengan melakukan seleksi,
membuat ringkasan atau uraian singkat, menggolong-golongkan ke
polapola dengan membuat transkip, penelitian untuk mempertegas,
memperpendek, membuat fokus, membuat bagian yang tidak penting dan
23
mengatur agar dapat ditarik kesimpulan.
c. Penyajian Data (data display)
Penyajian data yaitu sekumpulan informasi tersusun sehingga
memberikan kemungkinan penarikan kesimpulan dan pengambilan
tindakan.
d. Penarikan kesimpulan (conclusion)
Penarikan kesimpulan adalah usaha untuk mencari atau memahami
makna, keteraturan pola-pola penjelasan, alur sebab akibat atau proporsi.

8. Alur Penelitian
Alur penelitian merupakan kronologi teratur yang dilakukan oleh seorang
peneliti dalam penelitiannya. Alur penelitian merupakan penjelas langkah-langkah
yang harus ditempuh dalam suatu penelitian. Menurut Lexy dan Moleong
(2007:127), langkah-langkah prosedur penelitian meliputi 3 hal sebagai berikut :
1. Tahap Pra Lapangan
Pada tahap ini merupakan tahap awal yang dilakukan peneliti dengan
etika penelitian lapangan dengan tahap pembuatan rancangan usulan hingga
menyiapkan perlengkapan penelitian. Dalam tahap ini peneliti diharapkan
mampu untuk memahami latar belakang penelitian dengan persiapan diri
secara mantap untuk terjun ke lapangan penelitian yang ada di Desa Wisata
Bromonilan.
2. Tahap Pekerjaan Lapangan
Tahap pekerjaan lapangan merupakan tahap dimana peneliti
mempersiapkan diri untuk menggali dan mengumpulkan data untuk dibuat
suatu analisis data mengenai peran masyarakat lokal terhadap pengembangan
Desa Wisata Bromonilan.
3. Tahap Analisis Data

Pada tahap ini dilakukan kegiatan berupa pengelolaan data yang diperoleh dari
narasumber maupun dokumen, kemudian akan disusun dalam sebuah penelitian. Hasil
analisis tersebut dituang dalam laporan sementara sebelum akhirnya menulis keputusan
akhir.

24
I. Daftar Pustaka

Ambar Teguh., (2004). Kemitraan dan Model-Model Pemberdayaan.


Yogyakarta: Gama Media

Bahar Suharto., (1985). Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten


Gunugkidul.

Yogyakarta: BPS

Chalid Fandeli., (1995). Dasar-dasar Manajemen Kepariwisataan Alam.

Yogyakarta: Liberty

Denzin, Norman K. dan Yvonna S. Liconln (eds.). 2009. Handbook of


Qualitative Research. Terj. DAriyatno dkk. Jogjakarta: Pustaka Pelajar.

Goodwin, H., (1996), In pursuit of ecotourism, Biodiversity and Concervation.

Netherland: Springer

Gulo, W., (2002). Metodologi Penelitian. Jakarta: Grasindo.

Gunawan Sumodiningrat., (2009). Mewujudkan Kesejahteraan Bangsa:


Menanggulagi Kemiskinan dengan Prinsip Pemberdayaan Masyarakat.
Jakarta: Elex Media Komputindo.

Hari Karyono., (1997). Kepariwisataan. Jakarta: Erlangga.

https://www.google.com/amp/s/amp.kompas.com/travel/read/
2019/03/23/0845006 27/bi--industri--pariwisata-jadi-sektor-paling-
hasilkan-devisa

Idianto Mu’in., (2004). Sosiologi SMA. Jakarta: Erlangga.

Kemen LH., (2003). “Pengembangan Wisata Ramah Lingkungan Berbasis


Masyarakat”,

http://www.menlh.go.ig/pengembangan-wisata-ramah-lingkungan-
berbasis- masyarakat/,Diakses10Februari2014
Mardi Yatmo Hutomo., (2000). Pemberdayaan Masyarakat dalam Bidang
Ekonomi: Tinjauan Teoritis dan Implementasi. Jakarta: Bappenas.

25
http://eprints.polsri.ac.id/4983/3/BAB%20II%20new.pdf

Agustina,Widya.2018.Analisis Strategi Promosi Dan Pelayanan Pariwiata


Guna Meningkatkan jumlah kunjungan di pantai Sari Ringgung
pesawaran dalam prespektif Etika Bisnis Islam. Fakultas Ekonomi Islam
Negeri Raden Intan Lampung Lampung.

Masyhuri dan M. Zainuddin., (2008). Metodologi Penelitian Sosial dan


Ekonomi, Teori dan Aplikasi. Bandung: Alfabeta.

Moeljarto., (1993). Politik Pengembangan Sebuah Analisis, Konsep, Arah, dan


Strategi. Yogyakarta: Tiara Wacana.

Moleong, Lexy J., (2007). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT.


Remaja Rosdakarta Offset.

26
27

Anda mungkin juga menyukai