Anda di halaman 1dari 4

Latar belakang

Pariwisata merupakan salah satu sektor pembangunan yang saat ini sedang dikembangkan oleh
pemerintah, karena pariwisata dianggap mempunyai peran yang sangat penting dalam pembangunan
Indonesia khususnya sebagai salah satu sektor pendapatan daerah maupun negara. Pariwisata di
Indonesia merupakan salah satu sektor ekonomi penting. Selain sebagai mesin penggerak ekonomi,
pariwisata dianggap mampu mengurangi angka pengangguran. Dalam perekonomian nasional,
pariwisata merupakan sektor yang diharapkan mampu meningkatkan pendapatan melalui penerimaan
devisa.

Destinasi pariwisata merupakan lokasi produksi, konsumsi dan pola-pola pergerakan wisata (Davidson
dan Maitland, 1997). Selain itu destinasi pariwisata juga sebagai tempat hidup masyarakat untuk bekerja
serta melakukan kegiatan sosial dan budaya. Dengan demikian masyarakat merupakan bagian tidak
terpisahkan dalam suatu destinasi pariwisata, sehingga pembangunan destinasi pariwisata wajib
hukumnya dan harus mempertimbangkan berbagai elemen dalam masyarakat. Dogra dan Gupta (2012)
menyebutkan bahwa masyarakat memiliki posisi strategis dalam suatu destinasi pariwisata. Maka dari
itu, keberlanjutan pembangunan destinasi pariwisata sangat tergantung dari pelibatan dan partisipasi
masyarakatnya.

Masyarakat dalam destinasi pariwisata yang kemudian disebut dengan komunitas atau masyarakat lokal
mempunyai potensi berupa beragam aktivitas yang dapat dikreasikan menjadi produk pariwisata.
Budaya lokal, berbagai tinggalan masyarakat, dan festival menyediakan keunikan dan sesuatu yang baru
dari perspektif wisatawan. Masyarakat lokal dengan pengetahuan dan kebijakan lokal akan lebih
memahami produk pariwisata yang dikembangkan serta dampak yang ditimbulkan, dibandingkan
dengan masyarakat dari luar destinasi pariwisata. Masyarakat lokal juga mempunyai peran dalam upaya
mempromosikan produk destinasi pariwisata, karena masyarakat lokal adalah komponen utama
pembentuk citra atau image destinasi pariwisata (Pike, 2004).

Begitu pentingnya partisipasi masyarakat lokal dalam pembangunan destinasi pariwisata berkelanjutan,
telah mendorong berkembangnya pilihan lain pembangunan kepariwisataan. Alternatif tersebut populer
dengan sebutan community based tourism (CBT) atau pariwisata berbasis masyarakat (PBM). 5 Oleh
Tosun dan Timothy (2003) ditegaskan bahwa aspek penting dalam pembangunan pariwiata
berkelanjutan adalah penekanan kepada pariwisata berbasis masyarakat. Pendekatan ini lebih fokus
terhadap pelibatan masyarakat lokal untuk berpartisipasi aktif dalam proses perencanaan dan
pembangunan pariwisata. Melalui partisipasi aktif, pariwisata secara langsung dapat memberikan
manfaat bagi masyarakat lokal. Dengan adanya manfaat inilah penerimaan, dukungan, dan toleransi
masyarakat lokal terhadap pariwisata akan tumbuh berkembang dengan optimal. Walaupun secara
konsepsual partisipasi masyarakat lokal dalam pariwisata diyakini mampu mewujudkan pembangunan
destinasi pariwisata berkelanjutan, namun dalam prakteknya penuh dengan tantangan dan hambatan
(Campbell, 1999; Shah dan Gupta, 2000; Scheyvens, 2002; Dogra dan Gupta, 2012). Tantangan yang
sering dihadapi terutama berkaitan dengan hetrogenitas masyarakat lokal dan dalam proses identifikasi
pariwisata sebagai strategi dalam pembanguan masyarakat lokal. Sedangkan hambatannya berupa
keterbatasan masyarakat lokal dalam pengambilan keputusan dan distribusi manfaat pariwisata bagi
masyarakat local.

Bab I

PROBLEM RISET

Provinsi Sumatera Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki daya tarik dari pada
provinsi yang lain. Pada provinsi ini juga banyak terdapat wisata wisata yang menarik perhatian para
wisatawan salah satu wisata yang ada di Sumatra barat terletak di Kabupaten Sijunjung yang merupakan
tempat industri pariwisata untuk menjadi sektor yang menjanjikan untuk membangun daerah. Potensi
dari wisata tersebut mencakup atas potensi wisata alam, wisata budaya, dan wisata khusus yang
terdapat pada berbagai kecematan. Tahun 2018 kawasan silokek ditetapkannya sebagai kawasan taman
bumi (Geopark) nasional, sehingga punya peluang untuk menjadikan kawasan strategis pariwisata
nasional.

Selain itu, kabupatem sijunjung ini juga masuk dalam Destinasi Pariwisata Provinsi (DPP) Sawahlunto dan
sekitarnya melalui tema besar dalam pengembangan wisata warisan dari budaya tambang batubara coal
mining heritage of sawahlunto mengacu terhadap peraturan dari daerah nomor 3 tahun 2014 mengenai
perencanaan induk dalam membangun kepariwisataan pada provinsi sumatera barat tahun 2014-2025.
Potensi-potensi yang sudah ada mulai dimanfaatkan kembali untuk tujuan pariwisata ketika kawasan
Geopark Silokek sedang dikembangkan. Di saat-saat seperti ini, masyarakat mulai tertarik untuk pindah
ke lokasi-lokasi yang banyak peluang sektor ekonominya.

Akibatnya, aktivitas masyarakat—khususnya pengembangan wisata—menjadi mendominasi. Perluasan


kegiatan terkait pariwisata di wilayah tersebut kemudian akan berdampak pada bagaimana lahan nagari
dipakai. Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kabupaten Sijunjung mempunyai berbagai tahapan yang
dapat mengoptimalkan potensi dari daerah yang terdapat pada Kabupaten Sijunjung yang dimuat pada
Peraturan Daerah Kabupaten Sijunjung Nomor 2 Tahun 2021 mengenai perencanaan Pembangunan
Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Tahun 2021-2026 yaitu Pembangunan destinasi wisata ini dilakukan
dengan cara membangun saranan dan prasarana baru di destinasi wisata, pembenahan dan
pemeliharaan sarana dan prasarana wisata, pembinaan kelompokkelompok sadar wisata (Pokdarwis),
pembinaan nagari wisata serta peningkatan kerjasama dan investasi dengan pentahelik pariwisata. Serta
Peningkatan promosi pariwisata dilakukan dengan cara melakukan atraksi, pagelaran dan iven-iven
kesenian baik di dalam maupun luar daerah.

Melakukan promosi melalui media cetak, eletronik dan sosial media serta mengoptimalkan peran
Geopark Information Center (GIC). Namun pencapaian kinerja urusan pariwisata belum mencapai
diangka yang optimal, sehingga belum optimalnya kontribusi terhadap laju pertumbuhan PDRB.
Penciptaan destinasi wisata Geopark Silokek harus mempertimbangkan berbagai isu yang tidak kalah
pentingnya selain yang terkait dengan sumber daya alam, seperti ketersediaan fasilitas, aksesibilitas,
keamanan, dan keramahan masyarakat setempat. Rencana beberapa pembangunan fisik yang akan
dibangun di geopark silokek khususnya nagari silokek tidak berjalan dengan lancar karena beberapa
kendala seperti kurangnya anggaran, pandemi covid-19, dan kendala lainnya.

Dalam rencana program dan kegiatan yang tercantum pada Renstra 2016-2021 terdapat 13 program
unggulan yang menjadi sasaran dinas Parpora salah satunya adalah program pengembangan destinasi
pariwisata, terdapat beberapa sub yaitu peningkatan pembangunan sarana dan prasarana pariwisata,
pembangunan fasilitas wisata minat khusus paralayang. Sarana prasarana masih menjadi kendala dari
tahun ke tahun dilihat dari toilet umum yang masih belum ada, jika ada pun itu terdapat di destinasi air
terjun yang jarak tempuhnya jauh dari jalan raya dan panorama objek wisata yang masih banyak
mengalami kerusakan. Pembangunan fasilitas khusus paralayang yang sudah memasuki tahun 2022
masih belum terlihat hingga saat ini.

Bab II

DESAIN RISET

Metode Riset

Pada modul ini penulis menggunakan jenis keualitatif dengan metode survey dan eksperimen

Probelema riset

1. Kurangnya fasilitas
2. Keamanan dan keramahan masyarakat

pembangunan geopark
silokek Fasilitas yang tidak ada

Model

pembangunan geopark
silokek Fasilitas yang tidak ada Maksimal
program
Kurang maksimalnya program yang dijalankan oleh dinas parpora mengakibatkan anggaran
yang di alokasikan untuk objek wisata geopark silokek tidak berjalan dengan optimal karena
dana yang seharusnya dikujurkan harus dikembalikan lagi sebagian kepada disparpora
dikarenakan kendala letak geografis dan kepemilikan lahan. Kapasitas pihak pengelola wisata
daerah terkait menentukan bagaimana barang-barang pariwisata berkembang. Dengan kata
lain, sikap pengelola dan penduduk setempat akan mempengaruhi berhasil atau tidaknya suatu
tempat menjadi objek wisata yang popular (Oka, 2008)

Hipotesis

Hipotesis deskritif

Fasilitas pembangunan pada wisata silokek yang belum merata dan sehingga wisatawan tidak
tertarik.

Hipotesis Asosiatif

Semakin lengkap fasitas di wisata tersebut maka akan semakin mudah atau banyaknya wisata
akan tertarik terhadap wisata tersebut.

Hipotesis Direksional

Akan banyak para wisatawan akan datang jika adanya daya tarik dan kelengkapan fasilitas
daripada tidak ada daya tarik dan kelengkapan fasilitas sehingga tidak ada ketertarikan para
wisatawan terhadap wista tersebut.

Hipotesis Non Direksional

Terdapat perbedaan antara wisata yang lengkap fasilitasnya dan daya tariknya terhadap wisata
dengan wisata yang tidak lengkap fasilitasnya dan tidak ada daya tariknya terhadap wisata
lainnya.

Pengumpulan Data

Anda mungkin juga menyukai